Orang yang mengepung Liu Heng bukan hanya satu, tetapi ada tiga orang murid. Liu Heng sudah menarik pedang miliknya. Dia sudah menduga hal ini, tetapi dia tidak menyangka kalau akan secepat ini. "Menyerahlah!" ucap salah satu dari mereka. Tiga murid itu berada di tahap Pondasi Qi. Mereka sangat percaya diri dengan kemampuan milik mereka. Liu Heng sudah siap bertarung. Dia sudah memasang kuda-kuda untuk bertarung. "Menyerah? Untuk apa aku menyerah kalau aku bisa mengalahkan kalian," ucap Liu Heng dengan percaya diri.Mereka bertiga saling menatap satu sama lain. Tidak lama kemudian mereka tertawa, meremehkan Liu Heng. Mereka pun memasang kuda-kuda juga. Satu diantara mereka pun maju. Dua lainnya menyusul dari belakang tetapi mereka berlari memutar. "Ingin menyerangku dari tiga arah. Tidak semudah itu," ucap Liu Heng. Satu serangan pun mengarah ke arah dirinya. Satu serangan itu dari arah depan. Beberapa detik kemudian ada dua serangan lainnya dari arah kiri dan kanan Liu Heng. Tig
"Bocah itu pasti sudah tewas," ucap bawahan Lin Ju.Lin Ju tersenyum lebar. Dia juga berpikir seperti itu karena dia sudah mengirim beberapa orang bawahannya untuk berpencar. Mereka disebar ke berbagai tempat dan setiap kelomok terdiri 3-5 orang murid. Tidak mungkin Liu Heng bisa lolos dari mereka. "Bocah cacad itu ingin main-main denganku. Dia kira dia siapa? Tidak akan ada belas kasih sama sekali," ucap Lin Ju. Dia mendengus. Sombong. "Dia buta. Dia tidak tahu siapa yang dia lawan. Betapa bodohnya dia," ucap bawahan Lin Ju. Lin Ju itu memiliki banyak bawahan yang tunduk pada dirinya. Mereka akan melakukan apa pun tugas yang Lin Ju berikan. Tentu saja mereka dibayar untuk melakukan itu. Bahkan mereka juga mendapat bayaran meski mereka hanya ikut Lin Ju saja. Itu bayaran bulanan. Berbeda dengan bayaran tugas penting. "Sangat disayangkan sekali kita tidak bisa melihat wajah si cacad itu memohon ampun. Itu pasti sangat menyenangkan," ucap bawahan Lin Ju yang lainnya lagi. "Ah, kau b
Liu Heng mencoba pergi dari sana. Dia berjalan beberapa menit dan akhirnya dia kembali ke tempat yang sama. Padahal dia sangat yakin kalau dia sudah berjalan ke arah yang lain. Dia mecobanya sekali lagi. Hasilnya tetap saja sama. Dia akan kembali ke tempat yang sama. Liu Heng mencoba berulang kali. Hasilnya masih sama. Liu Heng tidak mengerti kenapa bisa seperti itu. Tidak ada pilihan lain untuknya. Dia pun berjalan ke arah tempat aneh yang dia lihat. Tempat itu adalah pulau kecil yang dikelilingi oleh sungai. Dia pulau itu ada berbagai macam jenis pohon yang berbuah. Ketika dia sudah dekat dengan tempat itu. Liu Heng memegang air yang ada di sana. Dia merasa air itu nyata. "Ini bohong, bukan?" Dia tidak yakin. Sangat mustahil ada hal semacam itu ada di tengah gurun yang begitu panas. Air pasti kering. Seharusnya air itu menguap karena panas yang ada di sana, tetapi air di sana sangat sejuk seolah itu berasal dari pegunungan. Liu Heng tidak ingin tertipu. Dia pun melemparkan pisau
Liu Heng terpental lagi. Tubuh Liu Heng lebab. Bahkan tulang rusuknya patah karena serangan oleh ular besar itu. Beruntung saja dia tidak terkena racun ular itu. Dia selalu bisa menghindari semua serangan racun itu. Ular itu juga tidak terlalu sering menggunakan racunnya. Dia lebih sering menyerang dengan ekornya. Liu Heng mengatur napasnya. Dia pun mundur sangat jauh. Dia keluar dari tempat itu. Dia kembali ke gurun. Panas gurun itu kembali menyerang Liu Heng. Itu membuat tubuhnya terasa terbakar."Aku sudah menggunakan banyak energi qi," keluh Liu Heng. Terpaksa dia menahan rasa panas itu. Liu Heng pun duduk di atas pasir yang panas itu. Dia menatap ke arah ular yang sedang menatap dirinya juga. Dia sedang berpikir bagaimana cara mengalahkan ular itu dengan perbedaan kekuatan yang begitu jauh. "Kau licik, bocah.""Aku hanya memanfaatkan apa yang ada," ucap Liu Heng. Dia bersila dan berkonsentrasi. Dia mencoba memulihkan dirinya lebih dulu. Meski, tidak terlalu banyak berpengaruh.
Beberapa saat kemudian Liu Heng berhasil mengalahkan lawannya. Dia langsung berjalan mendekati Bai Linjue dan Zou Cheng. Mereka terlihat kaget. Beberapa saat yang lalu Liu Heng tidak sadarkan diri, tetapi tiba-tiba saja dia bangun dan langsung menyerang murid yang berniat membunuh dirinya. Tidak ada yang tidak kaget kalau mereka berada di posisi Bai Linjue atau Zou Cheng. "Kenapa kalian di sini?" tanya Liu Heng. "Kau tadi tidak sadarkan diri dan mereka ingin membunuhmu karena itulah kami ada di sini. Kami sedang melindungimu dari mereka," jawab Zou Cheng.Liu Heng mengerutkan keningnya. Dia mencoba memahami sesuatu. Dia sangat yakin kalau di sebelumnya berada di pulau kecil aneh, tetapi ketika dia membuka matanya lagi. Pulau itu dan apa pun yang ada di sekitarnya sangat berubah. Itu membuat Liu Heng bingung sendiri. Kalau apa yang terjadi sebelumnya itu adalah sebuah mimpi, tetapi ketika dia bangun. Dia memegang sebuah kunci di tangan kanannya. Tidak mungkin itu mimpi karena terasa
Xie Xie sedang terkepung. Dia sudah mengelahkan dua orang, tetapi 12 orang lagi masih menyerang dirinya. Dia kesulitan mengahadapi mereka semua sekaligus. Kalau mereka maju satu persatu, maka Xie Xie bisa mengatasi semuanya dengan mudah. Tidak terlalu mudah, dia pasti akan terluka juga, tetapi dia dipastikan akan menang. "Kau tidak akan bisa mengalahkan kami," ucap salah satu dari mereka. Xie Xie tidak terlalu memperdulikan perkataan itu. Dia pun maju dan melakukan serangan lagi. Xie Xie melakuakn banyak serangan dan dia berhasil melukai satu lawannya, tetapi pada saat bersamaan juga sebuah serangan mengarah ke arah dirinya. Xie Xie membalik badan dan menahan serangan itu dengan pedangnya, tetapi beberapa saat kemudian sebuah serangan lagi mengarah ke arah dirinya. Xie Xie mendorong serangan yang pertama tadi dan langsung melakukan tangkisan ke arah lain. Beberapa serangan berhasil Xie Xie tangkis, tetapi karena serangan itu terlalu banyak. Dia pun harus mendapatkan sebuah tebasan
"Lebih baik kita memutar saja," ucap Bai Linjue. Di depan mereka adalah lapisan yang berbeda. Itu adalah tempat benda berharga yang diinginkan semua murid berada. Masuk ke dalam lapisan terdalam Gurun Neraka itu sangat sulit dan lagi mereka tidak akan bisa bertemu dengan banyak murid lagi di dalam sana. Tujuan mereka menang adalah mengumpulkan banyak-banyak bola energi. Seharusnya mereka tidak masuk ke sana. Seharusnya memang begitu. "Dia benar. Lebih baik kita mencari jalan memutar saja. Kita kumpulkan saja sebanyak mungkin bola energi agar kau bisa menang dan lagi tidak ada yang tahu apa yang ada di tengah sana. Lebih baik mencari bola energi sebanyak mungkin dan mendapatkan pedang atau senjata yang berharga lainnya. Aku rasa itu lebih baik," ucap Zou Cheng. Mereka mencoba menasihati Liu Heng. Mereka tidak tahu kalau Liu Heng itu kalau diremehkan, maka dia akan semakin tertarik. Dia pun melangkah masuk ke dalam lapisan berbeda itu. Ketika dia melangkah satu langkah saja. Tubuhnya
Liu Heng tidur ketika dia pertama kali tiba di tempat itu. Dia tidur cukup lama. Ketika dia bangun, dia kebingungan karena dia bangun di tempat yang berbeda. Dia berada di atas. DI udara. Dia melihat hutan tampat dia berada itu sangat luar biasa luas. Itu terlihat dari atas. Liu Heng kakinya digenggam oleh kaki seekor burung elang. Dia dibawa entah ke mana. Dia bingung sendiri. Beberapa detik Liu Heng belum terlalu sadar apa yang terjadi. Ketika dia sadar, dia langsung memberontak. Genggaman burung itu sangat keras. Liu Heng menarik penangnya dan menebas ke arah kaki burung elang itu. Dengan cepat elang itu melepaskan kakinya Liu Heng. Ketika itu terjadi, Liu Heng langsung terdiam. "Sepertinya aku melakukan hal yang bodoh," keluh Liu Heng. Tubuhnya langsung terjatuh dari ketinggian yang sangat tinggi. Liu Heng langsung menggunakan energi qi miliknya untuk memperkuat kakinya. Dia pun terjatuh dan ketika kaki Liu Heng hampir menginjak dahan pohon besar, dia terpeleset dan terjatuh l