Usai mendengar keputusan sepihak Jayden. Dinka terlihat tidak semangat, sejak tadi Dinka sudah berada dalam kelas sedang duduk manis dan menatap kosong ponselnya. Kelas sedang sepi karena jam kosong masih berlanjut, hanya ada beberapa orang saja yang berada dalam kelas. Termasuk Gea yang pastinya sedang tidur dengan kepalanya yang bertumpu di meja beralaskan kedua tangannya.
Dinka tidak bisa menelpon Jayden karena pulsa yang tidak mencukupi. Chat Online? Sudah banyak pesan yang Dinka kirimkan tapi Jayden tidak membacanya, padahal Jayden sedang aktif. Menelponnya lewat aplikasi? Sudah Dinka lakukan, semuanya sudah Dinka lakukan. Tapi tetap saja tidak direspon oleh Jayden.
Teringat akan keputusan Jayden, Dinka lalu memberi kabar kepada kakaknya lewat pesan W***sA*p. Tidak lama kemudian Diki menelponnya.
"Ha--" Dinka baru saja mendekatkan ponselnya ke telinganya. Kakaknya sudah bicara duluan.
Siapa pun akan mengatakan Jayden tidak waras. Demi Dinka, dia rela mengambil penerbangan malam itu juga menuju kota tempat dia tinggal setelah siang itu ia berbincang dengan Dinka. Pers*tan dengan orang tuanya yang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka itu, yang pasti Jayden tidak akan melepaskan jangkauannya dari Dinka.Setelah 2 jam perjalanan, Jayden sudah sampai di Kota. Dia langsung menuju ke rumahnya, tanpa istirahat dahulu pemuda itu mengambil mobil untuk dikendarainya menuju kampung Dinka. Tenang saja, Jayden sudah memiliki izin untuk mengemudi.Nekat? Jangan ditanya lagi. Dia Jayden, demi Dinka orang yang dia sayang dan orang yang benar-benar mengubah hari-harinya menjadi berwarna apa pun akan dia lakukan. Walaupun dia harus menempuh perjalanan sekitar 7 jam menuju di mana sekarang Dinka tinggal. Dia akan melakukannya, walaupun di hari yang sudah larut malam."Tunggu gue Dinka," ucap Jayden yang sudah mengendarai mobilnya. Sendirian.***
"Dinka!" panggil Aryan menghampiri Dinka sudah sampai di parkiran sekolah."Siapa?" tanya Aryan saat melihat Dinka bersama Jayden turun dari motor. Jayden menggunakan seragam yang digunakan Diki sewaktu SMA."Temen gue, Yan. Mau sekolah titipan di sini juga, namanya Jayden," ucap Dinka memperkenalkan Jayden ke Aryan. Diikuti anggukan oleh Jayden dan Aryan."Gue Jayden, temen Dinka.""Oh, gue Aryan. Temen kecil Dinka. Kalau tingkatan sekolah, gue adik kelasnya," ucap Aryan memperkenalkan diri kepada Jayden."Yan, mulai hari ini gak usah taruh helm di kantor ya. Gue taruh di sadel motor aja. Kasian lo nya bolak balik kantor," tutur Dinka.Dibalas anggukkan oleh Aryan."Ya udah deh, terserah lo. Sekolah juga kemarin udah masang CCTV," ucap Aryan sambil menunjuk letak CCTV dipasang, "keren gak?""Iya,""Karena lo tau gak, Kepala Sekolah l
Satu minggu setelah Radit dan Jayden mengibarkan bendera perang. Dinka malahan terlihat semakin dekat dengan Radit karena sejak pertama perlakuan manis Radit yang memberikan klepon padanya membuat Dinka menimang kembali untuk bermusuhan dengan Radit. Tapi, bukan berarti ia menaruh hati pada Radit.Berita tentang Dinka yang menjadi bahan rebutan oleh dua orang ini pun masih saja menjadi perbincangan hangat satu sekolah. Kedekatan Dinka dan Radit pun semakin mudah terlihat karena pasar malam yang sekarang berjadwal di daerah tinggal Gadis itu, desa di mana Dinka dan Radit tinggal. Mereka berdua sering berpergian ke pasar malam bersama.Tentu saja, kedekatan mereka tidak mungkin tanpa gangguan dari Jayden. Jayden pastinya mengikuti mereka berdua ke pasar minggu menjadi dinding pemisah antara Radit dan Dinka.Dinka diberi izin pergi ke pasar malam jika ada Jayden yang menemaninya. Kata Diki, 'takut nanti ada orang jahat ya
Jayden dan Dinka sedang dalam perjalanan pulang sekolah, dengan motor yang Jayden kendarai dan Dinka yang diboncengi."Eh Jay? Maksud lo apaan jadiin gue bahan taruhan?" tanya Dinka mengingat kejadian seminggu yang lalu sembari menepuk keras pundak Jayden.Walaupun terkesan lambat Dinka bertanya, ia benar-benar ingin tau dari mulut Jayden langsung, dirinya kesal akan Jayden yang di hari pertamanya sudah buat ulah. Gosip tentang Dinka yang diperebutkan Jayden dan Radit sudah menyebar luas satu sekolah dan itu benar-benar membuat Dinka benar-benar kesal. Dinka sangat tidak suka jika dirinya menjadi bahan gosip orang-orang."Bukan maksud gue untuk buat lo jadi bahan taruhan Dinka, cuma gue gak suka aja kalau si Radit-Radit itu deket sama lo," ucap Jayden lumayan keras."Kan gue suka sama lo, wajar kalau gue cemburu!" teriak Jayden seraya menambah kecepatan motor dengan tiba-tiba karena kesal akan hadirnya Radit di skenario cintanya dengan Dinka.Dinka
Setelah kemarin bertemu dengan mantan yang tak diundang, Dinka terbangun karena mimpi buruk yang menyambutnya. Mimpi itu seolah menyambung dan tak ingin membuat Dinka tidur dengan nyenyak malamnya. Pagi hari penampakan tubuh Dinka yang bercucuran keringat, rambut yang basah, wajah pucat dan tangan yang gemetar sangat miris untuk melihat hal itu.Dinka yang benci traumanya kembali hinggap, berusaha meraih laci meja belajar dimana ia menyembunyikan obat yang selama ini masih ia minum diam-diam tanpa sepengetahuan Diki kalau-kalau ia mengalami trauma kembali.Dinka meminum obat itu dengan jumlah yang cukup banyak, berusaha menelannya dengan dibantu air minum yang tersisa sedikit sejak semalam. Sesak masih terasa, ia lakukan memukul pelan bagian dadanya untuk mencoba menghilangkan rasa sakit itu. Gadis itu berusaha untuk kembali normal, sebelum ia turun dan disambut oleh keluarganya di pagi hari
Dinka duduk bersila di rerumputan tepat pada lapangan luas sekolah. Tentu saja dirinya tidak bodoh, dirinya duduk di bawah pohon menghindari panasnya terik matahari.Dinka sedang meminum minuman gelas ditemani Gea dan Tirni di sampingnya. Gea dan Tirni sedang membicarakan cowok yang mereka sukai, kata yang lebih keren dikalangan kaum perempuan, curhat."Cowok mulu diurusin," sahut Dinka yang sedari tadi hanya menjadi pendengar curhatan para jomblo ngenes bawa perasaan."Emang lu mau tukeran jiwa?" ucap Gea."Mentang-mentang lo yang dikejar cowok-cowok, sok iye," seru Tirni dengan nada bercanda."Kalau keberuntungan gue kayak lo, kalau gue cantik kayak lo, udah dari dulu gue diem aja, biarin cowoknya yang dateng," iri Gea."Gak usah diomongin, cowok lo udah ada di depan mata," Tirni berucap sembari menyenggol tangan Dinka, lalu menunjuk dengan lirikan mata siapa yang datang
Sudah lebih dari dua minggu Dinka sekolah dengan status siswa yang berbeda, melihat perkembangan Dinka dan jadwal sekolah yang tidak beraturan membuat ayah Dinka mengatakan kepada DInka dan juga Jayden untuk istirahat sejenak."Kalian berdua besok gak usah ke sekolah aja dulu," ucap ayah Dinka sambil menatap layar yang masih memberitakan keadaan terkini di kota setelah bencana yang sudah lewat sekitar 2 minggu yang lalu.Ucapan ayah Dinka mendapatkan respon yang membuat orang seisi rumah terkejut, pasalnya baru kali ini ayah Dinka menyuruh anaknya untuk tidak ke sekolah."ih, Ayah!" seru Dinka tidak terima, ini bukan alasan Dinka seperti remaja yang sedang jatuh cinta dan semangat untuk pergi ke sekolah, apalagi bertemu dengan Radit, bukan.
"Mereka lucu gak sih?" tanya Dinka melihat anak penyu yang sedang diurus oleh petugas pantai di sana.Dinka dengan segala tingkah lucunya melihat anak penyu sambil memanyunkan bibirnya dan tangan yang bergerak gemas seolah ingin memegang anak penyu tersebut membuat Jayden yang tersenyum mulai terkekeh."Mau pegang anak penyu nya gak mbak?" tanya seorang petugas pantai yang lumayan muda sepertinya pekerja baru atau anak dari petugas pantai yang ada disini karena lumayan tua.Dinka dan Jayden menoleh ke arah petugas pantai tersebut, "emang boleh mas?""Boleh mba," ucap petugas tersebut melemparkan senyuman yang dibalas senyum tipis oleh Dinka, lalu petugas itu mempersilahkan Dinka untuk mengikutinya menuju ke arah penyu yang sudah diperbolehkan untuk disentuh oleh wisatawan.Jayden melihat interaksi keduanya rasanya ingin melemparkan kepalan tangan pada petugas tersebut karena berani-beraninya tersenyum pada gadisnya, "cih!"***"Seneng