Roni segera meninggalkan Indah seorang diri di kamarnya. Dengan langkah lebarnya, dia kembali ke halaman belakang, tetapi alangkah terkejutnya dia, saat melihat semua anak buahnya sudah berjongkok dengan tangan diborgol ke belakang tubuhnya. Roni segera berbalik badan dan hendak kembali ke kamar Indah, akan tetapi sebuah teriakan menghentikan langkahnya. "Berhenti! Jangan coba-coba untuk kabur!" teriak salah seorang polisi. Roni, menghentikan langkahnya, dan berbalik badan. Tanpa perlawanan, dia menatap polisi tersebut. "Saya akan menyerah, tapi apa bolehkah saya minta satu hal?" "Apa? Katakan!" "Saya titip istri saya, yang sedang sakit! Dia tidak tau apa-apa dengan semua yang saya lakukan," ucap Roni, dengan penuh permohonan. "Baik, kami akan penuhi permintaan kamu, asalkan kamu bisa bekerja sama dengan kami!" "Baik, saya bersedia!" Racun Berupa Madu BAB 84 : Roni TertangkapRoni segera pergi meninggalkan Indah seorang diri di dalam kamar, dengan langkah cepat dia kembali ke
Hari-hari terus berlalu, sejak Roni tertangkap, hidup keluarga Syafiq menjadi lebih tenang dan damai. Hari ini adalah jadwal kemoterapi Adelia yang terakhir. Wanita itu berdiri dian di depan jendela, sambil termenung. Ada rasa khawatir Syafiq akan meninggalkannya, pasalnya saat ini kepalanya sudah botak. Dengan penampilannya saat ini, Adelia merasa kurang percaya diri jika di sandingkan dengan suaminya, yang terlihat sangat sempurna, sebagai seorang lelaki.“Sudah siap Sayang?” tanya Syafiq, yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Adelia, sambil memeluk pinggang wanita itu dari belakang.Hari ini Syafiq akan mengantarkan sang istri untuk pergi kemoterapi. Sebelas bulan sudah Adelia menjalani kemoterapi, hari ini akan jadi hari terakhir dia menjalani pengobatan tersebut. Adelia berharap dia bisa sembuh seperti sedia kala.“Mas ... kira-kira aku bisa sembuh total gak ya?”“Tentu saja kamu akan sembuh total Sayang, kamu akan sehat seperti dulu lagi.”“Semoga saja ya Mas,” jawab A
Pagi yang cerah, sinar matahari perlahan mulai menyinari bumi. Sinarnya yang hangat, perlahan mulai menembus jendela yang dari semalam tidak ditutup tirainya. “Ah, sudah siang saja ini hari! Padahal msih ngantuk banget,” gerutu Sam, yang memiliki nama lengkap Samuel Isra. Perlahan dia mulai menggeliatkan badannya, guna melemaskan otot-otot di badannya. Pertempuran semalam , memang sangat menguras tenaga, sehingga saat pagi datang, rasa lelah masih cukup terasa. “Tok tok tok,” suara pintu diketuk dari luar kamarnya. Dengan malas Sam bangun dari tempat tidur, sambil bergumam, “Siapa sih pagi-pagi sudah ganggu orang?” Sam segera meraih handle pintu, dan perlahan mulai membukanya. Seketika dia tercengang, dan matanya melotot lebar, ketika tiba-tiba di depannya telah berdiri seorang gadis manis yang beberapa waktu ini selalu mengusik hatinya, dan mengganggu tidurnya. “Fa ... Fahira?” gumam Sam gugup. Sam tercengang, seolah tak percaya kalau gadis itu sedang berada di depannya.Fahi
“Apa ide kalian untuk menghadapi ini?” tanya Syafiq, kepada ketiga orang di depannya. Sam dan Burhan memang Cuma pengawal untuk Syafiq dan keluarganya, tetapi bukan berarti mereka tidak bisa diandalkan dalam urusan Perusahaan, justru mereka bertiga adalah tiga serangkai yang berada di belakang kesuksesan Syafiq. Terlihat dari luar, Burhan dan Sam adalah dua orang pengawal andalan Syafiq, sedangkan Desta adalah asisten pribadi, yang menjadi ujung tombak dalam kesuksesan Syafiq. Tetapi semua itu salah, karena pada kenyataannya, Burhan dan Sam, jika sudah bergabung dengan Desta, mereka adalah tiga serangkai yang sangat kuat sebagai ujung tombak kekuatan yang berada di belakang Syafiq. Tentu saja Syafiq, jauh lebih hebat dari mereka. “Bagaimana kalau kita pergi negosiasi dengan Perusahaan Gemilang Indah itu bos? turunkan harga dari barang-barang yang sudah diorder mereka, dengan begitu, mereka akan memiliki keuntungan lebih, dan kita tidak seratus persen rugi.” ucap Desta. “seb
"Selamat sore Pak, apa Mas Syafiq nya ada?" tanya seorang wanita cantik, dengan hijab berwarna coklat susu.Wajahnya yang cantik, dengan hidung mancung, dan mata sipit, menambah kecantikan wanita itu. Badannya ramping dan tinggi semampai bak model papan atas."Maaf Mbak, kamu siapa?" tanya anak buah Burhan, yang sedang bertugas menggantikan jadi satpam."Saya Hana Pak, Istrinya Mas Syafiq!" ucap wanita itu, sambil tersenyum ramah.Seketika anak buah Burhan, yang sedang tugas jadi satpam itu terperangah, sambil memindai penampilan wanita itu, dari atas hingga ke bawah.Penampilan sederhana, tapi tetap tampak elegan, dan senyum manis, serta sikapnya yang ramah, membuat si satpam sudah seperti terhipnotis. "Istri?" gumam satpam itu.Ketiga satpam yang sedang bertugas itu saling pandang. Ada tatap keheranan dari pancaran mata mereka. Tentu saja mereka sangat terkejut mendengar bosnya memiliki istri lagi, karena semua orang tau bagaimana sayangnya sang bos ke Adelia."Baik mbak, sebentar!
Suara langkah kaki yang terburu-buru memasuki ruang tamu, membuat semua orang menoleh ke arah asal suara. Kedua wanita yang sedang duduk berhadapan itu sama-sama berdiri dan langsung menyambut kedatangan orang itu."Mas," ucap Adelia, seraya menyambut tangan Syafiq, dan menciumnya takzim. Ya, orang yang baru datang itu adalah Syafiq, si pemilik rumah yang sedang di tunggu-tunggu kehadirannya.Syafiq langsung mengulurkan tangannya untuk di cium oleh Adeia, kemudian memeluk dan mencium kening wanita itu dengan lembut, dan senyuman manis, tanpa memperdulikan wanita lain yang ada di depannya."Mas Syafiq," ucap Hana pelan.Perlahan Syafiq menoleh ke arah Hana berdiri, seketika matanya terbelalak. Dia sangat terkejut, melihat wanita yang sekarang berdiri di dekatnya itu."Ha ... Hana?" ucap Syafiq terbata. Dia tidak percaya dengan apa yang ada di depannya saat ini."Deg!" Jantung Adelia tiba-tiba berdebar sangat kencang, "Mas Syafiq mengenal wanita ini? Jadi benar dia istri pertama Mas Sya
Pada akhirnya pernikahan Syafiq dan Hama berjalan lancar, semua tamu berbahagia, aib keluarga juga bisa dihindari, akan tetapi siapa yang tau, jika setelah kemeriahan pesta pernikahan, akan ada perceraian di antara sang pengantin."Bang, Hana berterima kasih, karena sudah ditolong, akan tetapi di antara kita tidak ada cinta, Hana juga belum siap untuk menerima lelaki lain, disaat hati ini sedang merasakan sakit." ucap Hana yakin."Jika hubungan kita ini dipaksakan, kita pasti akan saling menyakiti karena tidak adanya cinta. Sekarang, dihadapan Kakek dan Nenek, Hana minta Abang menjatuhkan talak kepada Hana." lanjutnya lagi.Kita cukup menjadi adik kakak seperti biasanya, itu jauh lebih baik dan Hana sangat bahagia karena memiliki kakak sebaik Abang!" ucap Hana, panjang lebar, supaya Syafiq dan Kakek Neneknya setuju mereka bercerai.Untuk sesaat, ketiga orang yang berada di depan Hana terdiam. Mereka sedang berperang dengan pikiran masing-masing. Hingga beberapa saat kemudian, Syafiq
Enam belas tahun kemudian.Dua tahun setelah kejadian Hani, Adelia melahirkan bayi kembar laki-laki dan perempuan, yang diberi nama Azani Baskara Samudra, dan Azahra Salsabila Samudra, yang merupakan buah cinta antara Syafiq dengan Adelia.Azim dan Azzam menjadi kakak yang posesif terhadap adik-adiknya. Tidak ada orang yang boleh membuat adeknya menangis, apalagi menyakitinya. "Mami, princess mana?" tanya Azzam, yang sekarang sudah berusia sembilan belas tahun."Tadi sama Kak Azim dan Adek Zani, mungkin di kamar Kak Zani." jawab Adelia "Azzam ke Princess dulu ya Mi.""Iya Sayang."Azzam pun pergi mencari Azzahra, satu-satunya anak perempuan dalam rumah itu, yang sekarang sudah berumur empat belas tahun. Di kedua tangannya menenteng paper bag, seperti biasa kalau membelikan sesuatu untuk Zahra, maka Zani juga akan ikut dibelikan."Tok tok tok!""Masuk!" Suara sahutan dari dalam, mempersilahkan Azzam untuk masuk."Kak prince sama prince ada di sini ya?" Azzam melongok kepala di pin
Waktu berjalan sangat cepat, kini Rani dan Gita sudah lulus SMA, dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi tempat Azim dan Azzam dulu menuntut ilmu.Dua laki-laki kembar itu sudah selesai dengan kuliahnya, Azim mengambil alih Delia Group, karena Ayah Arga ingin pensiun lebih cepat. Sementara Azzam menjadi CEO di kantor pusat Samudra Group."Mi, gimana persiapan resepsinya?" tanya Azzam, suatu sore saat dia pulang kantor lebih awal."Sudah tujuh puluh persen. Tinggal undangan sama catering yang belum. Untuk gaunnya, kalian datang sendiri ke butik, supaya bisa menyesuaikan yang pas buat kalian.""Terima kasih ya Mi, Mami memang the best."Adelia tersenyum, sambil menepuk-nepuk punggung Azzam yang sedang memeluknya."Oh ya, dimana duo menantu kesayangan Mami itu?"Karena sejak pulang tadi, Azzam sama sekali tidak melihat kehadiran sang istri."Lagi belajar bareng Gita di balkon kamar Gita.""Kalau begitu aku mandi dulu ya Mi."Adelia hanya menjawab dengan anggukan kepala. Dan Azzam pun pe
"Jadi bagaimana?" tanya Azzam lagi. "Apanya?" tanya Rani bingung."will you marry me?"Sejenak Rani menunduk, tapi wajahnya sudah merah merona menahan malu dan bahagia. " Ya, aku bersedia."Begitu mendengar jawaban Rani, semua orang bersorak gembira. Begitu juga dengan Azzam, dia bersorak dan akan memeluk Rani, tetapi sebuah tangan langsung mencegahnya, "Halalkan dulu, bru boleh peluk anak Abah."Ternyata Ayah Rani dan Ibu tirinya sudah berdiri di dekat dua sejoli itu. Dan Abah langsung menjewer telinga Azzam, sehingga membuat semua orang tertawaan melihat tingkah kedua orang itu."Pak Syafiq, minta nikahkan saja mereka sekarang juga. Aku takut anakku bunting duluan sebelum dihalalkan oleh anakmu." ucap Abah."Setuju Bah, semua sudah siap tinggal menunggu pengantinnya di make over dulu." jawab Syafiq, yang membuat semua orang tersenyum, termasuk sepasang calon pengantin itu."Papi, kok make over sih?" "Lah terus apaan dong itu namanya yang dibikin cantik?""Make up Papi." sela Adel
"Adik saya bernama Gita Indira, dia kelas tiga SMA, satu kelas dengan Rani, ada Azani Baskara dan Azahra Salsabila, mereka kelas tiga SMP di yayasan ini juga."Seketika raut wajah Pak Kepala Sekolah menegang, tangannya gemetaran. "A ... apakah Anda Nak Azim Baskara Samudra?"Azim mengangguk sambil tersenyum ramah, tapi masih dengan mode diamnya."Berarti Adik Anda Gita Indira Baskara Samudra, Azani Baskara Samudra, dan Azahra Salsabila Samudra?"Azim kembali mengangguk, hal itu membuat Pak KepSek semakin pucat pasi."Oh ya Tuhan." gumamnya penuh kegugupan. Beliau akhirnya memanggil Guru BP, untuk mengurus hukuman yang pantas untuk Nana dan teman-temannya. Setelah ke empat anak itu dibawa ke ruang BP, Pak KepSek langsung meminta maaf kepada Azim dan Rani."Nak Azim, saya meminta maaf atas kelalaian saya dalam mengawasi murid-murid di sini. Bahkan saya tidak pernah tau kalau di sekolah ini terdapat anak-anak hebat dari keluarga Samudra. Siapa yang sangka jika Pak Azzam, yang bekerja ja
Azzam terkekeh mendengar ucapan sarkas gadis di depannya. Tidak di sangka kalau Rani akan mengejarnya sampai parkiran."Hai muridku yang tersayang." jawab Azzam, dan spontan membuat raut wajah Rani jadi merah merona."Maaf Kak, cuma mau ngasih ini buat Kakak." ucap Rani, seraya menyodorkan box berwarna biru. "Ini tadi pagi aku buat sendiri, sebagai ucapan terima kasih karena kemarin sudah dibelikan buku yang dibutuhkan." lanjutnya.Kemarin secara tak sengaja bertemu dengan Azzam di toko buku, dan malunya saat mau bayar ternyata dompet Rani tidak ada dalam tasnya. Tadinya Rani mau kembalikan saja bukunya, akan tetapi Azzam tiba-tiba datang mau bayar buku juga, alhasil buku miliknya dibayarkan sekalian sama lelaki itu.Azzam terkekeh, "Jadi kamu sudah tau nih, kalau hari ini aku ngajar di sini?" godanya."Tidak! Tadinya ini mau aku titipkan ke Gita, tapi karena Kakak ada di sini, jadi ya diberikan langsung saja ke kakak."Azzam mengulurkan tangannya untuk menerima pemberian Rani itu. "
"Aku pernah beberapa kali lihat Gita diantar oleh Pak Azzam, bersama dua anak kembar laki-laki dna perempuan berseragam SMP, di sini juga." terang gadis itu."Wah, adiknya cakep juga gak yang cewek?" tanya teman laki-laki, yang duduk di depan gadis itu."Cantik banget, hidungnya mancung, wajahnya agak mirip orang timur tengah." urai gadis itu lagi."Wah, boleh juga aku pacarin adikmu ya Git." celoteh beberapa anak laki-laki.Gita sama Rani hanya diam dan saling lempar pandang, bingung mau menyikapinya bagaimana. "Kalian sudah pesan makanan?" Tiba-tiba sebuah suara bariton menyela obrolan para murid di kantin. Dan tanpa permisi, dia langsung duduk di sebelah Rani, dan berhadapan dengan Gita."Belum!" jawab Gita."Baru juga duduk, sudah dikerubuti sama penggemar Pak Azzam." seloroh Rani.Azzam terkekeh, dia lalu berjalan menuju stain makanan, dan pesan tiga porsi baso. Dia tau kedua gadis di depannya itu pecinta baso. Karena seringkali Gita dan Rani minta makan baso setiap kal diajak
Seketika kelas menjadi hening, semua mata menatap intens lelaki tampan yang berdiri di samping Bu Dinar. Guru itu tersenyum manis, sambil mengelus perut buncitnya, karena sedang hamil tua."Anak-anak, mulai hari ini Ibu sudah ambil cuti, karena sebentar lagi akan melahirkan. Dan untuk sementara, Pak Guru tampan ini, akan menggantikan tugas Ibu, selama cuti."Semua murid perempuan bersorak riang, kecuali Gita dan Rani, yang masih terbengong menatap lelaki itu bingung."Silahkan perkenalkan diri Anda Pak Azzam." ucap Bu Dinar, mempersilahkan."Halo, selamat pagi semuanya. Perkenalkan, nama saya Azzam Baskara Samudra, biasa di panggil Azzam, atau kalian juga boleh panggil saya dengan panggilan yang lain. Saya di sini sebagai guru pengganti untuk Bu Dinar, jadi selama Beliau cuti, kalan akan bertemu dengan saya saat pelajaran Matematika. Apa ada pertanyaan?"Salah seorang murid mengangkat tangannya, lalu bertanya, "boleh minta nomer HP-nya gak Pak?"Yang lainnya ikutan bertanya, "Boleh
Azim mengantar Gita dan kedua adik kembarnya ke sekolah, ini adalah hari pertama Gita masuk sekolah setelah statusnya menjadi istri."Kak aku masuk dulu," pamit Zahra sambil mencium tangan Azim dan Gita."Baik-baik di sekolah ya, belajar yang rajin princess." jawab Azim, seraya mengusap kepala adiknya. Sementara Gita cuma tersenyum sambil mencium kedua pipi sang adik ipar."Aku juga masuk dulu kak." pamit Zani, dengan wajah datarnya. Meskipun demikian, dia tetap mencium tangan Azim dan Gita. Kali ini Gita cuma mengucap pucuk kepala lelaki remaja itu."Semangat belajarnya jagoan Kakak." ucap Azim, sambil mengacak rambut Zani."Ih kakak! Jangan di acak-acak, jadi jelek nih." gerutu Zani.Azim hanya tertawa kecil melihat keluguan adik laki-lakinya itu. Zani dan Zahra segera berlalu dari hadapan Azim dan Gita."Aku masuk ke kelas dulu ya Bang," pamit Gita sambil tersipu malu.Dia mencium punggung tangan sang suami, dan Azim langsung mencium kening sang istri, lalu mengecup kilat bibir mu
"Mau kemana?" tanya Azim, saat Gita mau masuk ke kamarnya sendiri.Saat ini, mereka baru pulang dari rumah Gita, dan sekalian pengantin wanitanya langsung diboyong kembali ke kediaman keluarga Samudra."Mau ke kamar Kak." jawab Gita, sambil menunduk malu, tidak berani menatap wajah lelaki yang sudah bergelar sebagai suaminya itu."Ya sudah ayok kita ke kamar, tapi kamarku! Bukan kamarmu. Mulai sekarang, ini kamar kita!" tegas Azim, seraya menarik pelan tangan sang istri.Gita hanya menurut, sambil tertunduk malu. Sampai di kamar, Gita hanya terpaku, bingung harus bagaimana. Azim mendekat, lalu memegang kedua pundak gadis itu. Seketika jantung Gita bertalu-talu tak karuan. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus.Azim tersenyum, gemas melihat wajah sang istri yang merona karena malu. Ingin rasanya menerkam gadis itu saat ini juga, akan tetapi Azim masih harus bersabar, karena Gita masih sekolah."Cup!" Azim mengecup singkat kening Gita, lalu memandangnya lekat. "Kamu mandilah dulu, dan
Gita mengangguk pelan, saat Azim menatapnya lekat, seolah bertanya keputusan apa yang akan di ambil. Dan lelaki itu merasa sangat gembira, ketika melihat anggukan samar dari gadis di depannya."Baik Pi, aku akan menikahi Gita sekarang juga!" ucap Azim, tanpa keraguan sedikitpun.Syafiq dan Danu sangat gembira, mendengar jawaban dari Azim itu. Setelah malam ini, ayah Gita akan merasa tenang, karena anak tirinya sudah ada yang akan selalu siap melindungi."Terima kasih nak, sekarang bapak merasa tenang dengan keselamatan Gita." ucap Pak Danu, seraya menepuk bahu Azim."Alhamdulillah, karena calon pengantinnya sudah setuju, jadi sekarang kita masuk ke dalam lagi. Untuk sementara nikah siri dulu ya, karena Gita masih belum cukup umur untuk mendaftarkan pernikahan secara hukum." ucap Syafiq, merasa tak enak hati karena menikahkan putra sulungnya dengan cara seperti ini, dan terkesan buru-buru."Iya Pi, gak apa-apa." jawab Gita."Yang penting halal dulu Pi, jadi gak dosa kalau nanti khilaf