"Papi ... Papi ...!" teriak Azim, sambil berlari, menyambut Syafiq, yang baru pulang kerja. "Hai jagoan Papi," ucap Syafiq, penuh kelembutan, sambil merentangkan kedua tangannya, untuk menyambut sang anak."Upz!" Azim pun masuk ke dalam pelukan Syafiq. "Anak Papi udah wangi ya," lanjutnya lagi, sambil mencium pipi tembe m Azim.Suster Ratih hanya memperhatikan interaksi antara bapak dan anak tersebut. Syafiq mengalihkan pandangannya kepada suster Ratih, lalu bertanya, "Adek mana Sus?""Adel masih di kamar, sama suster Dian Tuan," terang Suster Ratih."Ya sudah, Azim biar saya bawa ke kamar!""Baik Tuan," jawab suster Ratih.Syafiq berjalan menuju kamarnya, dengan tangan kanan menggendong Azim, sedang tangan kiri, memegang tas kerjanya. Sampai depan pintu, Syafiq mendengar suara orang yang sedang muntah-muntah, dengan cepat dia masuk kamar, dan meletakan Azim di kasur, lau melhat kondisi Adelia. Wanita itu sudah duduk di lantai kamar mandi, tanpa bisa berdiri. Itulah kondisi Adeli
"Papi," teriak Azim dan Azzam, sambil membuka pintu lebar-lebar. Syafiq dan Adelia terkejut, spontan wanita itu segera berdiri menghalangi suaminya, sementara Syafiq, dengan cepat mengambil handuknya dan melilitkan kembali ke pinggang."Suster, biarkan anak-anak main di sini, kalian boleh istirahat." perintah Adelia."Baik Nyonya," jawab kedua suster itu, serempak.Kedua suster itu pergi, dengan pikiran yang entah. Beruntung mereka tak sempat melihat keadaan Syafiq yang tanpa handuk, karena si kembar sudah lari duluan di depan mereka."Badan Tuan luar biasa," gumam suster Ratih."Huss, jangan berpikir yang macam-macam!" jawab suster Dian."Mana berani? Lagian Tuan juga gak mungkin mau dengan aku," sungut Ratih."Tapi memang badan Tuan dangat menggairahkan, coba tadi handuknya terlepas," ceracau suster Dian."Diam-diam penasaran juga ya?""Huss, jangan berisik! Memangnya kamu mau di pecat? Kerja di sini enak, cuma main-main sama si kembar, gaji besar, diperlakukan seperti keluarga," u
Syafiq semakin tertawa kebar, melihat istrinya yang sedang merajuk. Di matanya, wanita itu sangat menggemaskan kalau sedang cemberut seperti itu. Sementara si kembar, yang belum mengerti apa-apa, ikut tertawa gembira, karena melihat sang Papi tertawa lebar.Suster Dian dan Suster Ratih, yang kebetulan sudah berdiri di sana, juga ikut terkekeh, melihat keluarga bahagia tersebut. Mereka bersyukur bisa bekerja pada keluarga yang tentram damai itu. Dengan begitu, mereka merasa nyaman dan aman dalam bekerja.Syafiq menggendong kedua anaknya, sementara Adelia menggandeng tangan suaminya itu. Mereka sekeluarga masuk ke rumah dengan Syafiq dan kembar yang masih terus tertawa, sementara Adelia masih cemberut karena merajuk.Sebuah pemandangan yang teramat sangat membuat iri yang melihatnya. Tanpa mereka sadari, dari kejauhan ada sepasang mata yang sedang menatap tajam ke mereka, dengan seringai yang tidak bisa di tebak."Tertawa lah sepuas kalian, karena sebentar lagi, kebahagiaan kalian akan
Arga terkejut saat membuka bungkusan tersebut, ternyata pesan yang di tulis dengan darah, "JANGAN BERHARAP HIDUP TENANG!"Leny pun ketakutan ketika membaca pesan tersebut, tubuhnya langsung gemetaran, dan wajahnya pucat pasi.Arga segera memeluk istrinya, dan berusaha menenangkan wanita itu. Walaupun hatinya sendiri merasa ngeri dengan pesan itu.Arga membawa Leny duduk di sofa, lalu dia segera mengambil HP-nya dan langsung menghubungi seseorang."Halo," jawaban dari seberang telpon."Halo Pak Syafiq, maaf mengganggu malam-malam begini. Barusan ada seseorang melempar batu ke jendela rumah saya, dengan pesan yang ditulis dengan darah," terang Arga."Saya segera kirimkan orang, untuk berjaga di sana. Berhati-hatilah sebelum orang-orang ku datang!""Baik Pak, terima kasih!"Telpon segera dimatikan, setelah Arga mengucap salam. Lelaki itu mengelus pundak istrinya, untuk memberikan ketenangan."Kamu tenanglah! Sebentar lagi orang-orang Pak Syafiq datang, untuk menjaga kita," ucap Arga pela
"Usahakan kembar tidur dalam pelukan kalian, untuk antisipasi penyusup menyerang, jadi kalian bisa gerak cepat untuk melindungi! Jangan membuat gerakan yang mencurigakan!""Baik Bang!"Suster Dian memberikan Hp-nya kepada suster Ratih, dan wanita itu segera membaca pesan tersebut. Dia mengangguk, lalu bangkit untuk mengambil Azim dari tempat tidurnya.Suster Dian pun segera melakukan hal yang sama. Mereka membawa kedua anak itu, untuk tidur di tempat tidur mereka, dan memeluk erat, takut ada yang membawa anak-anak itu tanpa setau mereka.Pagi menjelang, Sesuai kesepakatan semalam, Edo akhirnya ikut ke kantor bersama Syafiq. Untuk keselamatan semua yang ada di rumah, sudah di tangani oleh Burhan.Bayangan hitam yang semalam itu cuma mengintai, tidak ada pergerakan lebih. Atas perintah Syafiq, anak buah Burhan tidak bergerak, dan pura-pura tidak tau, untuk memancing Roni keluar."Sayang, Mas berangkat dulu ya, hati-hati di rumah. Ingat, ada apa-apa harus cepat panggil Ibu (Bu Siti), ata
Sam segera membawa barang-barang tersebut ke paviliun, yang dijadikan markas untuk mereka. Setelah meletakan barang tersebut di meja, Dia langsung menghubungi Burhan dan Syafiq, guna memberi tahukan masalah teror ini."Satu jam lagi, kita kumpul di ruang kerja saya!" ucap Syafiq, setelah mendapat penjelasan dari Sam.Sementara Burhan yang sedang mengawasi si kembar, segera datang kepada Sam, setelah memerintahkan anak buahnya, untuk memperketat penjagaan si kembar.Sejak tau Roni sudah kabur dari penjara, Syafiq memang menyerahkan keselamatan Azzam dan Azim kepada Burhan langsung, sementara Sam, ditugaskan untuk menjaga Adelia.Syafiq sendiri kembali diantar jemput oleh pak Isman. Dan Bu Siti di tugaskan untuk mengawasi keamanan rumah, melalui kamera CCTV.Satu jam kemudian, Syafiq pulang, dan langsung menuju ruang kerjanya. Di sana sudah menunggu Burhan dan Sam, serta Bu Siti, sedang pak Isman, baru datang setelah memarkir mobil."Ceritakan dari awal apa yang terjadi Sam!" perintah S
"Tidak apa-apa, jangan khawatir! Ada aku di sini!" ucap Syafiq , sambil mengelus sayang pundak sang istri.Keduanya terdiam, dengan pikiran masing-masing. Begitu banyak masalah yang sedang keluarga Syafiq hadapi. Kerjaan kantor sudah menumpuk, belum lagi masalah teror dan Roni. "Ting!" sebuah notif pesan masuk ke hp Syafiq. Lelaki itu dengan cepat membuka pesan tersebut. Pesan dari Edo, sebuah video panjang, yang Edo ambil dari semua CCTV tepi jalan, yang dilewati oleh tukang ojek yang mengantarkan paket misterius tersebut.Terlihat jelas, lelaki itu memberikan paket kepada penjaga, setelahnya orang itu langsung pergi ke sebuah rumah sederhana, dan di sambut oleh seorang wanita cantik dan seorang anak laki-laki yang baru berumur sekitar empat tahun.Tidak ada keanehan terjadi setelahnya. Kini vidio di putar ulang, dari dia menyerahkan paket ke penjaga, terus di putar mundur, seketika mata Syafiq terbelalak kaget, dan menghentikan video yang sedang di putar tersebut.Di sana terlihat,
Syafiq langsung kembali memeluk Desta. Rasa bahagia merasuki hatinya. Dia merasa sangat beruntung, memiliki saudara seperti Desta, biarpun bukan saudara kandung, tetapi perhatian dan kasih sayangnya melebihi yang saudara kandung.Tidak lama kemudian para peserta meeting mulai memasuki ruangan, termasuk Edi dan Arga. Desta duduk di sebelah kanan Syafiq, sedang Edo di sebelah kirinya, dan Arga berada di sebelah Edo.Meeting dimulai, dan semua berjalan dengan lancar. Setelah.meeting, semua orang meninggalkan ruangan, tersisa empat orang, yaitu Syafiq, Desta, Edo, dan Arga."Kalian segera datang ke ruang meeting di Perusahaan!" perintah Syafiq kepada orang di seberang telepon.Tanpa menunggu jawaban dari orang yang ditelpon, Syafiq langsung mematikan sambungan teleponnya dan kembali fokus kepada tiga orang yang berada di depannya."Edo, apa ada perkembangan baru?" tanya Syafiq, kepada Adik angkatnya itu."Polisi mulai bergerak, untuk menyelidiki persembunyian Roni! Ada informasi, kalau ma