….. Rombongan manusia yang terdiri dari beberapa bangsawan kaya terlihat memasuki salah satu ruangan di Akademi Kerajaan yang pintunya dijaga ketat oleh pengawal istana. Koa yang tak sengaja melihat langsung dibuat penasaran. Ia lantas bertanya kepada Aylin yang berada tepat di sebelahnya. “Apa yang mereka lakukan di dalam sana, Lady Otsana?” Aylin mengalihkan pandangan menuju arah yang ditunjukkan Koa. “Maafkan saya, Lady Dorian. Saya lupa memberitahu Anda. Sebenarnya pameran seni ini merupakan acara amal.” “Acara amal?” “Ruangan yang baru saja Anda tunjuk adalah tempat pelelangan lukisan. Uang hasil penjualan lukisan tersebut yang menjadi sumber dananya.” Koa mengamati satu per satu dari mereka yang masuk ke dalam ruang pelelangan. Ia menyadari terdapat perbedaan penampilan yang sangat mencolok antara tamu acara pelelangan dengan pengunjung pameran yang lain. “Apakah acara amal ini hanya diikuti oleh orang-orang tertentu saja, seperti mereka yang mendapatkan undangan khusus?”
….. “Aku baru saja menerima undangan makan malam dari Pangeran Zielle.” Black menyerahkan piring berisi steik daging yang sudah ia potong kecil-kecil kepada Koa. “Akan ada Lady Otsana juga di sana. Aku berniat mengajakmu untuk ikut bersamaku.” “Apakah tidak masalah jika saya ikut datang?” Black menikmati wine merah yang baru saja dituangkan ke dalam gelas oleh seorang maid. “Ini bukan acara makan malam resmi. Hanya akan ada kami bertiga dan tempatnya pun di restoran biasa. Kupikir tidak ada masalah membawa pasangan sendiri.” Mendadak Koa teringat isi obrolannya bersama Aylin siang ini. Obrolan yang dilakukan dengan cara berbisik dan penuh kehati-hatian itu membahas perihal acara amal yang diselenggarakan di Akademi Kerajaan. “Lord, pernahkan Anda mendengar kabar tentang Perkumpulan Plouton?” Kata Plouton atau Pluto memiliki arti dewa kekayaan dalam mitologi Yunani. Disebut dewa kekayaan karena Dewa Pluto sendiri dimitoskan menguasai bagian dalam dari isi bumi yang semua orang ket
….. Sesuai janjinya, selepas acara makan malam kami selesai, Lady Otsana mengajakku pergi ke ruang ganti tamu restoran untuk memberitahukan hasil pencariannya. Dengan alasan hendak membenarkan riasan, kami berhasil sampai di ruang ganti tamu tanpa menemukan masalah. Keanehan pun mulai terjadi. Tak lama setelah kami sampai di sana, Lady Otsana tiba-tiba saja terdiam dan menutup rapat mulutnya dengan kedua tangan. Karena khawatir, aku menyuruhnya untuk duduk dulu di kursi yang disediakan di ruang ganti. Dengan suara bergetar dan wajah pucat, ia mengatakan padaku jika ia mendadak merasa sangat mual. Mendengar itu, aku yang panik langsung berlari keluar, meminta bantuan Licia dan Yona yang memang kami minta untuk menunggu di luar. Selepas mendapatkan bantuan, aku dengan cepat kembali lagi ke dalam dan seketika terkejut ketika mendapati Lady Otsana sudah jatuh tak sadarkan diri di lantai. Duke Leander dan Pangeran Zielle sampai di ruang ganti tak lama kemudian. Aku yang sangat syok hany
….. Koa yang baru terbangun dari tidur siangnya terkejut mendapati kamar dalam keadaan gelap gulita. Dengan posisi masih berbaring, Koa memilih melamun untuk beberapa saat. Mulai bosan, Koa akhirnya keluar dari ranjang. “Bangunan-bangunan yang ada di ibukota dapat dilihat dengan jelas dari tempat ini.” Koa duduk di pinggiran jendela kamar sembari memandang ke luar dengan tatapan kagum. Cahaya terang di jalanan ibukota saat malam hari mengingatkannya pada langit berbintang di musim dingin. “Duke Leander— lagi-lagi pria itu mengambil keputusan tanpa membicarakannya dulu denganku,” ujar Koa, masih kesal pada Black. Ketika petugas dari Badan Penyidik datang ke mansion dan menangkapnya, Koa sempat berpikiran untuk kabur. Ia mengira, ada seseorang yang sedang berusaha menjebaknya. Penjara kotor dan ruang penyiksaan berisikan alat-alat aneh, gambaran mengerikan semacam itu langsung memenuhi isi kepala Koa. Tidak disangka, ia malah dikurung di dalam menara. Bangunan menara yang sementara
….. “Kak, sebelum Aylin jatuh tak sadarkan diri, bukankah dia sempat menghabiskan waktunya bersama Lady Dorian?” Zielle sontak memincingkan mata. Pria itu sangsi, sebab ia berusaha keras menutupi masalah ini agar tidak diketahui oleh para anggota inti dari parlemen Elinor. “Kau dengar itu dari mana?” “Asal kakak tahu. Berita semacam itu mudah sekali menyebar di lingkungan istana. Semua orang yang tinggal di sini, mulut mereka tidak dapat dipercaya,” jelas Zehra sembari menunjuk bibirnya sendiri. "Sebaiknya kau diam. Aku tidak mau masalah ini bertambah besar." Meski tidak sepenuhnya mengerti, Zehra mengangguk. "Baiklah. Aku turuti permintaanmu." Setelah melintasi lorong-lorong panjang istana, rombongan mereka akhirnya sampai di tujuan. Pengawal Zielle segera membukakan pintu kamar tuannya. “Kukira kau sudah tidak peduli lagi pada Aylin,” ujar Zielle masih curiga. “H-huh?! Tentu saja aku masih peduli. L-lagi pula, sebentar lagi dia akan menjadi kakak iparku,” balas Zehra terlihat
….. Bunyi keras pecahan kaca memekakkan telinga Black. Ia sontak berhenti dengan napas memburu. Gelisah, Black kuatkan otot-otot kakinya yang tegang setelah berlari menaiki ratusan anak tangga menara. Ia kembali bergerak, tak mau kehilangan satu detik pun dari waktunya. Tinggal satu lantai lagi, dan ia akan sampai di tempat Koa. Bersama Zielle, Taylor, Arnold, serta Ethan—ksatria Dorian Dukedom, pria-pria tangguh itu sudah siap menyelamatkan sang lady. “Bajingan-bajingan ini!” teriak Koa seperti orang kesetanan. “Lady Dorian!” teriak Black semakin mempercepat larinya. Ketika hampir sampai di depan pintu yang terbuka, Black tahu-tahu berhenti. Aksinya ini membuat Zielle tanpa sengaja menabrak punggungnya. Seperti tengah menahan gejolak panas dari dalam, geraman bernada rendah terdengar dari arah pria itu. “Black? Apa yang kau lakukan? Kenapa berhenti di tengah jalan?” tanya Zielle heran. Namun ketika dirinya merasakan aura mengerikan yang dikeluarkan Black, Zielle spontan menjauhka
….. Aylin sempat terlelap selama beberapa menit usai mengonsumsi obat yang diberikan Dokter William kepadanya. Namun tak lama kemudian, ia terbangun kembali karena teringat ada hal lain yang harus ia kerjakan. Lebih cepat, lebih baik. Itu yang ada di kepala Aylin sekarang. Perkembangan kesehatannya yang tergolong lambat membuat khawatir semua orang. Jika terus seperti ini, tinggal menunggu waktu saja sampai para bangsawan anggota inti parlemen mengetahui kondisinya. “Aku harus menulis surat untuk melaporkan hasil penyelidikkanku kepada Lady Dorian.” Mengandalkan tubuh yang masih lemah dan lesu—mengantuk karena pengaruh obat Dokter William, Aylin meraih pena dan beberapa lembar kertas dari dalam laci nakas di samping ranjang. Aylin tidak tahu kapan ia bisa bertemu lagi dengan Koa, mengingat wanita itu saat ini tengah dikurung di penjara menara. Aylin pikir, sementara ini surat menyurat menjadi satu-satunya cara untuk mereka saling berkomunikasi. Setelah permintaan Koa di pameran sen
….. Suara anak panah yang melesat menembus angin, disusul teriakan memilukan, memecahkan keheningan malam di Istana Dahlia. Tetes demi tetes cairan merah kental mengotori lantai kamar, membentuk sebuah lukisan abstrak yang mengerikan. “Sialan!” umpat seseorang. Sebuah anak panah menancap tepat di punggung tangan salah seorang penyusup. Meski tidak berhasil mengenai bagian organ vitalnya, bidikkan Zielle sukses menggagalkan aksi penyusup tersebut. Kelompok penyusup berjumlah enam orang itu panik lantaran pintu kamar yang mereka singgahi terbuka lebar. Dari arah yang sama, tampak sekumpulan prajurit istana, lengkap dengan senjatanya masing-masing. Sudah kepalang tanggung, para penyusup itu memilih melanjutkan aksi mereka. “Kurasa bajingan-bajingan ini sudah bosan hidup,” ujar Zielle sengit. Busurnya siap dengan anak panah kedua. Begitu pula dengan para prajurit istana di belakangnya. “Sisakan satu atau dua orang untuk diinterogasi, Yang Mulia,” seru Black yang baru saja tiba. Setu