Prologue
Nick menumpangkan kaki kanannya ke atas kaki kiri. Matanya yang berwarna biru menatap pria di depannya dengan tatapan sinis. "Sepertinya aku mendapatkan kehormatan karena raja datang ke kantorku yang tidak seberapa besar ini," ucapnya tidak kalah sinis dengan caranya menatap Dimitri Carloz, ayah kandungnya. Pria yang berumur sama dengan Rafael itu menatap Nick dengan tatapan lurus, sama sekali tidak terprovokasi oleh ucapan Nick. "Aku datang bukan untuk bertengkar denganmu." "Dengan kata lain, kau datang dengan damai?" "Jangan kasar, bagaimanapun aku ayahmu." "Dan Raja," ucap Nick, sedikit pun ia tidak mengurangi nada sinisnya. Baginya, Dimitri bukan siapa-siapa. "Jadi, apa tujuanmu datang ke sini, Yang Mulia?" "Aku ingin bertemu dengan anakku, apa itu salah?" Nick bersedekap sembari tertawa pelan, bahunya berguncang beberapa kali. "Tidak sesederhana itu, kurasa. Kau pasti memiliki tujuan lain." Dimitri berdehem. "Kau pasti pernah mendengar berita adikmu." "Oh, tentu saja. Bagaimana kabar Pangeran?" Kali ini nada sinis Nick tidak ada, tetapi itu sama sekali bukan nada yang ramah. Sudah tiga bulan sejak kecelakaan terjadi, Lexy belum sadarkan diri. Putra Mahkota masih terbaring di atas ranjang pasien dan menggunakan berbagai alat bantu untuk menopang kehidupannya. Gosip jika pangeran telah meninggal tetapi pihak kerajaan merahasiakannya mulai beredar luas di Spanyol dan semakin tidak terkendali karena Dimitri belum melakukan tindakan apa pun untuk menghentikan gosip itu. Lebih parahnya lagi opini itu seolah dibangun oleh orang terdekat keluarga kerajaan dan Dimitri tahu betul apa tujuan utama adiknya yang bernama Fernando Carloz melakukan hal itu. Ia dan Fernando terlibat perang dingin perebutan kekuasaan. Fernando selalu merasa jika kemampuannya melebihi Dimitri, sayangnya rasa percaya diri itu tidak berguna karena Dimitri merupakan putra mahkota kerajaan. "Adikmu belum sadarkan diri." Nada Dimitri muram. "Adik," gumam Nick disertai lengkungan di bibirnya membentuk senyum pahit karena jelas kedatangan Dimitri memiliki niat yang berhubungan dengan kepentingan kerajaan. Sangat mudah ditebak. "Ya, Alexion, adikmu." "Kalau begitu, kau jelas datang pada orang yang salah. Aku tidak memiliki adik." "Nicholas...." Dimitri berdehem. "Untuk sekali ini saja aku meminta tolong padamu. Sebagai ayah." Nick tertawa tanpa suara, hanya bahunya yang berguncang. "Ayah?" Mudah sekali Dimitri mengucapkan kalimat itu, bagi Nick, itu terdengar seperti lelucon. Ia sama sekali tidak menganggap jika Dimitri adalah ayahnya. Baginya, ayahnya adalah Rafael Knight. Bukan pria lain. "Jangan kasar, bagaimana pun kau adalah darah dagingku." Nick menaikkan kedua alisnya. "Darah daging? Kau hanya menitipkan benih di rahim ibuku. Kau bahkan tidak sekali pun peduli padaku, padahal kau tahu keberadaanku. Kau hanya peduli pada takhtamu." "Aku mengakui kesalahanku." Dimitri menatap wajah putranya. "Kau dan adikmu sangat mirip, jika kau menyamar untuk tampil di muka umum, tidak ada seorang pun yang akan curiga." "Aku menolak!" sahut Nick tanpa berpikir lebih dulu. Sama sekali tidak memerlukan pertimbangan. "Dengarkan aku dulu," ucap Dimitri, nadanya mulai tidak sabar karena sikap Nick yang tidak menghargai keberadaannya. "Keputusanku telah final, aku menolak apa pun yang berhubungan dengan kalian." Nick memundurkan kursi kemudian bangkit dari duduknya. "Terima kasih atas kunjungannya, aku merasa sangat tersanjung karena Yang Mulia bersedia repot-repot datang ke sini." Ia menyilangkan satu lengannya di depan dada dan sedikit membungkuk. Dimitri bangkit, ia tersenyum sinis. "Begini cara Rafael mendidikmu?" "Ayahku mendidikku dengan sangat baik." "Tapi, sikapmu tidak mencerminkan jika Rafael mengajarkan sopan santun." Nick tersenyum miring. "Oh, maaf untuk itu. Kuarasa untuk itu kau bisa menyalakan ibuku." "Bagaimana jika aku mengatakan kepada istrimu dan sahabatmu jika Clara masih hidup?" Nick menyipitkan matanya. "Kau mengancamku?" "Tidak, hanya bertanya." Dimitri menumpangkan paha kanannya ke atas paha kiri. Ibu jarinya mengelus dagunya sembari menatap Nick dengan tatapan penuh kemenangan. "Bagaimana reaksi istrimu jika tahu kau dan Rafael membohongi banyak orang." "Kau sangat licik!" geram Nick. Rahangnya mengeras, ia menatap Dimitri dengan tatapan permusuhan. "Kau mengeluarkannya dengan menyebarkan rumor bunuh diri." "Aku tidak ingin ibu dari anakku menderita di dalam penjara." Dimitri tersenyum tipis. "Tawaranku mudah, tetapi alangkah baiknya kau duduk dulu." Jengkel, merasa terperdaya, dan tertekan, Nick menghempaskan bokongnya ke atas kursi dengan kasar. "Katakan.""Hingga adikmu sadarkan diri, gantikan posisinya." "Aku menolak," sahut Nick kembali tanpa berpikir panjang."Kebohonganmu dan Rafael akan terbongkar, sahabatmu akan kecewa. Aku jamin," ujar Dimitri dengan nada sangat percaya diri. Nick menyandarkan punggungnya, ia tertawa pelan lalu berucap, "Mereka orang-orang yang memiliki hati paling indah di dunia. Lagi pula bukan kami yang mengeluarkan Clara dari penjara. Kau yang melakukannya, mereka pasti mengerti." Ia tidak memiliki keraguan sedikit pun terhadap Beck, Lucy, Xaviera, dan Vanilla. Mereka tidak akan menyalahkannya dan Rafael, ia yakin. Sangat yakin. "Bagaimana jika perusahaan ini...." Dimitri berdehem. "Aku memiliki hak prerogatif di negara ini, aku bisa menghancurkan apa pun yang kuinginkan, apa lagi hanya sebuah perusahaan." Nick bangkit, ia menggebrak meja dan berucap, "Jangan mengancamku! Kau memang Raja di negara ini, tetapi aku tidak memiliki kewajiban menuruti keinginan pribadimu! Kewajibanku hanya menaati peraturan yang berlaku!" Dimitri tidak terpengaruh. "Duduklah, kau sedang bicara dengan orang tua." Nick mendengus kasar. "Ya, aku bicara dengan Raja." Ia kembali duduk dengan kasar."Kau pikir, bagaimana perasaan Rafael jika perusahaan yang ia jaga seumur hidupnya dihancurkan oleh anak yang bukan darah dagingnya?" tanya Dimitri dengan nada dingin dan tatapan lurus.Pertanyaan itu seperti pedang yang menyabet jantungnya. Ada Vanilla dan calon anaknya, masa depannya. Ia tidak bisa menyeret mereka dalam kesengsaraan yang disebabkan oleh keegoisannya."Katakan apa yang harus kulakukan untuk kalian." Pada akhirnya, ia meruntuhkan kesombongannya. Mengalah pada ayah kandungnya."Kau hanya harus hadir dalam acara-acara yang telah dijadwalkan kerajaan hingga Lexy terbangun." "Jika dia tidak bangun?" "Takhta akan menjadi milikmu." "Dengan identitas Lexy?" Dimitri mengamati wajah Nick. "Tentu saja."***
Hola, Mi Amor.
Jumpa lagi di Clan Papa Tiger.
Holla, Mi Amor. Ah, aku senang banget tiap nulis every single chapter of this novel karena antusias kalian besar banget dan itu bikin aku termotivasi.Tapi, sedikit jadi beban juga takut hasilnya tidak seindah ekspektasi kalian.Tapi lagi, aku berusaha sebaik dan semampuku.Selamat membaca.Jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan RATE bintang kecil di pojok kiri bawah layar ponsel kalian.Follow Author dan share this Story.Chapter 1Dinner
Chapter 2TragedyGetar dan suara ponsel di atas nakas membuat Lexy membuka matanya lalu menggeser tubuhnya, berusaha untuk menjangkau benda yang suaranya cukup mengganggu gendang telinganya. Ia menatap layar ponselnya, membaca nama pemanggil yang tertera di sana, ekspresi malas seketika terlihat jelas di wajah tampannya."Ya, Amor," ucapnya setelah menyeret tombol berwarna hijau di layar ponselnya. Ia mendengarkan suara gadis yang berbicara di speaker telepon lalu kembali berucap, "Aku akan berada di sana tepat saat kau mengangkat piala."Lexy mematikan panggilan lalu kembali meletakkan ponselnya ke atas nakas sembari menghela napasnya dengan sedikit kasar."Sunny akan menyandang gelar Ratu Kecantikan di Spanyol tahun ini, dan....""Jangan memulai," sahu
Chapter 3Worst RegretPoppy Zevarkis memegangi gelas berisi cokelat panas di tangan kirinya dan di tangan kanannya piring kecil berisi pan cake. Setelah bercinta dengan Lexy, ia tertidur dan baru saja bangun pukul delapan pagi. Sambil bernyanyi kecil menirukan lagu yang mengalun melalui ear phone, ia melangkah menuju ruang kerjanya yang nyaman.Sebagai seorang arsitek, ia memerlukan tempat bekerja yang tenang dan tentunya menyenangkan. Poppy mendesain ruang kerjanya dengan warna biru muda dan putih. Sehingga setiap kali ia berada di sana, solah ia sedang berada di langit yang biru bersama awan.Ia menikmati pekerjaan sebagai seorang arsitek dengan caranya. Ia menggambar gedung, jembatan, rumah, dan sarana lain. Tetapi, ada satu yang tidak bisa ia gambar. Poppy selalu merasa jika ia tidak bisa menggambar masa depannya sendiri.
Chapter 4FriendsSunshine menyilangkan kedua lengannya di depan dada, matanya menatap Lexy yang terbaring di atas ranjang pasien. Selang medis yang entah berapa jumlahnya berada di sana sini guna membantu pria malang itu mempertahankan nyawanya. Wajah tampannya menderita beberapa luka memar, juga alat bantu pernapasan dan monitor untuk memantau detak jantungnya membuat semakin membuat suasana batin Sunshine berawan.Andai ia tidak mendesak Lexy di malam penobatan dirinya sebagai ratu kecantikan di Spanyol, Lexy tidak perlu mengalami semua ini. Alexion Carloz yang tampan seharusnya masih segar bugar sekarang, paling tidak ia bisa menyaksikan tatapan dingin dari mata berwarna cokelat itu.Sekarang, setelah tiga hari terbaring di atas tempat tidur, Lexy belum juga sadarkan diri. Dokter mengatakan jika efek dari berbagai macam operasi yang dijalaninya mungkin menyebabkan Putra Mahkot
Chapter 5GratefulnessBerita buruk. Menurut Sunshine begitu. Ia mendapatkan kabar dari Dimitri jika ada seseorang yang akan menggantikan posisi Lexy untuk sementara hingga pria malang itu terbangun dari koma. Lebih buruk lagi, Dimitri mengatakan jika kemungkinan buruk terjadi, pria itu juga yang akan menggantikan takhta Lexy.Ya Tuhan. Sunshine benar-benar merasa jika ia berada dalam situasi sulit. Garis keturunan yang membuatnya tidak bisa memilih sendiri pria yang akan bersamanya menghabiskan sisa hidup.Sunshine meletakkan telapak tangan Lexy di satu telapak tangannya, satu tangannya mengelus punggung telapak tangan Lexy. Pria itu adalah kunci atas hidupnya karena jika Lexy tidak juga sadarkan diri, bisa dipastikan ia harus menikahi pria asing yang sama sekali tidak dikenalnya. Meski
Chapter 6 Lots of Secret Demi Tuhan. Sunshine mengakui jika pria yang menggantikan Lexy sangat tampan, memikat, memiliki aura yang sangat kuat. Tetapi, yang lebih dari itu adalah pria itu benar-benar menyerupai Lexy. Rambut Lexy palsu ditata rapi seperti biasa setiap kali tunangannya tampil di depan umum. Nyaris tanpa cela. Kecuali di bagian alisnya. Lexy palsu memiliki bentuk alis yang lebih tebal dan tegas, selain itu ia belum menemukan yang lain. Tetapi, ia akan menemukannya agar kelak ia tidak salah mengenali. Andai saja beberapa menit yang lalu ia tidak keluar dari kamar yang ditempati Lexy, Sunshine pasti mengira jika Lexy memang telah bangun dari koma. Ia masih tidak mempercayai sepenuhnya jika pria yang menggantikan tunangannya memiliki kemiripan 95%. Ke
Chapter 7 A Naive Girl Sunshine memasuki kamar di mana Lexy masih terbaring, ia menghentikan langkahnya karena mendapati Jessie berada di sana. Sesuatu yang asing karena Jessie sangat jarang meluangkan waktunya untuk datang ke rumah sakit meski kakaknya telah berbulan-bulan berada di sana. Sederhana saja, ia beralasan aroma desinfektan di rumah sakit sangat mengganggunya. "Jessie," desah Sunshine seraya melangkah mendekati Jessie yang duduk di tepi ranjang pasien. "Aku tidak tahu jika kau di sini." Jessie tersenyum seraya mengulurkan satu tangannya ke arah Sunshine. "Aku merindukan kalian." Sunshine juga tersenyum, ia menyambut uluran tangan Jessie. "Kau rindu padaku?" "Ya." Jessie meng
Chapter 8 Anger & Jealously Charlotte mengerutkan kedua alisnya karena menyadari jika Beck terlihat tegang mendapati mantan tunangannya di depan pintu. Ia yakin, jika asa yang tidak beres. Apa lagi perut Sophie yang buncit membuatnya langsung menebak jika ada sesuatu yang mereka sembunyikan. "Aku harus bicara dengan Beck," ujar Sophie tanpa menatap Charlotte. Ia menatap langsung mata Beck dengan tatapan mengintimidasi. Charlotte mengedikkan bahunya. "Silakan saja." Ia hendak berbalik meninggalkan Beck dan Sophie. Tetapi, Beck menangkap pergelangan tangannya. "Aku tidak akan mencampuri kepentingan kalian," ucapnya dengan nada sangat santai. Beck benar-benar hanya bisa bernapas menggunakan sebelah paru-parunya. Sepertinya begitu karena oksigen yang ia hi
Dua tahun telah berlalu setelah pernikahan mereka di Ainsa yang digelar dengan megah dan mewah, Lexy dan Sunshine menjalani rumah tangga yang manis meski terkadang terjadi pertengkaran kecil di antara mereka. Tetapi, itu mereka anggap hal lumrah karena setiap rumah tangga memiliki masalah sendiri."Suamiku, tolong ambilkan tali kekang León," seru Sunshine dari balik walk in closet-nya.Lexy yang sedang mencari ponsel di antara tumpukan buku-buku mengalihkan pandangannya dan memanjangkan lehernya berusaha melongok keberadaan istrinya yang seharusnya berada di atas tempat tidur. Tetapi, istrinya tidak lagi berada di sana. Sambil menggelengkan kepalanya, Lexy bangkit dari duduknya dan melangkah menuju arah suara."Amor, untuk apa kau mencari tali kekang León?" Lexy memandangi istrinya yang telah berdandan. "Kau berencana keluar?""Ya, aku ingin berjalan-jalan bersama León," sahutnya dengan acuh.Lexy mengerutka
Chapter 58EndTiga puluh dua Minggu Sunshine mengisi waktunya tanpa Lexy, rasanya waktu berjalan begitu lambat, ia bahkan memilih tinggal di kediaman orang tuanya karena enggan merasakan kesepiannya yang mendalam di tempat tinggal pribadinya. Rasa rindu ternyata sangat menyiksanya meskipun setiap hari mereka bertukar kabar melalui panggilan video. Justru setiap kali selesai melakukan panggilan video, rasa rindu semakin menderanya seolah ia harus menunggu seribu tahun lagi agar dapat kembali menyentuh Lexy.Namun, penantiannya hari ini seharusnya berakhir. Lexy dijadwalkan kembali dari Inggris dan ia tidak sabar untuk memeluk kekasihnya.Musim panas akan segera berakhir, tetapi cuaca masih cukup hangat dan pastinya mengenakan dress yang terbuat dari bahan tipis dan lembut adalah pilihan yang tepat. Dress sepanjang mata kaki tanpa lengan dan krah setinggi leher berwarna nude terlihat menawan di tubuh Sunshine.Ia keluar dari kamarnya dan mendapati ibu
Chapter 57The King is MineLexy telah mahir meluncur di atas arena ice skating dan pria itu juga sering dengan sombongnya menunjukkan kepiawaiannya berakrobat kepada Sunshine yang membuat Sunshine kadang memekik karena merasa ngeri saat Lexy bermanuver seperti seorang profesional.Lexy memang dengan cepat menguasai teknik bermain ice skating dan semua itu tidak didapatkan dengan cara autodidak karena ia menyewa guru profesional untuk mengajarinya juga Sunshine.Lengan Lexy berada di pinggang ramping Sunshine, mereka meluncur dengan lembut dan dengan gerakan selaras mereka merentangkan satu kaki ke depan kemudian Sunshine mengangkat satu kakinya dan menumpukan berat badannya kepada Lexy yang mencondongkan tubuhnya dengan gerakan lentur ke arah belakang.Mereka meluncur membentuk lingkaran di tengah arena beberapa kali lalu Lexy menahan pinggul Sunshine yang dengan lembut berbalik ke menghadap ke arahnya dan mengangkat tubuh ringan Sunshine. Mem
Chapter 56Can You Feel it?Dua Minggu kemudian.Poppy meraih gagang telepon yang ada di depannya dengan cara yang sangat tenang. Di depannya, Clara menatapnya dengan tatapan sinis juga meraih gagang telepon."Apa maumu?" tanya Clara dengan suara enggan dan terdengar berat.Poppy tersenyum mengejek. "Aku mengunjungi ibu angkatku, apa aku salah?""Jalang!" desis Clara."Jangan mengataiku karena kita sama," ucap Poppy dengan nada yang sinis.Clara menatap Poppy yang terhalang oleh sekat kaca dengan tatapan penuh kebencian. "Pergi kau dari sini!""Aku tidak akan berlama-lama di sini, aku hanya ingin memastikan keadaan Ibu angkatku. Kuharap kau tidak terancam hukuman mati karena telah merencanakan pembunuhan."Wajah Clara memarah dan dadanya bergerak naik turun karena amarah karena ucapan Poppy. Malam itu Clara memerintahkan Poppy mengangkat gelasnya untuk bersulang dengan Lexy sebagai aba-aba kepada pembunuh bayara
Chapter 55MisunderstandSunshine ternganga atas apa yang dilakukan oleh Jessie. Apa lagi Beck, belum pernah dalam hidupnya di tampar oleh seorang gadis menggunakan bunga."Jessie, dia...." Sorot mata Sunshine memancarkan rasa iba kepada Beck. "Beck, maafkan Jessie, dia adalah adik Lexy."Darah Beck yang menggelegak oleh amarah seketika harus dikesampingkan, tetapi bukan berarti mereda. Gadis yang menurutnya tidak memiliki sopan santun itu ternyata merupakan adik Lexy, dan ia belum pernah melihatnya. Atau mungkin ia yang terlalu acuh pada dunia hingga ia tidak mengenali seluruh wajah anggota kerajaan di negaranya?Ia menjepit bunga yang dilemparkan Jessie ke dadanya menggunakan lengannya dan dengan gerakan santai mengusap wajah yang terkena tamparan buket bunganya dan bersyukur tidak ada duri yang melukai kulitnya.Beck menaikkan sebelah alis dan tersenyum miring. "Oh, jadi ini Tuan Putri? Senang sekali bisa bertemu dengan Tuan Putri yang sangat sopan."
Chapter 54Our Baby Vanilla menyerahkan bayi di dalam gendongannya kepada Lexy dan berujar, "Aku tidak ingin kau terlalu memanjakannya.""Aku tidak memanjakannya." Lexy menerima bayi yang diberi nama Marcello Knight. "Aku hanya terlalu antusias menyambut generasi Carloz."Vanilla menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Marcell benar-benar beruntung memiliki Paman yang sangat menyayanginya.""Dia beruntung memiliki Paman setampan aku, bukan begitu, Cariño?""Stop berbicara omong kosong, aku lebih tampan darimu," ucap Nick seraya membantu Vanilla melepaskan ikatan rambutnya kemudian dengan hati-hati mengikat rambut Vanilla.Vanilla tersenyum menyaksikan keakraban antara Nick dan Lexy. Batinnya bersorak puas karena akhirnya Nick mendapatkan keluarga kandungnya. Dimitri telah tersadar dan Nick mengunjungi Dimitri secara rutin. Suaminya juga dengan antusias menceritakan apa saja yang dibicarakan bersama Dimitri, tidak ada lagi nada enggan
Chapter 53Jealous of León Nick tidak ingin melihat wajah Clara lagi andai wanita itu bukan ibunya. Setelah membuat malu di depan Beck dan keluarganya, Clara juga membuat Nick kini kehilangan wajah di depan Lexy. Untungnya Beck tidak pernah menaruh dendam kepadanya, juga Lexy yang bersikap bijaksana. Lexy bersedia merahasiakan siapa dalang dibalik rencana pembunuhan yang menargetkan dirinya.Dengan berat hati ia meraih gagang telepon di atas meja, matanya menatap Clara dengan tatapan penuh kepedihan. "Apa salah Lexy padamu?"Lexy tidak salah, tetapi Dimitri. Ini adalah kali kedua ia berurusan dengan polisi. Tetapi, tidak ada penyesalan baginya karena Clara ingin membuat Nick mendapatkan haknya sebagai putra mahkota. Ia berusaha melakukan yang terbaik untuk putranya.Clara tidak menyangka jika ia akan tertangkap dengan cepat. Ia telah memperhitungkan dengan teliti, saat eksekusi Lexy dilakukan Clara berada di bangku pesawat yang sedang lepas
Chapter 52She Deserved Lexy menghampiri Sunshine yang berdiri di depan dinding yang terbuat dari kaca yang memisahkannya dengan Poppy."Amor," sapa Lexy seraya memberikan kecupan di pipi Sunshine.Sunshine tidak bereaksi. Entahlah, perasaannya berkecamuk menyaksikan Poppy yang nyaris kehilangan nyawanya. Beberapa bulan yang lalu Poppy bersamanya di rumah sakit untuk Lexy dan sekarang keadaan justru berubah, ia berdiri bersama Lexy untuk menatap Poppy yang terbaring di atas ranjang pasien.Namun, bukan hanya sampai di sana yang membuat hatinya terasa hancur. Pemberitaan yang beredar di media sosial dan media massa, Poppy menghadang peluru untuk melindungi Lexy. Meski kenyataannya Lexy yang berada di tengah acara adalah Nick, tetap saja batin Sunshine terasa dihujani rasa bersalah. Lebih dari itu, Poppy kembali mendapatkan proyeknya. Entah ada campur tangan Lexy atau tidak.Namun, menurutnya Cinta Poppy lebih besar dari cintanya kepada L
Chapter 51Father Fernando memeriksa jam di pergelangan tangannya kemudian berucap, "Kurasa pembicaraan kita selesai."Lexy setuju dengan hal itu. "Ya. Tapi, kuperingatkan padamu sekali lagi, kau sebaiknya berpikir seribu kali jika ingin bermain-main denganku karena aku, kau tidak akan pernah menyangka bagaimana sepak terjangku jika menyangkut keluargaku.""You have my words."Dibandingkan skandalnya terbongkar dan ia tidak akan lagi memiliki wajah di depan seluruh manusia di muka bumi ini, Fernando lebih baik kehilangan ambisinya. Ia lebih baik mengubur keinginannya untuk menumbangkan keluarga kakaknya dari pada citranya sebagai pria baik dan suci hancur menjadi kepingan-kepingan yang tidak berarti. Baginya jika kehilangan memiliki citra baik di muka umum, sama halnya memakai topeng yang terbuat dari kotoran."Kurasa pilihanmu tepat untuk tidak berada di tengah acara," ucap Fernando saat Lexy menekan kunci mobil untuk membukanya.Le