Home / Thriller / Qolbu Quddus / Chapter 108 Razia

Share

Chapter 108 Razia

Author: aries23
last update Last Updated: 2022-06-23 23:08:59
Beberapa hari setelah kejadian direstroan, Abraham tidak pernah pulang kerumah dan menemui Safira di rumahnya Hartawan. Safira hanya mendengus kesal, padahal dia masih menginginkan pria itu meminta maaf padanya, sekedar membujuknya. Saat dirinya sudah bisa menerima, saat itulah dia dicampakkan begitu saja. Sungguh kejamnya dunia.

Disisi lain Abraham mengetuk pintu, ketukkanya semakin keras saat pemiliki rumah, tidak dilihatnya membukakan pintu. Wajah Abraham terlihat kesal, dan ketika hendak mengetuk lagi, seorang wanita keluar dari dalam rumah.

“Hay, akhirnya kamu kamu datang juga. Aku sudah menunggumu.” wanita itu tersenyum membelai dada Abraham, diselingi tatapan genit.

“Kenapa kau, datang kerestoran waktu itu? Bukankah aku sudah memberi, apapun yang kau minta, rumah, mobil, uang, apalagi yang kurang?” Abraham menepis tangan wanita itu dan menatapnya dengan tatapan jengah.

“Aku ingin kau menikahiku Bra...” wanita itu memeluk pinggang Abraham.

“Aku tidak akan menikahimu. Karena
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Qolbu Quddus   Chapter 109 Stop, Mencampuri Urusan Orang

    Safira hanya termenung, duduk di teras rumah Hartawan Wijaya Kusuma. Kini Abraham sudah menghilang bak di telan bumi. Yang paling mengejutkan lagi, rumah mewah yang di tinggali Abraham, juga mobil yang dia miliki, juga ikut di sita oleh seseorang yang mengaku Abraham memiliki hutang padanya. Namun walaupun Abraham sudah bangkrut dan menghilang, tetapi para bodyguard nya tetap setia menjaga Safira. Feri, Thoriq, Fadil, mendekati Safira dan duduknya di sampingnya. “Kenapa masih di luar? Di luar dingin lo,” ucap Feri. Safira tidak menanggapi, dia hanya mendengus pelan. Thoriq membuka jaketnya dan memakaikannya ketubuh Safira. “Sampai kapan nona seperti ini? tidak baik bersedih setiap saat. Yang pergi tidak akan kembali, kecuali takdir mempersatukannya kembali.” Thoriq berujar dengan lembut, masih menghormati perempuan yang ada, disampingnya . Walaupun Safira tidak lagi kaya, dan terus saja di manjakan oleh barang-barang mewah pemberian Abraham, seperti dulu. Tetap saja wanita itu perna

    Last Updated : 2022-06-25
  • Qolbu Quddus   Chapter 110 Drama Cinderrella

    Setelah latihan yang cukup panjang dan melelahkan, akhirnya sampailah pada hari H nya. Kelas Safira menampilkan drama cinderrella diatas panggung. Tirai yang besar dan juga tinggi perlahan terbuka, memperlihatkan seorang saja yang sedang gundah gulana, memikirkan putranya yang masih saja sendirian, dan tak kunjung menikah. Sang raja duduk disinggasana kebesarannya, (diperankan oleh Safir Ahmad Fadhil Zikri) disampingnya berdiri seorang pengawal (diperankan oleh Adira Fairuz). “Mohon Ampun Tuanku, apa yang membuat baginda raja terlihat begitu bersedih? Apakah hamba boleh mengetahui, gerangan apa yang membuat baginda bersedih?” pengawal berkata dengan takzim menundukkan kepalanya didepan sang raja. “Saya bersedih memikirkan putra kerajaan, belum juga kunjung menikah. Jika putra mahkota tidak menikah, dan tidak memiliki keturunan, lalu siapa yang akan melanjutkan memimpin kerajaan ini?” sang raja sangat bersedih jika memikirkan kelangsungan dan kejayaan kerajaannya dimasa yang akan dat

    Last Updated : 2022-06-26
  • Qolbu Quddus   Chapter 111 Masa lalu Yang Mengusik

    “Mau kemana putri? Kita belum selesai berdansa.” Fikri mengucapkannya terbata-bata, antara yakin atau tidak. Apakah itu, dialog yang harus dia ucapkan atau tidak. Safira mencoba bangkit, dan high hillnya tidak copot dari kakinya, seharusnya ketika dia jatuh high hill itu terjatuh sebelah. Melihat adegan demi adegan telah berantakkan, Fikri berinisiatif untuk memberitahu gadis itu, melewati dialog tambahan. Fikri meraih tangan Safira yang sudah berdiri. “Putri, apakah kamu akan meninggalkanku?” fiks, dialognya tidak ada didalam naskah. Membuat para guru dan siswa lainnya, hanya mengelus dada dan tepuk jidat. Mata keduanya beradu, berharap Fikri mengatakan sesuatu padanya. Karena saat ini, otak Safira sudah seratus persen, blank. “Jatuhkan sebelah sepatumu, sesuai adegan didalam naskah.” Fikri mengingatnya sambil berbisik. Safira hanya menghela nafas, dan beracting berlari lagi. Itu membuat Fikri mengerutkan dahinya, namun ketika Safira berusaha melepaskan sepatunya, dengan melak

    Last Updated : 2022-06-27
  • Qolbu Quddus   Chapter 112 Dasar Anak Pembawa Sial

    “Freya....” teriak Fikri, melihat tubuh Freya terpelanting beberapa meter dari tempat kejadian. Fikri yang masih memiliki kesadaran, sempoyongan mendekati kekasihnya itu sekaligus sahabatnya, yang dia panggil dengan panggilan, Caca. Fikri menyentuh urat nadinya dan ternyata sudah tidak berdenyut lagi. “Freya...” teriak Fikri, histeris memeluk erat Freya untuk terakhir kalinya. Fikri mengeleng-ngelengkan kepalanya, mencoba mengusir bayang-bayang Freya dibenaknya. “Ayo bang, kejar Aruna.” Aruna berteriak, keluar dari kamar abangnya setelah mengelitik perut sang abang. “Awas ya, kalau nanti abang tangkap, Aruna tidak akan abang lepas.” Fikri mengejar Aruna bocah yang masih berumur 5 tahun itu, yang telah mengangu tidurnya. Aruna dengan gesit mampu menghindar dari tangkapan abangnya. Hingga sesuatu terjadi, kaki Aruna Wardana Wijaya Kusuma tergelincir. “Abang....” teriak Aruna. Spontan Fikri yang sudah hampir saja mendekati adiknya itu, mencoba menarik tangan bocah itu, agar tidak

    Last Updated : 2022-06-28
  • Qolbu Quddus   Chapter 113 Tragis

    Petaka, itu adalah salah satu kata yang mampu, mengambarkan suasana hati Safira malam itu. Dia diusir dari rumah Fatma Wati, karena fitnah yang mengangapnya psk. Ditengah jalan, dia bertemu dengan Safir Ahmad Fadhil Zikri, mereka terlihat berbincang sebelum akhirnya, orang suruhan Abraham Adhitama, memaksanya dan masuk kedalam mobil. “Kau...” Safira terlihat kesal saat melihat Abraham Adhitama disampingnya. Dia hanya melongos kesal. "Darimana kau tau, aku ada di sana hah?" Safira marah. Ingin sekali rasanya, mencekik lalu memotong-motong tubuh Abraham. Namun Abraham, hanya tersenyum simpul. "Apa jangan-jangan, ini semua rencanamu ya?" sambungnya, mencurigai Abraham yang gerak-geriknya terlihat santai dan mencurigakan. "Jangan asal tuduh." jawab Abraham cuek. "Kalau tidak kau, siapa lagi hah?" Safira semakin emosi, meninju wajah Abraham. "Kau ini kecil-kecil ganas ya." Abraham mencolek, wajah Safira lembut. Safira cepat menepis tangan Abraham, dengan kasar. Terbersit di pikiran A

    Last Updated : 2022-06-29
  • Qolbu Quddus   Chapter 114 Pengadilan

    “Sidang perkara pidana, atas nama terdakwa Barra Rafeyfa Zayan kami nyatakan dibuka, dan terbuka untuk umum,” ucap Hakim Ketua, yang diikuti ketukan palu.Pihak pembela, kasus kematian Bagas Hidayatullah, menghela napas pendek. Akhirnya setelah belasan tahun, pihak keluarga yang menginginkan keadilan kematian Bagas, kembali dibuka dipenggadilan Rokan Hilir.Selanjutnya, Hakim Ketua membacakan dengan rinci nama, alamat, agama, umur, jenis kelamin terdakwa.“Pada tahun 2012 pada tanggal 12 April, tepat pukul tiga sore, seorang yang bernama Antoni, memakai seragam hitam, meletakkan sebuah sejata api di rerumputan taman, rumah Hartawan Wijaya Kusuma. Disore itu, Fikri Wijaya Kusuma sedang bermain kejar-kejaran, dengan pamannya Bagas Hidayatullah. Saat sedang berlari, Fikri yang masih, berumur lima tahun mendapati pistol tersebut, dan mengambilnya, lalu menembakkan nya pada sang paman Bagas Hidayatullah, hingga Bagas Hidayatullah tewas di tempat,” ucap sang pembaca dakwaan dengan lantang.“

    Last Updated : 2022-06-30
  • Qolbu Quddus   Chapter 115 Keterangan Palsu

    “Sebelum kami, memanggil para saksi... Ada beberapa hal, yang harus kami jelaskan. Pada tanggal 12 April 2012, tepat pukul 08:00 wib, kami menemukan riwayat panggilan telepon, dengan nomor bernama Zayan, dan menelpon seseorang yang bernama Antoni. seorang akuntan, dan pembunuh bayaran.““Antoni ini, sudah sering keluar masuk bui, karena tindakan pembunuhan, namun dia selalu divonis bebas, karena tidak cukup bukti untuk menjerat tersangka, dan semuanya dianggap fitnah dari seseorang yang tidak menyukai Antoni. Ada lima riwayat, panggilan dihari tersebut, Pertama dijam 08:00, Kedua di jam 10:30, ketiga di jam 11:45, keempat di jam 14:00, dan kelima di jam 14:58, dengan orang yang sama, dan nomor yang sama.”“Kami juga menemukan map, yang berisikan foto orang-orang yang mungkin menjadi target pembunuhan. Kami mendapatkan foto ini, didua tempat berbeda. Diantaranya ada pak Bagas Hidayatullah.”“Baiklah, selanjutnya, kami akan memanggil saksi pertama, yaitu Antoni yang diperintahkan, Barra

    Last Updated : 2022-07-02
  • Qolbu Quddus   Chapter 116 Para Tersangka

    Safira dan para bodyguardnya, mengawasi Antoni dari ruang kontrol, yang berada di ruang lain. Mereka sengaja, membiarkan Antoni pergi, karena dia akan dijadikan umpan untuk mengetahui lebih banyak informasi tentang Barra Rafeyfa Zayan. Setelah bisa meninggalkan rumah tempat penyekapannya, dia pun berusaha menghubungi Barra, namun panggilannya tidak diangkat oleh Barra. Sampai akhirnya Antoni mendatangi rumah Barra dan dengan memaksakan diri, berusaha masuk untuk menjumpai Barra. “Hey, saya sudah katakan padamu. Pak Barra, tidak ada dirumah, apa kau tidak bisa mendengar? Sekarang keluar dari rumah saya, atau akan aku panggilkan polisi untuk mengusirmu.” teriak Vano ponakan Barra geram, melihat Antoni tidak menghiraukannya. Pria tersebut semakin marah, malah menghajar sang pria dengan bringas, Antoni berusaha melawan, namun kekuatannya kalah telak. Di tambah lagi, tiga hari dia disekap dan juga disiksa, dan terus di introgasi. Barra akhirnya turun dari kamarnya, karena mendengar keri

    Last Updated : 2022-07-04

Latest chapter

  • Qolbu Quddus   Chapter 46 Lukisan

    Safira menghela napas lelah membaca bait demi bait tulisan diary tersebut. Safira menutup laptopnya, dan segera keluar dari kamarnya. “Mau kemana?” hadang Safira saat melihat Fikri keluar dari kamarnya. “Bukan urusanmu.” jawabnya acuh. “Akan memanaskan motor,” ucap Safira meninggalkan Fikri yang hanya bisa mendengus sebal. Dia harus bisa menghindari Safira, dia tidak ingin terlalu dekat dengan wanita itu. Fikri tidak ingin masalalu nya terulang lagi. Bukankah menjaga lebih baik dari pada merusak. Fikri melangkah keluar dan dilihatnya Safira sedang memanaskan motornya. Fikri mendekati Safira, dengan kasar merampas kunci motor dan segera hendak menaiki motor tersebut, namun dengan gerakan gesit, Safira menarik baju Fikri. “Kau tidak akan bisa pergi tanpa diriku. Apa kau ingin disiksa terus oleh ibumu? Apa kau sangat suka ya disiksa oleh ibumu?” ujar Safira ketus. “Bukan urusanmu.” jawab Fikri dingin. “Akan jadi urusanku jika menyangkut dirimu. Apalagi aku sudah ditugaskan untuk

  • Qolbu Quddus   Chapter 46 Rekaman Cctv

    “Bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanya Safira disebrang telepon.“Silahkan….” jawab Abbas.“Boleh aku minta alamat rumah bu Zivana Azzahra Alfathunissa Hidayatullah?”“Akan saya kirimkan…..” jawab Abbas. Saat sudah mendapatkan alamat Zivana, Safira segera keluar dari rumah pribadi Fikri. Motornya berhenti disebuah rumah dan mengetuk pintu rumah tersebut. Seorang wanita keluar membukakan pintu.“Maaf, bolehkah saya bertemu dengan bu Zivana Azzahra Alfathunissa Hidayatullah?” tanya Safira ramah.“Maaf bu Zivana tidak ada dirumah…. Bu Zivana belum pulang.” jawab sang Art.“Kapan ya pulangnya?”“Mungkin sore ini, kalau tidak lembur….”“Bolehkah saya masuk dan menunggu bu Zivana? Saya ingin sekali bertemu dengannya.” sang Art hanya menganguk perlahan dan menyilahkan Safira masuk. Sesaat setelah masuk, sang Art nampak menelpon seseorang. Safira mengamati seluruh ruangan tersebut. Dia melihat foto keluarga, Safira mengamati foto tersebut dengan seksama. Safira duduk disofa panjang. Tak lama

  • Qolbu Quddus   Bab 150 Pengajuan Banding

    "Maksud Anda apa berbicara seperti itu? Anda meragukan pengkapan yang kami lakukan? Kau iri? Sudah tidak percaya lagi oleh pak Haikal?" Alfa tersenyum menyeringai. "Saya tahu, ini semua rencanamu untuk mengetahui isu kalian tentang berita Taqy Shafiullah. Bau busuk rencana sudah tercium kok, hanya menunggu waktu kehancuran kalian saja...." ucap Safira dengan dingin. "Bilang saja kau memihak pada teroris ini. Jika iya, itu sama saja kau membela para teroris. Itu sama saja kau berpihak pada kejahatan dan kau memberi kesempatan bagi para teroris membunuh dan menyebarkan teror lagi....""Jika iya memangnya kenapa? Kau takut seorang Safira Ramadhani berpihak pada teroris? Jika aku ikut menyelesaikan kasus ini, sudah pastikan kau kalah, Alfarezel Arfan.... Kesempatan mu untuk menang hanya sedikit.... Jangan sampai saya turun tangan menangani kasus ini Fa...." Safira tersenyum sinis. Saat melewati Alfa, Safira sengaja menyenggol lengan Alfa dengan kasar. Alfa tampak geram, meninggalkan sel

  • Qolbu Quddus   Bab 149 Mengadu domba

    "Saat itu Reyhan di ancam saat melakukan pemberontakan karena apa yang dituduhkan para polisi itu tidak lah benar...." jelas Alfariz. Safira hanya diam, terus saja mendengar apa yang di ceritakan oleh Alfariz. Pecakapan tersebut terekam kamera tersembunyi yang terpasang di baju nya."Kau, harus ikut kami dan mengakui bahwa kau adalah teroris.... Jika tidak, kau dan istrimu akan kami bunuh...." ancam Alfa menarik paksa Reyhan yang masih meronta melepaskan diri. Reyhan di dorong masuk ke dalam mobil tahanan. Mobil melaju meninggalkan rumah Reyhan. Tiga orang tidak ikut rombongan tersebut, kembali mendekati rumah Reyhan. Mengedor pintu yang terkunci, membuat istri Reyhan semakin panik di balik jendela saat mengintip suami nya di bawa polisi.Gedoran semakin kuat terdengar oleh istri Reyhan, dan berubah menjadi tendangan. Istri Reyhan hanya membeku berdiri membelakangi jendela. Jantung istri Reyhan sejenak terhenti, saat tiga polisi tersebut berhasil membuka pintu dan melepaskan beberapa k

  • Qolbu Quddus   Bab 148 Fitnah?

    Reyhan Aldhani perlahan keluar dari dalam kamar, sedangkan sang istri duduk dengan panik di atas ranjangnya. Saat keluar, Reyhan langsung di borgol oleh polisi. "Bapak kami tangkap...." ucap Alfa. "Apa salah saya pak? Saya tidak melakukan apa-apa yang bertentangan dengan hukum?" balas Reyhan meronta saat polisi memborgol nya. "Kamu telah melakukan tindakkan teroris.... Mengebom rumah makan X dan menewaskan banyak orang...." jelas Alfa mendorong kasar Reyhan keluar dari rumah nya. "Saya tidak melakukannya pak.... Bapak salah orang...." sanggah Reyhan tidak terima dengan tuduhan tersebut. "Tidak usah melawan dan tidak mengakui perbuatan mu.... Kau bisa membela diri saat di kantor polisi...." jelas Alfa menarik paksa Reyhan masuk ke dalam mobil. Sedangkan istri Reyhan mencoba menahan diri tidak keluar dari rumahnya, karena lebih menuruti perintah suaminya. Mobil tahanan tersebut pun meninggalkan rumah Reyhan. Sang istri hanya bisa menahan tangis saat di lihat nya mobil yang membawa s

  • Qolbu Quddus   Bab 147 Penangkapan

    "Kamu sudah mendengar berita yang sudah viral di TV kan?" tanya Haikal dengan dingin pada Alfarezel Arfan duduk di kursi depan Haikal."Saya sudah mendengarnya pak...." jawab Alfa. "Misi kali ini, kalian yang selesai kan.... Saya harap kalian bisa menyelesaikan nya dengan mudah...." jelas Haikal. "Siap pak.... Ngomong-ngomong kenapa tidak Safira saja yang menyelesaikan misi ini pak? Bukankan gadis itu adalah orang yang sangat bapak percayai?...." tanya Alfa dengan dingin. "Lakukan saja sesuai perintah.... Safira akan menyelesaikan kasus lainnya...." balas Haikal dengan tegas dan memerintahkan dengan satu jarinya untuk pergi dari ruangannya. Alfa pun keluar dari ruangan pak Haikal dan saat keluar berpapasan dengan Safira. Alfa menatap Safira tajam, "Sepertinya ada yang sudah tidak di percaya lagi menyelesaikan kasus besar...." sindir Alfa dengan senyum sinis. Safira menghela napas pendek. "Karena pak Haikal mungkin udah bosan dengan dia yang sok baik, dan menyelamatkan para tahana

  • Qolbu Quddus   Bab 146 Teroris

    Di sebuah ruangan rumah Athailah, "Sebarkan isu-isu, viral kan agar kasus ayah saya bisa teralihkan dan setelah semua masyarakat dan para netizen fokusnya terpecahkan, saat itu lah kita akan menyogok para polisi.... " jelas Athailah. Mengepal tangannya dengan geram, mata nya tajam melihat tiga anak buahnya.“Baik bos...” ucap tiga anak buah nya dengan tegas.“Cepat buat keributan.... jangan sampai gagal....” bentak Athailah. Tiga anak buah Athailah pun segera meninggalkan ruang kerja Athailah.Tiga pria tersebut mendatangi sebuah rumah makan. Setelah beberapa menit mengamati situasi sekitar, mereka pun hendak melemparkan sesuatu ke arah rumah makan tersebut, namun karena kemunculan lima orang berjubah putih dari dalam rumah makan, membuat tiga pria tersebut menghentikan aktivitasnya."Assalamu'alaikum.... " sapa lima pria tersebut dengan ramah. Namun bukannya menjawab salam lima pria tersebut, tiga pria itu hanya diam dan memasang wajah dingin, hingga lima pria tersebut memasuki mobil

  • Qolbu Quddus   145 di Laporkan ke Polisi

    “Bagaimana pendapat anda mbak, tentang terlibat nya anda dalam penangkapan pak Taqy Shafiullah? Apakah benar anda terlibat dalam penangkapan tersebut? Benarkah anda di bayar mahal oleh polisi? dan anda juga seorang mata-mata?” tanya para wartawan pada Safira saat di temui di acara bedah buku sebagai pemateri.Safira hanya tersenyum, “Itu semua tidak benar.... Saya hanya di undang untuk bernyanyi di acara tersebut.... kapan pula saya menangkap beliau? sedangkan saya sibuk bernyanyi menghibur tamu undangan hingga acara selesai.... itu hanya fitnah dari orang-orang yang tak menyukai saya, atau itu hanya pengalihan isu agar masalah inti tersebut perlahan-lahan di hilangkan dari media....” jawab Safira dengan tenang. Setelah itu dia meninggalkan gedung acara dengan menaiki motor nya.Sedangkan ke esok pagi nya, seorang pengacara dan Athailah mengajukan melaporkan Safira ke polisi atas tindakkan tidak menyenangkan, dan fitnah terhadap ayahnya.“Kami akan melaporkan beliau atas pencemaran na

  • Qolbu Quddus   Bab 144 Misi

    Safira baru saja pulang dari kampus, merasa sangat lelah saat sampai kos. Baru saja, dia duduk di kursi plastik di dalam kamar kos nya, sebuah ketukan membuatnya mendengus kesal. Safira segera bangkit dari duduknya dan membuka pintu. Dia mengerutkan keningnya, saat melihat pengantar paket memberikan sebuah paket padanya. Safira menatap curiga map amplop tersebut, takutnya teror lagi. Perlahan Safira membukanya, dan terlihatlah hanya berisi data-data kriminal target yang akan di tangkapnya.“Misi kali ini adalah kau harus menyamar sebagai penyanyi di sebuah acara pertunangan seorang anak dari seorang pembunuh berantai.... kau harus bisa menangkapnya, jika tidak siap-siap untuk di pecat....” jelas jendral Haikal di telepon. Safira hanya menghela napas kasar, akhir-akhir ini pak Haikal sering bersikap tidak ramah padanya.“Baik pak....”Safira meletakkan hp nya di samping meja belajarnya, dia memeluk erat boneka Doraemon dengan erat. Safira mengukir senyum saat bayang-bayang masa lalu be

DMCA.com Protection Status