“Bahkan, jika ditakdirkan amnesia pun kemungkinan masa lalu itu masih akan kembali lagi suatu saat nanti. Karena kenangan-kenangan yang tertinggal di belakang, sangat berharga untuk sekedar di lupakan.”
----------
Jam menunjukan hampir pukul 4 sore, para karyawan yang bekerja day sift sudah bersiap untuk pulang. Namun, suasana berbeda bisa dirasakan sore ini. Seluruh karyawan yang bekerja di bawah naungan Agustaf Company berbondong-bondong menuju lobi yang sudah disediakan sebuah layar besar di sana. Semua karyawan ingin mendengarkan pengumuman langsung yang akan di lakukan oleh sang Presdir. Ini kali pertama seluruh karyawan-karyawan berkumpul dan mendengarkan langsung sang pimpinan, mungkin ini kali pertama karyawan bisa melihat pimpinan Agustaf Company.
Tepat pukul 4 sore, seluruh karyawan di Queen hotel Purwokerto berbondong-bondong menuju lobi hotel. Mata mereka terfokus pada sebuah layar besar yang sudah menyala menampilkan sebuah
“Lupakan masa yang telah berlalu, hidup terus berjalan. Di depan sana, ada banyak kebahagiaan yang menantimu. Dan biarkan kesedihan yang pernah mewarnai hidupmu perlahan memudar dan berganti dengan warna baru, yaitu 'bahagia'.” ----------Narendra dan Jihan tergesa-gesa menyusuri koridor rumah sakit, ia berlari menuju ruangan yang sudah Varo beritahu. Ruangan dimana Nabilladi rawat. Jihan menahanair mata kala melihat seorang yang ia sayangi terbaring lemah.
“Kerinduan tidak pernah peduli apa dan siapa, kerinduan bagaikan air sungai yang mengalir, dan kerinduan akan lenyap setelah sampai pada muara yang bernama 'pertemuan'.”----------Setelah semalam Nabilla dirawat di rumah sakit, siang ini dengan di antar Jihan dan Narendra, Nabilla kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ia mendapati ibunyatengah bercumbu dengan seorang pria di ruang keluarga. Ia tersenyum kecut saat ibunya tidak menyapan bahkan menanyakan pasal dirinya yang semalam tidak pulang.Ia semakin yakin bahwa dirinya memang bukan anak kandung Maya, dan ia berharap orang tua kandungnya tidak seperti ibu yang sekarang sedang bercumbu dengan pria yang ia yakini adalah suami orang. Namun meski Maya bukanlah ibu kandungnya, ia akan tetap menghormati dan tidak membenci wanita yang telah membesarkannya itu.Tanpa menpedulikan ibu dan seorang pria yang sedang saling menghisap lidah dan bertukar saliva, Nabilla masuk ke dala
“Jika kesabaran bernilai dari apapun, itu harus dipertahankan sampai akhir. Dan keyakinan untuk hidup akan bertahan ditengah terpaan badai terbesar sekalipun.” ---------- Nabilla berjalan menuju ke moshola sekolah untuk menunaikan sholat zuhur. Sebenarnya ia tadi ingin mengajak Jihan, tapi sahabatnya itu belum selesai mengikuti pelajaran. Sepanjang jalan menuju mushola, senyum gadis jelita itu tidak pernah luntur, banyak siswa atau pun siswi yang menyapa dan Nabilla pun semakin melebarkan senyumnya membalas sapaan mereka. Meskipun Nabilla tergolong siswa miskin di sekolah tersebut, berkat prestasi-prestasi yang di torehkan dan kebaikan dan kelembuta hati yang dimiliki. Teman-temannya tidak pernah menganggapnya sebelah mata hingga harus di kucilkan. Nabilla menghentikan langkahanya saat laki-laki yang tadi pagi mengganggunya, tiba-tiba menariknya menuju gudang sekolah yang sangat sepi. “Abidzar, lepas….” Nabilla berusaha melepaskan tangannya d
“Hanya hari yang buruk, bukan kehidupan yang buruk. Remember!, Tanpa hari yang buruk hidup tidak akan menjadi lebih baik.”----------Alvaro melempar ponselnya ke dinding kamarnya, hatinya bergemuruh dadanya terasa sesak kala Narendra memberi tahu pasal Nabilla yang di lecehkan oleh Abidzar. Ponsel dengan harga selangit itu kini sudah hancur berkeping-keping, dan tentu saja ponsel itu tidak ada artinya di banding gadis jelita yang pasti saat ini sedang menangis sendu.Varo mengacak rambutnya frustasi, ingin sekali detik ini juga ia kembali ke Purwokerto memeluk gadis jelita itu dan menenagkannya. Namun mengingat mamanya yang belum mengizinkan dirinya pergi, ia jadi bingung. Terlebih sudah lama ia tidak berkumpul dengan mama dan papanya yang memang lebih sering tinggal di Bali.“Argghhh..” Varo bersiap meninju guci yang ada di kamarnya, namun sebelum ia melayangkan tinjuan. Tangannya sudah terlebih dahulu ditahan oleh
“Saat merasa rapuh dan goyah, sebuah pelukan hangat dari orang terkasih, bisa menguatkan dan meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.”----------Jihan membawa Nabilla ke mobil Narendra, sementara Narendra sedang mengambil tas Nabilla dan sekaligus meminta izin kepada guru untuk mengantar Nabilla pulang dengan alasan sakit. Sementara Olivia yang baru saja menghampiri Nabilla dan Jihan di tempat parkir langsung menatap kedua sahabatnya, tatapannya menyelami manik mata kedua sahabatnya bergantian. Mata sahabatnya yang sembab dan memerah, ia tahu mereka pasti habis menangis.Olivia ingin bertanya, namun langsung mendapat tatapan tajam dari Jihan. Olivia pun mengurungkan keinginannya untuk bertanya, kemuadian ia menatap Nabilla yang diam dengan tatapan kosong. “Liv, tolong nanti bawain tas ku sama tas Jihan ya. Kamu entar nyusul ke rumah Nabilla.” Ujar Narendra yang baru saja datang.Olivia mengerurtkan dahi tidak menger
“ Cinta adalah perasaan yang aneh! Perasaan yang memang luar biasa. Meski abstrak, tapi punya kekuatan luar biasa untuk mengubah hidup. Cinta datang begitu saja, kita mungkin tak menyadari kehadirannya dalam hati. Tahu-tahu, hidup kita sudah dibuat jungkir balik karenanya. Hingga akhirnya, kita tak paham dengan apa yang terjadi dengan diri kita sendiri.”----------Sudah sepuluh menit Nabilla menunggu Alvaro di teras rumah Narendra. Atas desakan Jihan dan paksaan Narendra, akhirnya Nabilla meng iyakan ajakan Varo yang ingin mengajaknya jalan-jalan. Nabilla memang masih enggan untuk berangkat sekolah karena kejadian dimana Abidzar melecehkannya kemarin masih membuat dirinya sedikit takut. Sebenarnya ia ingin dirumah saja, namun Varo malah ingin mengajak jalan-jalan ke Baturaden.Menolak ajakan pria menawan itu percuma saja, karena Jihan dan Narendra memaksa dirinya untuk pergi jalan-jalan dengan tujuan agar dirinya bisa melupak
“Cinta itu sulit untuk kita pahami, terkadang ada hal-hal yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Tapi ingat, bahwa cinta itu tidak harus memiliki”----------Dua bulan berlalu, hari ini merupakan hari terakhir Nabilla dan teman-teman kelas dua belas mengikuti ujian kelulusan. Senyum manis terpancar dari wajah gadis jelita yang baru saja keluar dari ruang kelas. “Nabilla, kamu pasti bisa ngerjain semua soalnya ya?” Tanya teman satu kelas Nabilla yang baru saja menghampiri Nabilla.Nabilla tersenyum, “Nggak yakin sih, tapi aku mengerjakan dengan kemampuan terbaikku.” Jawab Nabilla, teman Nabilla pun ikut tersenyum. “Ya udah Bill, aku duluan ya. Semangat Billa.”Ujar siswi satu kelasnya sebelum meninggalkan Nabilla.Pasca pelecehan yang di alami Nabilla dua bulan lalau, gadis jelita itu menjadi semakin semangat untuk menjalani hidup dan menggapai cita-cita. Berkat ora
“Tidak ada yang mengerti, kadang cinta berwujud ciuman atau pelukan. Kadang cinta hanya berwujud dalam sebuah doa, dan tentu tidak banyak yang menyadarinya.”----------Setelah tidak sadarkan diri selama empat jam, Nabilla akhirnya terbangun. Matanya menyipit saat merasakan pusing di kepalanya, ia duduk mengedarkan pandangannya. Kamar yang luas dan sangat rapi yang Nabilla lihat saat ini. Nabilla mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya hingga saat ini ia bisa berada di kamar mewah itu.Ia ingat, terakhir kali ia berada di pantai bersama Varo dan ia melihat bayangan yang begitu jelas menyapa ingatannya dan setelah itu ia pingsan begitu saja. Nabilla hendak turun dari ranjang kala pintu kamar di buka dan menampakkan sesosok pria menawan yang sangat tampan nan matang berjalan mendekatinya. Mata gadis jelita itu tidak berkedip sedetik pun karena saking terpesonanya dengan ketampanan Alvaro saat ini.Varo yang biasanya memakai kemeja,
“Keluarga adalah rumah tempat berpulang, keluarga bukanlah hanya sekedar tempat pelampiasan ketika dunia mengalahkan kita. Tangan memang selalu terbuka, tetapi adakah tega kembali hanya untuk sebuah kebutuhan dan pergi ketika diatas awan. Keharmonisan dalam keluarga tidak datang begitu saja, namun keharmonisan itu harus dibangun bersama.”----------Aldelio Ahyar Agustaf, yang artinya sosok pemimpin yang berwibawa dengan sifat religius, yang terlahir di keluarga Agustaf.Serangkaian nama dengan makna indah, yang diberikan Dinnar untuk cucu pertamanya. Terselip harapan yang begitu besar, dengan doa-doa menyertai dalam setiap untaian kata. Cucu pertama Dinnar, putra pertama Alvaro, yang kelak saat besar nanti akan menjadi pemimpin yang berwibawa dengan akhlak yang baik.Bukan tanpa alasan, Dinnar memberikan nama indah itu untuk cucunya. Sosok pemimpin perusahaan besar itu, tentu saja ingin kelak ada keturunannya yang meneruskan memimpin perusahaan.
“Kata orang, cinta bukanlah sesuatu yang kita cari karena dia yang akan menemukan kita. Tidak peduli akan tempat, waktu, dan juga keadaan. Takdir akan menuntun kita untuk bertemu dengan seseorang yang membuat kita merasa begitu dicintai, seolah hanya kita lah satu-satunya cinta yang dimilikinya. Kamu tahu, bila kamu tidak sempurna, kamu mungkin bisa melakukan kesalahan, akan tetapi cinta sejati yang kamu dapatkan membuatmu sangat yakin bila tidak peduli apa yang terjadi nanti, kamu akan selalu mencintainya dan tidak bisa memadamkan rasa itu.”----------Alvaro yang melihat istrinya memejamkan mata, seketika terkesiap, membelalakkan matanya. Perasaan takut, khawatir, gelisah, kembali menyelimuti dirinya. Tanpa berpikir panjang, dengan tangannya yang gemetar, ia guncang-guncangkan tubuh lemas Alesha, guna membangunkan perempuan itu, lalu menatap pada Tyas, dengan tatapan penuh ketakutan.Tyas yang baru saja selesai menjahit bagian kewanitaan Alesha, se
Waktu adalah sesuatu hal yang memiliki ketetapan dan bernilai pasti. Tidak berputar dengan cepat, tidak pula berputar dengan lambat. Bumi pun, masih begitu stabil berputar pada porosnya, dari arah barat ke timur, tidak ada yang berubah sama sekali. Namun, entah kenapa karena aktivitas harian yang cukup padat, Alesha merasa hari demi hari seakan berlalu begitu cepat berganti, dari minggu ke minggu, hingga bulan ke bulan.Banyak hal yang Alesha lalui selama waktu terus berjalan. Dimulai dari drama Alesha yang kesal dengan sang suami, karena teramat sibuk dengan dengan berbagai pekerjaan di luar kota, bahkan luar negeri, hingga cukup jarang berkumpul dengan keluarga. Beruntung, Alesha mempunyai adik yang sangat menggemaskan dan pengertian, juga sayang padanya. Meskipun adiknya itu sering kali membuat drama, tetap saja Alesha sangat menyayangi Princess mungilnya itu.Sampai tiba waktunya, pria menawan itu memaksa Ayah mertuanya yang menjabat sebagai Presdir Agustaf Company, ya
"Tidak ada hubungan suami dan istri yang selalu cerah, namun mereka berdua dapat berbagi satu payung dan bertahan dari badai bersama-sama."----------Pernikahan bukan tentang akhir kisah cinta, melainkan awal baru bagi kehidupan baru. Menikah tentu saja tidak sama saat masih berstatus sebagai pasangan kekasih, terlalu banyak manis, hingga mengelak pedih yang bersembunyi dibalik rasa manis itu. Menikah berarti, mampu melihat semua sisi buruknya setiap hari, semakin hari akan melihat topeng yang satu persatu di tanggalan oleh pasangan. Ini lah, yang menyebabkan banyak pernikahan kandas. Merasa bahwa dirinya bukanlah sosok yang selama ini dikenal, karena banyak hal baru tentangnya, yang tidak ditemui sebelumnya.Menikah berarti berkomitmen untuk menerima semua hal yang menyebalkan itu. Menerima kekurangannya, dan melengkapi dirinya. Dengan menikahi sang pujaan hati, tidak bisa berharap bila semua akan berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Percayalah, menikah tidak sein
“Laki-laki yang baik, ia tidak akan tergoda dengan perempuan lain, pun dengan perempuan yang baik, ia tidak akan menggoda laki-laki yang sudah beristri.”-----------Matahari mulai mengintip di balik awan, sehingga sinarnya tidak terlalu terik, pagi ini. Awan hitam kecil menggantung di langit, angin bertiup pelan menghela dedaunan, dan perlahan masuk melalui jendela, menyibak pelan tirai yang menghias di sana.Pagi ini, karena ada rapat penting Alvaro terburu-terburu berangkat ke kantor, tanpa menunggu Alesha bangun. Ia sangat memaklumi kondisi sang istri, semakin perutnya membuncit, istrinya itu sudah merasa malas melakukan aktifitas. Dan, tentu saja Varo tidak masalah, yang penting Alesha tidak melalaikan kewajiban-kewajibannya.Seperti biasa, jika harus berangkat pagi-pagi sekali, Varo hanya meninggalkan sebuah memo di dekat ranjang tempat tidur mereka.Tidak lama, setelah Varo berangkat, Alesha pun bangun dari tidurnya. Saat Alesha meli
“Perasaan cinta memang luar biasa. Datang tanpa aba-aba, tanpa isyarat dan tidak terduga pula. Pun begitu, akan tetapi menikmatinya dan tanpa di sadari hidup yang di jalani sudah di porak-porandakan oleh kekuatan cinta.”----------Bukan Alvaro namanya, jika sesuatu hal yang ia inginkan tidak terlaksana. Apa lagi, ketika itu menyangkut orang yang ia sayangi.Sudah empat bulan, semenjak Alesha keluar dari rumah sakit, dan kandungan Alesha sekarang sudah enam bulan. Dan, selama itu juga, Alvaro belum pernah sekalipun menemani Alesha untuk periksa kandungan.Bukan tanpa alasan, Alvaro tidak menemani istrinya periksa kandungan. Pria menawan itu, selain disibukan dengan kerjaan di perusahaan Agustaf Company, ia juga harus meng handle restoran dan café, bahkan tidak jarang Varo harus ke luar kota berhari-hari untuk meninjau pembangunan restoran barunya yang ada di Malang, belum lagi jika ia harus menggantikan Dinnar bertemu kolega bisnisnya ke luar n
"Wanita yang paling beruntung adalah dia yang dikaruniai Tuhan seorang pria yang penyabar dan penyayang, penuh kehangatan dan kelembutan, suka menolong dan berhati tulus. Jika dia pergi, si wanita akan merindukan. Jika dia ada, wanita ingin terus berdekatan."----------Varo seharusnya tidak menerima panggilan saat sedang memimpin rapat, tapi perasaannya sejak tadi tidak tenang memperkuat keinginannya untuk menerima panggilan itu. Varo, meminta maaf kepada semua peserta rapat yang adalah, kepala-kepala divisi dan beberapa petinggi perusahaan, ia meminta waktu istirahat selama lima menit sebelum meninggalkan ruangannya untuk menerima telepon.‘Mama’Alvaro mengernyitkan dahi saat melihat nama sang Mama yang terpampang jelas pada layar ponsel. Tidak biasanya sang Mama menelepon, biasanya jika ada sesuatu pasti Mamanya itu cukup mengirim pesan saja. Tapi, kali ini kenapa Mamanya menelepon?Darah Varo terasa seperti membeku saat mendengar
Dalam alur kehidupan, setiap mahkluk Tuhan pasti sering dihadapkan pada berbagai macam situasi yang berbeda dengan akhir yang tidak sama. Entah itu jalan cerita bahagia, atau pun jalan cerita yang penuh penderitaan. Semua itu, sudah di porsi sama rata, tanpa bisa di negosiasi selayaknya takdir.Begitupun juga dengan waktu. Tidak ada seorang pun yang bisa menebak, kapan, di mana, kenapa, bagaimana dan mengapa semua alur kehidupan itu terjadi. Bahkan, sekelebat bayangan tentang masa depan saja, tidak pernah mampir dalam pikiran sebagai tanda untuk sang pemegang kendali alur kehidupan mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi.Alvaro tidak pernah menyangka, bahwa takdirnya jatuh pada keponakannya sendiri. Masih sangat membekas di ingatan Alvaro, bahwa perempuan jelita yang pagi ini masih bergulung nyaman diatas ranjan itu, dulunya adalah bayi mungil yang selalu ia timang, saat dirinya hendak berangkat kuliah ataupun saat pulang kuliah.Bayangkan, waktu it
Alyssa berjalan pelan sambil menggerutu. Wajahnya tertekuk masam, tanda ia akan menangis. Tas di punggungnya terasa berat, padahal isinya hanya tempat pensil dan kotak makan. Alyssa, saat ini sedang berjalan masuk ke dalam rumah Alvaro. Ia baru pulang dari KB, dan dijemput oleh Papa Yonya, yang memang berjanji pulang saat jam makan siang, berencana makan siang bersama sang istri.Alyssa berjalan meninggalkan Alvaro yang masih berada di dalam mobil, pria itu hanya menggelengkan kepala seraya mengulum senyum, Varo sudah tahu penyebab gadis mungil itu ngambek, dan sebentar lagi sebuah drama akan dimulai.Alyssa memasuki rumah dengan gerasah-gerusuh. Matanya menatap kesal kearah lima orang yang sedan bersendau gurau di ruang keluarga rumah Alvaro. Tampak di sana, sang Bunda, Oma, Queen sedang duduk di sofa, sedangkan Afnan dan Aflah, sedang duduk di lantai bersandar pada kaki sofa dan sedang bermain ponsel.“Abang, Mamas!!” Teriak Alyssa marah, manik coklat