Daniel membuka pintu ruangannya kasar, membuat beberapa dokter yang ada diruangan tersebut terkejut. Bukan terkejut dengan suara pintunya, namun karena ekspresi wajah kesal Daniel yang baru pertama kali diliat oleh rekan dokternya disitu.
"Niel, lu baik-baik aja kan?" Tanya Dokter Anggara segera menghampiri Daniel yang sebelumnya duduk dikursi miliknya. Selama mengenal Daniel, pria itu tidak pernah berekspresi berlebihan seperti yang ia lakukan barusan. Jadi tentu saja dia terkejut.
"Gak papa. Gue cuma agak kesel aja." Jelas Daniel yang sudah mengubah ekspresinya menjadi biasa saja. Meskipun hatinya masih terasa kesal.
"Bohong. Gue tau lu lagi ada masalah. Bahkan sekesal-kesalnya lu sama senior atau dokter koas kita dulu, lu gak pernah nampakin ekspresi yang kayak barusan." Jelas Anggara masih penasaran. Ia memang sebagai dokter gosip. Karena apapun gosip yang ada di rumah sakit, pasti dia akan tau. Entah memang telinganya panjang atau rasa penasarannya yang
Hari ini adalah hari ketiga Nicky tidak masuk kantor. Beberapa hari yang lalu pria itu mengatakan kalau sedang terjadi sesuatu dengan keluarganya. Dan hal itu yang membuat Nicky tidak bisa meninggalkan urusan tersebut. Urusan apa itu Arisa tidak bertanya. Ia tidak mau terlihat sok peduli dengan urusan keluarga orang lain. Sekalipun dia adalah pacarnya sendiri. Arisa yakin pria itu pasti akan mengatakannya sendiri kalau memang perlu. Dan karena dia tidak mengatakan apapun, Arisa juga tidak ingin yang pertama menanyakannya. Dia tidak ingin menuntut.Sama seperti dirinya yang tidak ingin di tuntut untuk berbagi cerita soal keluarganya. Menurutnya, urusan keluarganya adalah rahasianya sendiri. Tidak boleh di ketahui oleh siapapun yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya.Kecuali Daniel yang mau tidak mau harus mengetahui keadaan keluarganya karena pria itu adalah satu-satunya yang tau soal kondisi papanya.Ia mendengus kesal. Lagi-lagi Daniel muncul memen
Setelah tujuannya untuk bertemu dengan Nicky batal, Arisa tidak langsung kembali ke kantor. Ia memutuskan untuk istirahat sejenak di warung pinggir jalan yang ia temukan tidak jauh dari rumah Nicky. Ia membeli minuman dingin dan dengan segera meneguknya sampai rasa hausnya hilang. Padahal seingatnya dirinya tidak terlalu mengeluarkan tenaga untuk berjalan ke tempat tersebut tapi rasa haus sudah menguasainya. Ia melirik jam di ponselnya. Kurang 30 menit jam 12 siang. Pantas saja perutnya sudah keroncongan. Tidak mau mengambil waktu lama, ia pun memutuskan untuk memesan taksi online dan meninggalkan area tersebut. Namun gerakannya seketika terhenti saat melihat sebuah mobil tiba-tiba berhenti pinggir jalan tepat di depan warung yang sedang ia tempati istirahat sejenak. "Arisa?" Gadis itu lebih terkejut karena pria yang sudah membuka kaca mobilnya itu justru menyebut namanya. Arisa mengernyit. Mencoba mengingat siapa pria asing di hadapannya saat ini
Daniel sudah membawa mobilnya keluar dari area parkiran rumahnya. Di sampingnya ada Arisa yang duduk dengan tenang dengan pandangan mengarah keluar jendela di sampingnya.Gadis itu menghela nafasnya pelan. Padahal dirinya sudah bersikeras menolak ajakan pria yang sedang serius mengemudi di sebelahnya itu, tapi tetap saja ia harus menerima tawaran tersebut karena orang tuanya yang juga tidak kalah bersikerasnya memaksa Arisa untuk ikut dengan Daniel. Alhasil berakhir lah dia di dalam mobil ini."Ngapain ke rumah?" Tanya Daniel yang mencoba membuka obrolan. Dia juga masih belum mendapatkan jawaban kenapa gadis itu bisa berada di rumahnya di waktu jam istirahat kerja."Gak sengaja ketemu Dante di jalan tadi." Jawab Arisa seadanya."Kamu kenal Dante?" Tanya Daniel lagi."Iya." Lagi-lagi Arisa hanya menjawab seadanya. Entah kenapa ia malas untuk berkomunikasi dengan pria di sebelahnya itu."Dimana?" Tanya Daniel lagi
Daniel sudah membawa mobilnya keluar dari area parkiran rumahnya. Di sampingnya ada Arisa yang duduk dengan tenang dengan pandangan mengarah keluar jendela di sampingnya.Gadis itu menghela nafasnya pelan. Padahal dirinya sudah bersikeras menolak ajakan pria yang sedang serius mengemudi di sebelahnya itu, tapi tetap saja ia harus menerima tawaran tersebut karena orang tuanya yang juga tidak kalah bersikerasnya memaksa Arisa untuk ikut dengan Daniel. Alhasil berakhir lah dia di dalam mobil ini."Ngapain ke rumah?" Tanya Daniel yang mencoba membuka obrolan. Dia juga masih belum mendapatkan jawaban kenapa gadis itu bisa berada di rumahnya di waktu jam istirahat kerja."Gak sengaja ketemu Dante di jalan tadi." Jawab Arisa seadanya."Kamu kenal Dante?" Tanya Daniel lagi."Iya." Lagi-lagi Arisa hanya menjawab seadanya. Entah kenapa ia malas untuk berkomunikasi dengan pria di sebelahnya itu."Dimana?" Tanya Daniel lagi
Daniel sudah membawa mobilnya keluar dari area parkiran rumahnya. Di sampingnya ada Arisa yang duduk dengan tenang dengan pandangan mengarah keluar jendela di sampingnya.Gadis itu menghela nafasnya pelan. Padahal dirinya sudah bersikeras menolak ajakan pria yang sedang serius mengemudi di sebelahnya itu, tapi tetap saja ia harus menerima tawaran tersebut karena orang tuanya yang juga tidak kalah bersikerasnya memaksa Arisa untuk ikut dengan Daniel. Alhasil berakhir lah dia di dalam mobil ini."Ngapain ke rumah?" Tanya Daniel yang mencoba membuka obrolan. Dia juga masih belum mendapatkan jawaban kenapa gadis itu bisa berada di rumahnya di waktu jam istirahat kerja."Gak sengaja ketemu Dante di jalan tadi." Jawab Arisa seadanya."Kamu kenal Dante?" Tanya Daniel lagi."Iya." Lagi-lagi Arisa hanya menjawab seadanya. Entah kenapa ia malas untuk berkomunikasi dengan pria di sebelahnya itu."Dimana?" Tanya Daniel lagi
Mobil Daniel memasuki area parkiran pembesuk dan segera memarkirkan kendaraannya di parkiran yang kosong. Hari ini ia tidak memarkirkan kendaraannya di bagian pegawai karena sekarang dirinya tidak sedang bertugas. Ia melihat sekitar dan seperti biasa, rumah sakit tempatnya bekerja selalu penuh oleh pengunjung entah itu yang hanya ingn menjenguk pasien yang sakit, sekedar mengambil resep dokter, atau konsultasi dengan dokter pribadinya. "Turun?" Tawar Daniel setelah mematikan mesin mobil dan membuka central locknya. Arisa yang sempat melamun segera tersadar dengan suara Daniel. "Ah? Oh, kayaknya gak usah deh. Aku nunggu di mobil aja." Tolak Arisa. Lagipula apa yang akan dia lakukan kalau dirinya ikut dengan Daniel. "Ikut aja. Gak lama, kok." Tawar Daniel lagi setelah melepas kuncinya. Mau tidak mau Arisa harus mengiyakan tawaran pria tersebut karena kunci mobil sudah ada di genggamannya dan juga pria itu sudah memilih untuk turun lebih dulu. Sela
Daniel dan Arisa sudah kembali ke mobil sejak 5 menit yang lalu. Namun sejak itu keduanya tidak ada yang melakukan apapun. Daniel bahkan hanya duduk di kursi pengemudi tanpa berniat untuk menyalakan mobil. Dan Arisa juga sepertinya enggan bertanya alasan Daniel belum menyalakan mobilnya. Ia lebih memilih untuk diam dan sibuk dengan pikiran-pikiran yang bermunculan di kepalanya. Sementara Daniel tampak bingung dengan reaksi Arisa yang kembali menjadi cuek. Seolah kembali mencoba membuat jarak diantara mereka."Ri....""Kalau udah selesai kamu bisa jalan sekarang. Aku kayaknya gak enak badan." Ucap Arisa berbeda sepersekian detik dengan Daniel. Gadis itu bahkan tidak berbalik menatapnya saat berbicara dan lebih memilih fokus dengan apa yang ada di hadapannya.Mulut Daniel seketika tertutup rapat. Semua yang baru saja ingin ia katakan dan jelaskan pada Arisa terhenti tepat saat Arisa bersuara. Membuatnya memilih mengurungkan niatnya dan mengikuti ucapan gadis
"Kayaknya aku nyesel sudah mengabaikan pernyataan kamu yang dulu." Daniel bersuara sambil menatap lembut tepat dimata Arisa. Seolah memberitahu kalau yang ia katakan barusan adalah benar. Dan pernyataan Daniel membuat Arisa mengerjap. Otaknya masih berusaha mencerna setiap kata yang baru saja di katakan Daniel. Ia menatap mata pria dihadapannya itu, mencari kebohongan yang mungkin saja tersembunyi di dalam mata tersebut. Namun ia hanya mendapat sorot mata lembut dan penuh kejujuran. "Ka..." "Tenang aja. Aku gak niat buat ngerebut kamu kok." Jelas Daniel dengan kegugupan yang tiba-tiba memenuhi dirinya. Padahal sebelumnya ia merasa sangat percaya diri untuk mengatakan isi hatinya. Pria itu lalu menjauhkan tangannya dari kepala Arisa dan mengalihkan pandangannya kearah lain. "cuma kayaknya aku harus ngomong jujur sama kamu. Tapi tenang aja, aku benar-benar gak ada maksud untuk nikung bos kamu. Apalagi kayaknya kamu udah suka sama bos kamu. Iya kan?"
Sudah sebulan sejak Daniel dan Arisa menikah dan selama itu tidak ada yang berubah di dalam hubungan mereka. Daniel dengan kesibukannya di rumah sakit, dan Arisa yang punya kesibukan baru yaitu membantu Mama Daniel saat wanita di dapur. Arisa bahkan belajar makanan kesukaan Daniel dari mertuanya. Selain itu, kehidupan asmara mereka semakin terlihat biasa-biasa saja. Bahkan, untuk melakukan rutinitas 'malam' pun mereka hampir tidak pernah melakukannya karena Daniel yang justru lebih sering bermalam di rumah sakit. Jadi keduanya sama sekali tidak pernah berhubungan setelah menikah. "Gimana, Ris? Udah ada tanda-tanda hamil belum?" Tanpa sadar Arisa meneguk liurnya kasar setelah mendapat pertanyaan itu dari sang mama mertua. Dalam hati Ariaa lalu berceloteh 'gimana mau dapat kalau kita aja gak pernah ngapa-ngapain habis nikah". Tapi wanita itu segera tersenyum dan mengabaikan ucapannya yang terlontar dalam hati itu. "Sabar ya, Ma. Kita juga lagi usaha kok." Jawab Arisa asal. Setidaknya
Sudah 4 hari berlalu, tapi permasalahan antara Daniel dan Arisa belum juga mereka selesaikan. Entah karena Daniel yang justru semakin sibuk dengan pekerjaannya di rumah sakit, dan Arisa yang sudah tidur ketika Daniel mendatangi rumahnya tengah malam dengan harapan masalah mereka bisa terselesaikan.Dan beruntung hari ini keduanya memiliki waktu luang karena harus memastikan semua persiapan pernikahan mereka terselesaikan dengan baik. Dan sepanjang perjalanan mereka balik dari urusan, keduanya tidak ada yang berbicara. Hanya suara radio atau bunyi kendaraan dari luar mobil yang menemani keberadaan mereka disitu. Sampai saat keduanya tiba di rumah Daniel, keduanya masih belum memutuskan untuk bersuara. Bahkan untuk keluar dari mobil menjadi terasa berat bagi mereka."Aku kasih kamu kesempatan buat jelasin semua yang perlu kamu jelasin. Aku tidak akan berkomentar apapun." Suara Arisa yang dingin membuat Daniel segera berbalik menatap Arisa yang ternyata hanya memand
Padahal seminggu lagi acara pernikahan Daniel dan Arisa, tapi keduanya justru terlibat dalam pertengkaran hebat, yang murni adalah kesalahan Daniel. Tapi dirinya tidak pernah menyangka kalau hari itu Inez akan melakukan hal tidak pernah ia bayangkan sama sekali. Dan lebih parahnya karena ia ketahuan oleh Arisa.Daniel sudah berusaha untuk menjelaskan semuanya pada Arisa. Namun wanita itu memilih untuk tidak peduli dengan penjelasan Daniel. Menurutnya, apa yang ia lihat di depan matanya saat itu sudah cukup jadi bukti kalau Daniel selingkuh dari dirinya. Kesimpulan yang ia ambil setelah melihat Daniel yang hanya diam di dalam mobil saat wanita bernama Inez melakukan perbuatan menjijikkannya. Arisa sedikit menyesal karena tidak menampar wanita itu kemarin. Padahal dirinya punya banyak kesempatan untuk melakukan hal itu, tapi ia justru memilih untuk kabur dan meninggalkan dua orang itu. Arisa bahkan tidak peduli dengan Daniel yang berusaha mengejar dan memanggil namanya. K
Entah sejak kapan, keduanya sudah berada di atas kasur milik Arisa dan saling beradu kenikmatan. Padahal sebelumnya, Daniel hanya berniat mengantar Arisa pulang dan langsung kembali ke rumahnya. Namun, rasa rindunya pada Arisa dan juga perasaan bersalahnya karena membiarkan Arisa terjebak dalam perasaan kecewa, membuat Daniel tidak sanggup menahan perasaan itu. Dan Arisa juga sama. Seolah keduanya sudah menunggu untuk melakukan kegiatan itu lagi.Arisa terus mendesahkan nama Daniel di sela-sela pria itu memberikan kepuasan pada liang Arisa, membuat Daniel tidak bisa menahan diri untuk tidak terus menghujam wanitanya. Sesekali pria itu menyedot gundukan milik Arisa, atau meremas benda tersebut seolah enggan untuk membiarkannya menganggur. Sementara Arisa hanya bisa mendesah dan menerima meski sesekali dirinya menarik pundak Daniel untuk berbagi tautan bibir saat dirinya akan keluar.Padahal mereka sudah sering melakukannya, namun sepertinya keduanya tidak pe
Sudah hampir sebulan Daniel dan Arisa disibukkan dengan pengurusan untuk pernikahan mereka. Sebelumnya mereka juga sudah mengenalkan Daniel pada keluarga kedua orang tuanya dan untung saja mereka tidak mempermasalahkan apapun. Toh bagaimanapun Arisa sudah dewasa dan bisa mengambil keputusan sendiri. Jadi setelah meminta izin, keduanya mulai mempersiapkan segala sesuatu yang akan dibutuhkan saat pernikahan mereka. Mereka juga berencana untuk tidak mengundang banyak orang selain teman dekat Daniel, teman Arisa, dan tentu saja keluarga besar mereka. Namun bukannya berjalan lancar, keduanya kadang dihadapkan dengan permasalahan sepele yang selalu berakhir dengan pertengkaran. Seperti sebelumnya, Daniel sudah berjanji untuk menemani Arisa untuk ke KUA karena ada beberapa berkas yang harus mereka setor. Namun sampai sore, Daniel bahkan tidak memberi kabar pada Arisa yang membuat gadis itu akhirnya mendiami Daniel selama beberapa hari. Sama seperti hari ini juga. Kedu
Permainan tubuh Daniel dan Arisa masih berlangsung setelah hampir 3 jam mereka melakukannya. Arisa bahkan sudah berpindah posisi dan berada diatas tubuh Daniel sambil terus mengeluar-masukkan milik Daniel ke dalam miliknya. Kadang memijat benda panjang dan berurat itu. Tangannya bahkan tidak tinggal diam karena keduanya sibuk bermain dikedua dada miliknya sambil terus mendesah. Sementara Daniel dibawah sana membantu Arisa dengan ikut menggoyangkan pinggulnya dan sesekali meraih pinggang gadis itu untuk sekedar melumat bibir Arisa. Membuat keduanya tidak ada yang ingin berhenti dari permainan tersebut. Bahkan peluh yang sudah menetes dari tubuh mereka tidak membuat mereka untuk berhenti. Daniel kembali membuat Arisa berada dibawahnya karena perasaan ingin meledak yang kembali muncul dari dirinya membuatnya harus segera menyelesaikannya. Membuatnya menghujam Arisa tanpa ampun seolah ini adalah terakhir kalinya mereka melakukan hal tersebut. Ar
Arisa baru saja akan memasuki pekarangan rumahnya ketika matanya tidak sengaja bertemu pandang dengan Nicky yang ternyata sedang duduk di teras rumahnya dengan raut wajah yang kusut seolah pria itu sudah berada disana berjam-jam lamanya. Daniel yang berjalan dibelakang Arisa tidak kalah terkejutnya dengan pandangannya saat ini. Dan dengan cepat mengambil langkah didepan Arisa untuk melindungi gadis tersebut. "Mau ngapain lu?" Tanya Daniel to the point. Tatapannya seketika berubah tajam saat pria itu berdiri dari kursi yang ia duduki itu apalagi pria tersebut malah menatap kearah Arisa alih-alih dirinya yang mengajaknya berbicara barusan. "Kamu apa kabar, Ris?" Tanya Nicky mengabaikan pertanyaan Daniel. Arisa masih pada posisinya dibelakang Daniel. Menampilkan ekspresi ketakutan yang tiba-tiba muncul saat melihat Nicky diteras rumahnya. Ingatan tentang perlakuan Nicky pada dirinya tidak bisa ia cegah bersamaan dengan langkah pria itu yang mulai mendekat.
Tiba dirumah Daniel. Arisa masih merasa asing dengan lingkungan tersebut. Ya bagaimanapun dia baru datang sekali ketempat itu dan itu juga karena tidak disengaja. Jadi bukan salah Arisa jika dirinya masih merasa canggung. Saat memasuki ruang tamu, keduanya langsung bertemu dengan Papa Daniel yang sebelumnya tengah serius bermain ponsel namun segera meletakkan benda yang ia genggam tersebut untuk menyambut Arisa. Bahkan Daniel segera diabaikan setelah pria itu menyalami tangan orang tua tersebut."Malam om." Sapa Arisa setelah memberi salam pada Papa Daniel. Pria paruh baya tersebut segera memeluk Arisa."Maaa, Papa peluk orang lain nih..." Suara Dante yang melengking membuat Papanya segera melepaskan pelukan tersebut hanya untuk mengejar anaknya yang sudah berlari entah kemana."Dasar anak durhaka...""Saya anaknya Papa bukan anak durhaka"Dan pertengkarang itu hanya disaksikan oleh Arisa sambil tertawa ringan karena menurutnya sangat lucu. "Kamu d
Arisa menghampiri rumah sakit tempat Daniel bekerja sekalian menjemput pria itu karena sebelumnya mereka sudah membuat janji untuk mendatangi rumah Daniel sore itu. Alasan Daniel mengajak Arisa kerumahnya juga masih belum diketahui oleh gadis itu. Tapi tidak ada masalah karena toh dirinya juga sudah bertemu dengan keluarga Daniel. Belum lagi adik Daniel yang ternyata satu kampus dengannya dahulu. Jadi, ia tidak keberatan jika diajak berkunjung kerumah pria itu. Jadi, disinilah dirinya saat ini. Duduk termenung di ruang tunggu rumah sakit tersebut sambil menunggu Daniel yang baru saja menyelesaikan tugas terakhirnya hari ini. Dan ia kembali teringat kalau dirinya pernah menjadi tamu harian saat ayahnya masih dirawat dirumah sakit ini. Dan harusnya ia bisa menyapa para suster yang pernah membantunya dulu. Tapi, hari ini dirinya tidak sedang berniat untuk basa-basi dengan orang lain. Jadi ia hanya memberi senyuman pada mereka yang mengenali dan menyapanya. Sekitar hampi