Share

Bab 6

Author: ERIA YURIKA
last update Last Updated: 2024-12-11 14:01:24

“Mas Jerom udahlah enggak usah buang-buang waktu, di mana anak saya. Saya enggak terima anak saya dibawa-bawa.”

“Kamu sendiri yang minjemin kok, kenapa jadi marah-marah begini. Kamu juga main viral-viralkan aja, saya bisa tuntut kamu loh Dara atas pencemaran nama baik sama ITE.”

“Ya tuntut aja Pak Dewan, Dara juga bisa nuntut Anda atas tindakan pencurian bayi. Saya rasa tuntutannya akan jauh lebih berat pencurian bayi ya, aduh enggak kebayang sih kalau tiba-tiba gara-gara kasus ini jabatannya dicopot. Mantap kayaknya. Bisa mungkin jadi sopir taxy online kayak saya. Nanti kita bisa nongkrong bareng.”

“KURANG NGAJAR! PAK SATPAM USIR MEREKA DARI SINI.”

Mas Jerom mulai emosi. Beberapa petugas keamanan juga mulai memegangiku dan Rey. Namun, pria itu masih tetap santai.

“Dara udah direkam ‘kan semuanya?” tanya Rey sambil tersenyum licik ke arah Mas Jerom.

Sedangkan Dara hanya mengacungkan jempol dari jauh. Entah kapan istriku menjauh sepertinya semua ini sudah bagian dari rencananya.

“Sialan jadi kamu sengaja ya!” tanya Mas Jerom dengan sorot matanya yang memerah.

“Memang sengaja, kalau enggak gini mana ada maling yang mau ngaku!” ucap Rey sambil terkekeh. 

Ia terlihat sangat menikmati ketika lawan bicaranya tampak tersudut. Lihat saja Mas Jerom yang kalang kabut ingin mengejar Dara, tetapi ia sudah lari ke arah parkiran.

“Percuma dikejar orang videonya sudah dia kirim ke hp aku juga,” ucap Rey.

Ia masih saja terlihat santai. Pria yang dari awal kemunculannya sangat menyebalkan itu rupanya sedikit membawa titik terang atas masalah ini.

“Tolong jangan bawa masalah ini ke hukum. Saya mau kok balikkin anaknya, tapi saya minta waktu!” ucap Mas Jerom.

“Mas seenggaknya kalau mau diskusi lepasin dulu saya!” ucapku yang kesal, karena sejak tadi kami diperlakukan seperti seorang penjahat saja. 

Di sini jelas-jelas kami sedang menuntut keadilan.

“Pak Toni, Pak Gugun, sudah lepaskan mereka!”

Akhirnya atas perintah Mas Jerom kami dilepaskan begitu saja.

“Kita bicara di dalam saja, di sini ramai sekali,” ajak Mas Jerom.

“Tahu sopan santun juga ya Pak Dewan ini, tapi ini karena menghargai tamu apa karena malu ya?” tanya Rey.

Entah kenapa ia suka sekali menggoda kakak iparku yang sedang panik ini.

“Malulah pasti, taruhannya ‘kan jabatan dicopot,” tambah Rey lagi.

Saat itu aku hanya bisa melihat Dara yang tersenyum tipis. Sepertinya ia juga menikmati pemandangan di mana Mas Jerom kehilangan powernya. Mengingat selama ini ia selalu saja membangga-banggakan jabatannya dalam segala hal. Semua harus menghormatinya, bahkan pada ibu saja sebenarnya ia sedikit kurang ajar, tetapi entah kenapa ibuku masih saja mendekati menantunya itu. Seakan ia tak pernah sakit hati dengan ucapannya, berbeda sekali ketika ia berhadapan dengan Dara, selalu saja mengatakan hal-hal yang kurang enak didengar. Hanya karena Dara berasal dari keluarga yang tidak utuh. 

Terkadang aku juga bingung, kenapa ibu suka sekali mencari masalah dengan istriku, padahal nasibku dan Dara juga tidak beda jauh. Kami sama-sama berasal dari orang tua yang berpisah, lantas kenapa ia malah menjadikan hal itu bahan hinaan.

Ketika kami sudah sampai ruangan Mas Jerom, pria itu terlihat sedang menghubungi istrinya.

“Hallo Dek, kamu di mana?”

Entah apa yang dikatakan Mbak Eca di ujung telepon sampai aku mendengar jika Mas Jerom mengulang-ngulang kata puncak. Puncak yang terdekat dari sini hanya ada di Bogor, tempat tinggal kami. Ini gila bayi baru beberapa hari ia ajak ke puncak.

“Loh bukannya di hotel? Kapan kamu ke sana?” tanya Mas Jerom yang panik.

“Wow anak orang dibawa ke puncak tanpa izin bagus banget, seenaknya sendiri ya Mbak Eca. Izin dulu kek!” ucap Dara yang langsung berteriak.

Aku sendiri bahkan terkejut dengan sikapnya yang bisa tiba-tiba marah itu. Sebelumnya Eca merupakan wanita yang sangat lembut, bahkan aku saja tidak pernah menyaksikan ia marah sampai berteriak dengan keras seperti itu. Sekarang lihat saja ia yang berdiri dan hendak menghampiri Mas Jerom. Aku yang takut jika akan mungkin saja hal ini akan menimbulkan keributan yang lebih besar lantas menyusul Dara sekarang karena jarak kami yang begitu dekat sudah pasti aku bisa mendengar apa yang Mas Jerom bicarakan di telepon.

“Mbak kalau mau punya anak apa susahnya bikin sih! BALIKKIN ENGGAK ANAK AKU!” teriak Dara.

Ia sepertinya sudah tidak peduli sedang berada di mana.

[Ka-kamu siapa? Mas kamu di mana sih?]

Terdengar Mbak Eca yang kebingungan dan sepertinya bercampur panik di ujung telepon.

“Aku tunggu di kantor suamimu sekarang, kalau hari ini anakmu enggak ada di tanganku aku viralin kamu ya!”

[Dara kamu jangan sembarangan aku ada loh surat penyerahan hak asuh dari suamimu. Kamu enggak bisa ambil anak ini seenaknya begitu dong, kalau kamu enggak percaya tanya sendiri sama Saka. Dia tanda tangan sendiri suratnya.]

“Kamu tanda tangan apa Bang, surat perjanjian penyerahan anak apa sih? Kapan kamu tanda tangan? Memang kamu yang hamil dan melahirkan? Seenaknya sendiri kamu kasih anak ke orang lain.”

Dara yang sudah tidak bisa menahan emosi kini bahkan mulai berteriak sambil menangis sejadi-jadinya. Aku sendiri bahkan hampir dibuat menyerah untuk menenangkannya.

“Mbak kamu jangan macam-macam ya, aku enggak pernah tanda tangan surat apa pun. Apa lagi penyerahan anak. Jangan bikin suasana jadi tambah keruh, udahlah sekarang balikkin saja Mita ke kami, kalau enggak mau kerjaan suamimu jadi taruhannya.”

Saat itu aku sudah benar-benar muak.

“Ca, kamu bener ada surat penyerahannya, kalau memang ada baguslah. Kamu simpan itu baik-baik!” ucap Mas Jerom dengan tidak tahu diri.

“Mas apa sih, itu surat palsu ya. Aku enggak pernah ngerasa buat surat itu,” ucapku yang tak mau kalah.

Bagaimana bisa ada surat penyerahan, kalau aku sendiri tidak pernah membuatnya. Ini namanya penipuan.

“Kamu jangan macam-macam ya Mbak, sudah ngambil anakku begini. Kamu bikin drama surat palsu. Kami akan tetap di sini sampai kamu balikkin Mita.”

[Namanya bukan Mita ya, aku kasih nama anak ini Sela. Itu nama yang cocok buat dia dan bayi ini jadi milik aku sekarang!]

Sekarang Mbak Eca justru semakin tidak tahu diri.

“Wow sebenarnya aku ini nikah sama keluarga macam apa? Udahlah Rey, kayaknya memang enggak perlu negosiasi. Kita upload saja sekarang,” ucap Dara.

Lantas detik berikutnya, Rey pun langsung menunjukkan postingan di akun sosial medianya.

“Kamu mau upload bagaimana pun enggak akan jamin bisa viral! Kamu pikir gampang memviralkan berita, kalau kamu sendiri bukan siapa-siapa. Sangat jarang  orang mau merhatiin!”

Mas Jerom bahkan masih saja memasang wajah yang begitu angkuh.

“Ya kita lihat saja nanti siapa yang akan menang! Perlu Mas tahu ya, aku juga sudah laporin ke polisi. Siap-siap saja jabatan kamu taruhannya,” ucap Dara.

Related chapters

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 7

    “Kamu mau lapor siapa Dara, lupa ya kalau saya ini anggota dewan? Sekali ngomong aja mereka pasti nurut apa yang saya mau,” ucap Mas Jerom dengan penuh percaya diri.Dia masih saja seangkuh ini padahal aku yakin ia juga pasti panik karena akan dilaporkan polisi.“Sudahlah Mas, mau sampai kapan sih bawa anak orang.”“Bawa bagaimana? Kita pegang dokumen yang sah.”“Dara jangan mau kalah, kamu juga pegang dokumen surat kelahiran. Kamu lebih berhak atas apa pun dari pada mereka,” ucapku.Saat itu aku bisa melihat Dara melihatku dengan pandangan terkejut.“Aku enggak akan diam aja, enggak peduli polisi mau menindak lanjuti kasus ini atau enggak, kami akan tetap mengusahakan agar bayi itu kembali,” ucap Dara sembari menatap tajam ke arah Jerom.“Kamu enggak usah ngancam begitu, punya power apa kamu ngancem saya! Cuma buang-buang uang waktu dan tenaga.”“Ternyata begini ya kelakuan pejabat negara, wow lebih dari hewan,” ucap Rey.Sontak saja semua orang yang berada di sini terlonjak kaget.“

    Last Updated : 2024-12-13
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 8

    Aku hanya mendengar dari anak-anak di kantor yang kerap mengatakan jika seseorang yang ingin memviralkan sesuatu biasanya menggunakanbuzz0erdan kita hanya perlu membayarnya. Rencananya aku ingin mencari tahu lewat mereka. Sekarang yang terpenting mengamankan posisi dahulu.Setidaknya sekarang Dara jauh lebih tenang, ia tahu jika Mita ada di mana.“Kamu udah makan, Dek?”“Belum, mana kepikiran makan.”“Jangan bilang kamu dari kemarin belum makan.”“Belum lapar, lain kali ajalah.”“Jangan begitu, kalau bukan kita yang peduli sama kesehatan diri sendiri siapa lagi? Kalau kamu sakit ibaratnya bukankah akan menyulitkan proses kita mencari Mita?”“Ya sudah terserah Abang aja mau makan apa.”“Kamu tunggu di sini Abang belikan dulu.”Saat itu aku memutuskan untuk pergi mencari makanan, tetapi malah bertemu kembali

    Last Updated : 2024-12-13
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 9

    “Ra? Ka-kamu serius sejauh itu?”“Kenapa? Enggak berani ‘kan? Ya sudah biar aku aja yang lakuin. Cuma bisa ngilangin anak, giliran balikkin enggak bisa!”Saat itu Dara langsung berdiri, aku juga langsung mengejarnya, meskipun masih sedikit terkejut karena Dara akan senekat itu.“Kamu mungkin masih percaya kalau mereka akan mengembalikan anak kita, tapi aku yakin dari awal mereka itu sudah punya niat jahat. Pada dasarnya Mbak Eca itu enggak pantas jadi Ibu, dia bahkan enggak cari tahu apa saja yang boleh dan tidak dilakukan anak baru lahir. Dia cuma ingin punya anak, tapi enggak belajar pengetahuan cara merawat bayi dengan benar. Di dunia ini uang enggak bisa bayar orang malas.”“Dara, Abang pikir masalah kita enggak akan sejauh ini.”“Abang selalu mikir positif sama orang sampai kurang waspada, bahkan sudah jelas-jelas mereka dengan semena-mena mau ganti nama anak kita Abang masih bi

    Last Updated : 2024-12-13
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 10

    Aku pikir masalah ini tidak akan membuatmu berpikir buat pergi dariku.“Aku enggak layak dapat maaf dari kamu?”“Aku bisa maafin kesalahan apa pun yang kamu lakukan, tapi enggak buat anak kita yang kamu kasih ke orang lain. Itu seperti menyerahkan bagian dalam diriku. Sakit Bang, seperti orang yang kehilangan anggota tubuhnya. Aku merasa enggak utuh lagi.”“Kita bahas di mobil ya, di sini panas. Takut kamu enggak nyaman, kalau di mobil kamu bisa tiduran.”“Oke.”“Aku udah cetak selembarannya, tapi harus nunggu sebentar soalnya cukup banyak. Aku cetak sekitar 1.000 lembar.”Dari pada meneruskan pembahasan tentang Dara yang ingin menyerah dengan pernikahan kami, jika Mita tak kunjung kembali, lebih baik

    Last Updated : 2024-12-13
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 11

    Aku tahu ini akan terjadi, tetapi aku bahkan tidak menyangka kalau tanpa dipaksa pun ibuku sudah memberitahunya secara langsung. Seolah sedang menantangku.[Jangan Ibu pikir karena kita ini keluarga aku enggak akan bertindak tegas!][Ya silakan aja, berati kamu memang kamu mau masuk neraka.][Memangnya kalau orang yang sengaja memisahkan anak dengan orang tuanya itu bakal masuk surga?][Kamu nyindir ibu?][Ibu tersindir?]Saat itu aku bahkan bisa mendengar embusan nafas ibuku yang begitu jelas. Sudah pasti ia tidak terima dengan semua ucapanku.[Berani melawan ya kamu sekarang. Kamu lupa apa bagaimana, lawanmu bukan orang sembarangan.][Tahu, anggota dewan ‘kan? Tenang aja aku juga

    Last Updated : 2024-12-14
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 12

    Yang kita lawan ini memang bukan orang sembarangan, tapi yang diambil juga bukan barang yang mudah untuk diikhlaskan begitu saja bahkan jika kami adalah manusia yang berasal dari yang sama.[Saka denger ya suami aku nggak akan pernah tinggal diam atau semua yang kamu lakukan hari ini. Kamu akan menanggung akibatnya dari keberanian kamu yang nggak kamu perhitungkan ini.][Kamu ngancem, Mbak? Lupa kalau percakapan ini juga direkam. Aku nggak akan pernah melewatkan satu kesempatan pun buat bikin kamu jatuh.][Kamu pernah mikir nggak kalau anak kalian itu berada di tangan aku? Gimana kalau aku melakukan sesuatu yang nggak pernah kalian sangka? Tadinya aku berpikir buat mempertemukan Sela dengan kalian walaupun sebagai orang tua angkat, karena sela hanya akan menganggap aku dan Mas Jerom sebagai orang tua kandungnya. Sayangnya, niat baik aku ini kayaknya nggak bakal terlaks

    Last Updated : 2024-12-14
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 13

    “Ya Allah yang bener Mas, memang bisa separah itu?” tanyaku.“Ya pasti kalau bayi risikonya lebih besar. Orang dewasa aja kalau jatuh dari ketinggian terus kepala duluan dampaknya juga enggak main-main. Kepala itu ‘kan rawan banget Kang, jangan sampai kena benturan, malah jangankan benturan terguncang saja enggak boleh kalau masih bayi.”“Ya sudah Kang, sa-saya mau langsung ke rumah sakitnya. Ini sudah dipastikan kalau tempatnya di sini ‘kan?”“Iya Kang, ya sudah hati-hati! Akang yakin bisa fokus nyetir dalam keadaan begini? Saya pikir lebih baik ajak anggota keluarga lain buat nemenin. Dari pada kenapa-kenapa di jalan.”Bagaimana aku bisa memberitahu kabar ini, aku saja bisa seterkejut ini apa lagi Dara dan yang lainnya. Aku berencana untuk memberitahu mereka ketik semua informasinya sudah jelas. Bukannya aku meragukan kemampuan Kang Rudi dalam hal melacak lokasi seseorang hanya saja aku tidak ingin Dara menjadi kalang kabut k

    Last Updated : 2024-12-14
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 14

    “Ra, kematian itu takdir Allah. Enggak ada yang bisa menunda bahkan memajukan kematian walau hanya beberapa detik saja,” ucap Saka.“Aku tahu, tapi kenapa harus kamu yang jadi penyebab kematian Mita?”“Maafin Abang, Dara.”Eca dan Bu Lusi mulai berteriak meminta Saka untuk membebaskannya. Namun, sepertinya Saka tidak peduli. Ia malah fokus mendekati Dara yang sejak tadi terlihat begitu menyedihkan.“Saka, sudahlah. Biarkan istrimu tenang dulu, kasih dia waktu. Ikhlas itu enggak mudah Nak, kamu harus paham itu! Semua orang juga tahu enggak ada yang bisa melawan takdir kematian seseorang, tapi yang kamu harus tahu kasus ini berbeda,” ucap Bunda.Sepertinya dibandingkan Saka, Bunda Salsa bahkan lebih bisa mengerti apa yang dirasakan Dara saat ini.“Kamu mau bantu ibu dan kakakmu di kantor polisi atau ikut kami pulang?” tanya Pak Fandi.“Saka kok yang panggil mereka ke polisi.”Saat itu Pak Fandi hanya diam saja. Je

    Last Updated : 2024-12-15

Latest chapter

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 54

    "Abang mungkin bisa nitip ke penjaga makam kalau Mbak Eka ke makam, biar telepon kamu atau minta nomor hpnya.""Kamu yakin Dek, kalau Mbak Eka bakal ke makan secara rutin.""Aku sih mikirnya Mbak Eka kalau memang bener-bener berubah, seharusnya bakal ke sana."Cara ini mungkin membutuhkan banyak waktu, tapi faktanya mencari Mbak Eka juga sesulit itu. Saka juga sudah menanyakan pada orang-orang di sekitar rumahnya, tapi tak ada yang pernah menemui Mbak Eka selain orang-orang yang rumahnya dekat pemakaman. Jadi, Saka hanya bisa menitipkan pesan pada temannya yang kebetulan punya rumah dekat makam juga, untuk memberinya kabar kalau Mbak Eka ziarah.Sebulan berlalu, akhirnya Saka mendapatkan informasi kalau Mbak Eka ziarah ke makam ibu. Tanpa pikir panjang Saka yang kala itu masih berada di rumah makan langsung meluncur ke sana. Untungnya temannya yang dititipkan pesan oleh Saka mencoba untuk menahan Mbak Eka dengan mengajaknya bicara banyak hal, alhasil begitu Saka samp

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 53

    "Dara, bagaimana kabar kamu?"Kala itu wajah semringah Dara langsung berubah. Rupanya ia masih belum melupakan kejadian di masa lalu."Mbak mau ngapain ke sini? Mita udah enggak ada, tolong jangan ambil anakku lagi."Dara mungkin sudah mencoba mengiklaskan apa yang terjadi di masa lalu, tetapi siapa yang menyangka kalau ketika dihadapkan pada orang yang bersangkutan secara langsung. Ada sedikit rasa khawatir yang ia sendiri pun tidak mengerti kenapa bisa terjadi."Dara, maafin Mbak. Aku datang ke sini bukan mau ambil anak kamu. Mbak cuma mau silaturahmi aja.""Bang...."Kala itu Dara menatap Saka dengan wajah yang nanar. Rupanya Saka pun demikian, kenyataannya pria itu masih sedikit khawatir kalau perempuan ini punya niat yang tidak baik. Dari banyaknya waktu kenapa Mbak Eka harus datang tepat kala Dara baru saja melahirkan. Siapa juga yang tidak akan menaruh curiga."Mbak sebaiknnya kita bicara di luar aja ya, tunggu sebentar."Kala itu Saka jug

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 52

    "Apa aku hamil ya?""Hah, Adek serius? Emang udah telat?""Udah 2 bulan sih enggak halangan.""Loh, kenapa enggak bilang Sayang?""Aku enggak mau aja bikin Abang berharap kalau beneran hamil.""Ya udah nanti di sana paling diperiksa. Apa mau beli test pack aja?""Boleh.""Ya udah nanti mampir ke apotek sebentar, Abang belikan buat kamu.""Makasih, ya!"Dara mendadak tak bisa tenang, jantungnya bahkan berdentum-dentum tak karuan, membayangkan jika ia harus kembali mengecewakan Saka. Entah kenapa rasa tidak tega, melihat Saka begitu bersemangat tatkala pria itu membelikan alat tes kehamilan untuknya."Apa pun hasilnya, sama sekali enggak akan mengurangi rasa cinta dan sayang Abang ke kamu."Dara hanya tersenyum tipis, jelas di hatinya ia merasa khawatir kalau hal serupa akan kembali terulang. Namun, entah kenapa kali ini rasanya berbeda. Ia masih hafal bagaimana rasanya hamil dan yang tengah ia rasakan saat ini sama persis.Di toilet Dar

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 51

    Begitu Dara kembali untungnya keadaan sudah seperti semula. Rey sudah meninggalkan meja mereka, tetapi sepertinya Saka masih kesal dengankehadiran pria itu di sini.“Abang kenapa sih kok cemberut gitu? Ada yang bikin kesel?” tanya Saka.“Udah enggak ada sih sekarang, kita pulang aja sekarang yuk!”“Ayo! Ini juga udah siap kok.”Merasa Saka tampak terburu-buru, hal ini rupanya membuat Dara smenjadi semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya disembunyikan suaminya.Terbukti di perjalanan sampai mereka tiba di rumah pun Saka lebih banyak diam.“Abang, kenapa? Beneran enggak mau cerita?” tanya Dara kala mereka sudah sampai di rumah.Awalnya Saka tidak ingin menceritakan hal ini, ia bahkan tampak menatap istrinya hingga cukup lama. Seolah tampak begitu berat.“Enggak masalah kalau belum mau cerita sekarang atau Abang enggak mau cerita sama sekali. Adek enggak akan maksa.”“Abang tadi ketemu Rey di resto.”“

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 50

    “Hehe, iya Sayang. Maaf. Ya udah sekarang kita ngapain?”“Keluar aja yuk.”“Abang enggak ada mobil.”“Mobil aku juga mobil Abang juga. Itu juga yang beli Abang, akukasih sticker aja makanya ganti warna.”“Kamu tuh ya, suka banget sama warna pink. Emang semuanya haruspink?”Kala itu saking gemasnya, Saka malah mencubit pipi istrinya.Sayangnya, keinginan mereka untuk jalan-jalan harus tertunda, karena banyak halyang harus diurus, terutama rumah mereka yang masih berantakan.Pada akhirnya mereka baru bisa jalan-jalan dengan tenang keesokanharinya. Ata juga sudah kembali ke Pontianak, karena memang ia hanya ambil masacuti 2 hari saja. Jadi di rumah ini hanya ada Saka dan Dara. Orang tua Darajuga sudah kembali ke rumahnya, Tante Disa memutuskan untuk memperjuangkanpernikahannya, meskipun ia tahu kali ini tidak akan mudah.“Sayang, hm kamu kapan bisa ke Pontianak juga?”“Kapan aja bisa. Sekarang juga boleh.”

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 49

    “Aku duluan!”Sontak saja Dara langsung berjalan cepat kearah toilet. Di momen itu setelah menuaikan salah sunah pengantin, akhirnyarasa rindu mereka yang selama ini hanya bisa terpendam benar-benar terbayar.“Makasih banyak ya Sayang, maaf dulu Abanggagal jadi suami yang baik buat kamu.”“Aku juga bukan istri yang baik buat kamu.Yang lalu biarlah berlalu, kita hidup di masa sekarang. Aku yakin Allah pastienggak akan kasih ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya.”“Benar, tapi jujur ujian kita berat banget.”“Maafin aku ya, dalam hal ini aku jugamengambil peranan yang cukup banyak. Aku bikin Abang memusuhi keluargasendiri.”“Enggak Sayang, kamu sama sekali enggak perluminta maaf. Enggak ada asap kalau enggak ada api. Abang sudah mencoba berdamaisama semuaya. Semoga kali ini kita tetap bisa sama-sama dalam menghadapi ujianapa pun.”“Aamiin.”Sedang asyik mengobrol pintu kamar merekamalah diketuk dari arah luar.

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 48

    “SAH!”Mendengar kalimat itu tentu saja membuat Dara yang sejak tadibegitu tegang mendadak lega. Kala itu ia digandeng Via dan Febi menuju kehalaman rumah. Mereka mengadakan pernikahan itu di rumah lama. Sepertidihidupkan kembali setelah sekian lama mati suri, melihat Saka yang lengkapdengan beskap khas sunda membuat Dara tak kuasa menahan haru. Begitupun Sakayang melihat wanitanya tampak anggun dengan balutan kebaya panjang denganhiasan siger sunda di kepalanya, menambah kesakralan acara kala itu.Ia tahu sampai dititik ini tidak mudah, ada banyak hal yangdilewati. Begitu banyak kerinduan yang selama ini tak pernah bisa diungkapkan.Tak pernah terbayangkan Saka akan kembali mengalami momen seperti ini lagi.Rasanya memimpikannya saja ia tak pernah berani. Saka tahukesalahannya pada Dara terlalu besar. Imam yang seharusnya bisa melindungimakmumnya, yang terjadi di kehidupan sebelumnya justru ialah yang memberikanluka pada mereka.Kini setelah berja

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 47

    “Pak, apa enggak sebaiknya antar Via ke sekolah dulu?” tanya Dara yang mulai merasa tidak nyaman dengan keadaan saat ini.“Buat apalah, ojek ada. Disa juga bisa antar pakai motor. Udah enggak usah dipikirkan.”Pak Toro malah terlihat masa bodo dengan istrinya yang meninggalkan hotel dengan wajah yang masam.“Tapi, tadi Tante Disa kayaknya marah banget. Aku cuma enggak mau aja Yah, pulang dari sini kalian malah berantem lagi kayak semalam.”“Asal kamu tahu Dara, enggak hari ini aja kok kita berantem. Hari-hari dia sering banget ngajak berantem. Maafin Bapak ya, harusnya dulu minta pendapat kamu dulu sebelum memutuskan buat menikah sama perempuan enggak jelas itu.”“Istighfar Pak, hm ini minum dulu! Biar agak tenang!”Kala itu Dara menyodorkan segelas air untuk Pak Toro. Saka juga tidak berani membuka suara. Ia tahu masalah ini bukan ranahnya ikut campur.“Nak Saka, maaf ya harusnya kita enggak bicara di tempat ini.”“Enggak masalah Pak, saya di mana aj

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 46

    Tak jauh dari rumah masa kecilnya, ada sebuah penginapan untungnya masih ada kamar kosong. Jadi Dara tidak perlu berlari terlalu jauh. Sebenarnya wanita itu sudah mempersiapkan hal ini sejak lama, kalau keluarganya akan memperlakukannya dengan buruk. Hanya tetap saja dihadapkan dengan situasi secara langsung, Dara tetap saja ikut larut dalam emosinya. Ia tidak pulang setiap hari, bahkan bisa terhitung hari dalam setahun. Namun, kenapa bagi ibu sambungnya hal itu seperti beban. Ia merelakan tempat tidur dan semua barang yang ada yang ada di kamarnya pun untuk adik-adiknya, tetapi itu sama sekali tak mengubah apa pun bagi wanita paruh baya itu.~Ketika di lobi tanpa sadar Dara menitikkan air matanya. Ia sudah berusaha menahannya sejak tadi, tetapi tetap saja. Akhirnya demi menutupi penampilannya yang kacau, Dara memilih untuk memakai kaca mata menuju kamarnya. Kala itu ia memang tak membawa banyak baju, jadi kali ini Dara hanya memakai tote bag berukuran sedang yang ber

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status