Share

Bab 5

Author: ERIA YURIKA
last update Last Updated: 2024-11-01 11:31:43

“Dek, kamu serius mau viralin?” tanyaku.

“Iya, kenapa memangnya? Abang enggak berani, enggak apa-apa. Abang diam aja enggak usah ngapa-ngapain biar aku yang gerak. Kayak biasanya aja!” ucap Dara.

Ia sepertinya sengaja menyinggungku.

“Tapi, nanti masalah ini jadi ke mana-mana Dek, kamu tahu ‘kan nitizen kita?”

“Tahu, mau sampai ke mana memang pembahasan mereka? Abang takut kebawa-bawa, karena nyerahin anak kita gitu aja ke anggota dewan yang terhormat itu?”

“Enggak takut kena hujat juga Dek, cuma Abang enggak mau aja masalah kita jadi omongan banyak orang. Abang juga ‘kan ada kerjaan, bagaimana kalau nanti orang pada bahas masalah ini. Tolonglah berpikir dulu sebelum bertindak!”

“Ya mau ngapain lagi, emang Abang berani laporin mbak sendiri ke polisi. ‘Kan enggak? Abang mana tega sama kakak sendiri, beda sama aku yang cuma orang lain.”

“Ya, enggak begitu juga. Masih mending lapor polisi dari pada diviralkan di sosial media. Sanksi sosial itu akan terus ada sampai nanti. Kebayang ‘kan mereka nanti bagaimana?”

“Kamu bisa ya, aku itu istri kamu. Anak kamu hilang Bang, kenapa masih mikirin perasaan orang lain apa lagi masa depan orang lain. Itu anak pertama kita loh, kalau tahu kayak gini harusnya kamu tuh enggak pernah punya anak Bang! Kamu enggak pantas jadi Bapak.”

Saat itu aku tidak menyangka kalau Dara akan mengatakan hal sekejam itu. Hanya saja aku juga tahu saat ini ia sedang dilanda emosi. Namun, yang membuatku tak habis pikir petugas keamanan yang sejak tadi berdiri menghalangiku masuk malah pergi ke dalam. Entah mau ke mana, tetapi yang jelas dari gelagatnya yang panik membuatku semakin curiga kalau sebenarnya ada yang dia sembunyikan dariku.

“Kamu mending pulang aja Bang, enggak usah di sini. Enggak bantu apa pun. Tidur sekalian di rumah. Heran jadi laki-laki kok enggak tegas banget sih Bang.”

Dara mulai terlihat frustrasi. Ah, andai kamu tahu Dara aku sudah melawan perasaan tidak enak hati ini sekeras tenaga. Namun, hasilnya tetap saja aku seakan kalah sebelum berperang.

“Kamu itu laki-laki Bang, ayolah. Sampai kapan kamu terus kalah seperti ini, harus berapa banyak hal yang hilang lagi, sampai kamu berani melawan orang yang udah zalim sama keluarga kamu!”

Saat itu tiba-tiba saja seseorang yang entah siapa datang menghampiri dulu.

“Dara duduk dulu! Tenangkan diri, kalau kamu ikut emosi. Rencana kita bakal sia-sia!” ucap pria itu.

“Dara dia siapa?”

“Yang jelas dia orang yang mau memperjuangkan biar anak kita bisa balik,” ucap Dara.

“Kenapa kamu enggak ngomong dulu mau melibatkan orang lain?”

“Kamu pernah ngomong enggak Bang, mau pinjamin anak ke orang?” tanya Dara yang sontak saja membungkam mulutku.

“Sudah Mas, saya di sini cuma bantu. Kebetulan saya temannya Dara waktu sekolah, kami juga dulu tetanggaan. Saya enggak ada niat macam-macam,” ucap pria itu.

“Yang nanya punya niat macam-macam juga siapa?” ucapku.

Sebenarnya aku hanya tidak suka Dara meminta tolong orang lain, terlebih dia seorang pria yang aku sendiri bahkan tidak kenal.

“Dara sejak kapan kamu punya teman pria?” bisikku kala kami menunggu di lobi.

“Abang bisa enggak sih fokus sama pencarian Mita. Aku juga enggak pernah punya teman cowok, kami itu tetanggaan dulu, cuma karena enggak sengaja ketemu. Kamu mau fitnah aku macam-macam? Ayo aja, terserah kamu mau nuduh apa. Dari awal aja kamu tegas, aku juga enggak mungkin nawarin tawaran dia buat datang ke sini dan ngancem petugas keamanan itu biar mau bawa Mas Jerome ke depan kita. Kamu mana? Enggak bisa ‘kan kamu nemuin Mas Jerome, padahal mobilnya juga ada kok. Aku lihat di parkiran.”

Aku bahkan tidak memperhatikan ada atau tidaknya mobil milik Mas Jerom, karena pikiranku sedang benar-benar kacau.

“Aku minta maaf, Dara. Mungkin usahaku memang belum terlihat, tapi kamu lihat sendiri aku sudah berusaha.”

“Aku tahu, tapi usahamu kurang keras. Bisa enggak aku egois, usaha sebanyak apa pun kalau anak kita enggak ketemu bukankah jadi sia-sia? Untuk beberapa hal aku maafin kamu, tapi ini tentang nyawa. Aku tahu Mbak Eca sangat mengharapkan anak, tapi pada dasarnya ada enggak jaminan kalau dia bisa menjaga anak kita dengan baik? Maaf kamu enggak menyelesaikan masalah kali ini Bang, ada beberapa hal yang butuh tindakan tegas biar semuanya selesai.”

“Dara, sory saya ke sana dulu. Saya bakal coba ngomong ke satpamnya lagi. Saya lihat tadi orangnya baru keluar!” ucap pria asing itu.

Ah aku bahkan tidak tahu namanya.

“Makasih ya,” sahut istriku.

“Namanya siapa sih?” tanyaku yang entah kenapa mendadak kesal sekali.

“Namanya Rey.”

“Apa pun itu, aku enggak suka kamu terlalu dekat sama pria lain.”

“Kamu yang enggak bisa diandelin Bang, makanya aku minta bantuan orang, kalau kamu bisa apa-apa sendiri aku juga enggak akan nerima bantuan orang.”

“Aku itu bukannya enggak bisa, aku masih berpikir kalau mereka keluarga kita.”

“Keluarga? Yang mencuri anak keluarganya sendiri? Orang kayak gitu layakkah disebut keluarga? Menurut aku enggak.”

Saat itu Dara malah menyusul Rey ke arah petugas keamanan yang tengah diintegorasi. Saat itu aku memutuskan untuk ikut menyusul ke sana juga. Rey sedang menekan pertugas keamanan itu denga cukup keras, belum lagi ia juga ikut mengacungkan kamera pada wajahnya.

“Saya ini orang kecil Mas, saya cuma disuruh aja. Saya juga punya anak istri yang perlu dinafkahi. Kalau atasan minta tolong saya buat enggak nerima tamu saya mau apa.”

“Ya makanya, sampaikan kalau saya enggak segan buat memviralkan atasan bapak kalau tetap diam di ruangannya. Malah pura-pura dinas keluar kota, itu jelas-jelas mobilnya ada kok. Saya udah ambil video mobilnya terparkir di depan, jadi kalau Pak Jerom yang terhormat itu enggak mau keluar, jangan salahkan saya kalau memposting videonya ke sosial media,” ucap Rey dengan sangat berapi-api.

Ia bahkan lebih emosional dariku. Petugas keamanan itu bahkan seperti kehilangan taringnya ia langsung berjalan dengan langkah cepat menuju ke dalam. Hingga beberapa menit kemudian seseorang dengan kemeja hitam datang menghampiri kami. Ialah orang yang sejak tadi ditunggu-tunggu kehadirannya.

“Oh ini Dewan yang ngaku lagi dinas keluar tahunya diam di ruangan, kok bisa begitu ya Pak. Ngambil anak orang diam-diam aja, ngorbanin bawahan yang enggak tahu apa-apa,” ucap Rey dengan wajah yang tampak merendahkan.

Aku sendiri bahkan tidak seberani itu, entah kenapa ia malah lebih bersemangat dan marah pada Mas Jerom. Aku jadi curiga kalau mungkin saja ia punya hubungan yang lebih dari sekedar teman dengan Dara.

“Kamu siapa sih? Lancang banget?” tanya Mas Jerom dengan sorot mata tak suka.

“Saya Rey, cuma sopir taxy sih, tapi saya cukup diri enggak akan bawa kabur anak dari adik iparnya sendiri.”

“Sopir taxy aja belagu.”

“Ya memang harus belagu, kalau miskin enggak belagu yang ada diinjak-injak,” ucap Rey.

Sungguh jawabannya ini kadang-kadang diluar nalar, entah dari mana pemikiran nyelenehnya itu.

Related chapters

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 6

    “Mas Jerom udahlah enggak usah buang-buang waktu, di mana anak saya. Saya enggak terima anak saya dibawa-bawa.”“Kamu sendiri yang minjemin kok, kenapa jadi marah-marah begini. Kamu juga main viral-viralkan aja, saya bisa tuntut kamu loh Dara atas pencemaran nama baik sama ITE.”“Ya tuntut aja Pak Dewan, Dara juga bisa nuntut Anda atas tindakan pencurian bayi. Saya rasa tuntutannya akan jauh lebih berat pencurian bayi ya, aduh enggak kebayang sih kalau tiba-tiba gara-gara kasus ini jabatannya dicopot. Mantap kayaknya. Bisa mungkin jadi sopir taxy online kayak saya. Nanti kita bisa nongkrong bareng.”“KURANG NGAJAR! PAK SATPAM USIR MEREKA DARI SINI.”Mas Jerom mulai emosi. Beberapa petugas keamanan juga mulai memegangiku dan Rey. Namun, pria itu masih tetap santai.“Dara udah direkam ‘kan semuanya?” tanya Rey sambil tersenyum licik ke arah Mas Jerom.Sedangkan Dara hanya mengacungkan jempol dari jauh. Entah kapan istriku menjauh sepertinya semua ini sudah bagian dari rencananya.“Siala

    Last Updated : 2024-12-11
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 7

    “Kamu mau lapor siapa Dara, lupa ya kalau saya ini anggota dewan? Sekali ngomong aja mereka pasti nurut apa yang saya mau,” ucap Mas Jerom dengan penuh percaya diri.Dia masih saja seangkuh ini padahal aku yakin ia juga pasti panik karena akan dilaporkan polisi.“Sudahlah Mas, mau sampai kapan sih bawa anak orang.”“Bawa bagaimana? Kita pegang dokumen yang sah.”“Dara jangan mau kalah, kamu juga pegang dokumen surat kelahiran. Kamu lebih berhak atas apa pun dari pada mereka,” ucapku.Saat itu aku bisa melihat Dara melihatku dengan pandangan terkejut.“Aku enggak akan diam aja, enggak peduli polisi mau menindak lanjuti kasus ini atau enggak, kami akan tetap mengusahakan agar bayi itu kembali,” ucap Dara sembari menatap tajam ke arah Jerom.“Kamu enggak usah ngancam begitu, punya power apa kamu ngancem saya! Cuma buang-buang uang waktu dan tenaga.”“Ternyata begini ya kelakuan pejabat negara, wow lebih dari hewan,” ucap Rey.Sontak saja semua orang yang berada di sini terlonjak kaget.“

    Last Updated : 2024-12-13
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 8

    Aku hanya mendengar dari anak-anak di kantor yang kerap mengatakan jika seseorang yang ingin memviralkan sesuatu biasanya menggunakanbuzz0erdan kita hanya perlu membayarnya. Rencananya aku ingin mencari tahu lewat mereka. Sekarang yang terpenting mengamankan posisi dahulu.Setidaknya sekarang Dara jauh lebih tenang, ia tahu jika Mita ada di mana.“Kamu udah makan, Dek?”“Belum, mana kepikiran makan.”“Jangan bilang kamu dari kemarin belum makan.”“Belum lapar, lain kali ajalah.”“Jangan begitu, kalau bukan kita yang peduli sama kesehatan diri sendiri siapa lagi? Kalau kamu sakit ibaratnya bukankah akan menyulitkan proses kita mencari Mita?”“Ya sudah terserah Abang aja mau makan apa.”“Kamu tunggu di sini Abang belikan dulu.”Saat itu aku memutuskan untuk pergi mencari makanan, tetapi malah bertemu kembali

    Last Updated : 2024-12-13
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 9

    “Ra? Ka-kamu serius sejauh itu?”“Kenapa? Enggak berani ‘kan? Ya sudah biar aku aja yang lakuin. Cuma bisa ngilangin anak, giliran balikkin enggak bisa!”Saat itu Dara langsung berdiri, aku juga langsung mengejarnya, meskipun masih sedikit terkejut karena Dara akan senekat itu.“Kamu mungkin masih percaya kalau mereka akan mengembalikan anak kita, tapi aku yakin dari awal mereka itu sudah punya niat jahat. Pada dasarnya Mbak Eca itu enggak pantas jadi Ibu, dia bahkan enggak cari tahu apa saja yang boleh dan tidak dilakukan anak baru lahir. Dia cuma ingin punya anak, tapi enggak belajar pengetahuan cara merawat bayi dengan benar. Di dunia ini uang enggak bisa bayar orang malas.”“Dara, Abang pikir masalah kita enggak akan sejauh ini.”“Abang selalu mikir positif sama orang sampai kurang waspada, bahkan sudah jelas-jelas mereka dengan semena-mena mau ganti nama anak kita Abang masih bi

    Last Updated : 2024-12-13
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 10

    Aku pikir masalah ini tidak akan membuatmu berpikir buat pergi dariku.“Aku enggak layak dapat maaf dari kamu?”“Aku bisa maafin kesalahan apa pun yang kamu lakukan, tapi enggak buat anak kita yang kamu kasih ke orang lain. Itu seperti menyerahkan bagian dalam diriku. Sakit Bang, seperti orang yang kehilangan anggota tubuhnya. Aku merasa enggak utuh lagi.”“Kita bahas di mobil ya, di sini panas. Takut kamu enggak nyaman, kalau di mobil kamu bisa tiduran.”“Oke.”“Aku udah cetak selembarannya, tapi harus nunggu sebentar soalnya cukup banyak. Aku cetak sekitar 1.000 lembar.”Dari pada meneruskan pembahasan tentang Dara yang ingin menyerah dengan pernikahan kami, jika Mita tak kunjung kembali, lebih baik

    Last Updated : 2024-12-13
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 11

    Aku tahu ini akan terjadi, tetapi aku bahkan tidak menyangka kalau tanpa dipaksa pun ibuku sudah memberitahunya secara langsung. Seolah sedang menantangku.[Jangan Ibu pikir karena kita ini keluarga aku enggak akan bertindak tegas!][Ya silakan aja, berati kamu memang kamu mau masuk neraka.][Memangnya kalau orang yang sengaja memisahkan anak dengan orang tuanya itu bakal masuk surga?][Kamu nyindir ibu?][Ibu tersindir?]Saat itu aku bahkan bisa mendengar embusan nafas ibuku yang begitu jelas. Sudah pasti ia tidak terima dengan semua ucapanku.[Berani melawan ya kamu sekarang. Kamu lupa apa bagaimana, lawanmu bukan orang sembarangan.][Tahu, anggota dewan ‘kan? Tenang aja aku juga

    Last Updated : 2024-12-14
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 12

    Yang kita lawan ini memang bukan orang sembarangan, tapi yang diambil juga bukan barang yang mudah untuk diikhlaskan begitu saja bahkan jika kami adalah manusia yang berasal dari yang sama.[Saka denger ya suami aku nggak akan pernah tinggal diam atau semua yang kamu lakukan hari ini. Kamu akan menanggung akibatnya dari keberanian kamu yang nggak kamu perhitungkan ini.][Kamu ngancem, Mbak? Lupa kalau percakapan ini juga direkam. Aku nggak akan pernah melewatkan satu kesempatan pun buat bikin kamu jatuh.][Kamu pernah mikir nggak kalau anak kalian itu berada di tangan aku? Gimana kalau aku melakukan sesuatu yang nggak pernah kalian sangka? Tadinya aku berpikir buat mempertemukan Sela dengan kalian walaupun sebagai orang tua angkat, karena sela hanya akan menganggap aku dan Mas Jerom sebagai orang tua kandungnya. Sayangnya, niat baik aku ini kayaknya nggak bakal terlaks

    Last Updated : 2024-12-14
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 13

    “Ya Allah yang bener Mas, memang bisa separah itu?” tanyaku.“Ya pasti kalau bayi risikonya lebih besar. Orang dewasa aja kalau jatuh dari ketinggian terus kepala duluan dampaknya juga enggak main-main. Kepala itu ‘kan rawan banget Kang, jangan sampai kena benturan, malah jangankan benturan terguncang saja enggak boleh kalau masih bayi.”“Ya sudah Kang, sa-saya mau langsung ke rumah sakitnya. Ini sudah dipastikan kalau tempatnya di sini ‘kan?”“Iya Kang, ya sudah hati-hati! Akang yakin bisa fokus nyetir dalam keadaan begini? Saya pikir lebih baik ajak anggota keluarga lain buat nemenin. Dari pada kenapa-kenapa di jalan.”Bagaimana aku bisa memberitahu kabar ini, aku saja bisa seterkejut ini apa lagi Dara dan yang lainnya. Aku berencana untuk memberitahu mereka ketik semua informasinya sudah jelas. Bukannya aku meragukan kemampuan Kang Rudi dalam hal melacak lokasi seseorang hanya saja aku tidak ingin Dara menjadi kalang kabut k

    Last Updated : 2024-12-14

Latest chapter

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 54

    "Abang mungkin bisa nitip ke penjaga makam kalau Mbak Eka ke makam, biar telepon kamu atau minta nomor hpnya.""Kamu yakin Dek, kalau Mbak Eka bakal ke makan secara rutin.""Aku sih mikirnya Mbak Eka kalau memang bener-bener berubah, seharusnya bakal ke sana."Cara ini mungkin membutuhkan banyak waktu, tapi faktanya mencari Mbak Eka juga sesulit itu. Saka juga sudah menanyakan pada orang-orang di sekitar rumahnya, tapi tak ada yang pernah menemui Mbak Eka selain orang-orang yang rumahnya dekat pemakaman. Jadi, Saka hanya bisa menitipkan pesan pada temannya yang kebetulan punya rumah dekat makam juga, untuk memberinya kabar kalau Mbak Eka ziarah.Sebulan berlalu, akhirnya Saka mendapatkan informasi kalau Mbak Eka ziarah ke makam ibu. Tanpa pikir panjang Saka yang kala itu masih berada di rumah makan langsung meluncur ke sana. Untungnya temannya yang dititipkan pesan oleh Saka mencoba untuk menahan Mbak Eka dengan mengajaknya bicara banyak hal, alhasil begitu Saka samp

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 53

    "Dara, bagaimana kabar kamu?"Kala itu wajah semringah Dara langsung berubah. Rupanya ia masih belum melupakan kejadian di masa lalu."Mbak mau ngapain ke sini? Mita udah enggak ada, tolong jangan ambil anakku lagi."Dara mungkin sudah mencoba mengiklaskan apa yang terjadi di masa lalu, tetapi siapa yang menyangka kalau ketika dihadapkan pada orang yang bersangkutan secara langsung. Ada sedikit rasa khawatir yang ia sendiri pun tidak mengerti kenapa bisa terjadi."Dara, maafin Mbak. Aku datang ke sini bukan mau ambil anak kamu. Mbak cuma mau silaturahmi aja.""Bang...."Kala itu Dara menatap Saka dengan wajah yang nanar. Rupanya Saka pun demikian, kenyataannya pria itu masih sedikit khawatir kalau perempuan ini punya niat yang tidak baik. Dari banyaknya waktu kenapa Mbak Eka harus datang tepat kala Dara baru saja melahirkan. Siapa juga yang tidak akan menaruh curiga."Mbak sebaiknnya kita bicara di luar aja ya, tunggu sebentar."Kala itu Saka jug

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 52

    "Apa aku hamil ya?""Hah, Adek serius? Emang udah telat?""Udah 2 bulan sih enggak halangan.""Loh, kenapa enggak bilang Sayang?""Aku enggak mau aja bikin Abang berharap kalau beneran hamil.""Ya udah nanti di sana paling diperiksa. Apa mau beli test pack aja?""Boleh.""Ya udah nanti mampir ke apotek sebentar, Abang belikan buat kamu.""Makasih, ya!"Dara mendadak tak bisa tenang, jantungnya bahkan berdentum-dentum tak karuan, membayangkan jika ia harus kembali mengecewakan Saka. Entah kenapa rasa tidak tega, melihat Saka begitu bersemangat tatkala pria itu membelikan alat tes kehamilan untuknya."Apa pun hasilnya, sama sekali enggak akan mengurangi rasa cinta dan sayang Abang ke kamu."Dara hanya tersenyum tipis, jelas di hatinya ia merasa khawatir kalau hal serupa akan kembali terulang. Namun, entah kenapa kali ini rasanya berbeda. Ia masih hafal bagaimana rasanya hamil dan yang tengah ia rasakan saat ini sama persis.Di toilet Dar

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 51

    Begitu Dara kembali untungnya keadaan sudah seperti semula. Rey sudah meninggalkan meja mereka, tetapi sepertinya Saka masih kesal dengankehadiran pria itu di sini.“Abang kenapa sih kok cemberut gitu? Ada yang bikin kesel?” tanya Saka.“Udah enggak ada sih sekarang, kita pulang aja sekarang yuk!”“Ayo! Ini juga udah siap kok.”Merasa Saka tampak terburu-buru, hal ini rupanya membuat Dara smenjadi semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya disembunyikan suaminya.Terbukti di perjalanan sampai mereka tiba di rumah pun Saka lebih banyak diam.“Abang, kenapa? Beneran enggak mau cerita?” tanya Dara kala mereka sudah sampai di rumah.Awalnya Saka tidak ingin menceritakan hal ini, ia bahkan tampak menatap istrinya hingga cukup lama. Seolah tampak begitu berat.“Enggak masalah kalau belum mau cerita sekarang atau Abang enggak mau cerita sama sekali. Adek enggak akan maksa.”“Abang tadi ketemu Rey di resto.”“

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 50

    “Hehe, iya Sayang. Maaf. Ya udah sekarang kita ngapain?”“Keluar aja yuk.”“Abang enggak ada mobil.”“Mobil aku juga mobil Abang juga. Itu juga yang beli Abang, akukasih sticker aja makanya ganti warna.”“Kamu tuh ya, suka banget sama warna pink. Emang semuanya haruspink?”Kala itu saking gemasnya, Saka malah mencubit pipi istrinya.Sayangnya, keinginan mereka untuk jalan-jalan harus tertunda, karena banyak halyang harus diurus, terutama rumah mereka yang masih berantakan.Pada akhirnya mereka baru bisa jalan-jalan dengan tenang keesokanharinya. Ata juga sudah kembali ke Pontianak, karena memang ia hanya ambil masacuti 2 hari saja. Jadi di rumah ini hanya ada Saka dan Dara. Orang tua Darajuga sudah kembali ke rumahnya, Tante Disa memutuskan untuk memperjuangkanpernikahannya, meskipun ia tahu kali ini tidak akan mudah.“Sayang, hm kamu kapan bisa ke Pontianak juga?”“Kapan aja bisa. Sekarang juga boleh.”

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 49

    “Aku duluan!”Sontak saja Dara langsung berjalan cepat kearah toilet. Di momen itu setelah menuaikan salah sunah pengantin, akhirnyarasa rindu mereka yang selama ini hanya bisa terpendam benar-benar terbayar.“Makasih banyak ya Sayang, maaf dulu Abanggagal jadi suami yang baik buat kamu.”“Aku juga bukan istri yang baik buat kamu.Yang lalu biarlah berlalu, kita hidup di masa sekarang. Aku yakin Allah pastienggak akan kasih ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya.”“Benar, tapi jujur ujian kita berat banget.”“Maafin aku ya, dalam hal ini aku jugamengambil peranan yang cukup banyak. Aku bikin Abang memusuhi keluargasendiri.”“Enggak Sayang, kamu sama sekali enggak perluminta maaf. Enggak ada asap kalau enggak ada api. Abang sudah mencoba berdamaisama semuaya. Semoga kali ini kita tetap bisa sama-sama dalam menghadapi ujianapa pun.”“Aamiin.”Sedang asyik mengobrol pintu kamar merekamalah diketuk dari arah luar.

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 48

    “SAH!”Mendengar kalimat itu tentu saja membuat Dara yang sejak tadibegitu tegang mendadak lega. Kala itu ia digandeng Via dan Febi menuju kehalaman rumah. Mereka mengadakan pernikahan itu di rumah lama. Sepertidihidupkan kembali setelah sekian lama mati suri, melihat Saka yang lengkapdengan beskap khas sunda membuat Dara tak kuasa menahan haru. Begitupun Sakayang melihat wanitanya tampak anggun dengan balutan kebaya panjang denganhiasan siger sunda di kepalanya, menambah kesakralan acara kala itu.Ia tahu sampai dititik ini tidak mudah, ada banyak hal yangdilewati. Begitu banyak kerinduan yang selama ini tak pernah bisa diungkapkan.Tak pernah terbayangkan Saka akan kembali mengalami momen seperti ini lagi.Rasanya memimpikannya saja ia tak pernah berani. Saka tahukesalahannya pada Dara terlalu besar. Imam yang seharusnya bisa melindungimakmumnya, yang terjadi di kehidupan sebelumnya justru ialah yang memberikanluka pada mereka.Kini setelah berja

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 47

    “Pak, apa enggak sebaiknya antar Via ke sekolah dulu?” tanya Dara yang mulai merasa tidak nyaman dengan keadaan saat ini.“Buat apalah, ojek ada. Disa juga bisa antar pakai motor. Udah enggak usah dipikirkan.”Pak Toro malah terlihat masa bodo dengan istrinya yang meninggalkan hotel dengan wajah yang masam.“Tapi, tadi Tante Disa kayaknya marah banget. Aku cuma enggak mau aja Yah, pulang dari sini kalian malah berantem lagi kayak semalam.”“Asal kamu tahu Dara, enggak hari ini aja kok kita berantem. Hari-hari dia sering banget ngajak berantem. Maafin Bapak ya, harusnya dulu minta pendapat kamu dulu sebelum memutuskan buat menikah sama perempuan enggak jelas itu.”“Istighfar Pak, hm ini minum dulu! Biar agak tenang!”Kala itu Dara menyodorkan segelas air untuk Pak Toro. Saka juga tidak berani membuka suara. Ia tahu masalah ini bukan ranahnya ikut campur.“Nak Saka, maaf ya harusnya kita enggak bicara di tempat ini.”“Enggak masalah Pak, saya di mana aj

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 46

    Tak jauh dari rumah masa kecilnya, ada sebuah penginapan untungnya masih ada kamar kosong. Jadi Dara tidak perlu berlari terlalu jauh. Sebenarnya wanita itu sudah mempersiapkan hal ini sejak lama, kalau keluarganya akan memperlakukannya dengan buruk. Hanya tetap saja dihadapkan dengan situasi secara langsung, Dara tetap saja ikut larut dalam emosinya. Ia tidak pulang setiap hari, bahkan bisa terhitung hari dalam setahun. Namun, kenapa bagi ibu sambungnya hal itu seperti beban. Ia merelakan tempat tidur dan semua barang yang ada yang ada di kamarnya pun untuk adik-adiknya, tetapi itu sama sekali tak mengubah apa pun bagi wanita paruh baya itu.~Ketika di lobi tanpa sadar Dara menitikkan air matanya. Ia sudah berusaha menahannya sejak tadi, tetapi tetap saja. Akhirnya demi menutupi penampilannya yang kacau, Dara memilih untuk memakai kaca mata menuju kamarnya. Kala itu ia memang tak membawa banyak baju, jadi kali ini Dara hanya memakai tote bag berukuran sedang yang ber

DMCA.com Protection Status