Share

Bab 2

Penulis: ERIA YURIKA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-01 11:29:57

“Kamu mau ngelakuin apa Dara, ini bukan soal kaya atau miskin. Abang yakin kok Mbak Eca pasti balik lagi. Rumah dia di sini, mungkin mereka cuma jalan-jalan aja.”

“Anak sekecil itu diajak jalan? Mereka tuh ada enggak sih rasa khawatir sama anak orang lain yang bisa aja kenapa-kenapa di jalan. Selama hamil aku menjaganya dengan sangat hati-hati, terus bisa-bisanya orang lain memperlakukan anakku dengan sembarangan seperti itu,” ucap Dara.

Saat itu Dara langsung berjalan sambil memegangi dinding, sesekali aku melihatnya meringis kesakitan. Belum lagi wajahnya yang terlihat pucat pasi, bersamaan dengan keringat dingin yang mengucur di wajahnya, sudah pasti ia sedang menahan rasa sakit. Sayangnya, setiap kali aku menawarkan bantuan Dara malah menolaknya, ia lebih memilih untuk menanggung rasa sakit itu sendirian. Mau tidak mau aku jadi harus mengikuti Dara jalan kaki, sementara mobil kuparkir di depan rumah Mbak Eca.

“Sakit yang aku rasain sekarang itu enggak ada apa-apanya dibandingkan apa yang Abang dan keluargamu lakukan. Kalian itu kayak bukan manusia yang punya hati, tega memisahkan ibu dan anaknya yang baru lahir,” ucapnya.

“Abang minta maaf Dek, kalau saja tahu Ibu akan senekat ini sudah pasti Abang enggak akan nitipin bayi kita ke Ibu.”

“Dari awal aku sudah bilang buat nitipin anakku ke orang tuaku. Kenapa Abang malah enggak mau, Abang bahkan melarangku buat nelepon mereka. Ini semua pasti karena rencana kalian ‘kan? Kalian memang sengaja mau anaknya saja. Jahat banget tahu enggak.”

“Kamu yang bilang sendiri kalau hubungan kamu sama orang tua kamu itu enggak baik, jadi buat apa kamu telepon mereka.”

“Seenggak baiknya ibu tiriku dia enggak akan misahin aku dari anakku. Sekarang cari anak kita sampai ketemu, kalau belum ketemu enggak usah pulang!”

Aku memang sengaja mengambil hp Dara saat ia akan melahirkan itu semua karena menurut cerita Dara hubungannya dengan mertuaku memang kurang baik. Jadi, aku pikir dari pada menambah bebannya jadi lebih baik menyembunyikan kabar ini dari mereka. 

Saat sedang menunggu di pinggir jalan aku pikir Dara sudah jauh lebih tenang, karena ia hanya duduk diam. Aku mulai memberanikan diri untuk mengajaknya pulang dulu, tetapi uluran tanganku bahkan ditepisnya begitu saja. 

“Enggak usah baik-baikin aku, kamu ini anggap aku manusia atau enggak. Kalau mau minta maaf, cari anakku sampai ketemu. Aku enggak akan pernah maafin kamu kalau Mita gak balik ke tanganku!”

Saat sedang berada dalam puncak emosi, tiba-tiba saja terdengar suara klakson mobil yang cukup keras dan berulang-ulang. Begitu dilihat rupanya sebuah mobil pajero sport terparkir persis di depanku.

“Kenapa Mas, kok klakson-klakson?” tanyaku yang bingung bercampur kesal. 

“Ini Mas saya dapat orderan grab atas nama Dara. Titiknya di sini, saya pikir Mas sama Mbaknya yang pesan, kalau memang bukan saya minta maaf.”

“Saya yang Dara, Pak. Saya yang pesan grabnya,” ucap Dara yang langsung berdiri dan bersiap masuk.”

“Oh kamu sudah pesan grab duluan, ya sudah kita langsung pulang saja!” ucapku.

Kebetulan sekali, wanita memang susah ditebak, tadi aku susah payah merayunya ternyata diam-diam ia sudah memesan kenadaraan untuk pulang.

“Pak maaf nanti saya cancel saja ya, tapi bisa enggak saya antarkan dulu ke dalam. Nanti saya tambahin buat ongkos gantinya. Saya juga bawa mobil tadi ditinggal di dalam. Dara mana hp kamu, sini Abang batalin!” ucapku.

“Kamu mau apa, Bang?” tanya Dara ketika aku hendak masuk ke mobil.

“Ya, pulang sama kamu.”

“Yang minta kamu pulang siapa? Memangnya anak kita sudah ketemu?”

“Jadi kamu mau pulang sendiri?”

“Ya.”

“Aku mau cari ke mana? Kamu lihat sendiri rumah Mbak Eca kosong, satpam bilang mereka lagi keluar dan enggak tahu ke mana.”

“Kamu suruh tunggu begini saja enggak mau. Aku tunggu 9 bulan buat ketemu anaknya, masih harus merasakan sakitnya melahirkan, tapi dengan mudahnya kamu kasihkan anak kita ke orang lain.”

“Dara Abang tanya sekali lagi kamu serius ngelakuin ini ke Abang?”

“Abang pikir aku bercanda. Masih mending aku kasih kamu kesempatan buat cari dulu.”

Saat itu Dara langsung menutup pintu mobil, sempat terdengar dari luar, kalau dia meminta sopir untuk langsung jalan.  Benar saja ia tega meninggalkanku seorang diri di sini. Aku bahkan tidak tahu ke mana mereka pergi. Ibu dan Mbak Eca bahkan memblokir nomorku, bagaimana bisa aku mendatangi mereka apa lagi mengambil anakku.

Saat itu aku ingat kalau kantor Mas Jerom berada di sekitar sini jadi aku memutuskan untuk langsung pergi ke sana juga. Sebagai seorang anggota dewan aku sendiri tidak tahu kalau Mas Jerom akan ada di kantor atau tidak, tetapi sudah sejauh ini aku tidak ingin melepaskan kesempatan ini begitu saja. Hal ini juga yang membuat ibuku sering kali membangga-banggakan menantunya. 

Semua karena pekerjaan Mas Jerom yang ia anggap terhormat. Entahlah aku rasa semua pekerjaan layak dihormati apa pun itu. Aku sudah sampai di gedung pemerintahan daerah, sayangnya Mas Jerom tidak ada di tempatnya. Rupanya sejak 2 hari yang lalu ia sudah cuti. 

“Rupanya Mas Jerom juga ikut, ya Allah ke mana sih sebenarnya mereka.”

Aku berusaha memanggil Mas Jerom lewat telepon, memang tersambung, tetapi sudah 10 kali panggilan tak kunjung diangkat juga. Kali ini aku benar-benar marah, Ibu ini sepertinya memang suka pilih kasih. Kenapa dia jadi tak punya hati seperti ini. Ia bahkan tidak memikirkan perasaan Dara yang baru saja melahirkan.

Saat itu karena sudah menyerah dengan keadaan aku tidak tahu lagi harus menghubungi siapa, sampai kemudian nomorku mendapat telepon dari ayah. Orang tuaku memang sudah berpisah sejak 15 tahun lalu dan ayahku sudah menikah lagi. Berbeda dengan ibu yang masih memilih untuk sendiri.

[Saka, selamat ya Nak. Sudah jadi Ayah, bagaimana keadaan Dara sudah baikkan? Maaf Bunda enggak sempat nengok.]

Rupanya Bunda Salsa yang menghubungiku. Entah kenapa suaranya yang lembut dan tutur katanya yang halus seperti menebarkan ketenangan untukku, berbeda sekali dengan ibu kandungku sendiri yang seringnya menyakiti hati setiap kali bicara denganku. Sayangnya mereka tinggal di luar pulau, jadi hal itu juga yang membuat keduanya tak bisa berkunjung saat Dara melahirkan.

[Alhamdulillah Bunda, Dara sudah baikan.]

[Alhamdulillah, maaf ya Bunda pakai nomor ayahmu. Hp Bunda lagi mati, tapi tadi Bunda telepon nomor isrtrimu kok enggak diangkat-angkat?]

[Bunda sebenarnya kami lagi ada masalah, Ibu bawa anak kami pergi dan enggak tahu ke mana?]

[Astaghfirrullah, kok bisa?]

[Hah, bagaimana? Di bawa ke mana anakmu sama Lusi?] tanya Ayah dengan nada yang terkejut rupanya sejak tadi Ayah ikut menyimak apa yang kami bicarakan.

[Aku enggak tahu Ayah. Aku sudah cari ke kantor Mas Jerom orangnya juga cuti. Dara kayaknya marah banget sama aku. Aduh, aku harus cari ke mana ya?]

[Kamu ini loh Saka, sudah tahu Ibumu ini enggak berprikemanusiaan. Kenapa anakmu kamu titip sama dia, kamu kalau perlu bantuan bilang saja ke Bunda. Jangan ke Ibumu. Kami juga bisa ngusahain pulang, walau jauh. Sudah, Ayah sama Bunda ke sana sekarang! Mau bilang apa Ayah sama Pak Toro kalau tahu cucunya dibawa pergi Ibumu.]

Aku tidak tahu kalau masalahnya akan sejauh itu. Aku sendiri bahkan tidak pernah berpikir kalau Dara bisa saja mengadu ke ayahnya. Bagaimana pun aku juga tidak bisa lupa kalau ayah Dara mantan atlet bela diri. Aku bisa menikah dengan Dara saja karena dikenalkan ayahku, yang sama-sama atlet bela diri tradisional.

 .

Bab terkait

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 3

    Bagaimana kalau Pak Toro ikut emosi karena masalah ini, bukan tidak mungkin aku akan kena hantam juga. Ah, kenapa aku tidak berpikir sampai ke sana.[Yah, bisa enggak sih kita selesaikan masalah ini sendiri dulu. Enggak perlu kasih tahu Pak Toro, aku yakin ini cuma masalah kecil. Ayah tahu ‘kan Mbak Eca udah menikah lama tapi enggak punya anak?][Ya, tahu. Cuma mau bagaimana pun cara Mbakmu itu enggak bisa dibenarkan. Mengambil anak orang tanpa persetujuan ibunya itu bukan masalah kecil Saka. Kamu kok bisa-bisanya masih santai banget, itu anak kamu sendiri. Darah daging kamu.][Karena aku juga yakin ibu sama Mbak Eca juga enggak akan ngapa-ngapain anakku. Bagaimana pun mereka juga pasti sayang sama Mita Yah, jadi aku pikir Pak Toro enggak perlu tahu dulu. Aku janji setelah masalah ini selesai aku akan langsung kasih kabar keluarganya Dara.”][Kamu takut sama Pak Toro?] tanya Ayah.Sudah pasti aku takut jika masalah ini akan melebar ke mana-mana. Bukan hanya sekedar takut dipukul, teta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 4

    [Bunda yakin kalau Dara enggak ada di rumah, mungkin aja dia lagi ke warung? Lagian Dara ‘kan baru aja melahirkan mungkin aja dia masih belum kuat buat bersih-bersih halaman juga. Bunda emang sudah cek ke dalam, mungkin istriku ada di dalam lagi istirahat.]Meskipun ini sedikit tidak mungkin, tetapi aku masih berharap Dara masih ada di rumah dan memberiku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku.[Enggak ada Saka, Ayah sama Bunda udah cek semuanya. Enggak ada tanda-tanda istrimu datang, ini juga kami jadinya enggak bisa masuk. Orang rumahnya kekunci.]Sekarang ayah pun ikut angkat bicara. Aku tidak tahu anakku di mana, sekarang Dara malah ikut hilang. Kenapa rasanya kepalaku ingin pecah, memikirkan semuanya. [Ya sudah aku pulang dulu, anterin kunci.][Emang kamu di mana?] tanya ayah.[Aku masih nungguin Mbak Eca, tapi enggak ada mereka enggak pulang sampai sekarang. Emang keterlaluan banget.][Kamu ini kadang memang terlalu gampang percaya sama ibumu. Dia itu dari dulu sukanya gak ad

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 5

    “Dek, kamu serius mau viralin?” tanyaku.“Iya, kenapa memangnya? Abang enggak berani, enggak apa-apa. Abang diam aja enggak usah ngapa-ngapain biar aku yang gerak. Kayak biasanya aja!” ucap Dara.Ia sepertinya sengaja menyinggungku.“Tapi, nanti masalah ini jadi ke mana-mana Dek, kamu tahu ‘kan nitizen kita?”“Tahu, mau sampai ke mana memang pembahasan mereka? Abang takut kebawa-bawa, karena nyerahin anak kita gitu aja ke anggota dewan yang terhormat itu?”“Enggak takut kena hujat juga Dek, cuma Abang enggak mau aja masalah kita jadi omongan banyak orang. Abang juga ‘kan ada kerjaan, bagaimana kalau nanti orang pada bahas masalah ini. Tolonglah berpikir dulu sebelum bertindak!”“Ya mau ngapain lagi, emang Abang berani laporin mbak sendiri ke polisi. ‘Kan enggak? Abang mana tega sama kakak sendiri, beda sama aku yang cuma orang lain.”“Ya, enggak begitu juga. Masih mending lapor polisi dari pada diviralkan di sosial media. Sanksi sosial itu akan terus ada sampai nanti. Kebayang ‘kan me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 6

    “Mas Jerom udahlah enggak usah buang-buang waktu, di mana anak saya. Saya enggak terima anak saya dibawa-bawa.”“Kamu sendiri yang minjemin kok, kenapa jadi marah-marah begini. Kamu juga main viral-viralkan aja, saya bisa tuntut kamu loh Dara atas pencemaran nama baik sama ITE.”“Ya tuntut aja Pak Dewan, Dara juga bisa nuntut Anda atas tindakan pencurian bayi. Saya rasa tuntutannya akan jauh lebih berat pencurian bayi ya, aduh enggak kebayang sih kalau tiba-tiba gara-gara kasus ini jabatannya dicopot. Mantap kayaknya. Bisa mungkin jadi sopir taxy online kayak saya. Nanti kita bisa nongkrong bareng.”“KURANG NGAJAR! PAK SATPAM USIR MEREKA DARI SINI.”Mas Jerom mulai emosi. Beberapa petugas keamanan juga mulai memegangiku dan Rey. Namun, pria itu masih tetap santai.“Dara udah direkam ‘kan semuanya?” tanya Rey sambil tersenyum licik ke arah Mas Jerom.Sedangkan Dara hanya mengacungkan jempol dari jauh. Entah kapan istriku menjauh sepertinya semua ini sudah bagian dari rencananya.“Siala

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 7

    “Kamu mau lapor siapa Dara, lupa ya kalau saya ini anggota dewan? Sekali ngomong aja mereka pasti nurut apa yang saya mau,” ucap Mas Jerom dengan penuh percaya diri.Dia masih saja seangkuh ini padahal aku yakin ia juga pasti panik karena akan dilaporkan polisi.“Sudahlah Mas, mau sampai kapan sih bawa anak orang.”“Bawa bagaimana? Kita pegang dokumen yang sah.”“Dara jangan mau kalah, kamu juga pegang dokumen surat kelahiran. Kamu lebih berhak atas apa pun dari pada mereka,” ucapku.Saat itu aku bisa melihat Dara melihatku dengan pandangan terkejut.“Aku enggak akan diam aja, enggak peduli polisi mau menindak lanjuti kasus ini atau enggak, kami akan tetap mengusahakan agar bayi itu kembali,” ucap Dara sembari menatap tajam ke arah Jerom.“Kamu enggak usah ngancam begitu, punya power apa kamu ngancem saya! Cuma buang-buang uang waktu dan tenaga.”“Ternyata begini ya kelakuan pejabat negara, wow lebih dari hewan,” ucap Rey.Sontak saja semua orang yang berada di sini terlonjak kaget.“

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 8

    Aku hanya mendengar dari anak-anak di kantor yang kerap mengatakan jika seseorang yang ingin memviralkan sesuatu biasanya menggunakanbuzz0erdan kita hanya perlu membayarnya. Rencananya aku ingin mencari tahu lewat mereka. Sekarang yang terpenting mengamankan posisi dahulu.Setidaknya sekarang Dara jauh lebih tenang, ia tahu jika Mita ada di mana.“Kamu udah makan, Dek?”“Belum, mana kepikiran makan.”“Jangan bilang kamu dari kemarin belum makan.”“Belum lapar, lain kali ajalah.”“Jangan begitu, kalau bukan kita yang peduli sama kesehatan diri sendiri siapa lagi? Kalau kamu sakit ibaratnya bukankah akan menyulitkan proses kita mencari Mita?”“Ya sudah terserah Abang aja mau makan apa.”“Kamu tunggu di sini Abang belikan dulu.”Saat itu aku memutuskan untuk pergi mencari makanan, tetapi malah bertemu kembali

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 9

    “Ra? Ka-kamu serius sejauh itu?”“Kenapa? Enggak berani ‘kan? Ya sudah biar aku aja yang lakuin. Cuma bisa ngilangin anak, giliran balikkin enggak bisa!”Saat itu Dara langsung berdiri, aku juga langsung mengejarnya, meskipun masih sedikit terkejut karena Dara akan senekat itu.“Kamu mungkin masih percaya kalau mereka akan mengembalikan anak kita, tapi aku yakin dari awal mereka itu sudah punya niat jahat. Pada dasarnya Mbak Eca itu enggak pantas jadi Ibu, dia bahkan enggak cari tahu apa saja yang boleh dan tidak dilakukan anak baru lahir. Dia cuma ingin punya anak, tapi enggak belajar pengetahuan cara merawat bayi dengan benar. Di dunia ini uang enggak bisa bayar orang malas.”“Dara, Abang pikir masalah kita enggak akan sejauh ini.”“Abang selalu mikir positif sama orang sampai kurang waspada, bahkan sudah jelas-jelas mereka dengan semena-mena mau ganti nama anak kita Abang masih bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 10

    Aku pikir masalah ini tidak akan membuatmu berpikir buat pergi dariku.“Aku enggak layak dapat maaf dari kamu?”“Aku bisa maafin kesalahan apa pun yang kamu lakukan, tapi enggak buat anak kita yang kamu kasih ke orang lain. Itu seperti menyerahkan bagian dalam diriku. Sakit Bang, seperti orang yang kehilangan anggota tubuhnya. Aku merasa enggak utuh lagi.”“Kita bahas di mobil ya, di sini panas. Takut kamu enggak nyaman, kalau di mobil kamu bisa tiduran.”“Oke.”“Aku udah cetak selembarannya, tapi harus nunggu sebentar soalnya cukup banyak. Aku cetak sekitar 1.000 lembar.”Dari pada meneruskan pembahasan tentang Dara yang ingin menyerah dengan pernikahan kami, jika Mita tak kunjung kembali, lebih baik

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13

Bab terbaru

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 54

    "Abang mungkin bisa nitip ke penjaga makam kalau Mbak Eka ke makam, biar telepon kamu atau minta nomor hpnya.""Kamu yakin Dek, kalau Mbak Eka bakal ke makan secara rutin.""Aku sih mikirnya Mbak Eka kalau memang bener-bener berubah, seharusnya bakal ke sana."Cara ini mungkin membutuhkan banyak waktu, tapi faktanya mencari Mbak Eka juga sesulit itu. Saka juga sudah menanyakan pada orang-orang di sekitar rumahnya, tapi tak ada yang pernah menemui Mbak Eka selain orang-orang yang rumahnya dekat pemakaman. Jadi, Saka hanya bisa menitipkan pesan pada temannya yang kebetulan punya rumah dekat makam juga, untuk memberinya kabar kalau Mbak Eka ziarah.Sebulan berlalu, akhirnya Saka mendapatkan informasi kalau Mbak Eka ziarah ke makam ibu. Tanpa pikir panjang Saka yang kala itu masih berada di rumah makan langsung meluncur ke sana. Untungnya temannya yang dititipkan pesan oleh Saka mencoba untuk menahan Mbak Eka dengan mengajaknya bicara banyak hal, alhasil begitu Saka samp

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 53

    "Dara, bagaimana kabar kamu?"Kala itu wajah semringah Dara langsung berubah. Rupanya ia masih belum melupakan kejadian di masa lalu."Mbak mau ngapain ke sini? Mita udah enggak ada, tolong jangan ambil anakku lagi."Dara mungkin sudah mencoba mengiklaskan apa yang terjadi di masa lalu, tetapi siapa yang menyangka kalau ketika dihadapkan pada orang yang bersangkutan secara langsung. Ada sedikit rasa khawatir yang ia sendiri pun tidak mengerti kenapa bisa terjadi."Dara, maafin Mbak. Aku datang ke sini bukan mau ambil anak kamu. Mbak cuma mau silaturahmi aja.""Bang...."Kala itu Dara menatap Saka dengan wajah yang nanar. Rupanya Saka pun demikian, kenyataannya pria itu masih sedikit khawatir kalau perempuan ini punya niat yang tidak baik. Dari banyaknya waktu kenapa Mbak Eka harus datang tepat kala Dara baru saja melahirkan. Siapa juga yang tidak akan menaruh curiga."Mbak sebaiknnya kita bicara di luar aja ya, tunggu sebentar."Kala itu Saka jug

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 52

    "Apa aku hamil ya?""Hah, Adek serius? Emang udah telat?""Udah 2 bulan sih enggak halangan.""Loh, kenapa enggak bilang Sayang?""Aku enggak mau aja bikin Abang berharap kalau beneran hamil.""Ya udah nanti di sana paling diperiksa. Apa mau beli test pack aja?""Boleh.""Ya udah nanti mampir ke apotek sebentar, Abang belikan buat kamu.""Makasih, ya!"Dara mendadak tak bisa tenang, jantungnya bahkan berdentum-dentum tak karuan, membayangkan jika ia harus kembali mengecewakan Saka. Entah kenapa rasa tidak tega, melihat Saka begitu bersemangat tatkala pria itu membelikan alat tes kehamilan untuknya."Apa pun hasilnya, sama sekali enggak akan mengurangi rasa cinta dan sayang Abang ke kamu."Dara hanya tersenyum tipis, jelas di hatinya ia merasa khawatir kalau hal serupa akan kembali terulang. Namun, entah kenapa kali ini rasanya berbeda. Ia masih hafal bagaimana rasanya hamil dan yang tengah ia rasakan saat ini sama persis.Di toilet Dar

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 51

    Begitu Dara kembali untungnya keadaan sudah seperti semula. Rey sudah meninggalkan meja mereka, tetapi sepertinya Saka masih kesal dengankehadiran pria itu di sini.“Abang kenapa sih kok cemberut gitu? Ada yang bikin kesel?” tanya Saka.“Udah enggak ada sih sekarang, kita pulang aja sekarang yuk!”“Ayo! Ini juga udah siap kok.”Merasa Saka tampak terburu-buru, hal ini rupanya membuat Dara smenjadi semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya disembunyikan suaminya.Terbukti di perjalanan sampai mereka tiba di rumah pun Saka lebih banyak diam.“Abang, kenapa? Beneran enggak mau cerita?” tanya Dara kala mereka sudah sampai di rumah.Awalnya Saka tidak ingin menceritakan hal ini, ia bahkan tampak menatap istrinya hingga cukup lama. Seolah tampak begitu berat.“Enggak masalah kalau belum mau cerita sekarang atau Abang enggak mau cerita sama sekali. Adek enggak akan maksa.”“Abang tadi ketemu Rey di resto.”“

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 50

    “Hehe, iya Sayang. Maaf. Ya udah sekarang kita ngapain?”“Keluar aja yuk.”“Abang enggak ada mobil.”“Mobil aku juga mobil Abang juga. Itu juga yang beli Abang, akukasih sticker aja makanya ganti warna.”“Kamu tuh ya, suka banget sama warna pink. Emang semuanya haruspink?”Kala itu saking gemasnya, Saka malah mencubit pipi istrinya.Sayangnya, keinginan mereka untuk jalan-jalan harus tertunda, karena banyak halyang harus diurus, terutama rumah mereka yang masih berantakan.Pada akhirnya mereka baru bisa jalan-jalan dengan tenang keesokanharinya. Ata juga sudah kembali ke Pontianak, karena memang ia hanya ambil masacuti 2 hari saja. Jadi di rumah ini hanya ada Saka dan Dara. Orang tua Darajuga sudah kembali ke rumahnya, Tante Disa memutuskan untuk memperjuangkanpernikahannya, meskipun ia tahu kali ini tidak akan mudah.“Sayang, hm kamu kapan bisa ke Pontianak juga?”“Kapan aja bisa. Sekarang juga boleh.”

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 49

    “Aku duluan!”Sontak saja Dara langsung berjalan cepat kearah toilet. Di momen itu setelah menuaikan salah sunah pengantin, akhirnyarasa rindu mereka yang selama ini hanya bisa terpendam benar-benar terbayar.“Makasih banyak ya Sayang, maaf dulu Abanggagal jadi suami yang baik buat kamu.”“Aku juga bukan istri yang baik buat kamu.Yang lalu biarlah berlalu, kita hidup di masa sekarang. Aku yakin Allah pastienggak akan kasih ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya.”“Benar, tapi jujur ujian kita berat banget.”“Maafin aku ya, dalam hal ini aku jugamengambil peranan yang cukup banyak. Aku bikin Abang memusuhi keluargasendiri.”“Enggak Sayang, kamu sama sekali enggak perluminta maaf. Enggak ada asap kalau enggak ada api. Abang sudah mencoba berdamaisama semuaya. Semoga kali ini kita tetap bisa sama-sama dalam menghadapi ujianapa pun.”“Aamiin.”Sedang asyik mengobrol pintu kamar merekamalah diketuk dari arah luar.

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 48

    “SAH!”Mendengar kalimat itu tentu saja membuat Dara yang sejak tadibegitu tegang mendadak lega. Kala itu ia digandeng Via dan Febi menuju kehalaman rumah. Mereka mengadakan pernikahan itu di rumah lama. Sepertidihidupkan kembali setelah sekian lama mati suri, melihat Saka yang lengkapdengan beskap khas sunda membuat Dara tak kuasa menahan haru. Begitupun Sakayang melihat wanitanya tampak anggun dengan balutan kebaya panjang denganhiasan siger sunda di kepalanya, menambah kesakralan acara kala itu.Ia tahu sampai dititik ini tidak mudah, ada banyak hal yangdilewati. Begitu banyak kerinduan yang selama ini tak pernah bisa diungkapkan.Tak pernah terbayangkan Saka akan kembali mengalami momen seperti ini lagi.Rasanya memimpikannya saja ia tak pernah berani. Saka tahukesalahannya pada Dara terlalu besar. Imam yang seharusnya bisa melindungimakmumnya, yang terjadi di kehidupan sebelumnya justru ialah yang memberikanluka pada mereka.Kini setelah berja

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 47

    “Pak, apa enggak sebaiknya antar Via ke sekolah dulu?” tanya Dara yang mulai merasa tidak nyaman dengan keadaan saat ini.“Buat apalah, ojek ada. Disa juga bisa antar pakai motor. Udah enggak usah dipikirkan.”Pak Toro malah terlihat masa bodo dengan istrinya yang meninggalkan hotel dengan wajah yang masam.“Tapi, tadi Tante Disa kayaknya marah banget. Aku cuma enggak mau aja Yah, pulang dari sini kalian malah berantem lagi kayak semalam.”“Asal kamu tahu Dara, enggak hari ini aja kok kita berantem. Hari-hari dia sering banget ngajak berantem. Maafin Bapak ya, harusnya dulu minta pendapat kamu dulu sebelum memutuskan buat menikah sama perempuan enggak jelas itu.”“Istighfar Pak, hm ini minum dulu! Biar agak tenang!”Kala itu Dara menyodorkan segelas air untuk Pak Toro. Saka juga tidak berani membuka suara. Ia tahu masalah ini bukan ranahnya ikut campur.“Nak Saka, maaf ya harusnya kita enggak bicara di tempat ini.”“Enggak masalah Pak, saya di mana aj

  • Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam   Bab 46

    Tak jauh dari rumah masa kecilnya, ada sebuah penginapan untungnya masih ada kamar kosong. Jadi Dara tidak perlu berlari terlalu jauh. Sebenarnya wanita itu sudah mempersiapkan hal ini sejak lama, kalau keluarganya akan memperlakukannya dengan buruk. Hanya tetap saja dihadapkan dengan situasi secara langsung, Dara tetap saja ikut larut dalam emosinya. Ia tidak pulang setiap hari, bahkan bisa terhitung hari dalam setahun. Namun, kenapa bagi ibu sambungnya hal itu seperti beban. Ia merelakan tempat tidur dan semua barang yang ada yang ada di kamarnya pun untuk adik-adiknya, tetapi itu sama sekali tak mengubah apa pun bagi wanita paruh baya itu.~Ketika di lobi tanpa sadar Dara menitikkan air matanya. Ia sudah berusaha menahannya sejak tadi, tetapi tetap saja. Akhirnya demi menutupi penampilannya yang kacau, Dara memilih untuk memakai kaca mata menuju kamarnya. Kala itu ia memang tak membawa banyak baju, jadi kali ini Dara hanya memakai tote bag berukuran sedang yang ber

DMCA.com Protection Status