Home / Romansa / Putri Pewaris Yang Terusir / Chapter 7 : Waspada

Share

Chapter 7 : Waspada

Author: DaisyLia
last update Last Updated: 2023-12-06 20:56:31

Suasana yang tenang, bahkan detak jam pun tidak terdengar. Pemandangan yang indah dari balik kaca besar, meski hanya melihat luasnya kota dan gedung pencakar langit yang seolah saling bersaing ... wanita di sana tetap menyukainya.

Nuansa keabu-abuan yang dihias dekorasi hitam dan putih, sedikit membuat Bia bisa menilai seperti apa sosok Noah saat bekerja. Aura ruangan di sana seperti ruang kerja sang ibu, serius dan tanpa ampun.

Bibir tipis yang terukir cantik itu pun kembali menyesap sisa teh yang sudah tak lagi hangat. Bia kini benar-benar bisa merasa tentram setelah apa yang terjadi pada dirinya beberapa hari lalu. Ditinggalkan pemilik ruangan, cukup untuk Bia merenungkan diri. Mengoreksi, memilah dan menata apa yang harus ia lakukan mulai saat ini.

"Maaf menunggu lama," ujar Noah sesaat setelah masuk ke dalam ruang kerjanya. Noah berjalan menghampiri Bia dengan beberapa berkas yang ada di tangan kiri.

"It's okay. Saya justru berterima kasih untuk waktu yang telah pak Noah sediakan."

Noah menaikan satu alisnya. Tidak mengerti, tetapi sepertinya ia sudah berbuat baik untuk icon wajah baru Elle.

"Begitukah? Kalau begitu ...." Noah yang sudah berdiri di samping Bia pun mengulurkan tangan. "Selamat bergabung dengan Elle," ucap Noah, uluran tangannya pun disambut hangat oleh Bia.

Ini sudah hampir empat jam sejak peristiwa Dion mengganggu jalan masa depan Bia. Beberapa saat lalu, kontrak kerja sama selama satu tahun sudah ia baca dengan teliti. Bia pun sudah mengoreksi tentang kesepakatan yang menurutnya sedikit memberatkan untuknya.

Seperti klausul pasal tentang waktu kerja, kondisi kerja, tempat pekerjaan, persentase pemotongan, dan masa berlaku kontrak.

Awalnya Bia ditawarkan untuk menjadi model eksklusif majalah Elle selama tiga tahun. Namun, ucapan Dion terus mengusik pikirannya. Oleh karena itu, sesaat tadi ada perdebatan antara Bia dengan Noah.

Noah duduk pada sofa panjang di depan Bia. "Ini salinan kontrak kerja sama kita dan ...."

Seorang pria masuk di waktu yang tepat, menginterupsi perbincangan mereka. Pria dengan rambut ikal, berkemeja kuning gading dengan sedikit garis horizontal merah. Lengan baju panjangnya digulung sampai siku. "Ah, kebetulan sekali. Dia Deri. Orang yang akan mengurus semua hal untuk dirimu." lanjut Noah, kemudian memperkenalkan Bia pada Deri, seorang Booker.

Deri-lah orang yang akan mencarikan pekerjaan untuk Bia, mencocokan penampilan dengan tema yang diminta klien. Deri juga bertugas ketat untuk menjaga berat badan Bia.

"Saya pikir pak Noah yang akan mengurus semua itu untukku," balas Bia, setelah memberikan senyum perkenalan pada Deri.

Noah tersenyum miring. "Kenapa anda berpikir begitu?"

Bia mengangkat cepat dua bahunya. "Yaah ... pak Noah mewawancaraiku, lalu menjemputku di lobi dan juga mengurus kontrak kerja sama kita." Noah hanya seorang jurnalis, kenapa harus menambah pekerjaan dengan mengurus yang lain?

Noah terbahak sambil menepuk bahu Deri yang sudah duduk di sampingnya. Benar juga. Wajar saja model yang sedang menjadi perbincangan panas ini berpikir seperti itu.

"Seseorang memintaku melakukan itu, karena calon model kita adalah wanita yang sedang dicari banyak kompetitor Jadi, saya ditugaskan untuk mengurus hal penting ini." Noah mencondongkan badannya, 

"Ah, jadi pak Noah orang yang paling dipercaya diantara pegawai lainnya, bukan begitu pak Deri?"

Semua atensi pun langsung mengarah pada Deri.

Deri mengedikkan bahu, memberikan jawaban yang ambigu. "Cukup panggil nama saja. Kita akan bertemu setiap hari, jadi harus lebih akrab dari kamu dan Noah," ucapnya, membalas dengan topik yang berbeda.

"Apa kita terlihat akrab di mata orang lain?" sela Noah diakhiri dengan kekehan ringan.

"Mungkin saja," sambar Bia tidak peduli. Penilaian tentang Noah langsung berubah setelah ia berdebat dengan Dion. "Kalau begitu, panggil saja aku Bia dan aku mohon bantuan kalian selama satu tahun ke depan," sambung Bia mengikuti alur, melirik Noah yang tersenyum tipis.

Cukup mengganggu. Ucapan Dion yang mengatakan kalau semuanya sudah berbeda. Ekspresi Dion pun terlihat seperti manusia. Sudah beberapa tahun Dion berubah menjadi manusia tanpa ekspresi dan hari ini pria itu memunculkan wajah cemas setelah sekian lama. Hal ini tentu tidak bisa diabaikan Bia. Meski tadi ia terlihat tidak peduli pada semua ucapan Dion.

"Apa pria tadi kekasihmu?"

Pertanyaan Noah membuat dua atensi di sana tertuju padanya. Bia terdiam beberapa detik, menduga-duga mengapa Noah menanyakan itu. Padahal sejak tadi sikapnya seolah acuh, tidak peduli pada status Dion.

"Apa pak Noah takut aku akan membuat masalah dengan perusahaan ini karena itu?" jawab Bia menantang.

Noah menyeringai. "Tidak, bukan itu maksudku. Kamu direkrut untuk menjadi seorang model bukan girl band. Jadi, hal itu tidak akan menjadi masalah."

"Lalu?" cecar Bia menyudutkan Noah.

Noah menaikkan dua bahu. "Yaah ... hanya perasaan manusiawi, seperti penasaran?" ujarnya dengan nada interogatif.

Bia terkekeh. Sekarang, justru ia penasaran ... apa benar hanya itu alasannya?

"Bukan kekasih, dia hanya seorang fans saja," jawab Bia menjelaskan asal.

"Oh iya, aku sudah melihat portofoliomu dan itu sebuah karya terindah yang pernah aku lihat. Kamu sudah tiga tahun menggeluti dunia permodelan 'kan?" sambar Deri mengisi obrolan mereka. Meski ia cukup penasaran pada siapa pria yang dibicarakan mereka.

"Benar, sudah tiga tahun aku menjadi model ekslusif temanku dan aku tidak secantik atau sehebat yang kamu katakan. Maha karya itu dibuat oleh tangan profesional," balas Bia. Ia sungguh hanya berpose senaknya. Aretha-lah yang terlalu hebat sampai membuat dirinya bisa menjadi secantik itu.

Deri menggeleng, tidak sependapat. "Bia, ekspresimu bisa tersampaikan dengan baik. Semua yang melihat akan ikut merasakannya. Kamu juga setuju 'kan Noah?"

Noah menyenderkan punggungnya ke sofa dan menyilangkan kaki. "Benar, aku setuju. Ada satu foto dirimu yang bisa aku rasakan kesedihan yang mendalam. Sampai aku ingin mencari, siapa yang sudah membuatmu hingga terlihat tersiksa seperti itu."

Ah, Bia tahu foto yang mana yang Noah maksud. Bahkan, ucapan Aretha pun sama ketika foto tiga tahun lalu itu di cetak. Ia juga ingat, perasaan apa yang terikat di hatinya. Sampai bisa tergambarkan jelas seperti itu.

"Begitukah? Kalau begitu, terima kasih untuk penilaian dan pujiannya." Bia melirik jam yang melingkar di lengan kirinya. "Sudah lewat dari jam makan siang, apa kita akan pergi makan atau ...."

Noah berdiri seraya merapikan tepi bajunya. "Bagaimana kalau Kita pergi makan siang bersama, sekaligus mengenalkan pada orang-orang di sini. Kalau Zafanya Bia bekerja sama dengan Elle?"

"Ide bagus, tapi aku minta maaf harus menolaknya. Aku harus memberitahu tim dan mempersiapkan lauching model eksklusif kita dari sekarang." Deri ikut berdiri dan memandang Bia. "Oh iya, besok kamu akan kuhubungi kembali. Jadi, lakukan perawatan untuk seluruh kulitmu. Jangan sampai ada yang terlewat," sambung Deri, diakhiri dengan kedipan satu matanya.

Bersambung ....

Related chapters

  • Putri Pewaris Yang Terusir   Chapter 8 : Si Misterius

    Kilat cahaya menerangi sasana malam di sana. Semua bernuansa gelap dengan beberapa warna berbeda sebagai pemanis untuk menghidupkan panggung.Bia berpose di antara daun-daun panjang yang terhias beberapa pita merah. Ia duduk di lantai berkarpet rumput dengan dua kaki yang terlipat. Bibir tipis merah mudanya tersenyum ceria, tangan kanannya memeluk jemari pria tampan dengan kemeja hitam terbuka. Warna pakaian yang bertolak dengan Bia. Gaun putih setipis sutra nampak anggun, lengan baju pendeknya menari tertiup angin.Tidak bisa dipungkiri, Zafanya Bia dan Vian Handika menjadi pasangan sempurna di atas panggung. Mereka terlihat serasi membawakan fashion bertema alam malam."Okay! Break!" Teriakan nyaring dari pria yang menggenggam erat kamera.Puluhan take sudah diabadikan sang fotografer sedari pagi. Merasa puas. Kini sudah waktunya untuk mengakhiri.Vian--model ternama yang baru-baru ini menduduki peringkat atas di dunia fashion--mengulurkan tangan pada Bia."Thanks," ujar Bia seraya

    Last Updated : 2023-12-08
  • Putri Pewaris Yang Terusir   Chapter 9 : Tidak Percaya

    "Hei, apa terjadi masalah di sana?""Huh?" Bia mengedipkan mata. Lamunannya tersadar kembali setelah mendengar teguran Aretha. "Ah, tidak ada. Bukankah sudah kubilang, orang-orang di sana terus saja memujiku," lanjutnya. Masih belum jelas. Jadi, Aretha tidak perlu tahu tentang pria yang menandang benci padanya di lobi tadi.Aretha yang sedang mengemudi pun melirik curiga. "Aku bersyukur kalau memang seperti itu. Ingat Bi, jangan membuat masalah seperti saat kamu bekerja di restoran dulu.""Hei! Dulu itu bukan kesalahanku! Ya, Tuhan ...." Bia mengelak tidak terima. Kenapa juga Aretha masih mengingat kejadian itu? Itu pengalaman yang cukup menyebalkan! Baru bekerja satu hari, ia sudah dipecat."Iya, itu bukan salahmu. Pokoknya, selama mereka tidak melecehkanmu. Ingat untuk selalu menahan emosimu," saran Aretha seraya memutar kemudi untuk mencari tempat parkir. Mereka sudah sampai di sebuah restoran."Ya Tuhan ...." Bia menghela napas sembari memutar bola mata. "Apa di matamu aku terliha

    Last Updated : 2023-12-11
  • Putri Pewaris Yang Terusir   Chapter 10 : Mawar

    Bia akui, cinta pertama itu sungguh seperti sebuah keramat. Sulit dimiliki dan sulit dilepas dari hati juga pikirian. Perasaan suci, tetapi akan mengutukmu selamanya.Cinta pertama memiliki tempat yang tidak akan pernah hilang. Sampai berpuluh tahun pun akan tetap bisa menggetarkan hati dengan caranya sendiri.Haah ... Bia menghela napas setelah membaca pesan yang entah sudah berapa kali masuk ke ponselnya pagi ini. Ia sudah tidak lagi mengenal Dion dengan baik.Sudah dua hari, Bia terus mengabaikan pesan Dion. Pun mengabaikan kehadiran pria itu saat menjemput atau menunggunya di depan rumah atap Aretha, tempat yang kini menjadi rumah Bia.Dion sungguh sudah seperti seorang pengangguran yang hanya memiliki jadwal untuk mengganggu Bia.Ya Tuhan ... belum mulai bekerja, tetapi hati sudah dihantui rasa yang Bia sendiri pun sulit menggambarkannya."Ada apa? Ada yang sudah membuatmu bosan pagi ini?"Bia yang sedang duduk di kursi kantin langsung menolehkan kepala ke belakang. "Ah ... Hei,

    Last Updated : 2023-12-13
  • Putri Pewaris Yang Terusir   Chapter 11 : Summer

    "Tentu saja, kalau kamu mau memberikan bunga ini untuk temanmu."Bia berdecak malas. "Di antara pertukaran ini, aku rasa yang paling dirugikan adalah bapak sendiri. Jadi, terima kasih untuk tawarannya," ucapnya kemudian melenggang pergi meninggalkan Noah yang mengulum senyum."Haah, sayang sekali kalau begitu," gumam Noah memeluk buket bunga yang sia-sia saja ia pesan dengan sedikit pemaksaan. Menatap punggung Bia yang kian menjauh dan berbaur dengan para model lainnya.Paras Bia memang cantik, tubuhnya yang tinggi dan ramping menambah keindahan yang seolah sengaja Tuhan ciptakan hanya untuk Bia. Namun sayang, semua itu tidak mampu menggetarkan hati Noah."Aku tidak melarangmu mendekati wanita manapun, tapi tidak untuk wanita itu dan orang-orang di sekitarnya." Suara bariton mengganggu Noah yang masih betah menatap para modelingnya.Noah mendebas napasnya kembali. Tanpa menoleh ke samping, ia sudah tahu siapa yang berbicara. "Ini, pertemuan pertama kalian, bukan?" ucapnya memilih meng

    Last Updated : 2023-12-15
  • Putri Pewaris Yang Terusir   Chapter 12 : Teka-teki foto

    "Ini pertama kalinya Deri seperti ini.""Entah kenapa, akhir-akhir ini kantor terasa kacau. Bahkan, kudengar wakil direktur harus--"Obrolan antar para model pun seketika terhenti, saat Vian menyentuh bahu seorang pria yang menyuarakan isi hatinya dengan lantang. Tanpa mempedulikan Bia yang merasa terasingkan dilingkaran mereka.Duduk bersama, tetapi dalam perbincangan tidak ada yang mengajak Bia untuk buka suara. Sejak tadi hanya riuh angin yang turut menghibur telinga dan hatinya."Masalah kantor, aku rasa itu bukanlah urusan kita. Ini memang pertama kalinya Deri mendadak meninggalkan lokasi, terlebih Deri tidak memberitahukan jadwal besok," ungkap Vian mencoba menyudahi hal yang bisa Vian sadari kalau Bia merasa kurang nyaman di meja makan ini. "Daripada berasumsi sendiri yang mungkin akan menimbulkan kesan negatif, lebih baik kita kembali dan menunggu perintah Deri," lanjutnya.Bia menarik samar ujung bibirnya. Entah mengapa, ia merasa Vian sedang membelanya. Padahal, sejak tadi t

    Last Updated : 2023-12-17
  • Putri Pewaris Yang Terusir   Chapter 13 : Ancaman

    "Orang yang menyebarkan foto-fotomu ... ada di sana.”Apa? Lidah Bia membeku, pikirannya mencerna ucapan pria di depannya. Meski ia tahu bahwa Dion tidak akan berbicara omong kosong. Namun, bagaimana jika pria ini bertindak atas titah sang ibu, Karina? Bagaimanapun, Dion sudah menjadi pengikut yang begitu patuh dengan Sindari.“Katakan, apa tujuanmu mengatakan itu?”Dion menghela napas. Mencari ketenangan dari hembusan angin pantai. Memang akan sulit menjelaskan pada Bia soal ini. Dion tahu, Bia tidak akan percaya begitu saja kepadanya.“Aku mengerti kamu tidak akan mempercayaiku begitu saja, tapi--”“Omong kosong.” Bia mendengus seraya membuang muka. Menatap lautan yang sudah cukup jauh untuk dijangkau mata. Laut cantik dengan deburan ombak yang seolah menyuruhnya untuk segera datang kepadanya.Mungkin jika dilihat dari kacamata orang lain, kehidupannya tidak ada yang perlu dicemaskan atau bahkan terlalu indah untuk dibayangkan seperti cerita dongeng yang tak nyata.Memiliki orang tu

    Last Updated : 2023-12-30
  • Putri Pewaris Yang Terusir   Chapter 14 : Curiga

    Masih terang, langit pun cerah dengan gundukan awan-awan yang terlihat cantik. Tidak ada alasan untuk tetap bersedih jika melihat langit biru di sana.Namun sayang, keindahan di luar tidak bisa membawa keceriaan pada wajah dari wanita yang berdiri masam di dalam toko SunnyDay.Bia tahu alasan mengapa sahabatnya memasang wajah seperti itu. Tentu saja karena pria yang sudah mengantar dirinya ke tempat ini.“Kenapa dia yang mengantarmu?” cecar Aretha begitu Bia masuk ke dalam toko. Rasa dingin menyambut tubuhnya, setelah beberapa detik matahari menghangatkan kulitnya.Bia mengerakan dua bahunya malas. “Dia mendatangiku ke lokasi pemotretan. Aku sudah menyuruhnya kembali, tetapi--”Ting!Semua pasang mata terarah ke pintu kaca yang mendentingkan lonceng kecil toko. Dion masuk dengan melebarkan senyumannya.“Ho ... lihat, siapa ini?" sapa Aretha tidak bersahabat. Kedua tangannya terlipat di dada. "Kamu tahu 'kan, kalau dirimu tidak akan pernah bisa diterima di sini,” sinisnya.Dion menarik

    Last Updated : 2023-12-31
  • Putri Pewaris Yang Terusir   Chapter 15 : Anasty Residence

    “Di sini?” tanya Bia memandang sebuah papan nama apartemen. Sebagian wajahnya tertutup masker hitam.Satu setengah jam lalu, Deri datang ke toko SunnyDay untuk menjemput dirinya. Bia pun sudah menceritakan semua pada Aretha dan Dion, tentu mereka meminta Bia untuk menolak. Akan tetapi, kontrak kerjasama mengharuskan Bia mengikuti aturan perusahaan.Padahal, Dion berkata akan menanggung biaya denda pembatalan kontrak. Namun Bia menolak. Bagaimanapun, Bia belum sepenuhnya percaya pada Dion dan ia ingin mencari tahu kebenaran dari ucapan Dion Mahesa.“Ya, aku harap kamu menyukainya dan jangan sungkan untuk memberitahu aku apa pun jika ada yang membuatmu tidak nyaman.”Deri mengembangkan senyum. Pria itu masih saja bawel dan ramah kepadanya, tetapi entah mengapa rasanya ada yang berbeda. Mungkin cara melihat Deri ke arahnya. Meski bibir itu tersenyum ramah, tatapan Deri seolah sedang menyembunyikan sesuatu.“Ini berlebihan,” akui Bia, sambil mengikuti bookernya masuk ke dalam lobi.“Tidak

    Last Updated : 2024-01-01

Latest chapter

  • Putri Pewaris Yang Terusir   Chapter 23 : Kata Kunci

    Sudah pukul sebelas malam, Bia berjalan lelah menuju lift di sana. Membuka satu persatu benda yang membuat wajahnya tersembunyi seharian ini.Masuk ke dalam lift, tangan yang menggenggam topi dan masker itu menekan angka sepuluh. Lantai di mana apartemen Bia berada. Menyandarkan punggung, Bia menghembuskan napas sambil memandang langit lift.Merasakan ayunan kotak besi yang perlahan mulai naik. Bia teringat perasaan beberapa jam lalu, melihat toko SunnyDay dengan kepala matanya sendiri benar-benar membuat hatinya perih.Toko itu masih dalam perbaikan. Kerusakan yang cukup parah menurut Bia, sampai Aretha harus mengosongkan tokonya."Kenapa kamu memilih untuk diam?" gumam Bia.Tidak habis pikir, sejak dulu Aretha lebih memilih untuk menyembunyikan masalahnya sendiri. "Lalu, apa gunanya aku?" lanjut Bia berbisik dalam hati. "Bukankah kita berjanji untuk selalu bersama?"Ting! Denting lift bergema, tanda bahwa Bia sudah sampai pada lantai tujuan.Melangkah lunglai ke luar, melewati satu

  • Putri Pewaris Yang Terusir   Chapter 22 : Menanggung Sendiri

    Rumah besar nan cantik. Bia kembali menginjakkan kakinya ke sana. Berjalan dengan tatapan mengintimidasi, panas kesal di hatinya pun kian membesar. Tidak ada keinginan dari Bia untuk meredupkannya."Nona?""Jangan ikut campur," balas Bia ketus, melewati sekretaris sekaligus pengurus mansion Sindari.Pria itu terlihat cukup terkejut dengan kedatangan Bia yang tiba-tiba. Sudah pasti tidak ada yang mengira anak terusir itu akan datang secepat ini."Nona, saat ini bukan waktu yang--""Cukup. Aku tidak butuh saranmu!" potong Bia tanpa mengubah pandangan yang tertuju pada sebuah pintu kayu berukiran indah delapan meter di depannya.Melewati tempat yang menjadi kenangan atas pengusirannya dari rumah. Bia menggerutu sebal dalam hati, bahkan kepalanya tidak lelah memutar gambar-gambar kenangan kejam itu."Nona, Tuan--"Bia menghentikan kakinya tiba-tiba lalu menajamkan mata memandang pria yang juga ikut memandangnya. "Aku menghargai saranmu, tetapi aku datang ke sini bukan sebagai tamu yang ha

  • Putri Pewaris Yang Terusir   Chapter 21 : Jadikan Aku Bonekamu

    "Bi, apa Aretha tidak mengatakan padamu? SunnyDay dihancurkan oleh sekelompok orang tidak dikenal." Hah? Bia sontak menghentikan kaki-kakinya. Memandang lekat dua mata yang posisinya sedikit lebih tinggi. “Dihancurkan? Oleh siapa?" Bia menggeleng cepat. "Ah, maksudku, kapan kejadiannya?” tanyanya, kebingungan benar-benar sedang meneror hati dan pikirannya. “Kau ingat, malam saat kamu pindah ke apartemen? Selepas dari sana, aku mengantarkan dia kembali dan tokonya, sudah hancur berantakan.” Bia tergugu lemas. Apa ... ini, sungguhan? Bagaimana bisa ia baru mendengar hal mengejutkan ini sekarang? Kemarin Aretha mengunjunginya seolah tidak terjadi apapun, bahkan temannya itu malah menghiburnya. “Sahabat macam apa aku ini? Lagi-lagi hal buruk terjadi pada Aretha,” batin Bia. “Kamu, sudah menyelidikinya?” tanya Bia, kembali melangkahkan kakinya.

  • Putri Pewaris Yang Terusir   Chapter 20 : Kubur Skandal Dengan Skandal

    “Kamu mau berbicara banyak tentang apa saja yang terjadi di sini ‘kan? Dan tentang skandalmu itu ... aku ingin membantumu membersihkan namamu kembali,” ujar Vian, kemudian menarik sebuah pintu besi.Menoleh ke sekeliling, memastikan keadaan aman sebelum dirinya masuk. Vian pun membawa Bia ke salah satu ruangan yang hanya diisi dengan tangga-tangga.“Kemari.” Vian memposisikan Bia membelakangi tangga. “Sekarang katakan, apa yang mau kamu bicarakan?”Bia membuka masker hidung beruangnya. Mengatur napas yang terengah karena menyesuaikan langkah besar Vian.“Skandalku, apa kamu mendengar sesuatu dari Deri atau yang lain tentang itu?” ucap Bia memulai interogasinya.“Maksudmu?” tanya Vian kurang mengerti. Semua orang di kota ini tentu tahu tentang skandal Bia.“Ah, maksudku ... mendengar bagaimana mereka menyelesaikan skandalku.” Bia mengusap kasar wajahnya. Terlalu banyak yang ingin di dengar, sampai bingung untuk mengutarakannya.Vian diam dengan kening yang dikerutkan. Ia berpikir, baga

  • Putri Pewaris Yang Terusir   Chapter 19 : Cara Melindungi

    Bibir tebal yang tersorot matahari itu terliat semakin padat. Kulit putih bersih dan bulu mata yang tumbuh dengan pas, membuat manik sehitam malam itu terlihat semakin tegas. Kenzie Alexander Riley menatap tajam ke luar gedung. Kedua tangannya saling bertautan di belakang punggung. “Hebat sekali wanita itu. Sindari memang selalu pandai membuat rugi orang lain,” ujar Kenzie. Rahangnya mengeras, tidak suka dengan laporan yang dikirimkan sekretarisnya satu jam lalu.“Dia hanya melakukan yang dia bisa, untuk melindungi dirinya,” sahut Noah, kemudian duduk di atas armrest sofa gelap di sana.Kenzie berbalik dan memandang tidak suka pada sahabat yang tersenyum cerah kepadanya. “Akhir-akhir ini kamu dan Deri sering membelanya?” sindirnya, kemudian berjalan kembali dan duduk di kursi kerja. “Wanita itu telah menguras kantongku, kamu seharusnya cemas. Jika uangku menipis, maka uang jajanmu juga menipis.”“Hei, tidak bisakah kamu melupakan uang saat kita sedang berdiskusi? Atau setidaknya jang

  • Putri Pewaris Yang Terusir   Chapter 18 : Akun Burung Biru

    "Aku tidak bisa diam saja. Ar, maaf. Mulai saat ini, aku tidak akan lagi menjadi wanita polos dan baik hati!" Aretha terdiam memandang Bia yang terlihat menahan emosi. Ada alasan mengapa wanita itu ingin Bia menjadi karakter yang berbeda. Selama ini Bia selalu menantang langsung siapapun yang membuatnya tidak senang. Sikap keras kepala dan berani Bia bahkan membuat Karina murka. Aretha tidak ingin karir Bia hancur seperti yang lalu. Bekerja di mana pun, Bia akan dipecat hanya dalam hitungan hari. Mungkin memang benar, darah itu lebih kental daripada air dan mungkin Bia sendiri tidak sadar, bahwa sifatnya benar-benar sama dengan para Sindari yang lain. Apalagi saat ini, sahabatnya itu bekerja di tempat yang akan selalu dipantau oleh mata sosial. Kesalahan sedikit saja akan langsung mengundang banyak pro dan kontra. Namun, sejak awal Bia sudah berusaha keras menjaga citra dirinya ... tetapi tetap saja, kejadian seperti ini terus muncul seolah Bia memang salah. Bia tidak seharusnya

  • Putri Pewaris Yang Terusir   Chapter 17 : Pengakuan

    "Senang bertemu denganmu lagi, Bia."Noah tersenyum menyapa model eksklusif Elle. Senyum yang memilukan hati, sampai Bia harus menyipitkan mata menatap teliti wajah yang terlihat kusut itu. Sepertinya Noah benar-benar sedang diperbudak dengan pekerjaan.“Pak, bapak tidak apa-apa?” tanya Bia kasihan, lalu melebarkan pintu apartemennya.“Aku masih hidup hari ini juga berkat kasih sayang dari Tuhan,” balas Noah. Entah harus merasa bersyukur atau harus mengeluhkam takdir hidupnya.Pria dengan kemeja abu-abu dan dasi marun tak terikat itu langsung mendekat ke sofa panjang, menaruh tas perlengkapan kerjanya di samping meja, lalu merebahkan diri di sana tanpa menunggu izin dari si pemilik apartemen.Benar-benar sebuah keajaiban Noah masih bisa mendatangi Bia setelah berhari-hari terus dipaksa lembur.Bia menggeleng dan menghela napas. Lihat itu, benar-benar sudah seperti rumah sendiri. Bia pun membiarkannya dan pergi ke dapur.Sudah dua hari ia menempati apartemen ini. Semua pekerjaannya dih

  • Putri Pewaris Yang Terusir   Chapter 16 : Istana Sindari

    “Dion masih mengikuti nona Bia.”Karina diam mendengarkan laporan dari sekretaris barunya. Menatap kesal pada foto-foto Bia yang terhampar acak di meja kerjanya. Wajah Dion saat di pantai pun ada di sana.Ini bukan pertama kali Karina mendengarkan laporan tentang Bia. Karina harus terus memantau anak ajaibnya yang selalu saja mencari cara untuk menentang aturannya.“Sekarang mereka sedang menuju ke apartemen baru nona Bia.”“Apartemen?” ulang Karina, matanya mulai terangkat menatap pria berkacamata di depannya.“Benar Nyonya. Apartemen Anasty Residence. Dari informasi, apartemen itu diberikan oleh fans nona.”“Ha, haha ....” Karina tertawa hambar. Itu tidak lucu, tetapi entah mengapa hatinya ingin tertawa mendengar informasi ini. “Aku sudah mengira anak itu bodoh, tetapi kenapa semakin jauh dariku anak itu semakin bodoh? Tidak bisa membedakan musuh atau kawan.”“Nyonya, kita harus membawa nona kembali.”Karina mendengus tidak setuju. Tangan kanannya menyambar selembar foto Bia yang me

  • Putri Pewaris Yang Terusir   Chapter 15 : Anasty Residence

    “Di sini?” tanya Bia memandang sebuah papan nama apartemen. Sebagian wajahnya tertutup masker hitam.Satu setengah jam lalu, Deri datang ke toko SunnyDay untuk menjemput dirinya. Bia pun sudah menceritakan semua pada Aretha dan Dion, tentu mereka meminta Bia untuk menolak. Akan tetapi, kontrak kerjasama mengharuskan Bia mengikuti aturan perusahaan.Padahal, Dion berkata akan menanggung biaya denda pembatalan kontrak. Namun Bia menolak. Bagaimanapun, Bia belum sepenuhnya percaya pada Dion dan ia ingin mencari tahu kebenaran dari ucapan Dion Mahesa.“Ya, aku harap kamu menyukainya dan jangan sungkan untuk memberitahu aku apa pun jika ada yang membuatmu tidak nyaman.”Deri mengembangkan senyum. Pria itu masih saja bawel dan ramah kepadanya, tetapi entah mengapa rasanya ada yang berbeda. Mungkin cara melihat Deri ke arahnya. Meski bibir itu tersenyum ramah, tatapan Deri seolah sedang menyembunyikan sesuatu.“Ini berlebihan,” akui Bia, sambil mengikuti bookernya masuk ke dalam lobi.“Tidak

DMCA.com Protection Status