Share

Bab 69

Penulis: Zaina Aulia
Kalimat itu seperti menusuk langsung ke dalam hati Kirana. Itu membuat matanya membelalak seketika dan air matanya tak henti-hentinya mengalir.

Kirana menunjuk Abimana, lalu berbicara dengan suara bergetar hebat, "Ka ... kapan aku pernah berniat membunuh Andin? Dia adalah anak yang aku besarkan sendiri dengan tanganku!"

Pada akhirnya, suara Kirana sudah berubah menjadi tangisan tersedu-sedu. Melihat ibunya seperti itu, Abimana pun panik. Dia segera meminta maaf, "Bu, aku salah bicara. Tolong jangan marah. Ini salahku!"

Meskipun Abimana sudah meminta maaf, Kirana tetap memunggungi dirinya seolah tidak ingin mendengar satu kata pun darinya.

Melihat itu, Abimana mengernyit dengan kesal. Dia melirik wajah Dianti yang bengkak dan berucap dengan nada dingin, "Kalau dipikir-pikir, ini semua tetap salah Andin. Mana boleh dia begitu kejam? Tega banget dia memukul Dian sampai seperti ini."

Wajah Dianti yang semula cantik, kini menjadi memar parah akibat tamparan keras itu. Namun, suara dingin da
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
TukTuk
orang sakit semuaa ini tokohnya... 🫣
goodnovel comment avatar
Indah Kusumaningtyas
Dianti bukan cemas ke abi, tapi cuma pingin nyingkirin andini...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 70

    Di sisi lain, Kirana segera ikut membujuk, "Dian cuma bermaksud baik meskipun hasilnya buruk. Lihatlah, Andin sudah memukulnya sampai seperti ini. Masa kamu tega menghukumnya lagi?"Tatapan Kresna jatuh pada wajah Dianti yang separuh bengkak. Dia tiba-tiba teringat kembali kondisi Dianti tiga tahun lalu saat baru kembali ke kediaman ini. Dia begitu kurus hingga hanya terlihat kulit membungkus tulang.Dianti adalah putri mereka yang telah hilang selama 15 tahun. Dalam 15 tahun itu, dia hidup menderita. Benar juga, bagaimana mungkin dia tega menghukumnya?Usai menarik napas dalam-dalam, Kresna akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah Abimana. Tanpa banyak bicara, dia langsung menendang Abimana dengan keras sembari berujar, "Dasar bocah nakal! Semua masalah ini berawal dari ulahmu!"Namun, kali ini Abimana tampaknya sudah siap. Dia menghindar dari tendangan itu dengan lincah. Kresna yang gagal mengenai sasarannya langsung bersiap untuk menendang lagi.Namun, Abimana segera bersembunyi di

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 71

    Andini tidak pingsan untuk waktu yang lama. Setengah jam kemudian, dia sudah membuka matanya. Dia sepenuhnya sadar dan tahu di mana dirinya sekarang. Dia juga mengingat jelas asalan dirinya berada di sini.Adegan saat Kirana mengambil batu dan menghantam kepalanya dengan kuat masih teringat jelas di benak Andini. Begitu jelas sehingga hatinya terasa sangat pedih setiap kali dia mengingat Kirana. Rasa sakit ini bahkan membuat napasnya tercekat.Namun, bukankah Andini sudah mengetahui hal ini sejak awal? Bagi Keluarga Biantara, dia tidak akan pernah sebanding dengan Dianti, darah daging mereka yang sebenarnya.Mereka terus berkata bahwa Andini akan selalu menjadi putri mereka. Namun, sejak hari pertama Dianti kembali ke Kediaman Adipati, mereka telah mengusir Andini dari hati mereka.Andini sudah lama mereka tinggalkan. Selama hari-harinya di penatu istana, fakta ini berulang kali menghantamnya, membuat jiwa dan raganya tersiksa hingga pada akhirnya dia mulai terbiasa.Gadis ini sudah me

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 72

    Saat ini kepala keduanya sama-sama dibalut kain kasa. Hal ini membuat penampilan mereka terlihat sedikit aneh.Laras tertawa geli, tetapi dia tetap mengeluh, "Nona bisa-bisanya bercanda di saat seperti ini."Andini mengangkat bahunya dan berucap, "Aku nggak bisa menemui Nenek dengan keadaan seperti ini. Kita kembali ke Paviliun Ayana dulu, lalu datang lagi lusa mendatang."Sebenarnya Andini tidak yakin di mana lukanya berada. Yang pasti pukulan Kirana mengakibatkan kepalanya harus dibalut. Jika dia menemui Ainun dengan penampilan begini, sang nenek hanya akan sedih dan cemas.Andini hanya berharap Kirana tidak memukul keningnya. Jadi, setelah kain kasanya dilepas besok, Ainun tidak akan melihat jejak luka di kepalanya. Dengan begitu, dia pun bisa lebih cepat pergi mengunjungi Ainun.Usai bicara, Andini hendak langsung keluar. Namun, Laras menghentikannya dan berkata, "Nona, Nyonya Kirana masih di luar."Andini tertegun sejenak. Kesedihan tiba-tiba merayapi hatinya, tetapi dia sengaja m

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 73

    Laras jelas tidak menyangka akan melihat gigi di dalam kantong kain itu. Dia terlihat terkejut.Andini membungkuk dan mengambil gigi kecil itu. Fragmen memori masa lalu yang tak terhitung jumlahnya seketika meluap di kepalanya. Dia mengingat gigi ini.Saat Andini berumur sekitar lima tahun, dia memaksa untuk ikut bermain bersama Abimana dan Rangga. Gadis kecil itu meniru mereka melompat dari bebatuan buatan yang tinggi.Untungnya, Abimana dan Rangga menangkapnya tepat waktu sehingga dia tidak cedera serius. Hanya saja, ada satu giginya yang tanggal.Semua orang ketakutan dan buru-buru membawanya pergi. Gigi kecil itu lalu terlupakan di samping bebatuan.Nayshila yang seumuran dengan Andini mengetahui kejadian ini. Dia sengaja datang dan menakut-nakutinya bahwa orang yang kehilangan gigi tanggalnya akan diculik hantu.Andini ketakutan setengah mati hingga mulai menangis dan tidak ingin tidur di malam hari. Dia takut diculik hantu saat tidur.Kebetulan hari itu hujan turun disertai guntu

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 74

    Sosok Kirana yang hampir basah kuyup membuat Abimana tersentak dan ingin langsung membawa ibunya pergi. Katanya, "Kenapa Ibu harus menyiksa diri sendiri begini? Apa Ibu nggak bisa tunggu sampai besok saja?""Lepaskan!" marah Kirana sambil menepis tangan Abimana. Dia menarik napas dalam-dalam dan melanjutkan, "Masalah ini nggak ada kaitannya dengan kalian, pergilah!"Dianti memeluk Kirana dan berucap dengan terisak-isak, "Bu, jangan begini, ini semua salahku, aku yang salah. Ibu pulang saja sama Kak Abi! Dian akan gantikan Ibu meminta maaf sama Kak Andin!"Pelayan Dianti yang bernama Ratih buru-buru datang untuk memayungi nonanya. Dia juga mengulurkan tangannya dan mendorong Laras.Laras yang mendadak didorong langsung terhuyung-huyung dan jatuh ke tanah. Payung yang dipegangnya pun rusak. Mungkin karena hujan terlalu deras, Kirana dan yang lainnya sama sekali tidak menyadarinya.Merasa ibunya tidak mempan dibujuk, Abimana bergegas maju dan mengetuk pintu dengan kuat. Dia berseru marah,

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 75

    Andini yang dahulu diperlakukan layaknya permata Keluarga Adipati, Andini yang disayangi dan dimanja, Andini yang juga mengasihi mereka lebih dari nyawanya sendiri. Mereka telah membunuhnya!Gigi kecil itu jatuh ke tanah, lalu berguling dua kali dan mendarat di petak bunga di samping. Andini menatap Kirana lekat-lekat, seolah-olah sedang memberitahunya bahwa gigi itu adalah milik Andini Biantara, bukan miliknya. Andini yang itu sudah lama mati.Lidah Kirana kelu. Saat ini dia bahkan lupa untuk menangis. Dia memandangi wajah Andini, lalu emosi di matanya perlahan-lahan runtuh dan akhirnya hancur berkeping-keping.Di sisi lain, Andini selalu terlihat tenang. Begitu tenang sehingga terkesan seakan-akan tidak memiliki emosi yang seharusnya dimiliki manusia.Abimana berpikir jika Andini mau bertengkar hebat dengannya, meluapkan semua keluh kesahnya dengan jujur, dan mengonfrontasi kekacauan yang menjerat keluarga mereka dengan terbuka, mungkin hasilnya akan lebih baik. Setidaknya, situasiny

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 76

    Hati Kirana serasa ditusuk pisau tajam. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum berkata, "Ini paviliun nenekmu. Kalau tinggal di sini, kamu akan mengganggunya. Karena kamu sudah siuman, segeralah kembali ke paviliunmu sendiri!"Andini tahu bahwa tujuan Kirana memainkan sandiwara di sini adalah untuk menyampaikan kata-kata tadi.Sejujurnya, Andini juga sudah membuat keputusan. Bahkan jika itu demi neneknya, dia tetap tidak bisa menyeret Abimana ke dalam kehancuran.Andini tidak tega membiarkan Ainun melihat cucu perempuan kesayangannya mengirim penerus laki-laki satu-satunya di Keluarga Adipati ke dalam jalan buntu. Apalagi membiarkan sang nenek melihat Keluarga Adipati terpuruk.Hanya saja, kata-kata yang terucap dari bibir Kirana tadi tetap membuat hati Andini tidak nyaman. Biarpun dia sudah membekukan hatinya terhadap Kirana dan Keluarga Adipati, dia tetap terluka.Andini menunduk dan menarik napas dalam-dalam, berusaha meredam sesak di dadanya. Saat dia kembali mendongak, sorot matany

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 77

    Ketika Andini bangun keesokan harinya, luka di kepalanya terasa lebih menyakitkan dari kemarin. Rasa sakit itu begitu hebat hingga membuat sekujur tubuhnya lemas dan tidak berdaya.Sebaliknya, Laras justru terlihat penuh semangat. Setelah membantu Andini mandi, dia pergi menghidangkan sarapan untuk gadis itu.Andini menyembunyikan rasa lemas di tubuhnya agar Laras tidak khawatir. Setelah menanyakan kondisi Ainun dan mendengar bahwa wanita itu baik-baik saja, dia baru merasa tenang dan mulai sarapan.Dari sudut matanya, Andini melirik Laras. Gadis itu terlihat ragu-ragu untuk bicara.Melihat ini, Andini menaruh peralatan makannya dan berkata, "Kalau ada yang ingin kamu sampaikan, langsung saja bicara."Laras mendekat dan berucap pada Andini, "Nona, hampa dengar Tuan Abimana dan Nona Dianti berlutut di aula leluhur semalaman. Tapi, pagi ini Nona Dianti nggak kuat lagi dan jatuh pingsan."Ternyata begitu. Andini mengambil peralatan makannya lagi sambil berujar, "Tubuhnya rapuh juga."Dian

Bab terbaru

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 328

    Andini tahu Kirana datang untuk menghiburnya. Hanya saja, Andini malah menganggap ucapan Kirana tidak enak didengar. Semua ini takdir? Apa Kirana merasa Byakta pantas mati?Andini mengernyit, tetapi dia tidak mampu berdebat dengan mereka lagi. Andini menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Aku sudah putus hubungan dengan Keluarga Adipati. Apa pun yang terjadi padaku nggak ada hubungannya dengan kalian. Aku harap ke depannya kalian jangan datang lagi."Selesai bicara, Andini langsung berjalan masuk ke kediaman. Abimana marah-marah, "Andini! Jangan nggak tahu diri! Biasanya Ibu jarang keluar, dia datang karena mengkhawatirkanmu!"Langkah Andini terhenti. Dia mengepalkan tangannya dengan erat, lalu bertanya, "Bagaimana dengan kamu?"Mendengar ucapan Andini, Abimana terdiam. Dia tidak memahami maksud Andini.Andini tiba-tiba berbalik dan lanjut bertanya seraya menatap Abimana, "Kenapa kamu datang kemari? Kamu memperhatikanku atau merasa bersalah?"Sebenarnya Andini tidak memahami satu ha

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 327

    Yudha hanya ingin membawa Byakta pulang bersama keluarganya tanpa Rangga dan Andini. Mulai saat ini, para bangsawan dari ibu kota tidak berhubungan dengan Keluarga Muhadir lagi.Rangga mengangguk. Dia bisa memahami pemikiran Yudha. Tentu saja, Rangga tidak memaksakan kehendaknya.Andini juga mengerti. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menghampiri Ajeng dan melepaskan gelang gioknya. Andini berucap, "Aku nggak pantas terima gelang ini ...."Sebelum Andini menyelesaikan ucapannya, Ajeng menahan tangan Andini. Ajeng tampak kelelahan, tetapi dia tetap tersenyum kepada Andini dan menimpali, "Gelang ini sudah menjadi milikmu. Kalau kamu kembalikan padaku, Byakta pasti sedih."Andini memandang Ajeng dengan ekspresi kaget. Jika Ajeng masih meminta Andini menyimpan gelang ini, berarti Keluarga Muhadir masih mengakui Andini.Andini tidak menyangka sekarang Keluarga Muhadir masih menerimanya. Dia merasa sangat sedih. Andini memeluk Ajeng dengan erat. Dia merasa bersyukur dan juga bersalah.Ajen

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 326

    Andini yang menyebabkan Yudha dan Ajeng kehilangan putranya. Dia juga menyebabkan Gayatri kehilangan kakaknya. Semua ini salah Andini.Tangisan Gayatri makin menjadi-jadi. Dia berujar, "Tapi, Kak Byakta pasti marah kalau lihat aku salahkan kamu ...."Ucapan Gayatri membuat hati Andini terasa sakit. Andini kewalahan melihat Gayatri yang menangis histeris.Gayatri tetap berusaha berbicara, "Sebelum pergi, kakakku bilang padaku dia nggak pernah begitu menyayangi seorang wanita selama hidupnya. Dia cuma ingin kamu aman dan bahagia. Biarpun harus mengorbankan nyawanya, dia juga rela."Gayatri menambahkan, "Andini, kakakku benar-benar mengorbankan nyawanya. Jadi, kamu harus aman dan bahagia! Kalau nggak, aku nggak akan ampuni kamu!"Ini adalah keinginan terakhir Byakta. Gayatri tidak bisa bicara lagi. Dia terus menangis. Gayatri tidak mengerti kenapa di dunia ini ada orang yang begitu bodoh hingga rela mengorbankan nyawanya demi keselamatan dan kebahagiaan orang lain.Namun, Gayatri tidak be

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 325

    Andini tertegun. Semalam dia mendengar bandit mengatakan jika bukan karena Rangga mengutus orang untuk mengikuti Andini, mereka juga tidak akan menyangka orang yang berada di dalam peti mati adalah Byakta. Pembunuhan semalam juga tidak akan terjadi.Mungkin sekarang Andini sudah keluar dari Yolasa. Seharusnya Andini tidak menyalahkan Rangga. Bagaimanapun, Rangga hanya berniat melindungi Andini. Dia tidak menyangka semalam bandit akan muncul.Lagi pula, masalah kali ini terjadi karena bandit terlalu brutal. Mereka membantai penduduk desa, bahkan mereka tidak melepaskan bayi.Jika bukan karena masalah itu, Kaisar tidak akan buru-buru mengutus prajurit. Semua ini juga tidak akan terjadi.Namun, nasi sudah menjadi bubur. Byakta dan para prajurit telah mati. Andini tidak bisa mengatakan dirinya tidak menyalahkan Rangga.Andini diam-diam menyalahkan semua orang yang berkaitan dengan masalah ini. Akan tetapi, dia tetap menyalahkan dirinya sendiri. Jadi, Andini hanya terdiam dan menunduk.Andi

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 324

    Suara langkah kaki makin mendekat. Andini langsung mundur, lalu berteriak, "Jangan mendekat!"Namun, Rangga tidak menghentikan langkahnya. Andini yang panik segera mengayunkan pedangnya. Rangga tidak menyangka Andini berniat menyakitinya. Dia buru-buru mundur.Pedang Andini menggores lengan baju Rangga. Andini merasakan serangannya kurang tepat, jadi dia mengayunkan pedangnya lagi.Siapa sangka, Rangga menggenggam pergelangan tangan Andini. Sebelum Andini sempat merespons, Rangga menarik Andini ke dalam pelukannya sambil menghibur, "Jangan takut, ini aku."Andini yang hendak memberontak langsung menghentikan gerakannya begitu mendengar suara Rangga. Tubuh Andini menegang. Dia bertanya, "Rangga?"Rangga menyahut, "Iya, ini aku. Sekarang kamu sudah aman."Andini hanya merasa tenang sesaat. Dia segera menyeka darah di wajahnya dengan baju Rangga, lalu mendorongnya dan bergegas berjalan ke luar hutan.Andini kaget saat melihat penutup peti terbuka. Dia buru-buru naik ke kereta kuda. Andini

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 323

    Rangga hanya menghabiskan waktu sehari untuk membereskan masalah di Kabupaten Horta. Bandit yang ditangkap Rangga tidak bisa bertahan lama. Bandit langsung mengakui semuanya.Rangga juga mengancam Akbar sehingga Akbar yang ketakutan setengah mati tidak berani menutupi kebenarannya lagi. Masalah ini memang sangat rumit.Rangga menyuruh Cahya untuk menyelidiki masalah ini dengan teliti. Cahya sudah kehilangan lengan kirinya. Ke depannya dia tidak bisa berperang lagi. Jika Cahya bisa menyelesaikan masalah ini, dia bisa mendapatkan jabatan di pemerintahan.Biarpun hanya menjadi bupati di Kabupaten Horta, itu lebih baik daripada pulang dengan tubuh cacat dan menjadi petani.Rangga buru-buru pergi dengan menunggangi kudanya tanpa minum sedikit pun. Dia sangat panik. Sosok Andini yang pergi menjauh terus terlintas di benak Rangga. Jadi, Rangga tidak bisa menunggu lagi.Rangga terus mengejar Andini tanpa beristirahat. Begitu sampai, dia baru tahu semua orang yang diutusnya untuk melindungi And

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 322

    Tenaga bandit sangat kuat. Andini merasa tangannya hampir patah. Dia berusaha menahan rasa sakit dan mencoba menggerakkan tangannya.Pedang di perut bandit juga mulai bergerak. Bandit berteriak kesakitan. Genggamannya di tangan Andini makin erat.Andini yang merasa kesakitan berteriak. Namun, teriakan Andini bukan hanya karena rasa sakit. Akhirnya, Andini berhasil memutar pedang itu.Sepertinya usus bandit itu putus, dia memuntahkan darah. Bandit itu tumbang. Andini tetap menggenggam pedang dengan erat.Wajah Andini ternodai darah sehingga dia kesulitan untuk membuka matanya. Kemudian, terdengar suara langkah kaki dan suara bandit lain lagi. "Madun! Harjo!"Andini sangat panik, tetapi dia masih bisa berpikir rasional. Andini tidak boleh terus berada di sini. Hanya saja, Andini sudah kehabisan tenaga dan tangannya terasa sakit. Bahkan, dia tidak mampu menyeka darah di wajahnya.Alhasil, Andini ditendang oleh bandit hingga terjatuh ke tanah. Bandit hendak menusuk Andini setelah melihat k

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 321

    Andini terkejut saat melihat bandit yang wajahnya ternodai darah prajurit. Andini langsung mundur. Siapa sangka, dia tersandung ranting pohon dan terjatuh ke tanah.Bandit tertawa melihat kondisi Andini. Di dalam kegelapan malam, bau amis darah membuat Andini pusing.Andini yang tampak ketakutan bertanya sembari terisak, "Apa ... kamu nggak akan bunuh aku ... kalau aku ikut kamu?"Bandit makin bangga ketika melihat Andini sangat ketakutan. Dia menyahut, "Tentu saja. Yang penting kamu bersikap patuh."Andini mengangguk dan menimpali, "Aku sangat patuh. Tapi ... sepertinya aku terkilir."Bandit melihat pergelangan kaki Andini. Dia tidak curiga karena tadi Andini memang tersandung. Bandit mengamati Andini lagi. Melihat ekspresi Andini yang ketakutan, bandit menganggap Andini hanya wanita yang lemah. Andini sama sekali tidak membawa senjata, mana mungkin dia bisa membuat masalah?Bandit menghampiri Andini sambil mengangkat alis. Dia hendak memapah Andini. Sementara itu, Andini mengulurkan

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 320

    Karena terkejut, prajurit itu mundur beberapa langkah ke belakang.Prajurit lain melangkah maju. Saat melihat apa yang terjadi, dia mengerutkan alisnya dan berkata, "Sekarang sudah masuk musim semi. Ular, serangga, dan binatang kecil lain mulai keluar mencari makan. Ini bukan masalah besar."Mendengar itu, yang lainnya pun mengangguk, lalu menyarungkan pedang mereka kembali.Andini juga menghela napas lega. Pandangannya tertuju pada kepala ular yang terpenggal di tepi jalan.Di bawah cahaya bulan, kepala ular yang kecil itu masih bergerak, seolah-olah berusaha bertahan. Entah kenapa, Andini merasa ini adalah pertanda buruk. Kegelisahan mulai merayap ke hatinya.Semoga saja semuanya akan berjalan lancar di perjalanan ini.Para prajurit sudah terbiasa dengan perjalanan panjang. Mereka hanya tidur 4 jam setiap malam, tetapi tetap memperhatikan Andini selama perjalanan.Namun, kegelisahan yang muncul malam itu terus membekas di hati Andini. Dia sama sekali tidak bisa tenang.Seakan-akan me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status