Pada akhirnya, preman-preman yang dikenali oleh Abimana berhasil mendapatkan informasi. Untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah, Abimana segera menarik Andini bersamanya dan bergegas ke tempat kejadian.Namun, mereka tetap terlambat!Andini berlari ke arah Ratih dengan panik.Sementara itu, Abimana menggeram marah dan langsung menyerang lelaki yang menikam Ratih. Namun tak disangka, lelaki itu ternyata juga memiliki kemampuan bertarung. Menghadapi serangan Abimana, dia terus bertarung sambil mundur dan tidak memberi Abimana kesempatan sedikit pun.Andini tidak peduli dengan perkelahian itu. Dia menekan luka di dada Ratih dengan sekuat tenaga, tetapi darah segar terus mengalir dari sela-sela jarinya. Untuk sesaat, pikirannya terasa berputar dan membawanya kembali ke gua tempat dia dulu disandera.Saat itu, dia juga melakukan hal yang sama ... menekan luka di tubuh Pangeran Baskoro. Tapi akhirnya ...."Di ... dia ... palsu ...." Suara lemah Ratih tiba-tiba terdengar dan menarik An
Orang di hadapannya ini ... benar-benar kakaknya! Orang-orang di kediaman Adipati Kresna itu ... benar-benar ayah dan ibunya! Dia tidak merebut 15 tahun kehidupan siapa pun. Lima belas tahun itu memang miliknya!Semuanya ... memang adalah miliknya sejak awal! Lalu, bagaimana dengan tiga tahun itu? Bagaimana dengan semua penghinaan yang telah dia terima?Air matanya jatuh begitu deras, tanpa bisa dikendalikan. Abimana terkejut, mengira Andini menangis karena ketakutan setelah melihat kematian Ratih. Dia buru-buru menarik Andini berdiri. "Ratih dibunuh para penjahat, ini bukan salahmu!"Abimana takut pemandangan Ratih yang bersimbah darah akan menghantui mimpi Andini. Dia mencoba menenangkannya, melindunginya, seperti yang telah dia lakukan selama 15 tahun itu.Namun, semuanya berubah setelah Dianti muncul.Andini dulu mengira itu karena hubungan darah, sehingga membuat dirinya menjadi tidak lebih penting dari Dianti. Namun kenyataannya ... bukan itu alasannya.Bibir Andini mulai bergeta
Pada akhirnya, masalah ini pun terungkap.Di aula utama Keluarga Maheswara, hampir semua orang telah berkumpul, kecuali Andini. Bahkan Adipati Kresna dan Kirana pun turut hadir. Dianti berlutut di tengah aula, air matanya sudah membanjiri wajahnya."Bukan aku! Ayah, Ibu, percayalah padaku! Aku benar-benar nggak melakukannya!"Kalingga duduk di kursi roda dengan wajah kelam. "Orang-orang yang ditangkap semua bersaksi bahwa mereka menerima perintah darimu. Bahkan Loli pun mengatakan hal yang sama.""Tapi aku benar-benar nggak melakukannya!" Dianti menangis penuh kesedihan. "Aku akui, aku memang ketakutan. Ibu mertuaku bilang akan menyerahkan hak mengelola Keluarga Maheswara padaku, tapi Kakak selalu menggunakan Loli untuk mengancamku!""Aku takut kesalahanku di masa lalu akan terungkap dan membuat Ibu mertua kecewa. Itu sebabnya aku meminta Ratih membawa Loli pergi! Tapi aku sungguh nggak pernah memerintahkan mereka untuk membunuhnya! Aku cuma ingin mencarikan keluarga baik-baik yang bis
Kirana segera menghampiri dan merengkuh Dianti sambil membelai kepalanya dengan lembut. "Jangan takut, Dianti. Ibu percaya padamu! Putriku nggak mungkin melakukan hal seperti ini!"Saat mengucapkan kata-kata itu, Kirana menoleh ke arah Lukman dan Malik dengan penuh keyakinan. "Aku bersumpah atas nyawaku, Dianti bukan orang seperti itu! Kalau ada yang harus disalahkan dalam kejadian ini, orang itu adalah Andini.""Kalau bukan karena dia terus-menerus mengancam Dianti dengan hal ini, putriku nggak akan ....""Nyonya Kirana!" Suara Kalingga tiba-tiba meninggi, memotong ucapan Nyonya Kirana.Meskipun duduk di kursi roda, kemarahannya sulit dikendalikan. "Siapa pun yang berani menimpakan kesalahan ini pada Andini, jangan salahkan aku kalau aku nggak sungkan-sungkan!"Meskipun Kalingga saat ini tidak memiliki kekuasaan nyata, dia masih memiliki banyak orang yang setia kepadanya. Di hadapan Kaisar, kata-katanya masih memiliki bobot yang besar. Kediaman Adipati Kresna jelas tidak bisa menyingg
Keputusan Rangga mengejutkan semua orang. Dianti langsung menatapnya dengan penuh keterkejutan. Namun, saat pandangannya bertemu dengan tatapan dingin dan penuh kebencian dari Rangga, dia langsung buru-buru menghindar.Dianti bahkan tidak berani membantah ataupun menatapnya!Adipati Kresna juga terkejut. Matanya membelalak, tetapi untuk sesaat, dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Sebaliknya, Kirana buru-buru membujuk, "Rangga, jangan bertindak gegabah!"Rangga tidak menjawab. Tatapannya hanya semakin kelam dan suram.Melihat situasi semakin buruk, Malika segera berdiri dan berjalan ke arah Kirana. "Sebaiknya kalian bawa pulang Dianti untuk sementara waktu."Sambil berbicara, dia memberi isyarat kepada Kirana dan merendahkan suaranya, "Rangga masih marah. Kalau Dianti tetap di sini, nggak akan berakhir baik."Kata-katanya terdengar cukup halus. Namun, kenyataannya jauh lebih serius. Dia benar-benar takut kalau Rangga akan membunuh Dianti di tempat saking marahnya.Kirana memaham
Mereka yang memaksanya menikah!Malika mengernyit dalam-dalam. Dia memahami apa yang ada di benak Rangga, lalu berkata dengan suara yang lebih tegas, "Ibu tahu kamu masih mikirin pertukaran perjodohan dulu.""Tapi jangan lupa, dalam perjanjian keluarga kita dengan keluarga Adipati Kresna, tertulis jelas bahwa pernikahan ini harus dengan putri kandung mereka! Sekarang Dianti sudah kembali, jadi dialah putri kandung itu. Wanita yang harus kamu nikahi memang seharusnya Dianti!"Saat itu, perasaan putus asa yang begitu kuat dan familier kembali menghantam Rangga. Seakan-akan, dirinya kembali terjerumus ke dalam jurang yang tak berujung dan tak bisa melarikan diri.Kata-kata Malika ini hampir sama persis dengan yang diucapkannya tiga tahun lalu. Oleh karena itu, Rangga pun mengajukan pertanyaan yang sama seperti yang pernah dia tanyakan tiga tahun lalu."Kenapa ... harus putri kandung?"Kenapa harus dia ... yang menikahi putri kandung keluarga Adipati Kresna?!"Karena ini adalah perjanjian
Di sisi lain, begitu Kalingga kembali ke halaman, dia langsung melihat Laras yang tampak penuh kekhawatiran. Secara alami, pandangannya beralih ke arah kediaman Andini.Pintu dan jendela tertutup rapat, seolah-olah ingin menghalangi siapa pun untuk masuk. Kalingga melangkah mendekat dan bertanya dengan suara rendah, "Gimana keadaannya?"Laras menatap pintu yang tertutup dengan cemas sebelum menjawab, "Begitu Nona pulang, dia langsung mengunci diri di dalam kamar. Apa pun yang kukatakan, dia nggak menjawab."Setelah berkata demikian, Laras mendekat dan berbisik ke telinga Kalingga, "Juga nggak kedengaran suara tangisan."Justru inilah yang paling mengkhawatirkan.Jika dia bisa mendengar tangisan, setidaknya itu berarti Andini masih bisa menyalurkan emosinya. Namun kini, dia hanya diam dan mengurung diri. Itulah yang benar-benar membuat orang merasa cemas.Jabal yang berdiri di samping, tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Mungkin saya harus mengetuk pintunya?" Dia berpikir bahwa Kal
Entah mengapa, hatinya terasa perih.Kalingga teringat bagaimana keluarga Adipati Kresna memilih untuk diam saja ketika kebenaran tiga tahun lalu terungkap kemarin. Amarah di dadanya pun seketika membara.Namun, saat itu juga, Laras berkata, "Dulu, waktu Wakil Jenderal Byakta mendengar bahwa Nona suka usus sapi, dia bahkan sengaja belajar masak dari koki utama di Kedai Arum.""Sebelum berangkat menumpas perampok, dia masih sempat meninggalkan resepnya. Aku sudah menghafalnya di kepala, tapi ... aku belum pernah mencobanya."Kalingga mengangguk kecil dan menekan amarah yang mulai mendidih di hatinya. Saat ini, yang lebih penting adalah Andini. Oleh karena itu, dia menoleh ke Jabal di belakangnya. "Pergi beli usus sapi."Jabal langsung menjawab, "Baik!" lalu bergegas pergi.Sementara itu, Kalingga kembali menatap pintu kamar Andini yang masih tertutup rapat.Hatinya terasa semakin berat. Dia tidak tahu apakah usus sapi benar-benar bisa membuat Andini membuka pintunya, tetapi dia harus me
Sekeliling ....Sudut mata Andini tanpa sadar melirik ke sekitarnya. Dalam sekejap, dia memahami maksud Rangga.Apa yang ada di sekeliling? Yang ada hanyalah orang-orang Rangga. Rangga sedang memberitahunya, hari ini dia tidak akan bisa pergi. Semua usaha kerasnya hanya akan menyakiti diri sendiri dan orang lain.Surya bisa merasakan dengan jelas, berat tubuh yang sebelumnya bersandar erat di punggungnya kini perlahan menjauh. Tatapannya perlahan menjadi suram.Kemudian, suara Andini perlahan terdengar dari belakangnya. "Kak Arjuna adalah penyelamatku, aku yang memohon padanya untuk membawaku pergi. Jangan salahkan dia."Suaranya membawa sedikit getaran halus yang sulit dideteksi, tetapi Surya bisa mendengarnya. Saat berikutnya, kedua tangannya pun mengepal erat.Sebagai sesama pria, bagaimana mungkin Rangga tidak bisa membaca situasi Surya saat ini? Dia bisa melihat bahwa si pemburu di hadapannya ini tidak rela melepaskan Andini.Itu bukanlah hal yang aneh. Andini begitu menawan, waja
Kali ini, Surya mempercepat lajunya. Gang Sonta adalah tempat Andini tinggal kemarin. Rangga pasti akan menyadari bahwa Andini telah menghilang begitu tiba di sana.Meskipun tadi Rangga tidak menemukan keanehan apa pun, dia pasti akan memerintahkan anak buahnya untuk menyisir seluruh kota. Karena itu, mereka harus segera pergi.Tak butuh waktu lama, mereka pun berhasil keluar dari kota. Namun, kecepatan kereta kuda tidak berkurang sedikit pun.Selama mereka bisa bertemu kembali dengan Uraga, melakukan penyamaran ulang, maka mereka bisa mengelabui Rangga!Siapa sangka, belum lama mereka meninggalkan kota, tiba-tiba terdengar teriakan terdengar dari belakang. "Berhenti!"Tatapan Surya meredup, tetapi dia sama sekali tidak berhenti. Tiba-tiba, suara angin yang tajam memecah keheningan di belakang mereka. Ada yang menyerangnya!Surya tidak menoleh. Dengan hanya mengandalkan naluri, dia memiringkan kepala. Sebuah anak panah melesat melewati telinganya.Andini membelalakkan matanya, menoleh
Surya mengangkat tangannya dan menunjuk. "Belok kanan di persimpangan ketiga di depan, lalu gang kedua di sebelah kiri.""Terima kasih," ucap Rangga dengan dingin, lalu segera membawa anak buahnya bergegas menuju Gang Sonta.Pagi ini, dia baru menerima kabar. Kemarin, ternyata Kalingga sudah membawa Andini pergi. Wanita yang dilihatnya di Desa Teluk Horta hanyalah tipuan yang diatur oleh Kalingga! Licik sekali!Ekspresi Rangga semakin dingin, tetapi dalam hatinya justru mengalir kegembiraan yang luar biasa. Dia tahu, dia akan segera bertemu dengan Andini!Tak lama kemudian, dia tiba di Gang Sonta bersama orang-orangnya. Dia mendorong pintu sebuah rumah kecil dan melangkah masuk dengan langkah besar.Dia ingin memanggil, ingin meneriakkan nama Andini, tetapi khawatir akan mengejutkannya. Jadi, keinginan itu ditahan sekuat tenaga di dadanya.Namun, langkah kakinya semakin lama semakin cepat. Rangga melewati ruang tengah, taman, dan beberapa paviliun kosong.Hingga akhirnya, dia membuka p
Mendengar pujian dari belakang, Darya diam-diam tersenyum puas, tapi wajahnya tetap pura-pura tenang. "Ah, biasa saja, semua ini demi saudara-saudara."Sambil berbicara, dia membuka sebuah pintu dan mempersilakan Andini masuk. "Malam ini kamu istirahat di sini dulu. Besok pagi-pagi sekali, aku akan carikan kereta pengangkut barang untuk membawa kalian keluar kota."Meski tidak ada jam malam di kota kecil ini, perjalanan malam hari terlalu mencolok dan bisa saja menarik perhatian Rangga.Andini mengangguk pelan, dia sama sekali tidak berpikir untuk bertanya akan dibawa ke mana sebenarnya.Sampai kemudian, Surya berkata, "Aku tidur di kamar sebelah." Barulah Andini menjawab, "Baik. Terima kasih, Kak Surya, Kak Darya.""Ah, nggak usah sungkan. Sudah malam, cepat tidur ya!" kata Darya sambil tersenyum."Baik, kalian juga istirahat yang cukup," ucap Andini, lalu menutup pintu perlahan.Dia menatap sekeliling. Sebuah kamar sederhana. Hanya ada satu tempat tidur, satu meja kecil, dan sebuah l
Malam pun tiba.Andini duduk di dekat jendela sambil menatap sinar bulan di luar sana. Hatinya terasa seolah-olah tidak punya tempat untuk berlabuh. Sudah cukup lama dia tidak merasakan kegelisahan seperti ini.Meski sebagian besar kesehariannya di Desa Teluk Horta hanya dihabiskan di dalam rumah dan kadang terasa bosan, tetapi hatinya saat itu terasa tenang.Tidak seperti sekarang ....Kalingga mengatakan, bila dia langsung membawa Andini pergi dari kota kecil ini, pasti akan menimbulkan kecurigaan dari Rangga. Maka untuk sementara, dia menitipkan Andini di rumah kecil ini.Dia berjanji akan menyebarkan kabar palsu agar Rangga teralihkan dan saat waktu sudah tepat, dia akan mengutus orang untuk mengantar Andini pergi jauh. Rencana itu terdengar sempurna.Bahkan dia sudah mengatur seseorang untuk berpura-pura menjadi perempuan yang diselamatkan oleh Surya, lalu tinggal di Desa Teluk Horta, semata-mata untuk menjaga jejak Andini tetap tersembunyi.Namun entah mengapa, hati Andini tetap
Bahagia?Kalingga tampak seperti menyadari sesuatu. Dia memandang Andini, wajahnya dipenuhi kebingungan. "Maksudmu, kebahagiaanmu itu adalah pemburu itu?"Mendengar ucapannya, mata Andini langsung membelalak terkejut. "Tentu saja bukan! Kak Arjuna cuma orang yang menyelamatkanku. Kenapa Kak Kalingga bisa berpikir begitu?"Melihat bahwa Andini benar-benar tidak berbohong, Kalingga akhirnya mengerutkan alis sedikit. "Aku kira ....""Aku hanya merasa, dibandingkan dengan ibu kota, hidup sebagai rakyat biasa seperti ini lebih cocok untukku," ucap Andini sambil menatap keluar rumah.Di sana, dia melihat Endah.Mungkin karena khawatir dirinya akan dibentak atau diusir, Endah tetap berdiri di halaman sambil membersihkan sayuran. Padahal ada tempat teduh di dekat sana, tapi dia tidak bergerak dan malah terus menoleh ke arah rumah dengan khawatir.Andini tersenyum tanpa sadar.Dia menyeka air matanya, lalu tersenyum ke arah luar rumah. "Orang-orang di sini sangat sederhana. Meski tetap ada yang
Situasi antara Kalingga dan dirinya benar-benar berbeda. Jika Andini adalah seseorang yang telah dibuang oleh semua orang, maka Kalingga justru adalah seseorang yang dicintai oleh semua orang.Meski sempat lumpuh selama lima tahun, Rendra tetap meneteskan air mata haru saat melihatnya kembali dan tetap bersedia memberikan penghormatan untuknya. Kaisar pun segera memanggilnya masuk istana begitu mendengar kabar kesembuhannya dan menunjukkan perhatiannya.Sebagai putra sulung Keluarga Maheswara, Lukman selalu menyayanginya dan Malika pun mencurahkannya dengan penuh kasih. Nayshila menghormatinya setulus hati.Bahkan saat merancang tipu muslihatnya, Rangga tetap tidak berani menyakiti Kalingga sedikit pun. Obat yang diberikan juga adalah untuk membantunya pulih.Cinta adalah kata terindah di dunia ini. Cinta bisa menjadi baju zirah yang terkuat dan pada saat bersamaan, juga bisa menjadi kelemahan paling rapuh.Andini menunduk sambil menatap kedua tangannya yang terletak di atas meja, lalu
Namun, dari tampilan rumah ini saja, Kalingga bisa menilai bahwa pemilik gubuk ini seharusnya seorang pria."Kak Arjuna sedang pergi berburu," ucap Andini akhirnya. Dia bisa melihat sorot mata penasaran dan penilaian dalam tatapan Kalingga.Barulah Kalingga menarik kembali pandangannya dan menoleh pada Andini, lalu berkata dengan lembut, "Orang yang menyelamatkanmu, seorang pemburu?"Andini mengangguk pelan, tanpa berkata lebih jauh."Arjuna? Nama yang unik."Mendengar hal itu, Andini mengerutkan keningnya karena tidak ingin Kalingga terlalu penasaran pada Surya. Oleh karena itu, dia segera mengalihkan pembicaraan, "Kak Kalingga sudah lama mencariku ya?"Kalingga menarik napas dalam-dalam dan menundukkan pandangan, lalu tersenyum getir. "Sejak kamu jatuh ke Sungai Mentari, aku nggak pernah berhenti mencarimu."Meskipun dia menunduk, Andini tetap bisa melihat sekelebat rasa kehilangan dalam mata pria itu. Sejak dia jatuh ke Sungai Mentari hingga kini, kira-kira sudah satu bulan lebih. S
Di ujung jalan masuk desa, Dierja sedang memimpin sekelompok orang datang ke arah mereka. Dia berjalan pincang, tetapi tetap berusaha melangkah lebih cepat. Dia sesekali menunduk dan tersenyum menyanjung pada pria di sampingnya.Pria yang berjalan di sampingnya itu memiliki postur tegap dan langkah yang penuh wibawa, disertai aura angkuh khas kaum bangsawan. Penampilannya benar-benar tidak serasi dengan suasana pedesaan yang sederhana di sekelilingnya.Andini tidak tahu apakah dia harus panik atau justru merasa lega.Pria itu ... adalah Kalingga."Itu dia! Di rumah tua itu!" seru Dierja penuh semangat. Langkahnya yang pincang jadi makin cepat saking bersemangat.Beberapa hari lalu, saat Dierja dibawa ke kantor pemerintahan, dia sempat mengira akan mendekam di penjara selama bertahun-tahun. Tak disangka, justru saat itu dia melihat para petugas membawa gambar buronan.Hanya dengan sekali lihat, dia langsung mengenalinya. Dierja pun segera memberi tahu mereka.Benar saja, pagi ini, bangs