Namun tak disangka, Andini malah berpapasan dengan Jabal yang tengah mendorong kursi roda Kalingga kembali. Melihat Andini keluar dari kamarnya, Kalingga jelas terkejut. Baru saja dia hendak bertanya, Kalingga langsung menyadari bahwa mata Andini tampak sedikit memerah.Wajahnya seketika berubah gelap.Andini sendiri tidak menyangka akan bertemu dengan Kalingga pada saat seperti ini. Dia menarik napas dalam-dalam sambil berusaha menenangkan emosinya yang kacau. Kemudian, dia tersenyum dan bertanya, "Kak Kalingga pergi ke mana pagi-pagi begini?"Upayanya untuk bersikap santai justru membuat hati Kalingga semakin berdenyut nyeri. Tatapan Kalingga beralih ke arah kamarnya.Pintu terbuka lebar. Dari dalam, samar-samar terlihat sosok seseorang yang sedang bergerak.Saat Andini melangkah lebih dekat, barulah Kalingga mengangkat pandangannya untuk menatapnya. Suaranya rendah, tetapi menyiratkan kemarahan yang sulit disembunyikan. "Kamu ditindas?"Andini tertegun. Dia baru menyadari bahwa eksp
Andini tahu bahwa Kalingga mengkhawatirkannya. Namun, bagaimanapun juga, Kalingga dan Rangga adalah saudara kandung.Hanya dengan melihat Rangga yang langsung datang ke tempat Kalingga untuk mencari bantuan setelah terkena obat semalam, serta bagaimana Kalingga pergi pagi-pagi hanya untuk mencarikan obat penawarnya, sudah cukup untuk menunjukkan betapa dalam hubungan persaudaraan mereka.Tidak pantas mengorbankan persaudaraan mereka hanya demi seorang Andini yang akan pergi setelah tiga tahun kemudian.Oleh karena itu, Andini berkata dengan ringan, "Aku akan lebih berhati-hati mulai sekarang."Berhati-hati untuk tidak pernah berada di tempat yang sama dengan Rangga sendirian.Kalingga menangkap makna di balik kata-kata itu, dan untuk sesaat, dia terdiam.Melihat suasana mulai terasa berat, Jabal yang sedari tadi tidak berbicara, dia tiba-tiba berkata, "Tuan Kalingga, cuaca hari ini cerah sekali. Gimana kalau kita pasang ayunan itu sekarang?"Mendengar hal itu, Andini tertegun sejenak d
Di hadapannya, Andini terlihat begitu ringan dan anggun. Semuanya terasa begitu indah, hampir seperti tidak nyata. Tanpa sadar, senyum tipis terukir di sudut bibir Kalingga.Meski masih ada dinding tak kasat mata yang memisahkan dirinya dari keindahan itu, hanya dengan melihatnya saja, dia sudah merasa puas.Namun tak disangka, Andini tiba-tiba menoleh dan tersenyum padanya. "Kak Kalingga, tolong dorong ayunannya, ya!"Kalingga tertegun sejenak. Namun, sebelum pikirannya bisa merespons, tangannya sudah lebih dulu menyentuh roda kursi rodanya.Jabal langsung bergerak mendekati Andini. "Biar aku saja!"Bagaimana mungkin dia tega membiarkan tuannya melakukan pekerjaan seperti ini? Namun, sebelum dia bisa melangkah lebih jauh, Laras dengan sigap menariknya kembali."Kenapa kamu ikut campur?" bisiknya sambil menepuk lengan Jabal pelan.Jabal terkejut, lalu menyadari bahwa Kalingga telah sampai di belakang Andini dan mendorong ayunan itu dengan lembut.Ayunan mulai bergerak, semakin tinggi,
Di sisi lain, Rangga kembali ke halaman tempat tinggalnya.Meskipun sekarang ada Dianti di sana sehingga membuatnya semakin enggan pulang, tetap saja, dia harus mengganti pakaian sebelum kembali ke barak militer.Di halaman, beberapa pelayan sedang bersih-bersih. Semuanya tampak seperti biasa, tidak ada tanda-tanda sesuatu yang aneh.Tanpa memedulikan sekelilingnya, Rangga berjalan menuju ruang kerjanya. Namun, di tengah jalan, seseorang tiba-tiba mengadangnya."Jenderal! Tolong cepat lihat Nona! Sejak tadi malam dia mengurung diri di dalam kamar dan belum keluar sama sekali!"Pelayan wanita di depannya tampak familier. Rangga mengenalnya sebagai Astuti, pelayan pribadi yang dibawa Dianti saat menikah.Mendengar ucapan itu, Rangga melirik sekilas ke arah kamar Dianti. Namun, mengingat kejadian semalam serta amarah yang masih tersisa setelah pertemuannya dengan Andini, dia tidak berniat untuk mengurus Dianti.Dia berkata dengan dingin, "Kalau dia ingin keluar, dia akan keluar sendiri."
Kini Dianti hanya bisa menggunakan segala cara untuk menolong dirinya sendiri!Melihat Dianti yang sedemikian rupa, hati Rangga jadi merasa bersalah. Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu masih perlu diselidiki. Namun jelas, sebelum kebenaran terungkap, Rangga sudah lebih dulu menghakiminya.Dianti dulunya adalah gadis yang lembut dan penurut. Jika dibandingkan dengan kegilaan yang ditunjukkannya semalam, Rangga tiba-tiba menyadari bahwa Dianti menjadi seperti ini karena dirinya.Setelah menghela napas panjang, Rangga akhirnya bangkit dan melangkah mendekati Dianti. Dia membungkuk, mengangkat tubuh Dianti yang masih terbaring di lantai, lalu membawanya ke tempat tidur.Dianti terkejut, air matanya masih menggantung di bulu matanya. Dia mengira Rangga akhirnya berubah pikiran, atau mungkin efek obat dalam tubuhnya masih tersisa. Apakah dia akan ....Namun, setelah meletakkan Dianti di tempat tidur, Rangga hanya menarik selimut untuk menutupinya. Kemudian, dengan suara dingin, dia ber
Dianti terperanjat dari tempat tidurnya. "Mau ketemu aku? Untuk apa dia mau ketemu aku?!"Panji adalah bajingan yang terkenal di seluruh ibu kota! Apa ada kemungkinan yang baik jika orang seperti Panji ingin menemuinya?Astuti tampak ketakutan melihat reaksi Dianti. Tanpa sadar, dia mundur dua langkah dan menggeleng kuat. "Sa ... saya tidak tahu, Nona ...."Jantung Dianti berdegup kencang, napasnya juga ikut memburu. Panji pasti ingin menggunakan masalah ini untuk mengancamnya!Namun, Rangga sudah tahu kejadian semalam. Apa lagi yang bisa digunakan Panji untuk mengancamnya? Dia bisa saja menolak untuk menemui Panji.Namun, menghadapi orang berengsek seperti Panji .... Jika permintaannya tidak dituruti, siapa tahu hal kotor apa yang akan dilakukannya? Bagaimana jika dia menyebarkan rumor ini ke mana-mana?Pikiran Dianti sangat kacau dan dia tidak bisa segera mengambil keputusan. Namun pada akhirnya, dia memaksakan diri untuk tenang. Dia menatap Astuti dan bertanya, "Selain kamu, apa ada
'Sulit atau nggak, tetap harus dicoba dulu!' pikir Andini. Bagaimanapun, sekarang sudah ada cara untuk mengobati Kalingga. Dia tidak boleh menyerah!Teknik akupunktur dalam kitab medis ini pasti adalah milik Lembah Raja Obat. Itu sebabnya, tabib kediaman secara khusus berpesan agar jangan sampai dilihat oleh orang luar.Tabib kediaman jelas sangat baik, sampai menulis sebuah kitab medis untuk Kalingga. Jadi, dia tidak boleh membalas kebaikan dengan pengkhianatan. Dia tidak boleh membocorkan identitas tabib.Andini memang tidak bisa akupunktur, tetapi dia bisa belajar. Setidaknya, dia bisa mencari tabib lain untuk mempelajari dasar-dasarnya terlebih dahulu.Setelah itu, dia bisa perlahan-lahan mencoba metode dalam kitab medis. Lagi pula, masih ada tiga tahun lagi. Dia punya cukup waktu!Sambil berpikir demikian, mereka berdua sudah berjalan keluar dari kedai teh. Sejak menikah, Andini belum pernah keluar dari kediaman. Hari ini adalah kesempatan langka baginya untuk jalan-jalan di kota,
Setelah kembali ke kediaman Keluarga Maheswara, Andini segera memberi tahu Kalingga tentang niatnya untuk mengobati kakinya."Tapi, aku cuma bisa belajar sedikit demi sedikit dan cuma punya satu kitab medis yang mengajariku. Aku nggak tahu kamu bisa memercayaiku atau nggak."Sambil berbicara, Andini menyerahkan kitab medis itu kepada Kalingga, ingin membuktikan bahwa kakinya memang masih bisa diobati.Kalingga membuka kitab itu dan secara acak membolak-balikkan beberapa halaman. Tentu saja, dia tidak bisa memahaminya. Namun, halaman-halaman itu penuh dengan tulisan, bahkan dilengkapi dengan ilustrasi untuk membantu pemahaman, menunjukkan betapa tekunnya sang penulis.Mengingat bahwa semalam dia benar-benar tidak merasa terlalu sakit, Kalingga pun percaya pada tabib misterius itu, meskipun dia belum pernah bertemu dengannya atau mengetahui namanya.Tiba-tiba, Jabal bertanya, "Kalau sudah ada kitab medis, kenapa nggak suruh tabib kediaman kita yang mencobanya?"Bisa dibilang Andini memba
Sekeliling ....Sudut mata Andini tanpa sadar melirik ke sekitarnya. Dalam sekejap, dia memahami maksud Rangga.Apa yang ada di sekeliling? Yang ada hanyalah orang-orang Rangga. Rangga sedang memberitahunya, hari ini dia tidak akan bisa pergi. Semua usaha kerasnya hanya akan menyakiti diri sendiri dan orang lain.Surya bisa merasakan dengan jelas, berat tubuh yang sebelumnya bersandar erat di punggungnya kini perlahan menjauh. Tatapannya perlahan menjadi suram.Kemudian, suara Andini perlahan terdengar dari belakangnya. "Kak Arjuna adalah penyelamatku, aku yang memohon padanya untuk membawaku pergi. Jangan salahkan dia."Suaranya membawa sedikit getaran halus yang sulit dideteksi, tetapi Surya bisa mendengarnya. Saat berikutnya, kedua tangannya pun mengepal erat.Sebagai sesama pria, bagaimana mungkin Rangga tidak bisa membaca situasi Surya saat ini? Dia bisa melihat bahwa si pemburu di hadapannya ini tidak rela melepaskan Andini.Itu bukanlah hal yang aneh. Andini begitu menawan, waja
Kali ini, Surya mempercepat lajunya. Gang Sonta adalah tempat Andini tinggal kemarin. Rangga pasti akan menyadari bahwa Andini telah menghilang begitu tiba di sana.Meskipun tadi Rangga tidak menemukan keanehan apa pun, dia pasti akan memerintahkan anak buahnya untuk menyisir seluruh kota. Karena itu, mereka harus segera pergi.Tak butuh waktu lama, mereka pun berhasil keluar dari kota. Namun, kecepatan kereta kuda tidak berkurang sedikit pun.Selama mereka bisa bertemu kembali dengan Uraga, melakukan penyamaran ulang, maka mereka bisa mengelabui Rangga!Siapa sangka, belum lama mereka meninggalkan kota, tiba-tiba terdengar teriakan terdengar dari belakang. "Berhenti!"Tatapan Surya meredup, tetapi dia sama sekali tidak berhenti. Tiba-tiba, suara angin yang tajam memecah keheningan di belakang mereka. Ada yang menyerangnya!Surya tidak menoleh. Dengan hanya mengandalkan naluri, dia memiringkan kepala. Sebuah anak panah melesat melewati telinganya.Andini membelalakkan matanya, menoleh
Surya mengangkat tangannya dan menunjuk. "Belok kanan di persimpangan ketiga di depan, lalu gang kedua di sebelah kiri.""Terima kasih," ucap Rangga dengan dingin, lalu segera membawa anak buahnya bergegas menuju Gang Sonta.Pagi ini, dia baru menerima kabar. Kemarin, ternyata Kalingga sudah membawa Andini pergi. Wanita yang dilihatnya di Desa Teluk Horta hanyalah tipuan yang diatur oleh Kalingga! Licik sekali!Ekspresi Rangga semakin dingin, tetapi dalam hatinya justru mengalir kegembiraan yang luar biasa. Dia tahu, dia akan segera bertemu dengan Andini!Tak lama kemudian, dia tiba di Gang Sonta bersama orang-orangnya. Dia mendorong pintu sebuah rumah kecil dan melangkah masuk dengan langkah besar.Dia ingin memanggil, ingin meneriakkan nama Andini, tetapi khawatir akan mengejutkannya. Jadi, keinginan itu ditahan sekuat tenaga di dadanya.Namun, langkah kakinya semakin lama semakin cepat. Rangga melewati ruang tengah, taman, dan beberapa paviliun kosong.Hingga akhirnya, dia membuka p
Mendengar pujian dari belakang, Darya diam-diam tersenyum puas, tapi wajahnya tetap pura-pura tenang. "Ah, biasa saja, semua ini demi saudara-saudara."Sambil berbicara, dia membuka sebuah pintu dan mempersilakan Andini masuk. "Malam ini kamu istirahat di sini dulu. Besok pagi-pagi sekali, aku akan carikan kereta pengangkut barang untuk membawa kalian keluar kota."Meski tidak ada jam malam di kota kecil ini, perjalanan malam hari terlalu mencolok dan bisa saja menarik perhatian Rangga.Andini mengangguk pelan, dia sama sekali tidak berpikir untuk bertanya akan dibawa ke mana sebenarnya.Sampai kemudian, Surya berkata, "Aku tidur di kamar sebelah." Barulah Andini menjawab, "Baik. Terima kasih, Kak Surya, Kak Darya.""Ah, nggak usah sungkan. Sudah malam, cepat tidur ya!" kata Darya sambil tersenyum."Baik, kalian juga istirahat yang cukup," ucap Andini, lalu menutup pintu perlahan.Dia menatap sekeliling. Sebuah kamar sederhana. Hanya ada satu tempat tidur, satu meja kecil, dan sebuah l
Malam pun tiba.Andini duduk di dekat jendela sambil menatap sinar bulan di luar sana. Hatinya terasa seolah-olah tidak punya tempat untuk berlabuh. Sudah cukup lama dia tidak merasakan kegelisahan seperti ini.Meski sebagian besar kesehariannya di Desa Teluk Horta hanya dihabiskan di dalam rumah dan kadang terasa bosan, tetapi hatinya saat itu terasa tenang.Tidak seperti sekarang ....Kalingga mengatakan, bila dia langsung membawa Andini pergi dari kota kecil ini, pasti akan menimbulkan kecurigaan dari Rangga. Maka untuk sementara, dia menitipkan Andini di rumah kecil ini.Dia berjanji akan menyebarkan kabar palsu agar Rangga teralihkan dan saat waktu sudah tepat, dia akan mengutus orang untuk mengantar Andini pergi jauh. Rencana itu terdengar sempurna.Bahkan dia sudah mengatur seseorang untuk berpura-pura menjadi perempuan yang diselamatkan oleh Surya, lalu tinggal di Desa Teluk Horta, semata-mata untuk menjaga jejak Andini tetap tersembunyi.Namun entah mengapa, hati Andini tetap
Bahagia?Kalingga tampak seperti menyadari sesuatu. Dia memandang Andini, wajahnya dipenuhi kebingungan. "Maksudmu, kebahagiaanmu itu adalah pemburu itu?"Mendengar ucapannya, mata Andini langsung membelalak terkejut. "Tentu saja bukan! Kak Arjuna cuma orang yang menyelamatkanku. Kenapa Kak Kalingga bisa berpikir begitu?"Melihat bahwa Andini benar-benar tidak berbohong, Kalingga akhirnya mengerutkan alis sedikit. "Aku kira ....""Aku hanya merasa, dibandingkan dengan ibu kota, hidup sebagai rakyat biasa seperti ini lebih cocok untukku," ucap Andini sambil menatap keluar rumah.Di sana, dia melihat Endah.Mungkin karena khawatir dirinya akan dibentak atau diusir, Endah tetap berdiri di halaman sambil membersihkan sayuran. Padahal ada tempat teduh di dekat sana, tapi dia tidak bergerak dan malah terus menoleh ke arah rumah dengan khawatir.Andini tersenyum tanpa sadar.Dia menyeka air matanya, lalu tersenyum ke arah luar rumah. "Orang-orang di sini sangat sederhana. Meski tetap ada yang
Situasi antara Kalingga dan dirinya benar-benar berbeda. Jika Andini adalah seseorang yang telah dibuang oleh semua orang, maka Kalingga justru adalah seseorang yang dicintai oleh semua orang.Meski sempat lumpuh selama lima tahun, Rendra tetap meneteskan air mata haru saat melihatnya kembali dan tetap bersedia memberikan penghormatan untuknya. Kaisar pun segera memanggilnya masuk istana begitu mendengar kabar kesembuhannya dan menunjukkan perhatiannya.Sebagai putra sulung Keluarga Maheswara, Lukman selalu menyayanginya dan Malika pun mencurahkannya dengan penuh kasih. Nayshila menghormatinya setulus hati.Bahkan saat merancang tipu muslihatnya, Rangga tetap tidak berani menyakiti Kalingga sedikit pun. Obat yang diberikan juga adalah untuk membantunya pulih.Cinta adalah kata terindah di dunia ini. Cinta bisa menjadi baju zirah yang terkuat dan pada saat bersamaan, juga bisa menjadi kelemahan paling rapuh.Andini menunduk sambil menatap kedua tangannya yang terletak di atas meja, lalu
Namun, dari tampilan rumah ini saja, Kalingga bisa menilai bahwa pemilik gubuk ini seharusnya seorang pria."Kak Arjuna sedang pergi berburu," ucap Andini akhirnya. Dia bisa melihat sorot mata penasaran dan penilaian dalam tatapan Kalingga.Barulah Kalingga menarik kembali pandangannya dan menoleh pada Andini, lalu berkata dengan lembut, "Orang yang menyelamatkanmu, seorang pemburu?"Andini mengangguk pelan, tanpa berkata lebih jauh."Arjuna? Nama yang unik."Mendengar hal itu, Andini mengerutkan keningnya karena tidak ingin Kalingga terlalu penasaran pada Surya. Oleh karena itu, dia segera mengalihkan pembicaraan, "Kak Kalingga sudah lama mencariku ya?"Kalingga menarik napas dalam-dalam dan menundukkan pandangan, lalu tersenyum getir. "Sejak kamu jatuh ke Sungai Mentari, aku nggak pernah berhenti mencarimu."Meskipun dia menunduk, Andini tetap bisa melihat sekelebat rasa kehilangan dalam mata pria itu. Sejak dia jatuh ke Sungai Mentari hingga kini, kira-kira sudah satu bulan lebih. S
Di ujung jalan masuk desa, Dierja sedang memimpin sekelompok orang datang ke arah mereka. Dia berjalan pincang, tetapi tetap berusaha melangkah lebih cepat. Dia sesekali menunduk dan tersenyum menyanjung pada pria di sampingnya.Pria yang berjalan di sampingnya itu memiliki postur tegap dan langkah yang penuh wibawa, disertai aura angkuh khas kaum bangsawan. Penampilannya benar-benar tidak serasi dengan suasana pedesaan yang sederhana di sekelilingnya.Andini tidak tahu apakah dia harus panik atau justru merasa lega.Pria itu ... adalah Kalingga."Itu dia! Di rumah tua itu!" seru Dierja penuh semangat. Langkahnya yang pincang jadi makin cepat saking bersemangat.Beberapa hari lalu, saat Dierja dibawa ke kantor pemerintahan, dia sempat mengira akan mendekam di penjara selama bertahun-tahun. Tak disangka, justru saat itu dia melihat para petugas membawa gambar buronan.Hanya dengan sekali lihat, dia langsung mengenalinya. Dierja pun segera memberi tahu mereka.Benar saja, pagi ini, bangs