Home / Lainnya / Putri Istimewaku / Bab 4 Kontrakan Baru

Share

Bab 4 Kontrakan Baru

Author: Hanafa
last update Last Updated: 2021-05-29 23:41:13

Sehari aku menempati kontrakan ini. Aku merasa ada yang aneh. Seperti ada yang selalu memperhatikan gerak-gerikku.

Saat itu aku mengontrak di sekitar daerah Jakarta Selatan. Dan dekat dengan sebuah kali.

"Bun, kayaknya ayah besok-besok jarang pulang mungkin seminggu sekali baru pulang sabtu sore pulangnya tapi minggu sorenya ayah harus balik lagi ke mess. Maaf ya bun biar irit di ongkos juga. Maklum kan ayah belum punya kendaraan sendiri. Bagaimana bun ga apa-apa ya?" Kata suamiku sambil membujuk.

Walaupun dengan berat hati saat itu aku mengijinkannya.

Sebenarnya aku sangat berat. Mana baru pindah sehari. Tinggal hanya berdua dengan bayiku. Belum ada satupun orang yang aku kenal di sini. Malah mau di tinggal suamiku bekerja dan jarang pulang lagi. Walaupun kontrakanku dekat dengan mertua rasanya kan pasti beda. 

🌾🌾🌾

Alhamdullilah baru beberapa hari di sini. Aku sudah memiliki banyak teman. Biasalah emak-emak suka ngerumpi. Atau sekedar tukar-tukaran bumbu dapur hehe.

Di sini juga pertama kalinya bayiku aku terapi. Di terapi patah tulang daerah Ci**n*** di Haji Naim. Aku tahu tempat itu juga biasa dari ibu-ibu yang suka ngerumpi. Jadi apa salahnya dicoba.

Dan saat suamiku pulang ke rumah.

"Yah, aku dapat info katanya bayi kita coba aja di terapi di Hj.Naim. Ayah tahu ga tempatnya? Coba yuk kita ikhtiar bawa anak kita kesitu kali saja nanti bisa disembuhkan." Bujukku.

  

"Ya sudah terserah bunda saja. Oh ya aku keluar dulu ya mau bertemu dengan teman."

"Teman siapa yah? Kamu baru pulang masa ninggalin aku sendirian. Ga kangen apa sama anak kita?" Tanyaku.

"Teman-temanku waktu kecil. Tinggal dekat sini juga. Udah ya aku ditunggu mereka."

Dengan hati kesal. Aku menggerutu di dalam hati. Ayah kenapa sih kok sikapnya dingin gitu sama aku. Perasaan aku ga punya salah apa-apa kan baru sekarang juga ketemu lagi.

Aku tunggu sampai larut malam dia tidak pulang-pulang. Alhasil aku tertidur.

Keesokan paginya sekitar pukul 6 pagi. Aku membangunkannya untuk mengantarkanku ke tempat terapi anakku. Aku harus berangkat pagi sekali karena ada yang bilang di sana sangat antri.

Sesampainya disana. Sudah banyak sekali pasien yang menunggu. 

Saat tiba nomor anakku dipanggil.

Bapak- bapak yang menanganiku bilang.

"Aduh dede bayi arabnya kenapa?Kakinya bisa seperti ini bu. Kasian sekali."

"Iya pak kecelakaan waktu lahir. Bagaimana pak apa bisa diobati. Apa anakku bisa berjalan normal nantinya?"

"Insya allah bisa bu. Dengan terapi rutin. Insya Allah bisa. Cuma ibu harus tega, harus kuat hanya itu kuncinya."

Mendengar bapak itu bicara itu aku terheran-heran. Apa maksud dari perkataannya.

"Maaf bapak harus pegang kuat-kuat anaknya ya pak. Ini mungkin agak sakit. Nanti dede bayinya akan sangat berontak." Katanya kepada suamiku.

Dan benar saja baru dipijat kakinya sebentar saja. Anakku sudah menjerit, menangis dan meronta-ronta.

Tatapannya ke aku. Seperti ingin bilang. Tolong aku bunda sakit. 

Aku lari keluar ruangan. Aku ga kuat melihatnya. Yang ada aku menangis. Hati ibu mana yang tidak teriris mendengar bayinya menangis kesakitan seperti itu.

"Ya Allah nak, begitu berat cobaanmu. Bunda ga kuat melihat kamu kesakitan seperti itu. Maafin bunda."

Setelah kudengar tangisan anakku berhenti. Aku kembali masuk ke ruangan itu. Aku lihat dia sedang digips.

"Itu yang saya maksud bu. Ibu harus kuat, harus tega kalau ingin anak ibu nanti bisa berjalan. Ibu ga mau kan kalau anaknya ga bisa berjalan."

"Ya Allah pak jangan sampai. Aku ingin anakku sehat. Bisa normal seperti anak normal pada umumnya."

"Ya maka itu ibu harus tega. Adenya harus di bawa rutin terapi. Seminggu 2x ya bu. Sekalian untuk ganti gipsnya juga."

"Oh baik pak. Terima kasih banyak. Saya pamit." Kata bapak terapis itu.

Berlangsung berbulan-bulan anakku di terapi di tempat itu. Walaupun dengan mahar seikhlasnya tapi begitu terasa bagi suami. Belum lagi anakku yang harus meminum sufor bukan asi.

"Bun, terapi anak kita. Kita berhentikan saja ya. Ayah mau berhenti dari tempat kerja. Ayah paling ga suka diatur-atur kerja kayak gitu. Lebih baik ayah buka usaha sendiri toh hasilnya juga sama saja!! Kata suamiku sewot.

"Ya Allah terus anak kita nanti gimana yah. Kasihan dia perempuan. Kalau besar nanti dia tidak bisa jalan, bunda ga sanggup dia nanti di hina-hina orang."

Tanpa menghiraukan kata-kataku. Suamiku berlalu pergi ke rumah kerabatnya.

Ya Allah kenapa dia berubah seperti itu. Aku sampai tidak mengenalinya sama sekali. Astagfirullah.

Sampai tengah malam pun dia belum pulang. Semenjak pindah di kontrakan ini, suamiku jarang berkumpul denganku bahkan untuk mengobrol sekalipun. Bahkan untuk sekedar bermain dengan anakku saja sudah tidak pernah lagi dia lakukan. Dia lebih suka di rumah orang tuanya, kerabatnya atau nongkrong-nongkrong bersama teman-temannya.

Hingga suatu saat susu anakku habis.

"Yah susu anak kita tinggal sedikit. Boleh tidak aku meminta uang buat susu anak kita." Kataku dengan lembut takut dia marah.

"Aku hari ini belum ada kerjaan. Kasih saja dulu air tajin." Kata suamiku ketus.

"Astagfirullah ayah. Masa bayi kita di kasih air tajin."

"Ga usah bawel kasih aja itu dulu! Nanti ada uang baru beli susu."

"Iya tapi air tajin kan terbatas yah. Masa setiap jam aku harus masak nasi. Lagian bayi kita mana suka air tajin."

"Please ga usah bawel bun. Aku pusing. Itu air tajin tinggal dikasih gula juga bakal manis. Gampang kan! Ga usah di bikit ribet. Aku mau pergi dulu!"

"Mau kemana yah?"

"Katamu anak kita kehabisan susu. Ya mau cari uanglah!"

Astagfirullah ayah. Kenapa selama di sini kamu jadi kasar padaku. Batinku.

Dari sejak pagi suamiku pergi sampai sore pun dia belum pulang juga. Sedang bayiku terus saja menangis. Kadang karena kecapean menangis dia tertidur sendiri. 

 

"Aku tidak boleh diam saja. Aku harus usaha cari pinjaman buat beli susu anakku. Ya Allah ayah kamu kemana belum pulang." Batinku.

Aku kesana kemari mencari pinjaman. Tapi semua nihil. Mungkin karena di situ rata-rata ekonomi ke bawah jadi tidak ada yang bisa meminjamkan uang padaku. Aku kalut. Aku marah. Kemana suamiku di saat seperti ini. 

Hingga terlintas dipikiranku untuk mendatangi kerabatnya untuk meminjam uang.

Sesampainya di sana. Betapa hancur hatiku Ya Allah. Aku susah- susah menenangkan bayiku yang kelaparan. Dia malah enak-enakkan makan di sini. Tanpa memikirkan bayi kami. Spontan emosiku langsung naik.

Sambil menggendong bayiku. 

"Ya Allah!! Di rumah aku bingung menenangkan bayi kita yang kelaparan. Disini kamu enak-enakan makan enak. Keterlaluan kamu ga punya hati!"

Langsung aku pergi meninggalkannya sambil menangis.

"Kenapa nasibmu malang seperti ini nak. Ade yang kuat bunda akan cari uang agar ade minum susu ya nak. Ade sabar ya."

Terlintas di pikiranku saat itu.

"Ibu..ya aku harus menelepon ibu (sebutan untuk nenekku)."

Sebenarnya aku tidak mau merepotkan keluargaku. Ya tapi ini urgent. Dan aku tidak mau anakku kenapa-napa lagi.

Habis magrib dengan menggendong bayiku aku mencari wartel terdekat.

"Halo, assalamualaikum bu, ini eca."(nama samaran).

"Walaikum salam nduk. Kamu sehat cu. Cicit ibu bagaimana sehat kan?"

Tanpa membalas sapaan ibu. Aku hanya bisa menangis. Tidak beberapa lama bayiku terbangun dan dia pun menangis.

"Loh..loh..itu kenapa cicit ibu menangis. Ada apa nduk. Ayo cerita sama ibu. Ada apa?"

"Dede kehabisan susu bu. Ari (nama samaran) belum dapat uang. Aku ga tahu lagi mau meminjam uang ke siapa bu. Tolong aku bu." Kataku sambil menangis.

"Sudah..sudah jangan menangis nduk. Kata mamamu kamu pindah kontrakan. Pindah ke mana? Sudah pindah kok tidak kabarin kita. Mamamu cari dirimu ke mana- mana nduk."

"Ya maafin aku bu. Aku sibuk ngurusin terapi kaki anakku jadi aku lupa."

"Ya sudah nanti ibu minta tolong ommu untuk mengantarkan uangnya ke kamu. Alamatmu di mana nduk."

 

Setelah memberitahu alamatku. Aku berpamitan.

Aku sangat resah dikontrakan.

"Ya Allah om. Tolong eca. Cepat datang."

🌾🌾🌾

Tidak beberapa lama. Terdengar ada yang mengetuk pintu.

🌾🌾🌾

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam. Ya Allah om." Kataku sambil mencium tangan omku.

"Mana cucu om sebentar om menumpang cuci kaki tangan dulu. Di mana kamar mandinya. Oh ya ini susu buat anakmu. Langsung kamu buatkan kasian."

"Iya om alhamdullilah."

Setelah itu omku langsung mendekati anakku.

"Ya ampun cucu arab om sudah besar sekarang ya. Loh mana suamimu kok tidak keliatan."

Entah darimana asalnya suamiku pulang. Tumben jam segini sudah pulang. Biasanya masih asik diluaran sana. Apa karena ada keluargaku yang datang.

Sok bersikap seakan-akan tidak ada apa-apa suamiku menemani omku mengobrol. Dan saat om ku berpamitan pulang. Omku menghampiriku dan berbisik "Pegang uang ini. Ini dari ibu sama om. Jangan sampai ketahuan suamimu. Pegang baik-baik untuk keperluanmu dan anakmu."

"Alhamdullilah, baik om. Terima kasih banyak om. Maaf jadi merepotkan ibu dan om." Kataku sambil menangis.

"Ya sudah om pamitan pulang dulu ya. Jaga diri baik-baik dan jaga baik-baik juga cucu om. Assalamualaikum."

"Walaikum salam."

Ga henti-hentinya aku puji syukur saat itu. Terima kasih ya Allah atas pertolonganmu hari ini.

"Bun kamu mengadu ke keluargamu ya sehingga om mu datang ke sini." Kata suamiku sedikit marah.

"Terserah mau kamu bilang apa. Aku hanya tidak tega melihat anak kita nangis kelenger kelaparan!"

"Kalau misal aku mengadu ke keluargaku. Sudah habis kau tadi dengan om ku. Tapi om ku masih beramah tamah denganmu kan." Jawabku agak kesal.

"Alah terserah!!"  Sambil berlalu pergi keluar dengan menutup pintu dengan keras.

"Astagfirullah." Kataku sambil mengelus dada.

🌾🌾🌾

Keesokannya.

🌾🌾🌾

"Hari ini aku pergi bun sama teman. Aku kemarin melamar kerja dan alhamdullilah diterima. Karena tempatnya jauh aku jadi mungkin jarang pulang. Aku tinggal di mes tempat kerja. Dan mungkin akan pulang seminggu sekali."

"Ya sudah terserah saja gimana baiknya." Karena hari itu aku masih kesal karena kejadian kemarin aku cuekkin saja dia pergi.

 

"Ya sudah ayah pergi dulu. Assalamualaikum."

" Walaikum salam." Jawabku tanpa menoleh kepadanya.

Beberapa hari kemudian.

Saat sedang tertidur. "Ya Allah air apa ini. Ya Allah baanjiiir." Kataku panik.

Spontan saja. Aku langsung menaikkan anakku diatas bale yang tinggi. Untungnya saat itu bayiku sedang tidur. Begitu juga barang-barangku seperti tv dan kasur di atas bale itu. Maklum saat itu kami belum memiliki banyak barang. Aku pikir hanya saat itu saja banjirnya. Ternyata tidak. Capek sekali aku memindahkan naik turun barang-barangku sedangkan saat itu tidak ada suami yang membantu apalagi mempunyai anak yang masih bayi. 

Saat aku repot menaikkan barang-barangku ke bale. Anakku terbangun. Saat itu kakak (panggilan anakku sekarang) sudah berumur 7bulan. Dia sudah bisa duduk.

Dengan panik "Aduh, bagaimana ini. Anakku sudah keburu bangun."

"Aduh anak solehanya bunda. Assalamualaikum, sudah bangun kamu ya nak. Dede bermain di atas sini dulu ya. Bunda mau memindahkan barang-barang ini dulu ya nak. Jangan bergerak ke mana-mana ya nanti jatuh."

Dengan gesit aku langsung menyebar mainan anakku diatas bale itu. Sambil repot memindahkan barang-barang. Pandanganku tidak lepas dari anakku.Tapi kok ada yang aneh biasanya anakku tidak bisa diam. Sempat tadi aku khawatir dia akan jatuh kalau di taruh di bale setinggi itu sendirian. Tapi ternyata perkiraanku salah. Dia sepertinya asyik bermain sambil kadang-kadang celoteh dan tertawa sendiri seperti ada yang mengajak main.

Sedang asyik memindahkan barang-barang hpku berdering. Saat itu masih pake hp nokia. Kenapa aku bisa membelinya. Ya betul uang pemberian omku. Aku berikan hp untuk mempermudah komunikasiku kepada keluargaku dan suamiku.

"Assalamualaikum bun."

"Walaikumsalam yah. Bun sekarang siap-siap yah insya allah hari jumat kita pindah kontrakan dekat tempat ayah. Aku ga kuat jauh-jauh dari kamu dan anak kita. Insya allah jumat sore aku sampai rumah. Kamu siap-siap."

Karena aku masih kesal dengan suamiku karena masalah yang sebelumnya. Aku jawab sekenanya saja.

"Ya sudah ya bun sampai jumpa hari jumat. Aku sayang kalian. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam." Jawabku.

Huft sayang apanya pas ketemu ngomongnya ngegas mulu. Gerutuku dalam hati.

🌾🌾🌾

Kamis malam.

🌾🌾🌾

Disaat aku setengah mengantuk ( kata orang mah tidur ayam) dan anakku sudah tertidur di ayunannya. Saat itu tv masih menyala. Cuma lampu ku matikan. Seperti ada yang bolak balik dari ruang depan ke pintu belakang dekat dapur. Merasa terganggu aku terbangun aku tengak tengok kok tidak ada siapa-siapa. Aku berjalan ke arah dapur. 

"Yah, itu ayah yah katanya masih besok sore pulang. Jangan bolak balik gitu bunda iseng liatnya?" Teriakku sambil berjalan ke arah dapur.

Aneh.. tapi kok ga ada jawaban ya. Aku lihat pintu dapur belakang jg terkunci/keslot di dalam berarti tidak ada yang keluar walaupun ada yang keluar harusnya terkunci/keslot dari luar bukan dari dalam. Astagfirullah kok langsung merinding ya.

Akhirnya aku kembali ke tempat tidurku sambil tanganku mengayun ayunan putriku.

Set..set..set..tiba-tiba aku merasa melihat ada sosok yang bolak balik.

Setengah mengantuk sambil berteriak aku bilang.

"Jangan iseng deh yah. Gak lucu udah malam." Kataku jengkel.

Disaat aku menengok ke arah pintu.

Astagfirullah kagetnya aku.

Related chapters

  • Putri Istimewaku   Bab 5 Sosok Misterius

    Spontan aku kaget. Melihat sosok itu seorang perempuan cantik aku rasa, berpakaian semua serba hitam, berbibir merah terang. Remang-remang aku melihatnya."Si..si...Siapa kamu? Kok bisa masuk ke dalam rumahku."Sangat kaget aku dan terheran- heran masuk dari mana dia sedangkan pintu semua terkunci dari dalam."Jangan takut. Maaf ya aku mengagetkanmu. Karena besok kamu sudah mau pindah dari sini. Tugasku untuk menjagamu dan putrimu sudah selesai. Selalu berhati-hatilah. Sampai ketemu lagi. Anakmu sangat lucu banyak sekali yang menyayanginya. Aku pamit ya." Langsung cling menghilang begitu saja.Masya Allah apa itu aku kaget. Aku spontan langsung berdiri dan jalan bolak balik dari ruangan depan, belakang, dan dapur. Masih penasaran aku siapa dia sebenarnya. Tapi aku bolak balik tidak ada orang. Aku reflek buka pintu rumah dengan berpikiran mungkin saja sosok itu masih ada di situ. Ternyata tidak, aku tengak tengok jalanan sudah sepi maklum saat itu su

    Last Updated : 2021-05-31
  • Putri Istimewaku   Bab 6

    Setelah beberapa hari di bidan. Aku sudah diperbolehkan pulang. Hari-hari kulalui bersama putra putriku jujur sangat merepotkan tapi juga mengasyikkan.Naya sangat pencemburu, tapi dia juga sangat sayang adiknya."Iba tu imut aku.""Bunda, itu selimut aku." Saat dia melihat selimut bayinya dipakai oleh adiknya."Adik pinjam ya kak. Bolehkan? Kakak Naya kan sudah besar sudah tidak muat jadi boleh buat adik. Kasian adiknya kedinginan nak. Ga ada selimut." Kataku membujuknya."Ya oleh."" Ya boleh."Begitu juga saat baju bayi Naya, bantal dan gulingnya dipakai adiknya. Semua pertanyaan yang sama. Ujungnya aku harus membujuknya. Memang bukan salahnya masih kecil sekali sudah punya adik. Jadi dia belum mengerti.Walau begitu Naya sangat menyayangi adiknya. Saat itu bayiku sedang tidur. Putri sulungku sedang asyik menonton kartun di TV sambil memakan cemilan yang dia suka."Kakak sayang bunda mau mandi dulu. Ade kan sedang tidur, k

    Last Updated : 2021-06-01
  • Putri Istimewaku   Bab 7 Masuk TK

    Tidak terasa waktu cepat sekali berlalu. Naya sekarang sudah berusia 5 tahun. Sejak hampir setahun aku pisah dengan suami. Akhirnya aku memberikan dia kesempatan sekali lagi. Ya kami rujuk dan akhirnya pindah kontrakan di daerah SU*****i.Tadinya mau aku masukkan Naya langsung SD karena sudah fasih membaca juga. Tapi ternyata umur Naya belum cukup untuk masuk SD. Ya umurnya baru 5 tahun. Mau tidak mau saya memasukkannya lagi ke sebuah TK. Semenjak masuk TK tidak sekalipun aku meninggalkan Naya pulang. Selalu aku yang mengantarkannya dan menungguinya di sekolah sampai pulang walau repot membawa Raihan. Kenapa Raihan tidak bersekolah? Karena Raihan anak berkebutuhan khusus apalagi belum bisa bicara dan masih menjalankan terapi saat itu. Tadinya mau aku masukkan SLB. Tapi banyak yang melarang. Karena Raihan normal kok. Dia tanggap dan mendengar kalau kita menyuruhnya. Dia mengerti dan bisa melakukannya. Ditakutkan kalau masuk SLB dia malah makin tidak mau belajar

    Last Updated : 2021-06-01
  • Putri Istimewaku   Bab 8 Masuk SD

    Tidak terasa putri istimewaku sudah berumur 6,4 tahun. Aku agak pesimis tadinya apakah dia bisa masuk SD Negeri dengan umurnya yang masih kurang saat itu. Yang belum genap berumur 7 tahun. Saat tes masuk SD. Naya sangat santai. Dia meyakinkanku bahwa aku putri bunda akan di terima di SD Negeri. Aku senyum-senyum saja saat itu sambil mengucapkan bismillah ya nak.Saat nama Naya di panggil untuk tes. Dag dig dug rasanya. Putriku yang mau di tes tapi aku yang resahnya bukan main. Sampai bolak balik ke kamar mandi.Setelah di tes. Salah satu guru di sekolah tersebut mengumumkan bahwa hasil tes akan diumumkan esok hari. Masya allah makin dag dig duglah hatiku.🌾🌾🌾Keesokan harinya.🌾🌾🌾Hari ini adalah hari pengumuman Naya masuk SD Negeri. Dan pengumumannya terpampang di sebuah papan mading di sekolah itu. Aku sudah resah melihat kertas pertama tidak ada nama Naya. Tp setelah kertas berikutnya aku lihat."Alhamdullilah ya Allah. Alhamdul

    Last Updated : 2021-06-01
  • Putri Istimewaku   Bab 9

    Tidak lama les pun di mulai. Alhamdullilah hari itu berjalan lancar lesnya. Dan akhirnya les selesai. Murid-murid yang mengikuti les hari itu diperbolehkan pulang.Sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Kami berjalan kaki. Naya antusias sekali menceritakan sosok anak itu. Naya bilang."Bunda, temanku tadi cantik sekali bukan? Tapi meninggalnya mengenaskan. Dia kecelakaan saat pulang sekolah. Kasian kan bunda. Mana dulu kalau sekolah dia tidak pernah di antar orang tuanya. Beda dengan Naya yang selalu didampingi bunda." Jelasnya.Mendengar dia bercerita sepanjang perjalanan kami ke rumah. Aku agak khawatir kenapa semakin besar bukannya hilang malah makin menjadi kelebihannya melihat makhluk tak kasat mata itu."Naya, Naya sekarang sudah SD kan nak. Bisa tidak kalau ada sosok-sosok seperti itu Naya abaikan saja. Pura-pura tidak melihat nak. Nanti orang awam yang tidak tahu kelebihan Naya. Nanti Naya dibilang aneh lagi. Naya paham maksud bunda kan." Kat

    Last Updated : 2021-06-05
  • Putri Istimewaku   Bab 10

    Saat sedang ngerumpi dengan emak-emak. Naya menghampiriku dengan ekspresi sedih. Saat itu Naya sedang pelajaran olahraga lompat jauh."Huhuhu...bunda." katanya manja dengan ekspresi sedih sambil memelukku.Saat itu aku pikir ada yang menakalinya."Loh anak cantik bunda. Kenapa mewek? Memang sudah selesai pelajaran olahraganya. Kok Naya ke bunda. Ayo balik sana nanti di omelin pak guru. Kan belum waktunya istirahat.""Pak guru jahat bunda. Aku ga boleh ikutan lompat. Huhuhu." Jawabnya sambil menangis."Kenapa ga boleh ikutan lompat. Apa tadi Naya nakal. Jadi dapat hukuman dari Pak Guru." Tanyaku penasaran."Engga..Naya ga nakal. Kata Pak Guru takut kaki Naya sakit kalau ikutan lompat. Tapi Naya mau coba bun huhu." Terangnya sambil tidak berhenti menangis."Hmm.. berarti pak guru sayang sama Naya. Takut kalau nanti Naya ikutan pelajaran itu takutnya nanti kakinya sakit.""Terus nanti kalau Naya ga ikutan lompat. Ga dapat nilai do

    Last Updated : 2021-06-06
  • Putri Istimewaku   Bab 11

    Hingga pada suatu saat, saat Naya pulang sekolahAssalamualaikummm. Bundaaaa cepat buka pintunyaaaa!! Bundaaaa....bundaaa cepat buka pintunyaa. Naya takuttt.""Walaikumsalam." Jawabku sambil membuka pintu."Loh. Nak kamu kenapa?! Kok ngos-ngosan gitu. Jangan lari-lari kaki Naya nanti sakit lagi."Sambil menutup pintu."Ituuu bundaa..ituuu." Jawabnya dengan napas yang tersengal-sengal.🌾🌾🌾"Ada apa sih nak? Kok lari-larian gitu. Kaki Naya baru saja sembuh kan?""Itu bunda..itu.""Ya sudah kakak minum dulu. Jangan lupa baca doa. Nanti setelah minum baru cerita sama bunda."Sambil putriku meneguk air putih di gelas yang tadi ku berikan."Nah sekarang kalau kakak sudah tenang baru cerita sama bunda. Kenapa kakak tadi lari-lari kayak ketakutan gitu?" Tanyaku."Itu.." sambil napas yang masih tersengal-sengal."Bunda tahu gudang sekolah kan?""Iya tahu. Kenapa nak?""Tadi Naya

    Last Updated : 2021-06-07
  • Putri Istimewaku   Bab 12

    "Serius bun." Kata temanku yang juga orang tua wali murid teman sekelas Naya setelah mendengar ceritaku."Iya Na. Malah sekarang pundakku terasa berat dan sakit. Seperti sedang mengangkat berkarung-karung beras rasanya. Apa kamu kenal orang yang bisa mengobati non medis Na? Feel aku ini bukan penyakit medis lagi Na." Tanyaku sambil meringis kesakitan."Aduh siapa ya Cha( Panggilanku)? Coba deh nanti aku tanya-tanya ya. Karena aku juga belum pernah berobat dengan kasus non medis kayak begitu." Terangnya."Iya Na. Tolong ya kali saja kamu mengenal seseorang yang bisa mengobati non medis. Atau mungkin kamu punya kenalan yang tahu info orang bisa mengobati non medis. Jujur aku sudah ga tahan sakitnya ini." Kataku."Iya..iya coba aku cari info nanti ya. Semoga saja ada yang tahu. Oh iya Cha, suamimu tahu tidak kejadian malam itu atau dia tahu tidak kamu sedang sakit seperti ini?" Tanya temanku itu."Alah kamu tahu sendiri kan. Kita sehat aja dia ga pedu

    Last Updated : 2021-06-08

Latest chapter

  • Putri Istimewaku   Bab 18

    Dan keesokan harinya. Aku janjian dengan temanku itu untuk menemui seorang ustad untuk menanyakan perihal tentang rumah tanggaku yang aku rasa aneh. Setelah ku dengar bel sekolah berbunyi aku berpamitan pada putriku Naya."Nak, nanti kalau Naya pulang sekolah belum ada Bunda. Naya tunggu Bunda di kantin saja ya. Jangan langsung pulang sendirian ya. Tunggu Bunda datang jemput Naya." Terangku."Memang Bunda mau kemana sih? Kok tumben biasanya menunggu Naya sampai pulang sekolah." Tanyanya sambil kening mengkerut."Bunda lagi ada urusan Nak sama Tante Nina." Terangku lagi sambil mengusap rambutnya."Urusan apa sih Bunda. Naya kepo hehe.." Tanyanya sambil cengengesan."Anak kecil mau tau aja urusan orang tua. Sudah sana masuk kelas nanti bu guru keburu masuk kelas.""Ya sudah Naya masuk kelas dulu ya Bun. Tapi Bunda sama Tante Nina jangan lama-lama perginya. Takut Naya keburu pulang sekolah." Katanya sambil berlalu masuk ke kelasnya.

  • Putri Istimewaku   Bab 17

    Tapi di saat istirahat sekolah tiba. Aku dipanggil oleh wali kelasnya Naya.Tok..tok..(Suara pintu diketuk)."Assalamualaikum bu guru." Kataku."Walaikumsalam. Eh Bunda Naya ayo silahkan masuk bun." Jawab Bu Guru."Maaf bu guru. Ada apa ya memanggil saya. Apakah ada masalah dengan Naya saat mengikuti pelajaran?" Tanyaku penasaran."Oh engga bun. Ini saya mau menanyakan sesuatu kepada bunda. Tapi, sebelumnya saya minta maaf. Kalau mungkin nanti pertanyaan saya agak sedikit pribadi dan takut menyinggung Bundanya Naya." Kata Bu Guru yang bikin aku tambah penasaran."Sebenarnya pertanyaan tentang apa ya Bu Guru saya jadi agak deg degan ini?" Tanyaku agak khawatir."Hmm..Ini Bunda. Saya ingin menanyakan tentang Naya. Saya lihat ada beberapa lebam di tangan dan wajah Naya bun. Saya melihatnya agak ngilu karena itu pasti sangat sakit sekali. Apalagi untuk anak kecil seumuran Naya. Kalau boleh tahu itu lukanya kenapa bu? Kalau memang Na

  • Putri Istimewaku   Bab 16

    Bukkk...bukkk!!Melihat aku dihujami pukulan dan tendangan, Putriku Naya coba melindungiku. Tapi naasnya mengenai tangan mungil Naya."Aduhhhh...sakiitt Bunda!! Ayah jahat!!" Tangisnya sambil menahan sakit akibat kena tendangan ayahnya."Ya Allah Nayaa!!!" Teriakku."Jahat sekali kamu Yah!! Aku boleh kamu sakiti tapi jangan anak kita!! Apa salah kita sama kamu hingga kamu perlakukan seperti ini!" Kataku sambil menangis."Alah cengeng sekali kalian. Kayak gitu saja nangis. Dan kamu anak kecil ga usah sok ikut campur urusan orang tua. Sana kembali tidur!!" Suruhnya sambil melempar badan Naya ke atas tempat tidur."Sudah cukup Yah. Jangan kamu sakiti lagi Naya! Tidak ada sedikit hatikah kamu buat kami!" Isakku sambil menggendong Naya.Mendengar itu dia hanya melotot dan berhambur pergi dengan mengendarai motornya. Entah mengapa melihatnya pergi. Aku merasa sedikit lega. Paling tidak aku merasa dan anak-anak sudah aman sekarang.

  • Putri Istimewaku   Bab 15

    Mendengar suara keras itu. Aku langsung berlari ke Teras. "Ya Allah, Naya! Kamu kenapa nak? Kok bisa jatuh." Tanyaku kaget. Sambil mencoba membangunkannya. Aku melihat Naya merintih dan menahan tangisnya. "Kamu kenapa nak?" Tanyaku heran sambil melirik kearah suamiku. "Alah anakmu cengeng. Lihat tuh perbuatan anak yang selalu kau manja. Sampai menumpahkan kopiku!" Kata Suamiku marah. "Ya Allah yah cuma karena menumpahkan kopi. Ayah sampai mendorong Naya seperti ini Yah? Kasihan Naya yah." "Apa kamu bilang hanya menumpahkan kopi?! Ga lihat kamu itu mengenai celanaku!" Bentaknya. "Cuma karena itu kamu berlaku kasar pada anak kita yah. Kamu tahu kan Naya kakinya ga sempurna! Kakinya sakit yah. Tapi malah kamu mendorongnya. Tidak bisakah kamu bicara baik-baik dengan anakmu yah. Celana kena kopi kan bisa diganti nanti tapi hati anakmu yang sudah kau lukai, bisakah kau menggantinya?" Kataku hampir menangis. "Alah manjak

  • Putri Istimewaku   Bab 14

    Saat sedang naik ojek menuju ke pasar. Dan sesampainya di sana. Aku dikagetkan karena melihat sesuatu. Yah, dikagetkan oleh suamiku yang saat itu sedang asyik makan bersama teman-temannya di sebuah warung makan. Melihat itu aku hanya membatin dan mengucapkan istigfar."Bisa-bisanya dia di sini makan-makan. Sedangkan anak-anakku kelaparan. Hmm..ga boleh suuzon Cha, mungkin saja dia sedang ditraktir temannya." Batinku.Tapi saat mendengar mendengar celotehan teman-temannya."Ri, kamu ga apa-apa ni traktir kita makan kayak gini. Itu anak istrimu bagaimana?" Tanya salah satu temannya."Alah ga usah bahas mereka. Bodo amat aku di sini mau senang-senang. Jadi please ga usah bicarain anak istri aku. Biarin aja mereka cari makan sendiri. Biar tahu rasa cari duit tuh susah. Jadi ga kerjanya ma aku tuh minta..minta dan minta." Jawab suamiku.Mendengar kata-katanya sakit sekali hatiku. Tak terasa butiran airmata jatuh di pipiku. Inikah suamiku yang sedang ber

  • Putri Istimewaku   Bab 13

    Saat sedang asyik berbicara dengan Naya. Aku dikagetkan dengan suara pintu yang dibuka kasar. "Brakkk..!" Ya Allah ternyata suamiku yang membuka pintu itu dengan kasarnya. Tanpa mengucapkan salam pula. "Ya Allah ayah. Kok buka pintu seperti itu aku dan Naya sampai kaget tadi." Tanyaku berusaha selembut mungkin. "Makanya kalau suami pulang kuping dibuka lebar-lebar jadi dengar kalau aku masuk rumah." Jawabnya ketus. "Astagfirullah yah. Tadi benar bunda tidak mendengar salam ayah sama sekali. Makanya bunda tidak tahu kalau ayah pulang. Bunda minta maaf." Kataku lembut sambil menunduk. "Ya sudah besok-besok tidak bunda ulangi lagi." "Ya sudah. Ga usah banyak bacot. Aku lapar siapin makanan sana!" Bentaknya. "Iya sebentar ya. Ayah tidak mandi atau ganti baju dulu. Nanti bunda siapkan?" "Sudah ga usah bawel aku mau makan dulu ga usah ngatur-ngatur. Buruan!! Kamu dengar ga!!" Bentaknya. Melihat suamiku y

  • Putri Istimewaku   Bab 12

    "Serius bun." Kata temanku yang juga orang tua wali murid teman sekelas Naya setelah mendengar ceritaku."Iya Na. Malah sekarang pundakku terasa berat dan sakit. Seperti sedang mengangkat berkarung-karung beras rasanya. Apa kamu kenal orang yang bisa mengobati non medis Na? Feel aku ini bukan penyakit medis lagi Na." Tanyaku sambil meringis kesakitan."Aduh siapa ya Cha( Panggilanku)? Coba deh nanti aku tanya-tanya ya. Karena aku juga belum pernah berobat dengan kasus non medis kayak begitu." Terangnya."Iya Na. Tolong ya kali saja kamu mengenal seseorang yang bisa mengobati non medis. Atau mungkin kamu punya kenalan yang tahu info orang bisa mengobati non medis. Jujur aku sudah ga tahan sakitnya ini." Kataku."Iya..iya coba aku cari info nanti ya. Semoga saja ada yang tahu. Oh iya Cha, suamimu tahu tidak kejadian malam itu atau dia tahu tidak kamu sedang sakit seperti ini?" Tanya temanku itu."Alah kamu tahu sendiri kan. Kita sehat aja dia ga pedu

  • Putri Istimewaku   Bab 11

    Hingga pada suatu saat, saat Naya pulang sekolahAssalamualaikummm. Bundaaaa cepat buka pintunyaaaa!! Bundaaaa....bundaaa cepat buka pintunyaa. Naya takuttt.""Walaikumsalam." Jawabku sambil membuka pintu."Loh. Nak kamu kenapa?! Kok ngos-ngosan gitu. Jangan lari-lari kaki Naya nanti sakit lagi."Sambil menutup pintu."Ituuu bundaa..ituuu." Jawabnya dengan napas yang tersengal-sengal.🌾🌾🌾"Ada apa sih nak? Kok lari-larian gitu. Kaki Naya baru saja sembuh kan?""Itu bunda..itu.""Ya sudah kakak minum dulu. Jangan lupa baca doa. Nanti setelah minum baru cerita sama bunda."Sambil putriku meneguk air putih di gelas yang tadi ku berikan."Nah sekarang kalau kakak sudah tenang baru cerita sama bunda. Kenapa kakak tadi lari-lari kayak ketakutan gitu?" Tanyaku."Itu.." sambil napas yang masih tersengal-sengal."Bunda tahu gudang sekolah kan?""Iya tahu. Kenapa nak?""Tadi Naya

  • Putri Istimewaku   Bab 10

    Saat sedang ngerumpi dengan emak-emak. Naya menghampiriku dengan ekspresi sedih. Saat itu Naya sedang pelajaran olahraga lompat jauh."Huhuhu...bunda." katanya manja dengan ekspresi sedih sambil memelukku.Saat itu aku pikir ada yang menakalinya."Loh anak cantik bunda. Kenapa mewek? Memang sudah selesai pelajaran olahraganya. Kok Naya ke bunda. Ayo balik sana nanti di omelin pak guru. Kan belum waktunya istirahat.""Pak guru jahat bunda. Aku ga boleh ikutan lompat. Huhuhu." Jawabnya sambil menangis."Kenapa ga boleh ikutan lompat. Apa tadi Naya nakal. Jadi dapat hukuman dari Pak Guru." Tanyaku penasaran."Engga..Naya ga nakal. Kata Pak Guru takut kaki Naya sakit kalau ikutan lompat. Tapi Naya mau coba bun huhu." Terangnya sambil tidak berhenti menangis."Hmm.. berarti pak guru sayang sama Naya. Takut kalau nanti Naya ikutan pelajaran itu takutnya nanti kakinya sakit.""Terus nanti kalau Naya ga ikutan lompat. Ga dapat nilai do

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status