Saat sedang asyik berbicara dengan Naya. Aku dikagetkan dengan suara pintu yang dibuka kasar.
"Brakkk..!"
Ya Allah ternyata suamiku yang membuka pintu itu dengan kasarnya. Tanpa mengucapkan salam pula.
"Ya Allah ayah. Kok buka pintu seperti itu aku dan Naya sampai kaget tadi." Tanyaku berusaha selembut mungkin.
"Makanya kalau suami pulang kuping dibuka lebar-lebar jadi dengar kalau aku masuk rumah." Jawabnya ketus.
"Astagfirullah yah. Tadi benar bunda tidak mendengar salam ayah sama sekali. Makanya bunda tidak tahu kalau ayah pulang. Bunda minta maaf." Kataku lembut sambil menunduk.
"Ya sudah besok-besok tidak bunda ulangi lagi."
"Ya sudah. Ga usah banyak bacot. Aku lapar siapin makanan sana!" Bentaknya.
"Iya sebentar ya. Ayah tidak mandi atau ganti baju dulu. Nanti bunda siapkan?"
"Sudah ga usah bawel aku mau makan dulu ga usah ngatur-ngatur. Buruan!! Kamu dengar ga!!" Bentaknya.
Melihat suamiku yang pulang kerja marah-marah tanpa kami tahu kesalahanku apa. Menyebabkan Naya dan Raihan sangat ketakutan. Daritadi anak-anakku itu hanya duduk mematung. Untuk bergerak sedikit pun ketakutan. Dan saat aku sedang menyiapkan makanan ayahnya. Saat ayahnya keluar dan duduk di teras. Naya mengendap-endap menghampiriku.
"Bunda, Ayah agak aneh. Sepertinya yang tadi datang itu bukan ayahku. Ayah tidak sekasar itu bun. Ayah agak aneh. Kenapa ayah sekarang jadi berubah kasar seperti itu ya bun?" Kata Naya berbisik-bisik.
"Entahlah nak. Mungkin hari ini karena ayahmu sedang capek atau ada masalah dikantornya jadi gampang marah. Ya sudah ga usah Naya masukkin ke hati. Nanti juga baikkan lagi." Kataku sambil tersenyum.
"Bun..!! Bundaaa!! Mana makanan aku. Lama banget sih. Ga guna banget kamu jadi istri!!" Panggil suamiku dengan suara keras.
"Udah ya nak. Nanti kita bicara lagi. Naya dengar kan ayah manggil bunda."
"Iya, yah. Sebentar." Jawabku.
Saat aku menghampirinya dengan membawa makanan yang suamiku minta. Entah kenapa aku merasa ada yang sangat aneh.
"Lama banget sih bun. Siapin makanan kayak gitu aja lama banget!" Bentaknya.
"Terus kopiku mana? Gitu aja harus disuruh." Bentaknya lagi.
"I..iya yah. Nanti bunda buatkan. Sebentar ya."
"Lambat banget kamu." Bentaknya sambil mengambil piring yang berisi makanan yang telah aku buatkan.
Setelah itu aku membuatkan kopi yang suamiku inginkan. Dan menaruh di meja dekat tempat duduknya. Setelah makan seperti biasa dia asyik duduk di teras rumah sambil asyik memainkan ponsel genggamnya.
Malam hampir larut anak-anakku sudah terlelap dalam mimpinya. Dan saat aku ingin terlelap, seperti ada yang mengusap-usap bagian pahaku yang ternyata suamiku. Seperti biasa meminta jatah untuk memuaskan nafsu birahinya. Tanpa memandang aku sedang sakitkah atau capekkah dia tidak peduli. Dengan berbisik dia meminta aku bangun dan melayaninya. Tapi, karena kejadian malam itu yang mengakibatkan pundakku sakit. Aku tolak dia secara halus. Aku tahu itu berdosa tapi rasanya aku tidak sanggup melayaninya karena aku merasa sakit. Tapi bukannya dia kasihan atau sekedar mengerti, yang ada dia mendorongku ke tempat tidur dan meninggalkanku begitu saja. Sambil menutup pintu kamar dengan keras. Dan aku hanya bisa beristigfar dan alhamdullilah anakku tidak sampai terbangun mendengar itu.
🌾🌾🌾
Keesokan paginya.
🌾🌾🌾
Aku pikir suamiku sudah tidak mengingat kejadian tadi malam. Tapi, ternyata perkiraanku salah. Dia masih mengingatnya, bahkan uang belanja harian yang biasa dia berikan dan ditaruh di meja tv pun tidak dia berikan hari itu. Sama sekali tidak tersedia sepersen pun uang yang biasa suamiku taruh di meja tv itu. Melihat itu aku menghela napas dan berusaha setenang mungkin menanyakan kepadanya.
"Yah, maaf ayah lupakah memberikan uang belanja bunda hari ini? Hari ini bunda mau ke tukang sayur saat melihat di meja tv. Kok ga ada uangnya yah. Apakah ayah lupa?" Tanyaku lembut.
Mendengar pertanyaanku itu suamiku bukannya luluh. Malah naik pitam.
"Uang saja yang kau pikirkan! Puasa sana ga usah makan sekalian! Kalau kamu mau makan, cari uang sana jangan bisanya minta dan minta!! Bentaknya sambil menyeruput kopinya.
"Ya Allah yah. Kok ayah bicaranya seperti itu. Insya allah kalau bunda kuat tapi anak-anak bagaimana? Mereka makan apa?" Tanyaku.
"Alah..Alasan saja kau pakai nama anak-anak. Bakalan kau saja yang rakus!!" Bentaknya sambil berlalu pergi mengendarai motornya.
Mendengar kata-katanya yang kasar luluh juga airmataku. Melihat aku seperti itu Naya menghampiriku.
" Bunda, bunda kenapa? Kok menangis? Ayah tadi kasar lagi ya sama bunda?" Tanyanya sambil mengelus-elus punggungku.
Naya walaupun masih SD kelas 2. Tapi sikap dan cara berpikirnya lebih dewasa dari anak-anak seumurannya. Mendengar pertanyaannya itu aku mengusap airmataku dan menghela napas.
"Hmm..Engga kok sayang. Naya ada apa hampiri bunda." Tanyaku.
"Itu bunda. Naya sama dede Raihan lapar hehe." Katanya sambil tersenyum manis.
"Oh iya ya nak. Tapi bunda belum masak. Sabar ya nak nanti bunda beli sesuatu buat Naya dan dede Raihan makan." Jawabku.
Mendengar permintaanya tidak terasa aku berlalu ke kamar mandi dan menumpahkan kesedihanku di situ. Walaupun hati sedih dan pedih tapi seorang ibu tetap harus bersandiwara di depan anak-anaknya walaupun itu sulit tetap harus tersenyum di depan mereka.
"Ya Allah. Bagaimana ini? Anak-anakku kelaparan sedangkan aku tidak punya uang sepersen pun." Kataku dalam hati.
Lalu saat aku meraba telingaku. Ya Allah alhamdullilah aku masih punya anting. Mungkin aku bisa menjualnya di pasar dan memberikan anak-anakku makanan. Tapi, bagaimana ke pasar sedangkan aku tidak punya uang sesenpun.
Dengan menahan malu. Walaupun aku segan aku mencoba minta tolong kepada tetanggaku sambil membawa anak-anakku.
"Naya, Raihan ikut bunda yuk sekarang." Ajakku.
"Kemana bunda? Naya kan lapar." Tanyanya sambil memegang perutnya.
"Sabar ya nak. Kata Naya, Naya lapar kan. Ini bunda lagi usaha biar Naya dan dede bisa makan. Sabar ya nak." Kataku sambil mengusap rambutnya.
"Iya bunda." Katanya nurut.
Sambil berjalan pelan ke rumah tetanggaku.
"Assalamualaikum, Mba Rin." Kataku sambil mengetuk pintu.
"Walaikumsalam." Jawab orang di dalam yang ternyata Mba Rini sendiri.
"Eh kamu, Cha. Panas-panasan begini bawa bocah. Ayo masuk." Ajaknya sambil menyuruh kami masuk.
"Ada apa Cha?" Tanyanya.
"Hmm... Maaf Mba Rin. Kalau aku mengganggu siang-siang begini kesini. Ini Mba a...kuu..." Kataku terbata-bata.
"Aku apa Cha? Kamu kenapa ada masalah." Tanyanya khawatir.
"Ini Mba. Boleh tidak aku pinjam uang 5 ribu saja mba? Insya allah nanti sore saya ganti mba." Tanyaku sambil menunduk malu.
"5 ribu?" Tanyanya kaget.
"Buat apa Cha?" Tanyanya lagi.
Tadinya aku tidak mau menceritakan masalahku dengan suami. Tapi mau tidak mau aku menceritakannya yang penting anakku tidak kelaparan.
"Itu mba buat ongkos aku dan anak-anak ke Pasar. Aku mau jual antingku ini." Jawabku sambil menunjukkan sepasang anting.
"Loh, kenapa kamu jual Cha. Sayang kan."
"Iya Mba. Aku lagi butuh buat anak-anakku makan hari ini. Mereka belum makan daritadi pagi." Jawabku pelan.
"Astagfirullah. Belum makan Cha?" Katanya kaget.
"Loh suamimu kemana Cha? Bagaimana sih anak-anak sama istri dibiarin seperti ini. Ya sudah sebentar." Katanya sambil berlalu kedalam.
Dan sekembalinya ke ruang tamu Mba Rini sudah membawakan bakul nasi, sayur+ lauk dan peralatan makannya.
"Ini ambilkan anak-anakmu makan dulu. Kasihan mereka belum makan." Katanya sambil memberikan semua itu kepadaku.
"Tapi, mba. Ini?" Kataku tak enak hati.
"Sudah ga usah sungkan. Kamu dan anak-anakmu perutnya harus terisi. Eh, atau tidak kamu ke pasar dulu. Biarkan anak-anakmu di rumahku dulu sekalian mereka makan di sini. Kasian kalau mereka harus kamu bawa ke pasar panas-panasan." Katanya sambil menyodorkan uang 20 ribuan.
"Tapi, mba nanti merepotkan. Dan ini banyak sekali 20 ribu." Kataku tak enak hati.
"Sudah pegang saja. Itu buat naik ojek pulang pergi. Setauku berangkat dari sini ke pasar kan 10 ribu bisa kamu pakai pulang pergi. Biar cepat sampai pasarnya. Sudah siang ini takut nanti Toko Emasnya keburu tutup. Sudah tenang saja anak-anakmu aman di sini bersamaku." Katanya sambil tersenyum.
Setelah berpamitan kepada Naya dan Raihan anakku. Aku berlalu ke pasar. Sesampainya di pasar betapa kagetnya aku.
🌾🌾🌾
Kenapakah Bundanya Naya kaget.
Ada apakah gerangan?
Tunggu di kisahku berikutnya.🙏🙏
Bersambung
Saat sedang naik ojek menuju ke pasar. Dan sesampainya di sana. Aku dikagetkan karena melihat sesuatu. Yah, dikagetkan oleh suamiku yang saat itu sedang asyik makan bersama teman-temannya di sebuah warung makan. Melihat itu aku hanya membatin dan mengucapkan istigfar."Bisa-bisanya dia di sini makan-makan. Sedangkan anak-anakku kelaparan. Hmm..ga boleh suuzon Cha, mungkin saja dia sedang ditraktir temannya." Batinku.Tapi saat mendengar mendengar celotehan teman-temannya."Ri, kamu ga apa-apa ni traktir kita makan kayak gini. Itu anak istrimu bagaimana?" Tanya salah satu temannya."Alah ga usah bahas mereka. Bodo amat aku di sini mau senang-senang. Jadi please ga usah bicarain anak istri aku. Biarin aja mereka cari makan sendiri. Biar tahu rasa cari duit tuh susah. Jadi ga kerjanya ma aku tuh minta..minta dan minta." Jawab suamiku.Mendengar kata-katanya sakit sekali hatiku. Tak terasa butiran airmata jatuh di pipiku. Inikah suamiku yang sedang ber
Mendengar suara keras itu. Aku langsung berlari ke Teras. "Ya Allah, Naya! Kamu kenapa nak? Kok bisa jatuh." Tanyaku kaget. Sambil mencoba membangunkannya. Aku melihat Naya merintih dan menahan tangisnya. "Kamu kenapa nak?" Tanyaku heran sambil melirik kearah suamiku. "Alah anakmu cengeng. Lihat tuh perbuatan anak yang selalu kau manja. Sampai menumpahkan kopiku!" Kata Suamiku marah. "Ya Allah yah cuma karena menumpahkan kopi. Ayah sampai mendorong Naya seperti ini Yah? Kasihan Naya yah." "Apa kamu bilang hanya menumpahkan kopi?! Ga lihat kamu itu mengenai celanaku!" Bentaknya. "Cuma karena itu kamu berlaku kasar pada anak kita yah. Kamu tahu kan Naya kakinya ga sempurna! Kakinya sakit yah. Tapi malah kamu mendorongnya. Tidak bisakah kamu bicara baik-baik dengan anakmu yah. Celana kena kopi kan bisa diganti nanti tapi hati anakmu yang sudah kau lukai, bisakah kau menggantinya?" Kataku hampir menangis. "Alah manjak
Bukkk...bukkk!!Melihat aku dihujami pukulan dan tendangan, Putriku Naya coba melindungiku. Tapi naasnya mengenai tangan mungil Naya."Aduhhhh...sakiitt Bunda!! Ayah jahat!!" Tangisnya sambil menahan sakit akibat kena tendangan ayahnya."Ya Allah Nayaa!!!" Teriakku."Jahat sekali kamu Yah!! Aku boleh kamu sakiti tapi jangan anak kita!! Apa salah kita sama kamu hingga kamu perlakukan seperti ini!" Kataku sambil menangis."Alah cengeng sekali kalian. Kayak gitu saja nangis. Dan kamu anak kecil ga usah sok ikut campur urusan orang tua. Sana kembali tidur!!" Suruhnya sambil melempar badan Naya ke atas tempat tidur."Sudah cukup Yah. Jangan kamu sakiti lagi Naya! Tidak ada sedikit hatikah kamu buat kami!" Isakku sambil menggendong Naya.Mendengar itu dia hanya melotot dan berhambur pergi dengan mengendarai motornya. Entah mengapa melihatnya pergi. Aku merasa sedikit lega. Paling tidak aku merasa dan anak-anak sudah aman sekarang.
Tapi di saat istirahat sekolah tiba. Aku dipanggil oleh wali kelasnya Naya.Tok..tok..(Suara pintu diketuk)."Assalamualaikum bu guru." Kataku."Walaikumsalam. Eh Bunda Naya ayo silahkan masuk bun." Jawab Bu Guru."Maaf bu guru. Ada apa ya memanggil saya. Apakah ada masalah dengan Naya saat mengikuti pelajaran?" Tanyaku penasaran."Oh engga bun. Ini saya mau menanyakan sesuatu kepada bunda. Tapi, sebelumnya saya minta maaf. Kalau mungkin nanti pertanyaan saya agak sedikit pribadi dan takut menyinggung Bundanya Naya." Kata Bu Guru yang bikin aku tambah penasaran."Sebenarnya pertanyaan tentang apa ya Bu Guru saya jadi agak deg degan ini?" Tanyaku agak khawatir."Hmm..Ini Bunda. Saya ingin menanyakan tentang Naya. Saya lihat ada beberapa lebam di tangan dan wajah Naya bun. Saya melihatnya agak ngilu karena itu pasti sangat sakit sekali. Apalagi untuk anak kecil seumuran Naya. Kalau boleh tahu itu lukanya kenapa bu? Kalau memang Na
Dan keesokan harinya. Aku janjian dengan temanku itu untuk menemui seorang ustad untuk menanyakan perihal tentang rumah tanggaku yang aku rasa aneh. Setelah ku dengar bel sekolah berbunyi aku berpamitan pada putriku Naya."Nak, nanti kalau Naya pulang sekolah belum ada Bunda. Naya tunggu Bunda di kantin saja ya. Jangan langsung pulang sendirian ya. Tunggu Bunda datang jemput Naya." Terangku."Memang Bunda mau kemana sih? Kok tumben biasanya menunggu Naya sampai pulang sekolah." Tanyanya sambil kening mengkerut."Bunda lagi ada urusan Nak sama Tante Nina." Terangku lagi sambil mengusap rambutnya."Urusan apa sih Bunda. Naya kepo hehe.." Tanyanya sambil cengengesan."Anak kecil mau tau aja urusan orang tua. Sudah sana masuk kelas nanti bu guru keburu masuk kelas.""Ya sudah Naya masuk kelas dulu ya Bun. Tapi Bunda sama Tante Nina jangan lama-lama perginya. Takut Naya keburu pulang sekolah." Katanya sambil berlalu masuk ke kelasnya.
Putri IstimewakuBy. Hanafa🌾🌾🌾Kisah ini terinspirasi dari Kisah Nyata Seorang gadis kecil yang memiliki kelebihan melihat makhluk-makhluk tak kasta mata. Nama pelaku dalam cerita ini disamarkan. Beginilah kisahnya.🌾🌾🌾Saatku sedang tidur terasa ada yang keluar dari jalan lahirku. Kaget, panik, campur aduk yang aku lihat rembesan air aku pikir apakah ini air ketuban?Langsung aku membangunkan suamiku dan dia pun panik maklum hari itu sudah tengah malam dan kami tidak punya kendaraan apapun untuk mengantarkanku kebidan atau rumah sakit.Dengan paniknya suamiku mengedor rumah tetanggaku dengan maksud untuk meminjam motornya. Alhamdullilah tetanggaku itu mau meminjamkan motornya. Langsung kami mengendarai motor itu ke bidan tapi sayang bidan itu tidak mau menanganiku dengan alasan resiko. Dan akhirnya merujukku ke sebuah rumah sakit F*t****.Dalam perjalanan, tiba-tiba motor yang kami kendarai berhenti. Ya Tuhan, ter
Aku sempat bingung, panik campur aduk kenapa setiap magrib bayiku menangis tiada henti dan matanya selalu melotot ke atas. Bahkan sampai aku beri susu pun dia tidak mau. Dan dia akan berhenti menangis setelah suara azan subuh berkumandang. Baru itu bayiku bisa tidur dengan nyenyak dan dapat minum susu dengan kenyang.Dan itu berlangsung sampai beberapa hari. Akhirnya suamiku berinisiatif untuk menutup kedua mata bayiku dengan kasa yang diplester. Tega tidak tega saat itu tapi dengan begitu barulah bayiku bisa tidur nyenyak dan meminum susunya. Anehnya setiap malam sudah aku usahakan untuk shalat malam dan tadarus tapi tetap tidak ada perubahan. Bila aku dan suamiku lupa menutup mata bayiku menjelang magrib kejadian itu terulang lagi. Dan anehnya aku sama sekali tidak bisa melihat siapa yang mengganggunya.Akhirnya suamiku mencari-cari info soal orang pintar dan mendatangi orang itu bersama kerabatnya dengan membawa bayiku tanpa sepengetahuanku. Karena hari itu memang
Selama beberapa hari di rumah sakit alhamdullilah bayiku berangsur pulih.Saat sedang memberikannya susu.Ada seorang bapak berkarismatik yang mengunjungi salah satu pasien yang kebetulan satu kamar dengan bayiku. Sesaat dia menoleh dan menghampiriku."Eh ade cantik sakit apa nak?" Tanyanya."Kata dokter dehidrasi hebat pak." Jawabku."Ya Allah, Syafakillah ya nak."Lalu entah dengan pandangan yang sukar aku jelaskan. Dia menatap bayiku seperti tatapan yang sangat aneh. Seperti penuh tanda tanya.Lalu beliau berkata, "Anak kamu ini sangat istimewa jaga dia baik-baik. Suatu hari nanti dia yang menjadi perisai buat kamu dan akan mengangkat derajatmu." Kata orang itu sambil tersenyum."Ya sudah saya permisi dulu." Sambil berpamitan dan mengelus lembut pipi bayiku.Sempat agak aneh aku memikirkan kata-katanya tapi ya sudahlah aku anggap biasa saja.Saat suamiku pulang kerja dan menjenguk kami ke rumah s
Dan keesokan harinya. Aku janjian dengan temanku itu untuk menemui seorang ustad untuk menanyakan perihal tentang rumah tanggaku yang aku rasa aneh. Setelah ku dengar bel sekolah berbunyi aku berpamitan pada putriku Naya."Nak, nanti kalau Naya pulang sekolah belum ada Bunda. Naya tunggu Bunda di kantin saja ya. Jangan langsung pulang sendirian ya. Tunggu Bunda datang jemput Naya." Terangku."Memang Bunda mau kemana sih? Kok tumben biasanya menunggu Naya sampai pulang sekolah." Tanyanya sambil kening mengkerut."Bunda lagi ada urusan Nak sama Tante Nina." Terangku lagi sambil mengusap rambutnya."Urusan apa sih Bunda. Naya kepo hehe.." Tanyanya sambil cengengesan."Anak kecil mau tau aja urusan orang tua. Sudah sana masuk kelas nanti bu guru keburu masuk kelas.""Ya sudah Naya masuk kelas dulu ya Bun. Tapi Bunda sama Tante Nina jangan lama-lama perginya. Takut Naya keburu pulang sekolah." Katanya sambil berlalu masuk ke kelasnya.
Tapi di saat istirahat sekolah tiba. Aku dipanggil oleh wali kelasnya Naya.Tok..tok..(Suara pintu diketuk)."Assalamualaikum bu guru." Kataku."Walaikumsalam. Eh Bunda Naya ayo silahkan masuk bun." Jawab Bu Guru."Maaf bu guru. Ada apa ya memanggil saya. Apakah ada masalah dengan Naya saat mengikuti pelajaran?" Tanyaku penasaran."Oh engga bun. Ini saya mau menanyakan sesuatu kepada bunda. Tapi, sebelumnya saya minta maaf. Kalau mungkin nanti pertanyaan saya agak sedikit pribadi dan takut menyinggung Bundanya Naya." Kata Bu Guru yang bikin aku tambah penasaran."Sebenarnya pertanyaan tentang apa ya Bu Guru saya jadi agak deg degan ini?" Tanyaku agak khawatir."Hmm..Ini Bunda. Saya ingin menanyakan tentang Naya. Saya lihat ada beberapa lebam di tangan dan wajah Naya bun. Saya melihatnya agak ngilu karena itu pasti sangat sakit sekali. Apalagi untuk anak kecil seumuran Naya. Kalau boleh tahu itu lukanya kenapa bu? Kalau memang Na
Bukkk...bukkk!!Melihat aku dihujami pukulan dan tendangan, Putriku Naya coba melindungiku. Tapi naasnya mengenai tangan mungil Naya."Aduhhhh...sakiitt Bunda!! Ayah jahat!!" Tangisnya sambil menahan sakit akibat kena tendangan ayahnya."Ya Allah Nayaa!!!" Teriakku."Jahat sekali kamu Yah!! Aku boleh kamu sakiti tapi jangan anak kita!! Apa salah kita sama kamu hingga kamu perlakukan seperti ini!" Kataku sambil menangis."Alah cengeng sekali kalian. Kayak gitu saja nangis. Dan kamu anak kecil ga usah sok ikut campur urusan orang tua. Sana kembali tidur!!" Suruhnya sambil melempar badan Naya ke atas tempat tidur."Sudah cukup Yah. Jangan kamu sakiti lagi Naya! Tidak ada sedikit hatikah kamu buat kami!" Isakku sambil menggendong Naya.Mendengar itu dia hanya melotot dan berhambur pergi dengan mengendarai motornya. Entah mengapa melihatnya pergi. Aku merasa sedikit lega. Paling tidak aku merasa dan anak-anak sudah aman sekarang.
Mendengar suara keras itu. Aku langsung berlari ke Teras. "Ya Allah, Naya! Kamu kenapa nak? Kok bisa jatuh." Tanyaku kaget. Sambil mencoba membangunkannya. Aku melihat Naya merintih dan menahan tangisnya. "Kamu kenapa nak?" Tanyaku heran sambil melirik kearah suamiku. "Alah anakmu cengeng. Lihat tuh perbuatan anak yang selalu kau manja. Sampai menumpahkan kopiku!" Kata Suamiku marah. "Ya Allah yah cuma karena menumpahkan kopi. Ayah sampai mendorong Naya seperti ini Yah? Kasihan Naya yah." "Apa kamu bilang hanya menumpahkan kopi?! Ga lihat kamu itu mengenai celanaku!" Bentaknya. "Cuma karena itu kamu berlaku kasar pada anak kita yah. Kamu tahu kan Naya kakinya ga sempurna! Kakinya sakit yah. Tapi malah kamu mendorongnya. Tidak bisakah kamu bicara baik-baik dengan anakmu yah. Celana kena kopi kan bisa diganti nanti tapi hati anakmu yang sudah kau lukai, bisakah kau menggantinya?" Kataku hampir menangis. "Alah manjak
Saat sedang naik ojek menuju ke pasar. Dan sesampainya di sana. Aku dikagetkan karena melihat sesuatu. Yah, dikagetkan oleh suamiku yang saat itu sedang asyik makan bersama teman-temannya di sebuah warung makan. Melihat itu aku hanya membatin dan mengucapkan istigfar."Bisa-bisanya dia di sini makan-makan. Sedangkan anak-anakku kelaparan. Hmm..ga boleh suuzon Cha, mungkin saja dia sedang ditraktir temannya." Batinku.Tapi saat mendengar mendengar celotehan teman-temannya."Ri, kamu ga apa-apa ni traktir kita makan kayak gini. Itu anak istrimu bagaimana?" Tanya salah satu temannya."Alah ga usah bahas mereka. Bodo amat aku di sini mau senang-senang. Jadi please ga usah bicarain anak istri aku. Biarin aja mereka cari makan sendiri. Biar tahu rasa cari duit tuh susah. Jadi ga kerjanya ma aku tuh minta..minta dan minta." Jawab suamiku.Mendengar kata-katanya sakit sekali hatiku. Tak terasa butiran airmata jatuh di pipiku. Inikah suamiku yang sedang ber
Saat sedang asyik berbicara dengan Naya. Aku dikagetkan dengan suara pintu yang dibuka kasar. "Brakkk..!" Ya Allah ternyata suamiku yang membuka pintu itu dengan kasarnya. Tanpa mengucapkan salam pula. "Ya Allah ayah. Kok buka pintu seperti itu aku dan Naya sampai kaget tadi." Tanyaku berusaha selembut mungkin. "Makanya kalau suami pulang kuping dibuka lebar-lebar jadi dengar kalau aku masuk rumah." Jawabnya ketus. "Astagfirullah yah. Tadi benar bunda tidak mendengar salam ayah sama sekali. Makanya bunda tidak tahu kalau ayah pulang. Bunda minta maaf." Kataku lembut sambil menunduk. "Ya sudah besok-besok tidak bunda ulangi lagi." "Ya sudah. Ga usah banyak bacot. Aku lapar siapin makanan sana!" Bentaknya. "Iya sebentar ya. Ayah tidak mandi atau ganti baju dulu. Nanti bunda siapkan?" "Sudah ga usah bawel aku mau makan dulu ga usah ngatur-ngatur. Buruan!! Kamu dengar ga!!" Bentaknya. Melihat suamiku y
"Serius bun." Kata temanku yang juga orang tua wali murid teman sekelas Naya setelah mendengar ceritaku."Iya Na. Malah sekarang pundakku terasa berat dan sakit. Seperti sedang mengangkat berkarung-karung beras rasanya. Apa kamu kenal orang yang bisa mengobati non medis Na? Feel aku ini bukan penyakit medis lagi Na." Tanyaku sambil meringis kesakitan."Aduh siapa ya Cha( Panggilanku)? Coba deh nanti aku tanya-tanya ya. Karena aku juga belum pernah berobat dengan kasus non medis kayak begitu." Terangnya."Iya Na. Tolong ya kali saja kamu mengenal seseorang yang bisa mengobati non medis. Atau mungkin kamu punya kenalan yang tahu info orang bisa mengobati non medis. Jujur aku sudah ga tahan sakitnya ini." Kataku."Iya..iya coba aku cari info nanti ya. Semoga saja ada yang tahu. Oh iya Cha, suamimu tahu tidak kejadian malam itu atau dia tahu tidak kamu sedang sakit seperti ini?" Tanya temanku itu."Alah kamu tahu sendiri kan. Kita sehat aja dia ga pedu
Hingga pada suatu saat, saat Naya pulang sekolahAssalamualaikummm. Bundaaaa cepat buka pintunyaaaa!! Bundaaaa....bundaaa cepat buka pintunyaa. Naya takuttt.""Walaikumsalam." Jawabku sambil membuka pintu."Loh. Nak kamu kenapa?! Kok ngos-ngosan gitu. Jangan lari-lari kaki Naya nanti sakit lagi."Sambil menutup pintu."Ituuu bundaa..ituuu." Jawabnya dengan napas yang tersengal-sengal.🌾🌾🌾"Ada apa sih nak? Kok lari-larian gitu. Kaki Naya baru saja sembuh kan?""Itu bunda..itu.""Ya sudah kakak minum dulu. Jangan lupa baca doa. Nanti setelah minum baru cerita sama bunda."Sambil putriku meneguk air putih di gelas yang tadi ku berikan."Nah sekarang kalau kakak sudah tenang baru cerita sama bunda. Kenapa kakak tadi lari-lari kayak ketakutan gitu?" Tanyaku."Itu.." sambil napas yang masih tersengal-sengal."Bunda tahu gudang sekolah kan?""Iya tahu. Kenapa nak?""Tadi Naya
Saat sedang ngerumpi dengan emak-emak. Naya menghampiriku dengan ekspresi sedih. Saat itu Naya sedang pelajaran olahraga lompat jauh."Huhuhu...bunda." katanya manja dengan ekspresi sedih sambil memelukku.Saat itu aku pikir ada yang menakalinya."Loh anak cantik bunda. Kenapa mewek? Memang sudah selesai pelajaran olahraganya. Kok Naya ke bunda. Ayo balik sana nanti di omelin pak guru. Kan belum waktunya istirahat.""Pak guru jahat bunda. Aku ga boleh ikutan lompat. Huhuhu." Jawabnya sambil menangis."Kenapa ga boleh ikutan lompat. Apa tadi Naya nakal. Jadi dapat hukuman dari Pak Guru." Tanyaku penasaran."Engga..Naya ga nakal. Kata Pak Guru takut kaki Naya sakit kalau ikutan lompat. Tapi Naya mau coba bun huhu." Terangnya sambil tidak berhenti menangis."Hmm.. berarti pak guru sayang sama Naya. Takut kalau nanti Naya ikutan pelajaran itu takutnya nanti kakinya sakit.""Terus nanti kalau Naya ga ikutan lompat. Ga dapat nilai do