Hari Pertama Bekerja Pukul sepuluh pagi mereka meninggalkan rumah Dimitri. Dengan mengendarai taksi menuju rumah yang sudah di belinya. Rivera hanya mengantar Bi Minnie dan Alyona, setelah itu ia pergi lagi untuk membeli mobil sebagai kendaraannya agar mempermudah ia bekerja. Rivera membeli serta perabotan rumah tangga, ia juga membayar jasa untuk menata dan membersihkan rumah tersebut, tidak butuh waktu lama semuanya sudah beres sebelum malam tiba.Rivera menghempaskan tubuhnya di atas sofa, cukup melelahkan hari ini. Dia mengambil ponselnya lalu melihat catatan pengeluarannya hari ini. Lumayan banyak. Akhirnya uang pemberian Antonio berguna baginya. "Nona, Tuan Dimitri berpesan agar membawa mobil ke sini." Bi Minnie terlambat mengatakannya, lagi pula belum tentu Rivera mau. Pikirnya. Rivera menatap wanita paruh baya itu dengan intens, "Bi, jujurlah padaku, ada yang disembunyikan Dimitri dariku," kata Rivera.Hal itu membuat Bi Minnie salah tingkah jadinya, "Ti-tidak ada
Bertemu Nyonya Winter Lagi Mobil berwarna hitam metalic itu berhenti tepat di depan rumah Dimitri yang selama ini di tinggali oleh Bi Minnie.Dua wanita beda generasi itu menatap dengan intens rumah yang terlihat kosong itu."Apa mungkin mereka pindah setelah menikah?" Nyonya Winter tampak khawatir. Dia tidak dapat membayangkan hal itu bila memang benar terjadi."Entahlah! Sebaiknya ibu turun duluan," jawab Ruby yang sebenarnya tidak mau di ajak ke sini. Nyonya Winter menginjakkan kakinya lantas berjalan menghampiri pagar yang ternyata terkunci.CkDia tampak kecewa dan kembali masuk ke dalam mobil, "Tidak ada, mau kemana lagi kita cari kakakmu?" Ia mendesah kecewa.Ruby hanya menggedikkan bahunya."Sebaiknya aku antar ibu pulang, aku ada janji dengan temanku," kata Ruby kemudian. "Tidak bisa, kita harus mencari Dimitri," ucap Nyonya Winter cepat. Ck"Mau cari ke mana lagi, Bu? Lagi pula buat apa di cari, toh dia bukan bagian dari keluarga kita lagi." Dengan entengnya Ruby ber
Hampir Meregang Nyawa Malamnya Patricia datang dengan Dimitri dan alangkah terkejutnya ia melihat ada Sarra dan Harry di dalam. "Kakak, kalian datang?" Patricia senyum antara senang, namun juga curiga. Sarra mengangguk.Siang tadi Paula datang ke apartemen mereka untuk meminta maaf. Harry awalnya menolak karena belum mempercayai ketulusan sang ibu yang bisa saja punya rencana baru untuk mencelakai istrinya."Tidak ada salahnya memberikan maaf pada ibu," kata Sarra saat ini mereka ada di dalam kamar."Aku tidak percaya secepat ini ibu berubah, aku yakin ada yang direncanakannya." Harry berasumsi."Kau ini, disaat orang sudah minta maaf dan berubah kenapa masih meragukannya?" Sarra tentu saja protes, dia tidak setuju dengan pemikiran suaminya."Aku yang lebih mengenal ibu." Harry menarik nafasnya sejenak."Ayolah, manusia bisa berubah kapan saja. Di mana Harry yang ku kenal dulu? Pemaaf, baik dan sangat menghormati orang tua." Sarra semakin membujuk suaminya. Sekarang Ha
Aku Pasti Akan Menjaganya Suasana di jalan terbilang cukup sepi, Antonio memaksa Win untuk gantian menyetir mobil. Karena dipaksa akhirnya Win menurut.Antonio menambah kecepatan mobil, mereka terus bercerita dengan semangat dan sesekali tertawa, malam itu Antonio bisa tertawa dengan Win, hal yang sudah lama tidak dilakukannya semenjak berpisah dari Rivera."Bagaimana kalau tambah lagi kecepatannya?" Win meminta Antonio untuk lebih cepat."Apa Kau ingin mati? Ini saja sudah terlalu cepat," tolak Antonio."Tuan, kenapa Kau jadi payah? Bukankah dulu Kau seorang pembalap?" Win terus memancing agar Antonio mau menambah kecepatannya."Aku sudah tidak seperti dulu, Win.""Ah, ayolah Tian, aku ingin merasakan kecepatan mobil ini." Win terlihat bersemangat sampai akhirnya Antonio terpancing dan segera menambah kecepatan mobil itu.Win terlihat tidak takut sama sekali, Antonio meliriknya yang tampak tertawa seolah menikmati.Sampai akhirnya di persimpangan sebuah truk besar dan panjang melinta
Bertemu Chatrine Tommy benar-benar tidak berdaya saat ini, di satu sisi istrinya yang tengah sakit, di sisi lain putranya juga sedang koma belahan negara lain.Hampir setiap hari ia mengbubungi Rivera meminta tolong dan maaf sekaligus. Sampai-sampai ia ingin berbicara dengan suami Rivera untuk meminta izin pada Dimitri.Rivera hanya menghela nafas saat Tommy menyinggung suaminya, mereka tidak tahu kalau dia gagal menikah.Berbicara dengan Dimitri?Bahkan pria itu tidak pernah lagi muncul di hadapannya.Hari ke empat Antonio dirawat, belum juga membuka matanya. Rivera yang harus pulang pun terpaksa menitipkannya pada seorang suster. Dia juga perlu bertemu dengan putrinya."Alyona!" Begitu Rivera muncul bayi itu langsung ingin dipeluk. Mereka sama-sama rindu.Rivera terus menciumi pipinya, empat hari tidak bertemu membuat rindunya setinggi gunung.Ia memanfaatkan waktu sebanyak mungkin dengan Alyona sebelum kembali lagi ke rumah sakit."Bagaimana keadaan Ayah Alyona?" Bi Minnie p
Kau Yakin Tidak Melihatnya? Chat demi chat antara Paula dan Angela terus berlanjut dan semua itu tidak luput dari pengetahuan Sarra. Ia hanya menunggu apa sebenarnya yang tengah direncanakan oleh mereka berdua.Angela juga mengatakan kalau Harry adalah pria yang payah di ranjang. Seperti kata Sarra. Saat itulah Paula mengatakan bahwa dia telah ditipu dan Harry lah suami Sarra yang sebenarnya.Hal itu membuat Angela murka hingga mereka bertemu untuk membahas sesuatu. "Arghh, sial!"Mereka belum menentukan di mana pertemuan itu di adakan sehingga Sarra menjadi uring-uringan.Setiap ponselnya berbunyi secepat kilat dia melihatnya, namun lagi-lagi harus kecewa karena tidak ada pesan dari keduanya.Hal itu tak luput dari perhatian Harry, bukan sehari atau dua hari melainkan sudah lebih dari seminggu.Bahkan di saat kebersamaan mereka, Sarra akan meninggalkannya bila ponsel itu berbunyi.Kekesalan Harry tak dapat di tahan, sampai akhirnya ia menyembunyikan benda pipih itu ke
Nona, Anda Ini Lucu! Sarra memanggil taksi yang lewat, namun tidak berhenti, membuat ia semakin cemas saja.Sampai menunggu lima menit lamanya barulah ia mendapatkan taksi.Sarra segera menyebut alamat perusahaan suaminya. Taksi segera melaju membelah jalanan yang cukup ramai sore itu, terdapat beberapa titik macet hingga membuat taksi terpaksa ikut berhenti.Sarra benar-benar tampak tidak tenang, dalam hati terus merapal doa agar ia tidak terlambat datang menyelamatkan suaminya.Sarra menyerahkan tiga lembar uang tanpa bertanya lebih dulu berapa ongkos taksinya. Tentu saja hal itu membuat sang sopir tertawa girang, ini lebih dua kali lipat dari ongkos yang seharusnya.Sarra segera berlalu memasuki lobby gedung pencakar langit milik Harry, saking ingin cepatnya ia sampai lupa tidak merapikan rambutnya hingga ia, terlihat seperti wanita rumahan yang tidak pandai berdandan. Kedua resepsionis perempuan menatapnya aneh, dari kejauhan mereka telah melihat kedatangannya."Permisi! Sa
Bicara Dengan Rivera Begitu melihat pintu terbuka, Harry yang sedang di gerayangi oleh Angela langsung menendang wanita itu kuat hingga terjungkang ke belakang, secepat kilat Harry menghampiri sang istri dan memeluknya erat.Sembari berpelukan, tatapan tajam tidak pernah Sarra putuskan dari Angela yang terdiam di sana dengan tanpa busana. Wanita itu menyunggingkan senyum liciknya."Aku sudah tidur dengan, Harry," katanya tanpa rasa malu.Sarra mengepalkan tangannya, di dorongnya tubuh Harry agar menjauh darinya, hal itu membuat Angela terseny puas, dia tidak peduli seperti apa tatapan security yang berdiri di pintu serta dua wanita resepsionis tadi.Sesekali security tersebut menelan ludahnya kasar.PlakTanpa di duga Sarra melayangkan tangannya ke pipi Angela yang tidak tahu malu.Ia salah mengira, berpikir kalau Sarra, akan membenci Harry hingga melepaskan pelukan pria itu, tapi ternyata tidak, Sarra justru datang menamparnya."Wanita rendahan menjijikkan! Suamiku tida