Hai-Hai pembacaku yang budiman! Terimakasih karena kalian sudah membaca kisah ini. Im sorry karena updatenya hanya satu bab. Aku doakan kalian selalu sehat dan bahagia, salam sayang dari Azitung.
Bertemu Chatrine Tommy benar-benar tidak berdaya saat ini, di satu sisi istrinya yang tengah sakit, di sisi lain putranya juga sedang koma belahan negara lain.Hampir setiap hari ia mengbubungi Rivera meminta tolong dan maaf sekaligus. Sampai-sampai ia ingin berbicara dengan suami Rivera untuk meminta izin pada Dimitri.Rivera hanya menghela nafas saat Tommy menyinggung suaminya, mereka tidak tahu kalau dia gagal menikah.Berbicara dengan Dimitri?Bahkan pria itu tidak pernah lagi muncul di hadapannya.Hari ke empat Antonio dirawat, belum juga membuka matanya. Rivera yang harus pulang pun terpaksa menitipkannya pada seorang suster. Dia juga perlu bertemu dengan putrinya."Alyona!" Begitu Rivera muncul bayi itu langsung ingin dipeluk. Mereka sama-sama rindu.Rivera terus menciumi pipinya, empat hari tidak bertemu membuat rindunya setinggi gunung.Ia memanfaatkan waktu sebanyak mungkin dengan Alyona sebelum kembali lagi ke rumah sakit."Bagaimana keadaan Ayah Alyona?" Bi Minnie p
Kau Yakin Tidak Melihatnya? Chat demi chat antara Paula dan Angela terus berlanjut dan semua itu tidak luput dari pengetahuan Sarra. Ia hanya menunggu apa sebenarnya yang tengah direncanakan oleh mereka berdua.Angela juga mengatakan kalau Harry adalah pria yang payah di ranjang. Seperti kata Sarra. Saat itulah Paula mengatakan bahwa dia telah ditipu dan Harry lah suami Sarra yang sebenarnya.Hal itu membuat Angela murka hingga mereka bertemu untuk membahas sesuatu. "Arghh, sial!"Mereka belum menentukan di mana pertemuan itu di adakan sehingga Sarra menjadi uring-uringan.Setiap ponselnya berbunyi secepat kilat dia melihatnya, namun lagi-lagi harus kecewa karena tidak ada pesan dari keduanya.Hal itu tak luput dari perhatian Harry, bukan sehari atau dua hari melainkan sudah lebih dari seminggu.Bahkan di saat kebersamaan mereka, Sarra akan meninggalkannya bila ponsel itu berbunyi.Kekesalan Harry tak dapat di tahan, sampai akhirnya ia menyembunyikan benda pipih itu ke
Nona, Anda Ini Lucu! Sarra memanggil taksi yang lewat, namun tidak berhenti, membuat ia semakin cemas saja.Sampai menunggu lima menit lamanya barulah ia mendapatkan taksi.Sarra segera menyebut alamat perusahaan suaminya. Taksi segera melaju membelah jalanan yang cukup ramai sore itu, terdapat beberapa titik macet hingga membuat taksi terpaksa ikut berhenti.Sarra benar-benar tampak tidak tenang, dalam hati terus merapal doa agar ia tidak terlambat datang menyelamatkan suaminya.Sarra menyerahkan tiga lembar uang tanpa bertanya lebih dulu berapa ongkos taksinya. Tentu saja hal itu membuat sang sopir tertawa girang, ini lebih dua kali lipat dari ongkos yang seharusnya.Sarra segera berlalu memasuki lobby gedung pencakar langit milik Harry, saking ingin cepatnya ia sampai lupa tidak merapikan rambutnya hingga ia, terlihat seperti wanita rumahan yang tidak pandai berdandan. Kedua resepsionis perempuan menatapnya aneh, dari kejauhan mereka telah melihat kedatangannya."Permisi! Sa
Bicara Dengan Rivera Begitu melihat pintu terbuka, Harry yang sedang di gerayangi oleh Angela langsung menendang wanita itu kuat hingga terjungkang ke belakang, secepat kilat Harry menghampiri sang istri dan memeluknya erat.Sembari berpelukan, tatapan tajam tidak pernah Sarra putuskan dari Angela yang terdiam di sana dengan tanpa busana. Wanita itu menyunggingkan senyum liciknya."Aku sudah tidur dengan, Harry," katanya tanpa rasa malu.Sarra mengepalkan tangannya, di dorongnya tubuh Harry agar menjauh darinya, hal itu membuat Angela terseny puas, dia tidak peduli seperti apa tatapan security yang berdiri di pintu serta dua wanita resepsionis tadi.Sesekali security tersebut menelan ludahnya kasar.PlakTanpa di duga Sarra melayangkan tangannya ke pipi Angela yang tidak tahu malu.Ia salah mengira, berpikir kalau Sarra, akan membenci Harry hingga melepaskan pelukan pria itu, tapi ternyata tidak, Sarra justru datang menamparnya."Wanita rendahan menjijikkan! Suamiku tida
Apa Bibi Sedang Menyuruhku? Dari cara Dokter Sam menatap Rivera, sopirnya tahu ada sesuatu yang berbeda dari sekedar rasa penasaran.Di balik senyum itu ia menginginkan jadi seorang ayah dan suami. Pasti sangat menyenangkan. Pikirnya."Jangan bilang apa yang sedang kupikirkan ini benar," tegur sang sopir yang sudah sangat akrab denganya. Dokter Sam tertawa, "Mungkin saja," jawab Dokter tampan itu dengan enteng.Mobil pun melaju tanpa menunggu perintah Dokter Sam, "Hei, aku belum menyuruhmu pergi."Aku takut Kau semakin gila berada di sana," jawabnya tanpa menghentikan laju mobil.Ck"Dasar supir sialan! Tidak bisa melihat aku senang," gerutu Dokter Sam.Sopir itu hanya terkekeh dan membawa Dokter Sam pulang ke rumah.^^^^^^Tidak ada yang perlu Harry sesali saat ini selain kepercayaannya pada sang ibu yang tega ingin menjerumuskannya dengan menjebaknya dengan Angela. Dia sangat bersyukur karena Sarra hadir meski sedikit terlambat saat Angela nyaris mendapatkan dirinya."L
Dimitri Bisa Mati Perjalanan mereka cukup lancar dan tidak kaku seperti biasanya, kali ini ada perbincangan meski tidak terlalu akrab."Cukup jauh, kenapa Kau memillih tempat itu?" Patricia merasa mereka sudah berkendara lebih dari satu jam."Pemilik sebelumnya terlilit hutang dan memutuskan untuk menjualnya murah," kata Dimitri seraya fokus ke jalanan."Ternyata selain pengusaha sukses, Kau juga suka bisnis seperti itu." Patricia tahunya Dimitri bukanlah pengusaha kelas kecil."Apa salahnya mencoba dan yang Kau katakan itu tidak benar, aku bukan pengusaha sukses lagi." Dimitri sadar siapa dirinya sekarang, dia bukanlah bagian dari keluarga Nyonya Winter lagi. Dia memang memiliki usaha, meski belum sebesar perusahaan sebelumnya."Lagi?" Patricia jadi teringat ucapan ibunya tadi. Apa benar yang ia katakan? "Ya, seperti yang ibumu bilang tadi, aku tidak berada di perusahaan itu lagi." Dimitri memang sempat mendengar hal itu tadi."Kau terlihat biasa, bukankah selama ini
Panggil Aku Kakak Kini mereka berempat telah duduk berjejer di depan ruangan Patricia. Sarra menceritakan permasalahan yang menimpa Dimitri saat berencana akan menikahi Rivera.Antonio diam menyimak, dia tidak bisa menyalahkan Dimitri lagi. Semua adalah takdir dan ini bermula saat pria itu kehilangan Rivera waktu itu, saat Antonio membawa Rivera kembali ke Minnesota dan ia juga sempat menjebloskan Dimitri ke dalam penjara dengan tuduhan penculikan terhadap Rivera yang saat itu masih berstatus istrinya."Kau tidak perlu khawatir, setelah Patricia melahirkan Kau akan bercerai dari adikku."Sarra menatapnya dan memukul kecil lengan suaminya yang berkata tidak masuk akal. Bagaimana mungkin ia mengatakan hal seperti itu. Memutuskan pernikahan antara Patricia dan Dimitri. Harry balas menatap istrinya, "Yang kukatakan benar, karena kebodohan Patricia, Dimitri jadi meninggalkan tunangannya. Andai aku tahu saat itu, aku tidak akan menculiknya." Harry menyesali keputusannya, tapi ju
Maafkan Aku Rivera! Dimitri yang tersiksa karena rasa bersalah memutuskan untuk pergi lagi meninggalkqn rumah sakit, dia mencari tempat untuk menghilangkan sejenak beban pikiran yang menyiksa. Dimitri kembali menenggak alkohol meski dengan jumlah yang sedikit. Sementara Patricia di rumah sakit tidak bisa tidur. Wanita itu tampak gelisah karena Dimitri belum juga kembali sampai saat ini.Padahal Harry bilang kalau Dimitri sudah pulang sejak tiga jam yang lalu. Tak di pungkiri ia menjadi khawatir terhadap pria itu. Apa lagi mereka sedang menghadapi masalah dengan ibunya Paula. "Nyonya Dimitri, belum tidur?" Suster datang ingin mengganti cairan infus Patricia."Saya belum mengantuk, Sus," jawabnya tanpa bisa menyembunyikan rasa cemasnya.Suster tersebut meninggalkan Patricia setelah selesai melakukan tugasnya.Entah pukul berapa Patricia tertidur tadi malam, yang pastinya pagi ini Dimitri belum juga muncul di ruangannya. Entah kemana pria itu pergi. Patricia merasa tidak se
Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama
Kau Memang Putriku, Lucia! Lerina menyampaikan kedatangan Luisa dan telpon dari Tuan Valdez tadi. Bohong kalau Lucia tidak merasa bersalah, namun ketakutan terhadap Ludwig juga tak bisa dipungkirinya."Mom aku takut," keluhnya. Meski sesungguhnya ia tidak tega mendengar hal yang terjadi pada Nyonya Valdez. Luisa baru saja menghubungi Lerina terkait ibunya yang menggores pergelangan tangannya dengan pisau.Rasa kemanusiaan Lerina yang begitu kuat menggerakkan hatinya agar membujuk menantunya menjenguk wanita yang mengaku sebagai besannya tersebut."Lucia, mommy tahu seperti apa hatimu," kata Lerina menatap Lucia dengan lembut."Bagaimana kalau Tuan Ludwig ada di sana?" Membicarakannya saja Lucia sudah takut."Kami akan menemanimu, Kau bisa putuskan agar mommy menghubungi daddy dan suamimu," usul Lerina. Dia paham ketakutan Lucia dan mereka juga akan berusaha agar selalu ada di sampingnya.Han dan Sean ternyata bertemu dengan Alberto. Pria itu memohon maaf pada Han dan Sean. Di
Menjenguk Neve Selain bersama suaminya, Nyonya Valdez ternyata berulang kali mencoba datang untuk menemui Lucia, namun berakhir di tolak hingga membuatnya jatuh sakit.Ia di rawat di rumah sakit dalam keadaan lemah, tiada hari tanpa memikirkan Lucia.Tuan Carlos yang sudah sempat pulang ke Spanyol kini datang lagi menjenguk sang adik.Ia berjanji akan menemui keluarga Han untuk meminta agar Lucia melakukan tes dna. Sedangkan Valdez sibuk mengurusi Ludwig yang ada di penjara.Mereka masih mempercayai pria itu dan menganggap Lucia hanya sedang mengalami baby blues pasca melahirkan sehingga sembarangan menuduh Ludwig yang ingin membunuhnya. Pria itu dinyatakan bebas sebab kurangnya bukti, cctv di ruangan Lucia saat itu lagi-lagi dalam keadaan mati.Ludwig merasa senang, tanpa mereka tahu dia sudah menyusun rencana baru untuk menyingkirkan Lucia.Sesuai janjinya Tuan Carlos datang bertamu ke rumah yang ditinggali oleh leluarga Han saat ini.Dia di sambut baik dan di persilahkan m
Penolakan Lucia Han dan Lerina tiba lebih dulu di rumah sakit, Sean menceritakan apa yang ia lihat tadi. Tentu saja hal itu membuat mereka geram, kini hanya tinggal menunggu kedatangan Keluarga Valdez untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana ini. Terlihat dua polisi yang dipanggil Sean berdiri di sebelah kiri dan kanan Ludwig. Dalam hati pria itu merutuki kebodohannya yang meninggalkan Lucia di laut tanpa memastikan kematiannya.Beberapa saat kemudian pasangan Valdez pun datang, mereka terkejut melihat keadaan Ludwig yang babak belur, tapi sekaligus senang karena Lucia telah di temukan.Nyonya Valdez mendekat ke ranjang Lucia, namun segera di cegah oleh Sean."Nyonya, sebaiknya anda tidak mendekati istri saya!" kata Sean tanpa ragu.Nyonya Valdez cukup heran, kenapa dia di larang menghampiri Lucia. Kemudian datanglah Tuan Carlos bersama asistennya."Apa yang terjadi, kenapa Ludwig di awasi polisi?" Tuan Carlos cukup heran melihat banyak orang di ruangan wanita yang d