Keputusan DimitriDini hari Rivera telah bangun, dia, langsung mengecek kondisi putrinya apakah masih demam atau tidak.Dia tersenyum lega karena tubuh Alyona sudah kembali seperti semula. Bayi itu ternyata merespon sentuhan tangan sang ibu. Ia menggeliatkan tubuhnya sambil mengerucutkan bibir.Rivera langsung mengabadikan gambar itu di ponselnya, siapa yang tidak gemas melihat tingkah lucu bayi itu.Sempat terpikir ingin mengirim gambar itu pada Antonio."Astaga Nona! Kenapa belum mandi? Sebentar lagi mereka akan datang." Bi Minnie menepuk keningnya. Mereka yang ia maksud adalah orang yang akan mendandani Rivera."Aku menunggu Alyona bangun," katanya sambil kembali menatap putrinya dengan penuh cinta.Hari ini adalah awal kehidupan baru untuk mereka berdua, memiliki pelindung seperti Dimitri adalah suatu keberuntungan bagi mereka."Nona!" Bi Minnie memaksanya, "saya yang akan menjaga nona kecil," katanya kemudian."Baiklah, aku menyayangimu, Bibi!" Masih sempat ia mengungkapkan peras
Tidak Sanggup Berkata Jujur Hari itu juga mereka mengucapkan sumpah pernikahan di saksikan oleh Harry dan Sarra serta satu dokter dan dua orang perawat."Semoga ini menjadi awal yang baik untuk kalian!" ucap Sarra pada keduanya.Tidak ada yang menjawab bahkan mengangguk pun berat. Patricia yang masih terbaring hanya bisa menangis saat ini.Harry beranjak dari sofa, ia memilih keluar tanpa sepatah kata pun. Sekecewa itu dia pada adiknya.Sepeninggalnya tangis Patricia pecah, kakak yang selama ini baik padanya, menyayanginya dengan tulus ternyata bisa sebenci ini kepadanya.Ini memang salahnya.Sarra sungguh tidak tahu harus berkata apa lagi. Membujuk suaminya saat ini sepertinya bukanlah hal yang tepat."Dimitri, sepertinya aku harus pergi. Tolong jaga Patricia!" Se kalimat pesan ia sampaikan sebelum meninggalkan rumah sakit, untuk menyusul suaminya.Tinggallah Dimitri dan Patricia di ruangan itu, tetiba suasana menjadi canggung. Patricia masih setia dengan tangisnya sedangka
Memutuskan Untuk Bekerja Tidak jauh dari rumah yang di tempati Rivera, Bi Minnie meminta Dimitri untuk berhenti. Bukan tanpa alasan melaikan ia yakin ada yang ditutupi oleh Dimitri dari Rivera.Tentang Patricia yang akhirnya mengatakan kalau Dimitrilah ayah dari janin yang di kandungnya hingga kakaknya marah dan menculik dirinya.Sampai ia harus menikahi Patricia secepatnya, semua Dimitri katakan pada Bi Minnie.Dengan perasaan bersalah terhadap Rivera, namun dia tidak sanggup untuk menceritakan apa yang telah terjadi dengannya saat itu hingga pernikahannya batal.Bi Minnie tercekat untuk beberapa saat, tidak membela atau pun menyalahkan siapa, takdir seolah mempermainkan perasaannya. Yang pasti ia sangat iba pada Rivera pada Dimitri juga yang selalu dihantui perasaan bersalah."Jangan katakan apapun padanya, Bi!" ucap Dimitri seraya menatap mata wanita paruh baya yang telah basah oleh air mata."Bibi tidak janji," balasnya."Wanita itu tidak jujur dari awal, dia juga tidak men
Hari Pertama Bekerja Pukul sepuluh pagi mereka meninggalkan rumah Dimitri. Dengan mengendarai taksi menuju rumah yang sudah di belinya. Rivera hanya mengantar Bi Minnie dan Alyona, setelah itu ia pergi lagi untuk membeli mobil sebagai kendaraannya agar mempermudah ia bekerja. Rivera membeli serta perabotan rumah tangga, ia juga membayar jasa untuk menata dan membersihkan rumah tersebut, tidak butuh waktu lama semuanya sudah beres sebelum malam tiba.Rivera menghempaskan tubuhnya di atas sofa, cukup melelahkan hari ini. Dia mengambil ponselnya lalu melihat catatan pengeluarannya hari ini. Lumayan banyak. Akhirnya uang pemberian Antonio berguna baginya. "Nona, Tuan Dimitri berpesan agar membawa mobil ke sini." Bi Minnie terlambat mengatakannya, lagi pula belum tentu Rivera mau. Pikirnya. Rivera menatap wanita paruh baya itu dengan intens, "Bi, jujurlah padaku, ada yang disembunyikan Dimitri dariku," kata Rivera.Hal itu membuat Bi Minnie salah tingkah jadinya, "Ti-tidak ada
Bertemu Nyonya Winter Lagi Mobil berwarna hitam metalic itu berhenti tepat di depan rumah Dimitri yang selama ini di tinggali oleh Bi Minnie.Dua wanita beda generasi itu menatap dengan intens rumah yang terlihat kosong itu."Apa mungkin mereka pindah setelah menikah?" Nyonya Winter tampak khawatir. Dia tidak dapat membayangkan hal itu bila memang benar terjadi."Entahlah! Sebaiknya ibu turun duluan," jawab Ruby yang sebenarnya tidak mau di ajak ke sini. Nyonya Winter menginjakkan kakinya lantas berjalan menghampiri pagar yang ternyata terkunci.CkDia tampak kecewa dan kembali masuk ke dalam mobil, "Tidak ada, mau kemana lagi kita cari kakakmu?" Ia mendesah kecewa.Ruby hanya menggedikkan bahunya."Sebaiknya aku antar ibu pulang, aku ada janji dengan temanku," kata Ruby kemudian. "Tidak bisa, kita harus mencari Dimitri," ucap Nyonya Winter cepat. Ck"Mau cari ke mana lagi, Bu? Lagi pula buat apa di cari, toh dia bukan bagian dari keluarga kita lagi." Dengan entengnya Ruby ber
Hampir Meregang Nyawa Malamnya Patricia datang dengan Dimitri dan alangkah terkejutnya ia melihat ada Sarra dan Harry di dalam. "Kakak, kalian datang?" Patricia senyum antara senang, namun juga curiga. Sarra mengangguk.Siang tadi Paula datang ke apartemen mereka untuk meminta maaf. Harry awalnya menolak karena belum mempercayai ketulusan sang ibu yang bisa saja punya rencana baru untuk mencelakai istrinya."Tidak ada salahnya memberikan maaf pada ibu," kata Sarra saat ini mereka ada di dalam kamar."Aku tidak percaya secepat ini ibu berubah, aku yakin ada yang direncanakannya." Harry berasumsi."Kau ini, disaat orang sudah minta maaf dan berubah kenapa masih meragukannya?" Sarra tentu saja protes, dia tidak setuju dengan pemikiran suaminya."Aku yang lebih mengenal ibu." Harry menarik nafasnya sejenak."Ayolah, manusia bisa berubah kapan saja. Di mana Harry yang ku kenal dulu? Pemaaf, baik dan sangat menghormati orang tua." Sarra semakin membujuk suaminya. Sekarang Ha
Aku Pasti Akan Menjaganya Suasana di jalan terbilang cukup sepi, Antonio memaksa Win untuk gantian menyetir mobil. Karena dipaksa akhirnya Win menurut.Antonio menambah kecepatan mobil, mereka terus bercerita dengan semangat dan sesekali tertawa, malam itu Antonio bisa tertawa dengan Win, hal yang sudah lama tidak dilakukannya semenjak berpisah dari Rivera."Bagaimana kalau tambah lagi kecepatannya?" Win meminta Antonio untuk lebih cepat."Apa Kau ingin mati? Ini saja sudah terlalu cepat," tolak Antonio."Tuan, kenapa Kau jadi payah? Bukankah dulu Kau seorang pembalap?" Win terus memancing agar Antonio mau menambah kecepatannya."Aku sudah tidak seperti dulu, Win.""Ah, ayolah Tian, aku ingin merasakan kecepatan mobil ini." Win terlihat bersemangat sampai akhirnya Antonio terpancing dan segera menambah kecepatan mobil itu.Win terlihat tidak takut sama sekali, Antonio meliriknya yang tampak tertawa seolah menikmati.Sampai akhirnya di persimpangan sebuah truk besar dan panjang melinta
Bertemu Chatrine Tommy benar-benar tidak berdaya saat ini, di satu sisi istrinya yang tengah sakit, di sisi lain putranya juga sedang koma belahan negara lain.Hampir setiap hari ia mengbubungi Rivera meminta tolong dan maaf sekaligus. Sampai-sampai ia ingin berbicara dengan suami Rivera untuk meminta izin pada Dimitri.Rivera hanya menghela nafas saat Tommy menyinggung suaminya, mereka tidak tahu kalau dia gagal menikah.Berbicara dengan Dimitri?Bahkan pria itu tidak pernah lagi muncul di hadapannya.Hari ke empat Antonio dirawat, belum juga membuka matanya. Rivera yang harus pulang pun terpaksa menitipkannya pada seorang suster. Dia juga perlu bertemu dengan putrinya."Alyona!" Begitu Rivera muncul bayi itu langsung ingin dipeluk. Mereka sama-sama rindu.Rivera terus menciumi pipinya, empat hari tidak bertemu membuat rindunya setinggi gunung.Ia memanfaatkan waktu sebanyak mungkin dengan Alyona sebelum kembali lagi ke rumah sakit."Bagaimana keadaan Ayah Alyona?" Bi Minnie p