Kenyataan Yang Di Sembunyikan Rivera Begitu sampai di rumah, Antonio langsung turun dan masuk ke dalam, tanpa menunggu Rivera yang sedikit kesulitan untuk turun.Jangankan membantu untuk turun, melirik Rivera pun ia tidak sudi. HufffttIa menahan napas setelah berhasil turun melangkah perlahan ke dalam, pelan-pelan menaiki anak tangga, sampai di kamar ia melihat Antonio sudah berbaring di atas tempat tidur. Rivera mengambil baju tidurnya dan mengganti baju yang terasa kurang nyaman di pakainya. Ia mencuci kaki dan menggosok gigi sebelum tidur.Rivera menyandarkan bobotnya di headboard ranjang karena belum mengantuk. Ia mengambil novel yang ada di nakas. Rivera kembali turun dan pindah ke sofa membaca novel yang belum selesai. Antonio berbalik gelisah, sedari tadi ia hanya memejamkan mata tanpa tidur. Ia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, ia memutuskan untuk bangkit, mengambil jaketnya lalu menyambar kunci mobil di atas nakas. Rivera menghentikan bacaannya,
Penyesalan AntonioTak ada yang bisa di lakukan oleh Antonio selain menyesali sikap buruknya selama ini terhadap Rivera.Ia dengan setia menungguinya hingga tersadar dari tidur lelapnya. Ia menatap nanar wajah Rivera yang masih terpejam. Antonio meraih tangan itu lalu mengecupnya.Rivera mengerjapkan matanya pelan, menyesuaikan cahaya putih yang cukup menyilaukan mata. Setelah matanya terbuka, ia mencoba mengingat semua, ia cukup sadar sedang terbaring di brankar rumah sakit saat ini. Rivera sudah menduga hal ini akan terjadi cepat atau lambat."Kau sudah bangun?" Rivera sungguh tidak salah dengar? Ia menoleh kesamping, terlihat Antonio sedang menatapnya sambil tersenyum.Dengan cepat Rivera menarik tangannya, "Sedang apa Kau disini?"Antonio tidak terkejut, dia sudah menduga pertanyaan itu, "Tentu saja menjaga istriku," jawabnya enteng.HahRivera terperangah. Mungkin Antonio salah memakan sesuatu hingga otaknya bergeser ke kanan."Kata dokter Kau harus makan sebelum meminum obat.
Bertemu LerinaPasangan suami istri yang sedang berada di negeri singa itu, begitu senang mendengar laporan dari pelayan yang baru saja mengatakan tentang hubungan Rivera dan Antonio yang terlihat bahagia."Tuan muda selalu menghabiskan waktu di rumah, jarang sekali ke kantor, Nyonya," lapor pelayan itu di telepon. "Benarkah?" Esme rasanya masih tidak percaya, secepat ini Antonio luluh? "Tapi ada yang aneh dengan Tuan, Nyonya," tambahnya lagi."Apa yang aneh?" Esme mengerutkan keningnya."Tentang makanan Nyonya muda, Tuan yang mengatur menu makanan Nyonya Rivera," lapor pelayan itu lagi."Aaahh, memang aneh, tapi menurutku itu bagus. Baiklah, terus laporkan padaku apa yang terjadi disana, okey?""Baik, Nyonya," jawab pelayan itu.Nyonya Esme menutup panggilan dan meletakkan benda berbentuk pipih persegi itu di atas meja."Apa Kau akan kembali kesana?" Tommy tiba-tiba memeluknya dari belakang. Entah sejak kapan suaminya berada di sana. Esme tersenyum dan menyentuh tangan yang meling
Akulah Istrinya! Rivera melepas seatbelt dari tubuhnya setelah mobil range rover milik Dimitri tiba di depan gerbang pagar rumah Antonio."Terimakasih Tuan Dimitri atas kebaikan hati Anda." Rivera mengucapkan terimakasih seraya tersenyum dan sedikit menundukkan kepalanya. Dimitri dapat melihat dengan jelas bahwa Rivera masih terlihat pucat dan tidak sehat meski suasana mobil tidak terlalu terang.Dimitri mengangguk. Rivera membuka pintu mobil dan keluar dari dalam, dia berdiri untuk melihat Dimitri pergi, tapi pria itu malah membuka kaca mobilnya."Jaga kesehatan!" ucapnya sebelum berlalu. Rivera mengangguk lalu melambaikan tangan sampai mobil itu berlalu."Nyonya muda!" Security datang menghampiri Rivera, ia mengambil alih barang belanjaan dari tangan Rivera.Antonio berjalan menuruni tangga, dia berada di atas tadi saat Rivera turun dari mobil, hanya dia tak melihat siapa yang mengantar istrinya tersebut dan Antonio tidak peduli. "Kau dari mana saja? Kenapa tak menghubungiku.
Perhatian DimitriDimitri cukup terkejut mendengar cerita dari Rivera tentang kehidupan mereka dengan Antonio yang mencintai istri dari sepupunya sendiri.Rivera yang terbawa perasaan mengusap air matanya perlahan, "Harusnya aku tidak bercerita dengan orang asing, maaf!" ucapnya sedikit serak.Dimitri menghela napas dalam, "Pasti sangat sulit untukmu saat ini." Ia cukup cepat memahami inti dari kisah Rivera tersebut.Rivera tidak menyangkalnya, "Semua sudah terjadi, aku bersedia menikah dengannya karena anak yang kukandung ini, setidaknya setelah aku pergi keluarga Antonio menerimanya." Rivera mengusap perutnya yang sudah berusia delapan bulan.Dimitri begitu kasihan."Apa alasanmu tidak mau menjalani pengobatan? Sebagai seorang dokter tentu Kau lebih tahu, kecuali Kau sudah putus asa karena Antonio."Rivera sontak mengangkat kepalanya, Dimitri tahu perasaannya."Aku tidak ingin mengambil resiko, anakku harus lahir sempurna, untuk itulah aku tidak menjalanai pengobatan, hanya mengk
Kepolosan Han Zoku Han menangkap tubuh Lerina sedikit berlari dari arah kamar yang biasa mereka tempati ketika dirumah ibunya. "Hei, kenapa? Apa ada yang mengejarmu?"Lerina belum menjawab justru ia menoleh kebelakang, memastikan Antonio tidak mengikutinya."Tidak ada," jawab Lerina singkat."Lalu kenapa terburu-buru?""Itu, Rain, ya Rain. Aku belum menyusuinya." Lerina mencari alasan, dia tidak ingin berkata jujur. Khawatir Han akan marah dan keluarga yang baru berkumpul ini kembali terpecah.Mereka telah kembali berkumpul di ruang keluarga, Rain dan Sean sangat ceria di kelilingi orang-orang dewasa yang menyukai mereka.Antonio duduk di samping Rivera, "Jangan katakan tentang apa yang Kau lihat tadi!" ucap Antonio nyaris berbisik."Tenang saja, aku tidak tertarik mengatakannya," balas Rivera."Baguslah!" Antonio pura-pura membetulkan jasnya saat sang kakek melihat ke arahnya."Aku ingin pulang, tubuhku ingin segera di istirahatkan," ucap Rivera.Antonio pun menyetujuinya, mere
Dimitri Akan Kembali Ke Rusia Entah sampai pukul berapa keduanya bergelut menghabiskan malam di lantai atas ruangan fitnes Han. Yang pastinya mereka masih terlelap sampai pukul tujuh pagi.Lerina akhirnya terbangun dan mengerjapkan matanya."Astaga!"Ia terkejut melihat hari yang telah terang, sedangkan mereka berada di lantai atas sekarang.Han yang mendengar pekikan istrinya pun terbangun, "Kenapa wajahmu terlihat panik?" Ekspresi Lerina tidak biasa bagi Han."Kau lupa kita berada dimana?" Lerina mendelik. "Di lantai atas," jawab Han santai."Itu artinya kita tidak akan bisa keluar dari sini, Han. Pelayan pasti sudah berkeliaran di rumah dan aku, tidak mungkin turun dengan memakai pakaian seperti ini." Lerina memindai penampilannya sendiri. Lingerie seksi hanya dengan luaran seadanya, sangat tidak pantas untuk dilihat."Terimakasih, Sayang!" ucap Han yang benar-benar tidak nyambung dengan apa yang di katakan oleh istrinya."Bagaimana ini? Anak-anak pasti sudah bangun," gerutu
Bagaimana Kalau Kita Coba Disini? Kedua manusia yang baru saling mengenal itu sedang berada di pusat perbelanjaan. Dimitri mengajak Rivera, membeli barang sebagai hadiah untuk kelahiran bayi Rivera nanti."Ini terlalu banyak, aku hanya butuh sedikit tambahan." Rivera menatap tak percaya pada troli yang telah berisi penuh dengan perlengkapan bayi.Dimitri sangat antusias memilih perlengkapan tersebut, sudah seperti dirinya yang sedang menunggu kelahiran bayi. Pria itu tidak peduli, dia memilih apa yang cocok menurutnya, karena Rivera, mengatakan anaknya seorang putri, Dimitri banyak membeli gaun kecil yang lucu-lucu."Seperti sudah berpengalaman," kata Rivera sambil mengikuti Dimitri dari belakang. "Insting calon seorang ayah," ucap Dimitri sambil tersenyum."Ayah?" Rivera terdiam. Seandainya Antonio yang mengatakan hal itu, tentu ia akan sangat bahagia.Senyum miris terlihat dibibirnya. Kenapa harus mengingat pria itu lagi. Yang sudah jelas tidak akan pernah peduli padanya."Aku