Bab 2
Daddy, Aku Hanya Ingin Mommy!'Tuan muda!'Berarti dia adalah putra dari presiden direktur Han Zoku?Semua menoleh pada Bella, dia sudah dengan berani memarahi anak presdir bahkan ingin menamparnya."Ayo, kembali! Daddy mencarimu!" Paman Peng mendekat dan meraih tangan Tuan Muda Sean."No! Aku ingin bersama bibi ini. Daddy mengabaikanku!" Dia menolak dengan tegas, tangannya tetap memegang kaki Lerina.Lerina jadi sedikit tidak nyaman. "Mereka sedang bekerja, jangan di ganggu ya!" ucap Paman Peng Lagi."No, Bibi ini jahat, dia menyakiti bibi cantik ini, aku tidak akan membiarkannya," katanya dengan tegas sambil melirik Bella marah.Astaga, anak kecil ini. Gumam semua orang.Bella sudah sedikit pias, kalau Peng menyebutnya Tuan muda berarti dia adalah putra peresiden Zoku Holding.Lerina merasa lucu, bagaimana mungkin pria kecil ini ingin menjaganya, bahkan dirinyalah tadi yang menjaganya dari tangan kasar Bella.Peng menyipit. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya. Dia yakin ada sesuatu di sini.Bella menatap semua orang berharap tidak ada yang mengatakannya."Bibi jahat ini ingin menamparku Kakek Peng!" Kakek, begitulah Sean memanggilnya.Astaga! Matilah aku! Batin Bella.Peng maju selangkah ke arah Bella. "Benar itu Nona Bella!" Wajah Peng telah berubah dingin."Mmm, i-itu, aku tidak sengaja Tuan Peng. Aa-aku kira dia tadi anak karyawan disini!" Demi apa Bella begitu gugup."Kalau dia anak karyawan disini, apa pantas Kau menamparnya?" Peng makin tajam menatap Bella."Ma-maafkan aku Tuan Peng!" Bella menunduk berkali-kali.Semua menatapnya puas, biasanya Bella selalu angkuh dan merasa dialah karyawan yang paling bagus kerjanya di sini sehingga suka menindas yang lain.Ponsel di saku Asisten Peng berbunyi dia langsung mengambil dan mengangkatnya."Baiklah! Saya segera naik!"Dia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku lalu menghampiri Sean. "Tuan muda, Daddy menyuruh kita ke atas sekarang!" kata Peng lembut pada Sean. Meski dia tau ini akan sulit. Karena Sean kalau sudah merajuk dengan Han maka akan menghindari Daddynya itu.Sean makin mengeratkan pegangannya di kaki Lerina. "No, Daddy sibuk, aku pasti di cueki olehnya. Daddy lebih suka menatap laptopnya dari pada wajah tampanku!" Bibir itu mengerucut.Lerina jadi gemes mendengarnya. Dia melepas tautan tangan Sean lalu mensejajarkan tubuhnya dengan pria kecil tampan itu."Sayang, pergilah ikut dengan Tuan Peng! Tidak baik membuat Daddy menunggu!" Dia berkata lembut sekali.Lerina sungguh tidak tahan melihat ketampanan itu, pipi putih kemerahan serta mata bulat dengan bulu lentik juga bibir yang merah alami, oh, dia tidak tahan ingin menciumnya."Baiklah, tapi boleh aku tau nama Bibi?" Dia bertanya manis sekali.Bella yang menatap itu sangat tidak suka, Lerina di anggap sedang cari perhatian anak presiden direktur."Tentu saja, nama Bibi Lerina!" kata Lerina sambil tersenyum."Baiklah, Bibi Lerin, lain kali aku akan mengunjungimu kesini!"CupLerina tidak percaya, anak itu mengecup pipinya dan berlalu dengan Tuan Peng. Lerina memegang pipinya sambil berdiri."Heh, jangan senang dulu, Kau selamat kali ini, tapi tidak lain kali!" Bella berlalu dia sangat tidak menyukai Lerina.Lerina tidak menanggapi, dia lebih baik pergi menuju meja kerjanya dan melanjutkan pekerjaannya.Begitu masuk ruangan daddynya, Sean langsung naik ke atas sofa, dia tidak bicara dengan daddynya.Han mendengkus kesal melihatnya, namun dia lebih baik mendiamkannya, ada yang lebih penting saat ini."Paman Peng!" Begitulah ia memanggil pria itu."Ya, Han!""Sekretaris itu mengundurkan diri. Hrd baru memberitahuku hal ini. Tolong cari ganti secepatnya. Aku tidak bisa kalau tidak ada yang membantuku disini." Kalimat itu adalah perintah.Memang Josephine sudah dua hari tidak masuk karena cuti, baru tadi surat pengunduran dirinya datang."Baiklah, akan aku cari segera!" kata Paman Peng. Meskipun dia tahu ini akan sulit, tidak semudah itu mencari seorang sekretaris.Dia segera keluar sambil memikirkan bagaimana caranya mendapatkan sekretaris dalam waktu dekat."Kau marah pada Daddy?" Dia bertanya pada putranya. Han kini duduk di sisi bocah yang bersedekap sambil mengerucutkan bibirnya itu."Daddy aku hanya ingin mommy!"Ah, Mommy lagi. Ini sudah yang kesekian kalinya Sean mengucapkan itu, setiap ada masalah dengan Han. Dia selalu meminta mommy. Bagaimana mungkin ada mommy? Menikah saja tidak pernah terlintas di pikiran presiden Zoku itu."Aku akan mengabulkan semua permintaanmu, tapi tidak dengan mommy, paham!" Han memberi pilihan. Mungkin saja anaknya itu akan luluh.Han bisa mengabulkan keinginan anaknya itu, tapi kalau untuk mommy dia tidak akan sanggup."Kalau begitu aku tidak minta apapun!" Dia memalingkan wajahnya.Han mengusap wajahnya kasar. "Kau tahu, ada keluaran robot transformer terbaru, daddy akan mengajakmu membelinya bagaimana?" ucap Han. Dia berharap anaknya itu akan luluh."Benarkah daddy?"Berhasil! Mata itu langsung berbinar."Tentu saja, kita pergi sekarang!" Han berdiri bersiap akan pergi.Mata bulat Sean bersinar, dan senyumnya mengembang, membuat siapapun yang melihatnya pasti akan gemes dan tidak bosan menatapnya.^^^^^^Peng tidak mendapatkan siapapun yang pantas saat ini untuk jadi sekretaris Presiden Zoku. Dia kemudian teringat dengan Nona Smith, dan merasa mungkin wanita itu pantas. Dia segera mendatanginya."Nona Smith, bisa kita bicara sebentar!""Tentu saja, Tuan Peng. Apa ada yang bisa kubantu?" Lerina memang sangat sopan, sehingga yang baru mengenalnya saja, bisa menilai kalau dia adalah gadis yang baik."Nona Smith, sekretaris presdir sudah mengundurkan diri saat ini dan butuh pengganti segera, jadi aku rasa Kau pantas untuk jabatan itu." Tuan Peng memberitahu maksudnya.Lerina terperangah. "A-aku, i-itu rasanya sangat tidak mungkin Tuan Peng, aku takut tidak bisa menjalankan tugas itu." Dia menolak dengan halus.Bukan Peng namanya kalau belum tahu tentang kehidupan Lerina. "Aku tahu Kau butuh uang yang banyak untuk membangun rumah kucing, bukan? Presiden akan menggajimu tiga kali lipat dari ini!"Lerina terdiam sesaat, dia memikirkan tiga kali lipat, saat ini gajinya seribu dolar, kali tiga, pasti tidak butuh waktu lama untuk membangun tempat tinggal kucing-kucing jalanan dan dia bisa memberikan mereka makanan yang baik tentunya."Kau setuju?""Baiklah, Tuan Peng, aku bersedia!" jawabnya cepat. Dia harus bisa beradaptasi dengan pekerjaannya yang baru. Lerina butuh uang sekarang."Besok pagi, langsung datang ke ruangan direktur!""Baik Tuan Peng!" Lerina berdiri kemudian membungkuk sopan.Tuan Peng pun kembali ke atas. Satu masalah terselesaikan. Pikirnya. Dia tinggal mencari pengganti Lerina saja sebagai staff di divisi keuangan dan itu tidak terlalu sulit.Lerina akan memulai harinya dengan menjadi sekretaris, tentunya dia harus bergerak lincah. Karena pekerjaannya bukan hanya di balik meja saja, tapi harus siap melaporkan jadwal kegiatan bosnya. Dia juga harus siap bila sewaktu-waktu harus keluar untuk kunjungan kerja."Lerina memakai rok yang cukup sopan, sedikit di bawah lutut dan kemeja lengan panjang yang tidak pas di tubuhnya. Meski begitu dia tetap terlihat memukau, bodynya yang sintal tetap terlihat di balik bajunya yang masih terbilang sopan."Selamat pagi Tuan!" Lerina membungkuk saat Han akan memasuki ruangannya.Pria itu hanya menoleh sebentar tanpa menjawab salam dari sekretaris barunya. Lerina memang duduk di luar ruangan presiden direktur.Dia tidak terlalu ambil pusing, bukankah orang kaya memang begitu. Pikirnya.Tuan Peng mengacungkan jempolnya pada Lerina, gadis itu tersenyum dan kembali duduk. Peng mengikuti Han kedalam."Apa Kota Minnesota ini kehabisan orang untuk bekerja?" Han duduk di singgasananya.Tuan Peng tahu pertanyaan itu. "Sangat tidak mudah mencari sekretaris yang sesuai dengan kriteriamu, Han, kurasa dia bisa di andalkan, dan dia bukan seperti wanita penggoda tentunya." Tuan Peng menjelaskan.Han menarik napas pelan. "Semoga saja!" katanya singkat. "Paman Peng, apa jadwalku hari ini?" lanjutnya.Sesuai intruksi Paman Peng tadi. Setelah bos masuk lima menit maka Lerina akan menyusul dan membacakan jadwal presiden direktur."Maaf Tuan, saya akan membacakan jadwal Tuan hari ini!" ucap Lerina. Dia sudah siap dengan tablet di tangannya."Aku tidak suka basa-basi, katakan cepat!" Suaranya terdengar dingin.Lerina seketika menjadi tegang, padahal dia sudah mati-matian agar tidak grogi tadi.HufffhDia menghembuskan napas, "Jam sepuluh ada undangan dari Laksa Group di restaurant cherrybell, di lanjut dengan makan siang. Pukul dua memantau proyek lapangan, hal itu bisa di wakilkan. Selanjutnya kosong." Lerina sedikit menunduk setelah selesai."Baiklah, Kau boleh pergi!" Han mengusir dengan tangan tanpa menoleh pada Lerina."Haruskah aku menghadiri undangan dari Laksa?" Han bertanya."Tentu saja, bukankah Anda ingin menjalin kerja sama demi satu tujuan?" Tuan Peng mengingatkannya.Han memainkan pulpen di tangannya, "Tapi, aku sangat tidak menyukai Cathrine putrinya," jawabnya dingin."Mmm, soal itu, Kau sebaiknya mengatakan secara terang-terangan!" Tuan Peng memberi solusi."Aku sudah mengatakannya, tapi si Tua Laksa itu memang sengaja ingin mendekatkan putrinya padaku. Kalau saja bukan karena satu hal, aku bahkan tidak tertarik dengan kerja samanya."Tuan Peng tidak menjawab dia hanya menggedikkan bahunya.Tuan Peng keluar dari ruangan presdir. Dia menghampiri meja Lerina, "Nona Smith, Kau akan menemani presdir ke undangan Laksa Group!""A-aku?" Dia menunjuk dirinya sendiri."Ya!""Tapi, aku belum pernah bekerja di luar seperti itu Tuan Peng," jawab Lerina polos."Mulai sekarang Kau harus terbiasa, paham!" titah pria nomor dua di perusahaan Zoku."Ba-baiklah!" Lerina tentu tak bisa menolak selain patuh meski tidak ada rasa percaya diri.HuffftBab 3Bibi Maukah Kau Memandikanku? Pukul sepuluh presiden Zoku keluar dari ruangannya. Sesaat Lerina terlena, bosnya ini auranya begitu mendominasi, dia nyaris sempurna sebagai seorang pria, rasanya mustahil tidak ada wanita yang tertarik padanya.Lerina tahu, Tuan muda generasi ketiga Zoku ini sudah berusia tiga puluhan tahun sekarang."Sampai kapan Kau akan mematung disitu?"Suara Han mengagetkannya, bisa-bisanya dia memikirkan orang yang sedang berada di dekatnya dan entah sudah berapa lama pria itu menatapnya."Ah, maaf Tuan!" Lerina tak dapat menyembunyikan kegugupannya.Mereka berada di lift yang sama, saat turun ke bawah, banyak yang menatap heran, bagi yang sudah mengenali Lerina mereka berpikir bahwa dia sedang libur ternyata dia bersama CEO mereka.Bella yang kebetulan baru keluar dari ruangannya juga menatap tidak suka pada Lerina. Dia sudah lama mendambakan di dekat presdir namun dia tidak dipilih menjadi sekretaris, meskipun jabatannya sebagai kepala divisi keuangan juga
Bab 4"Bibi! Kau tidak menanyakan namaku?" Sean memainkan kancing baju Lerina.Kini mereka berada di kamar untuk memakaikan baju pada Sean setelah hampir setengah jam memandikannya, hingga membuat baju Lerina sedikit basah."Aku bisa memanggilmu Tuan muda," kata Lerina. Dia mulai memakaikan pakaian dalam untuk Sean.Dia sedikit teringat tentang anaknya, sekarang pasti sudah sebesar ini. Pikirnya."Bibi harus memanggilku nama!" protesnya. Baginya Lerina istimewa."Lalu, siapakah nama Tuan muda tampan ini?" Lerina sedikit menggelitiki perut Sean.HahahahaSean tertawa kegelian, hingga terdengar keluar.Lerina begitu hangat, dia merasa senang dengan anak ini."Bibi, stop! Sean tidak tahan!""Oh, jadi namanya Sean?""Hmm, dan itu pemberian daddy," jawabnya cepat.Lerina mengingat masalalu. Dia pernah berkata pada wanita tua yang menemaninya selama mengandung anaknya dulu. Kalau dia ingin anaknya di beri nama Sean."Bibi, Kau melamun? Aku kedinginan!" Dia, mengguncang tangan Lerina."Oh iya
Bab 5Lerina begitu kesal, pasalnya dia sampai rumah sudah pukul tujuh malam. Dia hanya belanja sedikit tadi, bahkan dia tidak sempat mengunjungi kucingnya.Hal rutin yang dilakukannya setiap pulang bekerja. Lerina sudah menampung sekitar seratus ekor kucing, dia menyewa bekas tempat lapangan futsal yang terbengkalai, tempat itu berdinding kawat yang kokoh.Setiap sore dia akan berkunjung dan membagi makanan untuk mereka. Tapi hari ini dia tidak sempat. Lerina balum mampu memindahkan mereka ke tempat yang layak saat ini. Untuk itulah dia ingin bekerja lebih keras agar bisa mengurus kucingnya dengan baik.Lerina terlalu lelah hari ini, selesai membersihkan tubuh dia segera memasak untuk makan malamnya. Sebelum tidur dia buka laptopnya ada email dari Presdir. Lerina segera membacanya. Ternyata itu adalah perubahan untuk proyek yang mereka tinjau tadi."Dasar penggila kerja, apa dia tidak tahu ini sudah malam?" Ck.Lerina memilih menutup laptopnya. Dia sudah sangat mengantuk dan lelah, tu
Bab 6Apa Bibi Tidur Sendirian? Makanan yang dibawa oleh Lerina telah habis tertuang, kemudian dia pergi kesudut tempat itu. Di situ ada kran kecil tempat untuk mencuci tangan juga mengisi wadah tampat air minum kucing. Lerina mengajak Sean untuk mencuci tangannya, setelah itu dia mengisi wadah tempat minum para kucing asuhannya itu.Bermula saat dia menyeberang jalan dan ada seekor kucing yang tertabrak. Sejak saat itulah dia ingin menyediakan tempat tinggal untuk kucing yang tidak memiliki tuan. Dia masih kuliah waktu itu, Lerina menyisihkan sedikit demi sedikit uangnya lalu menyewa lapangan futsal yang sudah tidak digunakan lagi. Dia menaruh kucingnya di situ, saat itu jumlahnya hanya lima ekor, kemudian seiring berjalannya waktu kucing itu bertambah, ada yang melahirkan dan banyak yang di antar oleh orang lain hingga kini kucing itu berjumlah kurang lebih seratus ekor.Lerina senang melakukannya, melihat kucing itu tumbuh sehat, dan teratur dia bahagia. Ada kepuasan di dirinya da
Bab 7Suruh Bibi Lerina MenemanikuLerina kini bisa bernapas lega setelah kepergian Tuan muda dan bosnya itu. Meski sedikit memaksa akhirnya bocah itu mau juga di ajak pulang, itupun dengan syarat dia harus ikut ke kantor besok. Han tidak punya pilihan lain dan terpaksa menyetujuinya. Lerina memasak mie instan untuk santap malamnya. Dia sudah sangat lapar tadi, namun menahan sampai ayah dan anak itu pulang. Sedang untuk memasak, butuh waktu yang lama dan perutnya sudah minta di isi. Lerina sudah menyelesaikan pekerjaan malamnya, dia akan beranjak tidur. Dia memang selalu mengatur waktunya sedemikian rupa agar bangun pagi tubuhnya selalu fit untuk beraktivitas.Di luar gedung apartemen, dua orang sedang menatap pada jendela yang menyala, dialah Selena Smith dan sahabatnya Marsya. Mereka berada di dalam mobil. Dia mencari informasi tentang Lerina, sepupu yang paling ia benci itu. Selena hanya tidak menyangka, wanita itu bisa menjadi sekretaris di Zoku Holding. Ternyata mereka melewat
Bab 8 Beraninya Kau Menampar BibikuRupanya Selena ikut bersama ayahnya, namun dia datang bukan untuk ikut membicarakan masalah kerja sama, melainkan untuk mencari Lerina. Dia ingin memberinya hinaan agar wanita itu enyah dari kantor ini. Selena tidak terima Lerina sebagai sekretaris Han Zoku.Saat Han menuruni gedung dengan lift pribadinya, Selena melihat tidak ada Lerina bersamanya. Dia kemudian naik dengan lift karyawan. Dia sudah bertanya pada resepsionis di lantai berapa ruangan Presdir Han Zoku berada. Selena keluar dari lift, dia mulai menyusuri jalannya. Kemudian dia melihat papan meja bertuliskan sekretaris. Selena tersenyum, "tidak sulit" gumamnya pelan. Dia menatap pintu Presdir Zoku Holding. Bila Lerina tidak ada di sini berarti dia di ruangan direktur. Seketika dia merasa marah. Beruntung sekali hidup Lerina bisa dekat dengan Presdir Zoku. Selena tidak akan membiarkan itu. Dia punya cara untuk menyingkirkan Lerina.Tanpa mengetuk dia langsung membuka pintu itu. Hal pert
Bab 9Good Job Daddy, Aku MenyayangimuSepulang dari kantor Zoku Holding. Selena meminta di antar ke rumah sakit, dia merasa tubuhnya sakit semua, terutama di bagian pinggang dan bokong.Ini semua karena perempuan murahan itu. Dia selalu memaki dalam hati.Selena turun dan papanya melanjutkan perjalanan menuju kantor mereka. Dia sedikit kesal tadi dengan Han Zoku, namun dia tidak berani melawannya. Tentu Han Zoku bukanlah tandingannya.Rupanya Han sudah tahu kalau perusahaan itu sebenarnya masih atas nama orang tua kandung Lerina dan hanya Lerina pemilik aslinya setelah keduanya meninggal.Robin hanya memakai surat kuasa yang ia palsukan sendiri. Dia hanya takut Lerina mengambil semua harta milik orang tuanya, untuk itulah dia mengusirnya dengan keji.Lerina baru saja keluar dari ruangan presdir meninggalkan kedua orang berbeda generasi itu di dalam. Dia, harus menyelesaikan pekerjaannya.Sebisa mungkin Lerina selalu menyelesaikannya sebelum pukul lima, dia tidak ingin lembur, dia haru
Bab 10Secangkir Kopi Sepertinya Lebih BaikDisinilah mereka, di mini market untuk berbelanja makanan kucing. Lerina tidak membawa trolli, dia hanya mengambil keranjang karena dia tidak belanja banyak.Tanpa diduganya Han Zoku pun ikut ke dalam dan mengekori mereka. "Sean, jangan yang itu, ini saja!" ucapnya. Sean mengambil makanan kucing yang paling mahal dari rak."Aku suka bungkusnya Bibi. Gambar kucing yang lucu," jawab Sean sambil memperlihatkan gambar di bungkus makanan itu pada Lerina. Kucingnya memang cantik, tapi harganya tidak sesuai dengan uang Lerina."Mmm, lain kali saja ya. Hari ini kucingnya akan makan yang ini saja." Lerina menaruh lagi makanan kucing yang di pegang Sean tadi kembali ketempatnya."Sudah, kita bayar sekarang!" ajak Lerina sambil berdiri."Baiklah!" Sean tidak menolak, dia mengekori Lerina di belakang. Mereka berjalan menuju kasir. Kasir langsung menghitungnya dan mengucapkan berapa nominalnya. Lerina merogoh tasnya untuk mengambil dompetnya."Sekalian
Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama
Kau Memang Putriku, Lucia! Lerina menyampaikan kedatangan Luisa dan telpon dari Tuan Valdez tadi. Bohong kalau Lucia tidak merasa bersalah, namun ketakutan terhadap Ludwig juga tak bisa dipungkirinya."Mom aku takut," keluhnya. Meski sesungguhnya ia tidak tega mendengar hal yang terjadi pada Nyonya Valdez. Luisa baru saja menghubungi Lerina terkait ibunya yang menggores pergelangan tangannya dengan pisau.Rasa kemanusiaan Lerina yang begitu kuat menggerakkan hatinya agar membujuk menantunya menjenguk wanita yang mengaku sebagai besannya tersebut."Lucia, mommy tahu seperti apa hatimu," kata Lerina menatap Lucia dengan lembut."Bagaimana kalau Tuan Ludwig ada di sana?" Membicarakannya saja Lucia sudah takut."Kami akan menemanimu, Kau bisa putuskan agar mommy menghubungi daddy dan suamimu," usul Lerina. Dia paham ketakutan Lucia dan mereka juga akan berusaha agar selalu ada di sampingnya.Han dan Sean ternyata bertemu dengan Alberto. Pria itu memohon maaf pada Han dan Sean. Di
Menjenguk Neve Selain bersama suaminya, Nyonya Valdez ternyata berulang kali mencoba datang untuk menemui Lucia, namun berakhir di tolak hingga membuatnya jatuh sakit.Ia di rawat di rumah sakit dalam keadaan lemah, tiada hari tanpa memikirkan Lucia.Tuan Carlos yang sudah sempat pulang ke Spanyol kini datang lagi menjenguk sang adik.Ia berjanji akan menemui keluarga Han untuk meminta agar Lucia melakukan tes dna. Sedangkan Valdez sibuk mengurusi Ludwig yang ada di penjara.Mereka masih mempercayai pria itu dan menganggap Lucia hanya sedang mengalami baby blues pasca melahirkan sehingga sembarangan menuduh Ludwig yang ingin membunuhnya. Pria itu dinyatakan bebas sebab kurangnya bukti, cctv di ruangan Lucia saat itu lagi-lagi dalam keadaan mati.Ludwig merasa senang, tanpa mereka tahu dia sudah menyusun rencana baru untuk menyingkirkan Lucia.Sesuai janjinya Tuan Carlos datang bertamu ke rumah yang ditinggali oleh leluarga Han saat ini.Dia di sambut baik dan di persilahkan m
Penolakan Lucia Han dan Lerina tiba lebih dulu di rumah sakit, Sean menceritakan apa yang ia lihat tadi. Tentu saja hal itu membuat mereka geram, kini hanya tinggal menunggu kedatangan Keluarga Valdez untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana ini. Terlihat dua polisi yang dipanggil Sean berdiri di sebelah kiri dan kanan Ludwig. Dalam hati pria itu merutuki kebodohannya yang meninggalkan Lucia di laut tanpa memastikan kematiannya.Beberapa saat kemudian pasangan Valdez pun datang, mereka terkejut melihat keadaan Ludwig yang babak belur, tapi sekaligus senang karena Lucia telah di temukan.Nyonya Valdez mendekat ke ranjang Lucia, namun segera di cegah oleh Sean."Nyonya, sebaiknya anda tidak mendekati istri saya!" kata Sean tanpa ragu.Nyonya Valdez cukup heran, kenapa dia di larang menghampiri Lucia. Kemudian datanglah Tuan Carlos bersama asistennya."Apa yang terjadi, kenapa Ludwig di awasi polisi?" Tuan Carlos cukup heran melihat banyak orang di ruangan wanita yang d