Bab 3
Bibi Maukah Kau Memandikanku?Pukul sepuluh presiden Zoku keluar dari ruangannya. Sesaat Lerina terlena, bosnya ini auranya begitu mendominasi, dia nyaris sempurna sebagai seorang pria, rasanya mustahil tidak ada wanita yang tertarik padanya.Lerina tahu, Tuan muda generasi ketiga Zoku ini sudah berusia tiga puluhan tahun sekarang."Sampai kapan Kau akan mematung disitu?"Suara Han mengagetkannya, bisa-bisanya dia memikirkan orang yang sedang berada di dekatnya dan entah sudah berapa lama pria itu menatapnya."Ah, maaf Tuan!" Lerina tak dapat menyembunyikan kegugupannya.Mereka berada di lift yang sama, saat turun ke bawah, banyak yang menatap heran, bagi yang sudah mengenali Lerina mereka berpikir bahwa dia sedang libur ternyata dia bersama CEO mereka.Bella yang kebetulan baru keluar dari ruangannya juga menatap tidak suka pada Lerina. Dia sudah lama mendambakan di dekat presdir namun dia tidak dipilih menjadi sekretaris, meskipun jabatannya sebagai kepala divisi keuangan juga sangat bagus, tapi dekat dengan presdir Zoku adalah impiannya sejak lama. Dia mengepalkan tangannya. Tuan Peng memberitahunya tadi pagi tentang kepindahan Lerina.Han duduk di belakang, Lerina di samping sopir mereka. Mobil meluncur menuju Restauran Cherrybell. Satu jam perjalanan mereka tiba di tempat.Laksa menyambut mereka ramah. Dia menjabat tangan Han ramah."Selamat datang Tuan Han, aku pikir Kau tidak akan bersedia memenuhi undanganku, tapi saat Tuan Peng menghubungiku, aku begitu tersanjung." Laksa berbasa-basi sedikit.Han tidak berkata apapun bahkan tidak untuk tersenyum, dan Laksa sudah tahu itu."Oh, siapa Nona cantik ini? Apa dia sekretaris barumu, dan Josephine kemana dia?" Laksa bicara sambil melirik Lerina suka."Aku datang untuk bicara bisnis, bukan mendengar basa-basi darimu Tuan Laksa!" Han menatapnya dingin dia berkata tegas dan lugas.Laksa seketika jadi gugup. Dia menyadari dia terlalu bersemangat. "Ba-baiklah, aku minta maaf! Silahkan, aku sudah memesan tempat!" katanya kemudian.Mereka pun masuk kedalam, diruang khusus vvip. Mereka mengambil tempat masing-masing.Mereka mengobrol setengah jam. "Aku rasa sudah cukup jelas, jadi aku akan segera pergi!" Han ingin undur diri."Maaf Tuan Han, sekiranya Kau bersedia makan siang bersama di sini, aku sudah memesan menu terenak disini!" Laksa mengatupkan tangannya. Dia sedang menunggu seseorang.Han tadi sangat menghindari makan siang ini, tapi melihat Laksa yang sedikit memohon, dia jadi mengurungkan niat untuk pergi.Tidak berapa lama, datanglah dua orang pelayan membawa trolli besar yang berisi berbagai hidangan. Mereka membungkuk hormat lalu mulai memindahkan wadah makanan itu ke meja tamu vvip. Setelahnya mereka undur diri."Silahkan di nikmati Presdir!" Laksa mempersilahkannya."Ayah! Aku harap aku belum terlambat! O ow, ada Presdir Zoku disini. A-aku minta maaf!" Dia kemudian akan berbalik pergi. Padahal hanya pura-pura agar dipanggil."Cathrine, tunggu!" Laksa memanggil putrinya. Cathrine tersenyum lalu segera berbalik."Iya Ayah!" jawabnya. Matanya melirik pada Han Zoku, pria dingin tak tersentuh yang ingin dia dapatkan sejak dulu."Makanlah bersama Kami. Bukankah Kau memiliki asam lambung, jadi tidak baik melewatkan jam makanmu!" Semua seperti sudah di atur dan Han mengerti itu.Han dan Lerina tidak terusik, mereka terus menyantap hidangan yang memang tidak banyak mereka ambil."Ba-baiklah, Ayah!" Catrine langsung mengambil tempat duduk. Dia sengaja mengambil posisi di dekat Han.Catrine sangat bersemangat, namun dia menjaga imagenya. Dia mulai mengambil makanannya sekaligus melirik piring Han yang sudah kosong."Presdir, apa Kau ingin menambah? Aku bisa mengambilkan untukmu!" Dia menawarkannya dengan senang hati.Han mengangkat tangannya sebagai penolakan, dan Cathrine tersenyum malu."Padahal aku baru saja akan makan," katanya untuk menutupi rasa malu.Han tidak menjawab. Tinggal Cathrine dan ayahnya yang makan. Han sebenarnya ingin pergi, namun sangat tidak sopan meninggalkan teman yang sedang makan."Ayah, ini sangat enak, tapi sayang kenapa presdir tidak memakannya?" Catrine menggunakan ayahnya untuk dapat berkomunikasi dengan Han.Han terlalu muak dengan itu, dia sudah cukup bersabar duduk di situ, ayah dan anak ini terlalu mengulur waktunya."Apa Kau sekretaris baru Tuan Han?" Cathrine berbicara dengan Lerina, mulutnya sambil mengunyah.Lerina tersenyum. "Iya, Nona.""Cathrine, Kau bisa memanggilku Cathrine!" Catrine mengulurkan tangannya. Dia terlihat ramah."Lerina!" Lerina membalas uluran tangan itu."Maaf, Tuan Laksa, saya harus pergi sekarang!" Suara Han terdengar dingin. Dia bukanlah orang yang suka membuang-buang waktu.Laksa jadi tidak enak. "Maaf, kami makan terlalu menikmatinya!""Tidak apa, lanjutkan saja, jangan sampai lambung kalian bermasalah!" ucap Han dingin. Kalimat itu bernada sindiran.Dia kemudian beranjak. Lerina menatap kedua orang itu dan tersenyum sedikit membungkuk hormat. Meski dia melihat bosnya acuh, namun dia tetap harus sopan santun terhadap mitra perusahaan.Cathrine langsung tidak berselera lagi, begitu tamu ayahnya tidak terlihat dia menjauhkan piringnya lalu membersihjan mulutnya dengan tissue."Kau datang terlalu lama," kata Laksa."Mau bagaimana lagi, jalanan sangat macet." Cathrine sangat kecewa, kenapa begitu sulit mendekati Han Zoku?"Ayah! Dia sudah memiliki sekretaris baru, padahal aku sudah memasukkan lamaranku di sana. Kenapa susah sekali mendekatinya?" Cathrine mencebik kesal."Kau harus lebih bersabar. Kita masih punya peluang sekarang!" kata Laksa lagi."Apa maksud Ayah?" Catbrine penasaran."Han Zoku menerima tawaran kerja sama ini, dan Kau yang akan mengurus segala sesuatunya di kantornya, ini kesempatanmu berada di dekatnya, bagaimana?" Laksa menaik turunkan alisnya. Dia begitu senang."Ayah, Kau memang yang terbaik!" cup! Catrine begitu gembira, tidak jadi sekretaris, tapi dia masih punya kesempatan yang lain.Di jalan."Tuan, apakah kita langsung menuju lapangan?" Sopir bertanya sangat sopan.Han melirik jamnya. "Masih ada waktu satu setengah jam lagi. Sebaiknya kita ke rumah sebentar!""Baik Tuan!" jawab sang sopir.Di depan ada simpang mengarah ke kanan, sopir pun membelokkannya. Ke dalamnya tempat itu sepi, hanya di tumbuhi pohon jati. Lerina menatap sekeliling. Lima ratus meter kemudian tampaklah bangunan megah, dia tersembunyi, kemewahannya tidak terlihat.Pintu pagar terbuka dan mobil memasuki halaman. Sopir segera turun untuk membukakan pintu Tuannya.AaaaaAaaaa"No, aku tidak mau!"Jeritan terdengar dari dalam rumah. Han memutar bola mata malas. Putranya pasti membuat drama lagi hingga pelayan mungkin sedikit memaksanya.Benar saja. Sean berlari dengan masih mengenakan piyama tidurnya tadi malam."Daddy! Kau sudah pulang?" Dia berlari dan minta di gendong. Han tidak menurutinya.Dia berdiri dan menatap tajam Sean, namun anak itu tidak takut sedikitpun. "Kau bahkan belum mandi di jam segini! Dasar jorok!" ucap Han."Daddy, aku tidak harus mandi kan, aku selalu berada di rumah, memangnya siapa yang mau menciumku?"Ck"Alasanmu sangat tidak masuk akal. Pergi mandi dengan Nani!" perintah Han. Nani adalah pengasuh Sean sejak bayi.Wajah Sean berubah, matanya berkaca-kaca, dia hanya ingin di gendong saat ini."Sean!" Suara daddynya terdengar dingin. Sean mengangkat kepalanya dan tidak sengaja menatap ke mobil sang daddy yang pintunya tengah terbuka.Sean membulatkan matanya. Lerina baru saja akan turun, dia tidak tahan berada di dalam mobil."Bibi Lerin!" Ekspresi sedih tadi berubah ceria. Sean berlari menubruk kaki jenjang milik Lerina.Han yang sudah berbalik pun menyipit. Sejak kapan putranya itu mengenal sekretaris barunya?Lerina tentu saja terkejut. "Oh, hai anak tampan! Senang bertemu denganmu!" Lerina cepat menguasai keadaan dia mengusap rambut keriting Sean yang menggemaskan."Bibi! Maukah Kau memandikanku?" Pertanyaan itu keluar begitu saja.Semua yang menyaksikannya menatap heran, disaat semua penghuni rumah itu lelah mengajaknya mandi, dia malah meminta mandi dengan orang asing yang baru di temuinya.Lerina tentu saja bingung. Apa lagi orang-orang menatapnya dalam diam. Kemudian dia menatap presdir dan Han sedikit mengangguk."Mmm, mandi? I-iya baiklah, ayo kita mandi!" jawabnya kemudian."Horeeee!"Demi apa? anak itu begitu senang.Bab 4"Bibi! Kau tidak menanyakan namaku?" Sean memainkan kancing baju Lerina.Kini mereka berada di kamar untuk memakaikan baju pada Sean setelah hampir setengah jam memandikannya, hingga membuat baju Lerina sedikit basah."Aku bisa memanggilmu Tuan muda," kata Lerina. Dia mulai memakaikan pakaian dalam untuk Sean.Dia sedikit teringat tentang anaknya, sekarang pasti sudah sebesar ini. Pikirnya."Bibi harus memanggilku nama!" protesnya. Baginya Lerina istimewa."Lalu, siapakah nama Tuan muda tampan ini?" Lerina sedikit menggelitiki perut Sean.HahahahaSean tertawa kegelian, hingga terdengar keluar.Lerina begitu hangat, dia merasa senang dengan anak ini."Bibi, stop! Sean tidak tahan!""Oh, jadi namanya Sean?""Hmm, dan itu pemberian daddy," jawabnya cepat.Lerina mengingat masalalu. Dia pernah berkata pada wanita tua yang menemaninya selama mengandung anaknya dulu. Kalau dia ingin anaknya di beri nama Sean."Bibi, Kau melamun? Aku kedinginan!" Dia, mengguncang tangan Lerina."Oh iya
Bab 5Lerina begitu kesal, pasalnya dia sampai rumah sudah pukul tujuh malam. Dia hanya belanja sedikit tadi, bahkan dia tidak sempat mengunjungi kucingnya.Hal rutin yang dilakukannya setiap pulang bekerja. Lerina sudah menampung sekitar seratus ekor kucing, dia menyewa bekas tempat lapangan futsal yang terbengkalai, tempat itu berdinding kawat yang kokoh.Setiap sore dia akan berkunjung dan membagi makanan untuk mereka. Tapi hari ini dia tidak sempat. Lerina balum mampu memindahkan mereka ke tempat yang layak saat ini. Untuk itulah dia ingin bekerja lebih keras agar bisa mengurus kucingnya dengan baik.Lerina terlalu lelah hari ini, selesai membersihkan tubuh dia segera memasak untuk makan malamnya. Sebelum tidur dia buka laptopnya ada email dari Presdir. Lerina segera membacanya. Ternyata itu adalah perubahan untuk proyek yang mereka tinjau tadi."Dasar penggila kerja, apa dia tidak tahu ini sudah malam?" Ck.Lerina memilih menutup laptopnya. Dia sudah sangat mengantuk dan lelah, tu
Bab 6Apa Bibi Tidur Sendirian? Makanan yang dibawa oleh Lerina telah habis tertuang, kemudian dia pergi kesudut tempat itu. Di situ ada kran kecil tempat untuk mencuci tangan juga mengisi wadah tampat air minum kucing. Lerina mengajak Sean untuk mencuci tangannya, setelah itu dia mengisi wadah tempat minum para kucing asuhannya itu.Bermula saat dia menyeberang jalan dan ada seekor kucing yang tertabrak. Sejak saat itulah dia ingin menyediakan tempat tinggal untuk kucing yang tidak memiliki tuan. Dia masih kuliah waktu itu, Lerina menyisihkan sedikit demi sedikit uangnya lalu menyewa lapangan futsal yang sudah tidak digunakan lagi. Dia menaruh kucingnya di situ, saat itu jumlahnya hanya lima ekor, kemudian seiring berjalannya waktu kucing itu bertambah, ada yang melahirkan dan banyak yang di antar oleh orang lain hingga kini kucing itu berjumlah kurang lebih seratus ekor.Lerina senang melakukannya, melihat kucing itu tumbuh sehat, dan teratur dia bahagia. Ada kepuasan di dirinya da
Bab 7Suruh Bibi Lerina MenemanikuLerina kini bisa bernapas lega setelah kepergian Tuan muda dan bosnya itu. Meski sedikit memaksa akhirnya bocah itu mau juga di ajak pulang, itupun dengan syarat dia harus ikut ke kantor besok. Han tidak punya pilihan lain dan terpaksa menyetujuinya. Lerina memasak mie instan untuk santap malamnya. Dia sudah sangat lapar tadi, namun menahan sampai ayah dan anak itu pulang. Sedang untuk memasak, butuh waktu yang lama dan perutnya sudah minta di isi. Lerina sudah menyelesaikan pekerjaan malamnya, dia akan beranjak tidur. Dia memang selalu mengatur waktunya sedemikian rupa agar bangun pagi tubuhnya selalu fit untuk beraktivitas.Di luar gedung apartemen, dua orang sedang menatap pada jendela yang menyala, dialah Selena Smith dan sahabatnya Marsya. Mereka berada di dalam mobil. Dia mencari informasi tentang Lerina, sepupu yang paling ia benci itu. Selena hanya tidak menyangka, wanita itu bisa menjadi sekretaris di Zoku Holding. Ternyata mereka melewat
Bab 8 Beraninya Kau Menampar BibikuRupanya Selena ikut bersama ayahnya, namun dia datang bukan untuk ikut membicarakan masalah kerja sama, melainkan untuk mencari Lerina. Dia ingin memberinya hinaan agar wanita itu enyah dari kantor ini. Selena tidak terima Lerina sebagai sekretaris Han Zoku.Saat Han menuruni gedung dengan lift pribadinya, Selena melihat tidak ada Lerina bersamanya. Dia kemudian naik dengan lift karyawan. Dia sudah bertanya pada resepsionis di lantai berapa ruangan Presdir Han Zoku berada. Selena keluar dari lift, dia mulai menyusuri jalannya. Kemudian dia melihat papan meja bertuliskan sekretaris. Selena tersenyum, "tidak sulit" gumamnya pelan. Dia menatap pintu Presdir Zoku Holding. Bila Lerina tidak ada di sini berarti dia di ruangan direktur. Seketika dia merasa marah. Beruntung sekali hidup Lerina bisa dekat dengan Presdir Zoku. Selena tidak akan membiarkan itu. Dia punya cara untuk menyingkirkan Lerina.Tanpa mengetuk dia langsung membuka pintu itu. Hal pert
Bab 9Good Job Daddy, Aku MenyayangimuSepulang dari kantor Zoku Holding. Selena meminta di antar ke rumah sakit, dia merasa tubuhnya sakit semua, terutama di bagian pinggang dan bokong.Ini semua karena perempuan murahan itu. Dia selalu memaki dalam hati.Selena turun dan papanya melanjutkan perjalanan menuju kantor mereka. Dia sedikit kesal tadi dengan Han Zoku, namun dia tidak berani melawannya. Tentu Han Zoku bukanlah tandingannya.Rupanya Han sudah tahu kalau perusahaan itu sebenarnya masih atas nama orang tua kandung Lerina dan hanya Lerina pemilik aslinya setelah keduanya meninggal.Robin hanya memakai surat kuasa yang ia palsukan sendiri. Dia hanya takut Lerina mengambil semua harta milik orang tuanya, untuk itulah dia mengusirnya dengan keji.Lerina baru saja keluar dari ruangan presdir meninggalkan kedua orang berbeda generasi itu di dalam. Dia, harus menyelesaikan pekerjaannya.Sebisa mungkin Lerina selalu menyelesaikannya sebelum pukul lima, dia tidak ingin lembur, dia haru
Bab 10Secangkir Kopi Sepertinya Lebih BaikDisinilah mereka, di mini market untuk berbelanja makanan kucing. Lerina tidak membawa trolli, dia hanya mengambil keranjang karena dia tidak belanja banyak.Tanpa diduganya Han Zoku pun ikut ke dalam dan mengekori mereka. "Sean, jangan yang itu, ini saja!" ucapnya. Sean mengambil makanan kucing yang paling mahal dari rak."Aku suka bungkusnya Bibi. Gambar kucing yang lucu," jawab Sean sambil memperlihatkan gambar di bungkus makanan itu pada Lerina. Kucingnya memang cantik, tapi harganya tidak sesuai dengan uang Lerina."Mmm, lain kali saja ya. Hari ini kucingnya akan makan yang ini saja." Lerina menaruh lagi makanan kucing yang di pegang Sean tadi kembali ketempatnya."Sudah, kita bayar sekarang!" ajak Lerina sambil berdiri."Baiklah!" Sean tidak menolak, dia mengekori Lerina di belakang. Mereka berjalan menuju kasir. Kasir langsung menghitungnya dan mengucapkan berapa nominalnya. Lerina merogoh tasnya untuk mengambil dompetnya."Sekalian
Apa Jabatanku Sudah Turun Sekarang? Pukul sepuluh malam Han Zoku dan putranya baru tiba di rumah mereka. Pagar telah terbuka dan Han Zoku memasukkan mobilnya langsung ke garasi. Dia membuka pintu mobil lalu menggendong putranya yang telah tertidur. Han berjalan perlahan dan pintu di buka dari dalam. "Luar biasa! Kau sangat luar biasa, membawa putramu bekerja lalu pulang setelah pukul sepuluh, apa kau pikir itu pantas untuk anak seusianya? Hah, aku benar-benar marah padamu!" Laura tidak bisa menahan untuk tidak mengatai putra sulungnya itu. Dia mendengar putranya itu telah sampai dan dia sengaja menunggunya di balik pintu. "Ibu, cucumu sedang tidur, biarkan aku membawanya ke kamar!" Han bahkan tidak sakit hati atas repetan ibunya. "Cepat bawa dia ke kamar, setelah itu kembali ke sini, aku ingin membicarakan hal penting denganmu!" kata Laura. Dia berencana akan mengatakan maksudnya malam ini juga. "Laura! Ckckck! Putramu baru saja kembali kau sudah tidak sabaran dengan rencanamu i
Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama
Kau Memang Putriku, Lucia! Lerina menyampaikan kedatangan Luisa dan telpon dari Tuan Valdez tadi. Bohong kalau Lucia tidak merasa bersalah, namun ketakutan terhadap Ludwig juga tak bisa dipungkirinya."Mom aku takut," keluhnya. Meski sesungguhnya ia tidak tega mendengar hal yang terjadi pada Nyonya Valdez. Luisa baru saja menghubungi Lerina terkait ibunya yang menggores pergelangan tangannya dengan pisau.Rasa kemanusiaan Lerina yang begitu kuat menggerakkan hatinya agar membujuk menantunya menjenguk wanita yang mengaku sebagai besannya tersebut."Lucia, mommy tahu seperti apa hatimu," kata Lerina menatap Lucia dengan lembut."Bagaimana kalau Tuan Ludwig ada di sana?" Membicarakannya saja Lucia sudah takut."Kami akan menemanimu, Kau bisa putuskan agar mommy menghubungi daddy dan suamimu," usul Lerina. Dia paham ketakutan Lucia dan mereka juga akan berusaha agar selalu ada di sampingnya.Han dan Sean ternyata bertemu dengan Alberto. Pria itu memohon maaf pada Han dan Sean. Di
Menjenguk Neve Selain bersama suaminya, Nyonya Valdez ternyata berulang kali mencoba datang untuk menemui Lucia, namun berakhir di tolak hingga membuatnya jatuh sakit.Ia di rawat di rumah sakit dalam keadaan lemah, tiada hari tanpa memikirkan Lucia.Tuan Carlos yang sudah sempat pulang ke Spanyol kini datang lagi menjenguk sang adik.Ia berjanji akan menemui keluarga Han untuk meminta agar Lucia melakukan tes dna. Sedangkan Valdez sibuk mengurusi Ludwig yang ada di penjara.Mereka masih mempercayai pria itu dan menganggap Lucia hanya sedang mengalami baby blues pasca melahirkan sehingga sembarangan menuduh Ludwig yang ingin membunuhnya. Pria itu dinyatakan bebas sebab kurangnya bukti, cctv di ruangan Lucia saat itu lagi-lagi dalam keadaan mati.Ludwig merasa senang, tanpa mereka tahu dia sudah menyusun rencana baru untuk menyingkirkan Lucia.Sesuai janjinya Tuan Carlos datang bertamu ke rumah yang ditinggali oleh leluarga Han saat ini.Dia di sambut baik dan di persilahkan m
Penolakan Lucia Han dan Lerina tiba lebih dulu di rumah sakit, Sean menceritakan apa yang ia lihat tadi. Tentu saja hal itu membuat mereka geram, kini hanya tinggal menunggu kedatangan Keluarga Valdez untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana ini. Terlihat dua polisi yang dipanggil Sean berdiri di sebelah kiri dan kanan Ludwig. Dalam hati pria itu merutuki kebodohannya yang meninggalkan Lucia di laut tanpa memastikan kematiannya.Beberapa saat kemudian pasangan Valdez pun datang, mereka terkejut melihat keadaan Ludwig yang babak belur, tapi sekaligus senang karena Lucia telah di temukan.Nyonya Valdez mendekat ke ranjang Lucia, namun segera di cegah oleh Sean."Nyonya, sebaiknya anda tidak mendekati istri saya!" kata Sean tanpa ragu.Nyonya Valdez cukup heran, kenapa dia di larang menghampiri Lucia. Kemudian datanglah Tuan Carlos bersama asistennya."Apa yang terjadi, kenapa Ludwig di awasi polisi?" Tuan Carlos cukup heran melihat banyak orang di ruangan wanita yang d