Home / Urban / Putra Sang Presdir / Suruh Bibi Lerina Menemaniku

Share

Suruh Bibi Lerina Menemaniku

Author: Azitung
last update Last Updated: 2022-10-20 10:40:40

Bab 7

Suruh Bibi Lerina Menemaniku

Lerina kini bisa bernapas lega setelah kepergian Tuan muda dan bosnya itu. Meski sedikit memaksa akhirnya bocah itu mau juga di ajak pulang, itupun dengan syarat dia harus ikut ke kantor besok.

Han tidak punya pilihan lain dan terpaksa menyetujuinya.

Lerina memasak mie instan untuk santap malamnya. Dia sudah sangat lapar tadi, namun menahan sampai ayah dan anak itu pulang. Sedang untuk memasak, butuh waktu yang lama dan perutnya sudah minta di isi.

Lerina sudah menyelesaikan pekerjaan malamnya, dia akan beranjak tidur. Dia memang selalu mengatur waktunya sedemikian rupa agar bangun pagi tubuhnya selalu fit untuk beraktivitas.

Di luar gedung apartemen, dua orang sedang menatap pada jendela yang menyala, dialah Selena Smith dan sahabatnya Marsya. Mereka berada di dalam mobil.

Dia mencari informasi tentang Lerina, sepupu yang paling ia benci itu. Selena hanya tidak menyangka, wanita itu bisa menjadi sekretaris di Zoku Holding. Ternyata mereka melewatkan enam tahun ini tanpa tahu keadaan Lerina.

Mereka berpikir dia tidak akan bisa bertahan hidup tanpa uang, tempat tinggal dan keluarga, namun ternyata pertemuan kemarin cukup menjelaskan kalau hidup Lerina baik-baik saja.

Tidak hanya itu. Selena juga dapat informasi kalau Lerina memiliki apartemen yang di huninya sekarang, meskipun bukan apartemen mewah, tapi harganya juga tidak murah untuk gadis melarat seperti Lerina. Di tambah lagi ternyata Lerina adalah lulusan dari kampus terbaik di kota ini.

Selena tidak percaya ini, dia tidak bisa menerimanya. Dia benci kalau gadis itu hidup lebih baik. Dia tidak akan senang kalau Lerina hidup bahagia.

"Mungkin saja dia menjual dirinya selama ini!" Marsya yang berada di samping Selena berucap.

"Kau benar, Marsya. Ini sangat mustahil memang. Heh, kenapa aku tidak berpikir kesitu. Dasar wanita murahan!" Selena menerawang. Bisa jadi apa yang dikatakan Marsya adalah benar. Memangnya dari mana lagi Lerina punya uang. Dia bekerja enam tahun ini pun belum bisa menabung untuk beli apartemen dan kuliah.

Sudah di pastikan bahwa Lerina menjual dirinya untuk semua itu.

"Selanjutnya apa yang ingin kau lakukan Selena?" Marsya ingin tahu rencana sahabatnya ini.

"Menyakitinya, apa lagi?" Selena menggedikkan bahunya.

"Kau memang gila Selena!" umpat Marsya .

Hahaha! "Aku memang gila kalau dia baik-baik saja, Marsya!". Mereka berdua pun tertawa.

Mereka pun pergi meninggalkan tempat itu. Selena akan mengadukan hal ini pada ayahnya. Menurutnya Lerina tidak pantas hidup baik seperti sekarang ini.

Lerina belum bisa terpejam, dia masih teringat selalu tentang Sean. Kemudian dia menangis. Lerina membayangkan seandainya putranya sedang bersamanya sudah pastilah se usia Sean sekarang.

Lerina tiba-tiba merindukan sosok yang belum pernah di lihatnya itu, yang pernah menghuni rahimnya selama sembilan bulan lebih. Lerina beranjak, dia membuka laci di dalam lemari dia menyimpan sesuatu di situ. Dia kembali duduk dan memandangi foto usg putranya yang di curinya diam-diam waktu itu, hingga Lerina terlelap sambil memeluk foto usg itu.

Pagi harinya seperti biasa, Lerina berangkat menggunakan angkutan umum. Demi menghemat pengeluaran, kalau pulang kerja terpaksa harus naik taksi karena angkutan hanya sampai siang saja.

Baru sampai di lobi sebuah teriakan memanggil namanya terdengar jelas. Lerina tentu tahu siapa pemilik suara itu.

"Bibi, tunggu aku!" teriak bibir mungil itu, siapa lagi kalau bukan Tuan muda Zoku yang imut dan menggemaskan. Dia sedang berlari ke arah Lerina.

Lerina yang sudah membalik tubuhnya untuk melihat Sean pun tidak tahan melihat itu, rasanya dia ingin mencium bibir merah milik Sean.

Sean meraih tangannya, lalu mereka melangkah masuk bersama. Sean meninggalkan Daddynya di belakang.

Sean tidak beranjak dari tempat Lerina, meskipun daddy dan Kakek Peng sudah masuk keruangannya.

"Paman sudah mendapatkannya?" Han Zoku memerintahkan Peng untuk mengetahui latar belakang Lerina.

Dia harus tahu bukan, mengingat putranya sangat nyaman dengan wanita itu. Dia harus waspada.

Paman Peng mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jasnya, dia kemudian meletakkannya di meja.

Han Zoku mengambil kertas itu lalu membacanya. Dia menegakkan tubuhnya setelah membaca bagian atas isi kertas itu.

"Dia putri dari Peter Smith?" Keningnya mengernyit. Kalau Lerina putri pengusaha, lalu untuk apa dia bekerja di perusahaannya?

"Yah, dia putri tunggal pasangan Peter dan Rose. Lima belas tahun yang lalu, meninggal karena kecelakaan mobil." Paman Peng memberi penjelasan.

"Bukannya perusahaan Smith masih berjalan dan ..." Han ingat, tentang kerja sama dengan perusahaan itu.

"Robin Smith mengambil alih perusahaan itu, sebagai wali dari Nona Lerina, namun sesuatu terjadi, ketika Nona Lerina baru menyelesaikan sekolahnya, Robin Smith mengusirnya, mereka mengambil alih semua harta kekayaan Peter Smith yang seharusnya menjadi milik Nona Lerina."

"Sangat menarik!" Han menarik sudut bibirnya. Peng tahu pasti presdirnya ini memiliki rencana.

"Aku pikir, itu bukan ranah kita, Han. Nona Lerina saja tidak pernah mengungkit hal itu. Dia hidup dengan baik selama enam tahun dan menyelesaikan kuliahnya, meskipun sempat tertunda satu tahun." Peng tidak ingin Han melakukan sesuatu.

Kemudian Han berpikir. Benar kata Paman Peng, namun dia terus kepikiran dengan Lerina.

"Paman Peng, panggil Lerina ke sini!"

"Baik!"

Lerina masuk bersama Sean di sampingnya. Dia mulai membuka tabletnya, tugas seperti biasa membacakan agenda sang presdir hari ini.

"Pukul sepuluh akan ada pihak Perusahaan Smith yang datang kesini, Tuan. Selebihnya kosong." Lerina membungkuk sedikit. Dia kemudian undur diri.

Sean tinggal di dalam bersama daddynya. Lerina jadi bisa mengerjakan tugasnya.

"Presdir, Robin Smith sudah tiba, mereka menunggu di ruang rapat!" Paman Peng baru saja menghubungi Han.

"Baiklah, tunggu lima menit!" Han mematikan sambungan telponnya.

"Sean, daddy akan ke bawah untuk menemui rekan, apa kau akan tinggal di sini?" Sean sedang bermain lego di sofa.

"Suruh Bibi Lerina menemaniku!" Dia menjawab, tanpa menoleh pada daddynya.

"Ok, daddy pergi sekarang!"

"Hmm!"

Hanya deheman. Han mengangkat kedua bahunya. Sean memang mewarisi sifatnya, anak itu kadang terlalu cuek. Hanya dengan orang tertentu saja dia peduli.

Lerina berdiri begitu Han mendekat padanya.

"Nona Smith, saya akan menemui perwakilan dari Perusahaan Smith!" Han memberitahu.

"Iya, Tuan! Apa saya harus ikut ke sana?" tanya Lerina sigap.

Han menelisik wajahnya, tidak ada yang berbeda dari raut wajah itu ketika mendengar nama keluarga itu. Padahal ini adalah keluarga Smith. Han jadi penasaran.

"Tidak perlu, temani Sean di dalam!"

"Baik Tuan!" Lerina sedikit membungkuk.

Han segera berlalu meninggalkan lantai atas gedung kantornya. Begitupun Lerina, dia lantas masuk menghampiri Tuan muda Zoku yang selalu mampu menghangatkan hatinya.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Zuraida Raida
ceritanya bagus up harus di beli
goodnovel comment avatar
Dewi Ansyari
Robin Smith abis kamu kalo Lerina balas dendam
goodnovel comment avatar
Setyono Alfons
penasarankan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Putra Sang Presdir   Beraninya Kau Menampar Bibiku

    Bab 8 Beraninya Kau Menampar BibikuRupanya Selena ikut bersama ayahnya, namun dia datang bukan untuk ikut membicarakan masalah kerja sama, melainkan untuk mencari Lerina. Dia ingin memberinya hinaan agar wanita itu enyah dari kantor ini. Selena tidak terima Lerina sebagai sekretaris Han Zoku.Saat Han menuruni gedung dengan lift pribadinya, Selena melihat tidak ada Lerina bersamanya. Dia kemudian naik dengan lift karyawan. Dia sudah bertanya pada resepsionis di lantai berapa ruangan Presdir Han Zoku berada. Selena keluar dari lift, dia mulai menyusuri jalannya. Kemudian dia melihat papan meja bertuliskan sekretaris. Selena tersenyum, "tidak sulit" gumamnya pelan. Dia menatap pintu Presdir Zoku Holding. Bila Lerina tidak ada di sini berarti dia di ruangan direktur. Seketika dia merasa marah. Beruntung sekali hidup Lerina bisa dekat dengan Presdir Zoku. Selena tidak akan membiarkan itu. Dia punya cara untuk menyingkirkan Lerina.Tanpa mengetuk dia langsung membuka pintu itu. Hal pert

    Last Updated : 2022-10-20
  • Putra Sang Presdir   Good Job Daddy, Aku Menyayangimu

    Bab 9Good Job Daddy, Aku MenyayangimuSepulang dari kantor Zoku Holding. Selena meminta di antar ke rumah sakit, dia merasa tubuhnya sakit semua, terutama di bagian pinggang dan bokong.Ini semua karena perempuan murahan itu. Dia selalu memaki dalam hati.Selena turun dan papanya melanjutkan perjalanan menuju kantor mereka. Dia sedikit kesal tadi dengan Han Zoku, namun dia tidak berani melawannya. Tentu Han Zoku bukanlah tandingannya.Rupanya Han sudah tahu kalau perusahaan itu sebenarnya masih atas nama orang tua kandung Lerina dan hanya Lerina pemilik aslinya setelah keduanya meninggal.Robin hanya memakai surat kuasa yang ia palsukan sendiri. Dia hanya takut Lerina mengambil semua harta milik orang tuanya, untuk itulah dia mengusirnya dengan keji.Lerina baru saja keluar dari ruangan presdir meninggalkan kedua orang berbeda generasi itu di dalam. Dia, harus menyelesaikan pekerjaannya.Sebisa mungkin Lerina selalu menyelesaikannya sebelum pukul lima, dia tidak ingin lembur, dia haru

    Last Updated : 2022-10-20
  • Putra Sang Presdir   Secangkir Kopi Sepertinya Lebih Baik

    Bab 10Secangkir Kopi Sepertinya Lebih BaikDisinilah mereka, di mini market untuk berbelanja makanan kucing. Lerina tidak membawa trolli, dia hanya mengambil keranjang karena dia tidak belanja banyak.Tanpa diduganya Han Zoku pun ikut ke dalam dan mengekori mereka. "Sean, jangan yang itu, ini saja!" ucapnya. Sean mengambil makanan kucing yang paling mahal dari rak."Aku suka bungkusnya Bibi. Gambar kucing yang lucu," jawab Sean sambil memperlihatkan gambar di bungkus makanan itu pada Lerina. Kucingnya memang cantik, tapi harganya tidak sesuai dengan uang Lerina."Mmm, lain kali saja ya. Hari ini kucingnya akan makan yang ini saja." Lerina menaruh lagi makanan kucing yang di pegang Sean tadi kembali ketempatnya."Sudah, kita bayar sekarang!" ajak Lerina sambil berdiri."Baiklah!" Sean tidak menolak, dia mengekori Lerina di belakang. Mereka berjalan menuju kasir. Kasir langsung menghitungnya dan mengucapkan berapa nominalnya. Lerina merogoh tasnya untuk mengambil dompetnya."Sekalian

    Last Updated : 2022-10-20
  • Putra Sang Presdir   Sepertinya Jabatanku Sudah Turun Sekarang

    Apa Jabatanku Sudah Turun Sekarang? Pukul sepuluh malam Han Zoku dan putranya baru tiba di rumah mereka. Pagar telah terbuka dan Han Zoku memasukkan mobilnya langsung ke garasi. Dia membuka pintu mobil lalu menggendong putranya yang telah tertidur. Han berjalan perlahan dan pintu di buka dari dalam. "Luar biasa! Kau sangat luar biasa, membawa putramu bekerja lalu pulang setelah pukul sepuluh, apa kau pikir itu pantas untuk anak seusianya? Hah, aku benar-benar marah padamu!" Laura tidak bisa menahan untuk tidak mengatai putra sulungnya itu. Dia mendengar putranya itu telah sampai dan dia sengaja menunggunya di balik pintu. "Ibu, cucumu sedang tidur, biarkan aku membawanya ke kamar!" Han bahkan tidak sakit hati atas repetan ibunya. "Cepat bawa dia ke kamar, setelah itu kembali ke sini, aku ingin membicarakan hal penting denganmu!" kata Laura. Dia berencana akan mengatakan maksudnya malam ini juga. "Laura! Ckckck! Putramu baru saja kembali kau sudah tidak sabaran dengan rencanamu i

    Last Updated : 2022-10-20
  • Putra Sang Presdir   Cantik

    Cantik Lerina membersihkan semuanya termasuk dua figura yang berada di dinding, juga beberapa guci yang ada di ruangan itu. Dia sebenarnya kurang nyaman dan leluasa karena presdirnya tidak beranjak dari situ. Dia hanya terus memperhatikan Lerina. Lerina mengembuskan napas hingga pipinya menggelembung, dia kegerahan meski ruangan ini ber ac. Dia sedikit mengibaskan kemeja bagian dadanya. Han memperhatikan itu dalam diam, namun Lerina tidak menyadarinya. "Tuan, aku rasa sudah bersih semua. Aku permisi!" Lerina berlalu. Dia mengantar alat pelnya ke bawah, di mana biasanya petugas kebersihan menyimpannya. "A'aw!" Bella menyenggol lengan Lerina hingga dia terhuyung sedikit. Dia lagi! Batin Lerina. "Apa aku tidak salah lihat, seorang Lerina menjadi petugas kebersihan? Memang sih, pekerjaan ini lebih cocok untukmu!" Bella seperti biasa senang mencibir Lerina. "Bukan urusanmu Bella," balas Lerina. Dia yang tengah lelah sangat muak melihat wanita nyinyir ini. "Wow, kau sudah berani me

    Last Updated : 2022-10-21
  • Putra Sang Presdir   Mengajak Ke Pesta

    Bab 13 Presdir Han Zoku? Lerina tidak percaya, mau apa bosnya itu datang malam-malam begini. Lerina berlari ke kamar, menyambar cardigan miliknya lalu memakainya, dia mencepol rambutnya asal sehingga tidak rapi. Ceklek "Selamat malam Nona Smith!" ucap Han begitu pintu dibuka. "Malam Tuan!" "Boleh aku masuk?" ucap Han setelah beberapa detik mereka diam. Lerina sebenarnya tidak enak menerima tamu malam-malam, apa lagi seorang pria. Dia harus, menjaga kesucian tempat ini. "Hei!" Han menggoyangkan tangannya, di hadapan Lerina yang melamun. "Oh, i-iya, tentu saja. Silahkan masuk Tuan!" Tidak ada pilihan lain. Mengusirpun rasanya tidak mungkin. Han langsung duduk tanpa di persilahkan, "Lerina, aku akan menghadiri acara temu ramah para pengusaha malam ini," kata Han. Perasaan Lerina jadi tidak enak. Dia takut bosnya ini akan mengajaknya, sementara dia sudah ingin tidur. "Kau harus menemaniku malam ini!" Han memberi perintah di kata harus. "Harus?" "Hm, dan kau tidak bisa menolak

    Last Updated : 2022-10-21
  • Putra Sang Presdir   Aku Kecewa Pada Ayah

    Bab 14 Aku Kecewa Pada Ayah Kini mereka telah berada di dalam mobil. Han sepertinya memang sudah merencanakan ini, mereka terlihat serasi malam ini dengan baju yang senada. Sebenarnya dia tidak pernah menghadiri acara seperti ini, namun karena kerinduannya pada gadis ini dijadikan alasan untuk bersama. Biasanya cukup Peng saja yang menghadirinya. Mereka mulai memasuki lokasi acara. "Wow, siapa dia?" "Bukankah itu Presdir Zoku Holding?" "Aku tidak percaya, bisa melihatnya di sini!" "Bukankah ini kejadian sangat langka?" "Siapa wanita yang berada di sampingnya?" "Betapa beruntungnya dia!" Masih banyak lagi celotehan-celotehan para wanita di acara itu. Mereka adalah putri pengusaha dan ada juga sebagai kekasih atau hanya partner kepesta. Han Zoku mengabaikan itu. Dia tidak terusik sedikit pun. Dia berjalan dan mengambil tempat. Lerina, mengikutinya. Lerina tetap bersikap biasa meski banyak yang menatapnya tidak suka, dan seolah mencemooh. Namun ada yang berbeda, setau mereka

    Last Updated : 2022-10-21
  • Putra Sang Presdir   Cobalah Berjalan

    Cobalah Berjalan "Sangat tidak sopan, dia membentak ayahnya!" "Bukankah itu Robin Smith dan putrinya?" "Sikap mereka tidak mencerminkan seorang pengusaha!" Masih banyak lagi cibiran dan tatapan sinis dari orang-orang. Robin seketika menjadi malu dibuat putrinya yang sudah meninggikan suara di acara penting ini. Barbara yang melihat itu langsung mengajak mereka pulang. Dia pun sudah malu dengan kelakuan suami dan putrinya. "Sangat memalukan, apa kau tidak bisa menahan dirimu?" Barbara sangat kecewa dengan putrinya. Yang dia harapkan tadi Selena bisa mendapatkan salah satu tuan muda di acara itu, namun malah cemoohan yang di dengarnya. "Aku tidak terima, Bu. Ayah mengatakan aku murahan!" Selena bukanlah orang yang bisa disalahkan, dalam hidupnya apa pun yang ia lakukan adalah benar menurutnya, dia hanya menuruti kata hatinya. "Memang benar yang ku katakan, lihatlah penampilanmu itu!" Robin juga tidak terima di salahkan. "Sudah-sudah! Kalian sama saja, sama-sama memalukan!" Barba

    Last Updated : 2022-10-21

Latest chapter

  • Putra Sang Presdir   Ending

    Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se

  • Putra Sang Presdir   Vin Dan Van Demam

    Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas

  • Putra Sang Presdir   Ada Apa Dengan Rain?

    Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal

  • Putra Sang Presdir   Sudah Pelayan Mesum Lagi

    Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per

  • Putra Sang Presdir   Nasib Pernikahan Luisa

    Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid

  • Putra Sang Presdir   Luisa Lari!

    Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama

  • Putra Sang Presdir   Kau Memang Putriku, Lucia!

    Kau Memang Putriku, Lucia! Lerina menyampaikan kedatangan Luisa dan telpon dari Tuan Valdez tadi. Bohong kalau Lucia tidak merasa bersalah, namun ketakutan terhadap Ludwig juga tak bisa dipungkirinya."Mom aku takut," keluhnya. Meski sesungguhnya ia tidak tega mendengar hal yang terjadi pada Nyonya Valdez. Luisa baru saja menghubungi Lerina terkait ibunya yang menggores pergelangan tangannya dengan pisau.Rasa kemanusiaan Lerina yang begitu kuat menggerakkan hatinya agar membujuk menantunya menjenguk wanita yang mengaku sebagai besannya tersebut."Lucia, mommy tahu seperti apa hatimu," kata Lerina menatap Lucia dengan lembut."Bagaimana kalau Tuan Ludwig ada di sana?" Membicarakannya saja Lucia sudah takut."Kami akan menemanimu, Kau bisa putuskan agar mommy menghubungi daddy dan suamimu," usul Lerina. Dia paham ketakutan Lucia dan mereka juga akan berusaha agar selalu ada di sampingnya.Han dan Sean ternyata bertemu dengan Alberto. Pria itu memohon maaf pada Han dan Sean. Di

  • Putra Sang Presdir   Menjenguk Neve

    Menjenguk Neve Selain bersama suaminya, Nyonya Valdez ternyata berulang kali mencoba datang untuk menemui Lucia, namun berakhir di tolak hingga membuatnya jatuh sakit.Ia di rawat di rumah sakit dalam keadaan lemah, tiada hari tanpa memikirkan Lucia.Tuan Carlos yang sudah sempat pulang ke Spanyol kini datang lagi menjenguk sang adik.Ia berjanji akan menemui keluarga Han untuk meminta agar Lucia melakukan tes dna. Sedangkan Valdez sibuk mengurusi Ludwig yang ada di penjara.Mereka masih mempercayai pria itu dan menganggap Lucia hanya sedang mengalami baby blues pasca melahirkan sehingga sembarangan menuduh Ludwig yang ingin membunuhnya. Pria itu dinyatakan bebas sebab kurangnya bukti, cctv di ruangan Lucia saat itu lagi-lagi dalam keadaan mati.Ludwig merasa senang, tanpa mereka tahu dia sudah menyusun rencana baru untuk menyingkirkan Lucia.Sesuai janjinya Tuan Carlos datang bertamu ke rumah yang ditinggali oleh leluarga Han saat ini.Dia di sambut baik dan di persilahkan m

  • Putra Sang Presdir   Penolakan Lucia

    Penolakan Lucia Han dan Lerina tiba lebih dulu di rumah sakit, Sean menceritakan apa yang ia lihat tadi. Tentu saja hal itu membuat mereka geram, kini hanya tinggal menunggu kedatangan Keluarga Valdez untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana ini. Terlihat dua polisi yang dipanggil Sean berdiri di sebelah kiri dan kanan Ludwig. Dalam hati pria itu merutuki kebodohannya yang meninggalkan Lucia di laut tanpa memastikan kematiannya.Beberapa saat kemudian pasangan Valdez pun datang, mereka terkejut melihat keadaan Ludwig yang babak belur, tapi sekaligus senang karena Lucia telah di temukan.Nyonya Valdez mendekat ke ranjang Lucia, namun segera di cegah oleh Sean."Nyonya, sebaiknya anda tidak mendekati istri saya!" kata Sean tanpa ragu.Nyonya Valdez cukup heran, kenapa dia di larang menghampiri Lucia. Kemudian datanglah Tuan Carlos bersama asistennya."Apa yang terjadi, kenapa Ludwig di awasi polisi?" Tuan Carlos cukup heran melihat banyak orang di ruangan wanita yang d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status