Usai menjemput Bintang dari sekolah, Fatan meminta pada sang istri untuk bersiap. Mereka memakai baju cople yang dibeli Fatan sehingga terlihat sangat serasi. Kapan berdiri di depan cermin dengan Aina berada di sampingnya. Pasangan pengantin baru itu tersenyum melihat pantulan dirinya di cermin yang terlihat sangat serasi. "Kita belum punya foto keluarga selain di acara pernikahan, bagaimana kalau kita ambil foto dulu?" tawar Fatan. Aina mengangguk pasrah apapun yang diminta oleh suaminya dia mengikuti saja. Akhirnya pasangan suami istri itu keluar dari kamar dan bertemu dengan bintang yang juga keluar dari kamarnya memakai baju koko yang sama dengan mereka."Masya Allah ganteng banget anak Papa sama Mama. Sudah siap jalan?" tanya Fatan. Bintang menatap tap penampilan kedua orang tuanya lalu bergantian pada dirinya yang ternyata sama. Bocah itu mendekati kedua orang tuanya dengan bola mata berbinar-binar bahagia. "Wah baju kita samaan!" seru Bintang. Bocah itu lalu menyusup di t
Ijal menjambak rambutnya kasar sampai tiba-tiba ponselnya menjerit-jerit minta diangkat. Wajah pria itu langsung pias melihat nama yang tertera di layar utama ponselnya."Mati aku!" gumam Ijal sembari menepuk keningnya sendiri. "Bagaimana ini pasti Bos sangat marah padaku!" lanjutnya.Hingga beberapa detik berlalu ponsel milik Angel masih dibiarkan meraung-raung meminta untuk diangkat. Lelaki itu bimbang antara mengangkat panggilan itu atau membiarkannya saja. Bisa diapakan jika ia menerima panggilan itu pasti bosnya akan sangat marah karena mengetahui ternyata istri dari mantan suaminya masih hidup dan bahkan mereka kini hidup berbahagia. Namun jika tidak ia terima bosnya pasti akan lebih marah lagi dan kepercayaannya pada dirinya akan hilang.Lagi makan buah simalakama diangkat dia mati tidak pun dia akan mati. Akhirnya dengan menguatkan tekad lelaki itu menggeser tombol telepon hijau ke atas sehingga suara menggelegar dari seberang sana langsung memenuhi indra pendengarannya."Dasa
Malam hari satu keluarga Abi Hanif pergi ke acara Amal yayasan. Rencana semula api Hanif akan datang bersama istrinya saja kini akhirnya membawa serta anak menantu serta cucunya. Mereka berangkat menggunakan mobil Fathan yang lebih besar. Suara celoteh riang Bintang menemani perjalanan mereka ke acara yayasan malam ini. Sesekali Abi Hanif dan Oma Widuri menimpali. Sedangkan Fatan dan Aina di kursi depan hanya tersenyum mendengarnya.Tak butuh waktu lama untuk sampai di tempat acara. Kedatangan ketua yayasan bersama keluarga menjadi pusat perhatian semua undangan yang hadir. Mereka tahu kalau menantu Abi Hanif adalah orang terkaya yang menguasai kerajaan bisnis di negeri ini. Namun baru kali ini mereka melihat dengan mata kepala sendiri jika kabar yang beredar itu benar.Fatan yang bisanya tampil gagah dengan jas mewah, kini tampil berbeda dengan baju Koko senada dengan yang dikenakan istri dan anaknya. Ketampanan dan pesona pria itu makin terpancar malam ini. Apalagi ternyata tanpa s
"Siapa orang yang menghubungi Mas Fatan pagi-pagi begini?" gumam Aina heran. Pasalnya tidak ada nama di pesan itu. Sepertinya nomor baru. Namun bukan hal itu yang membuat Aina terheran-heran melainkan isi dari pesan tersebut yang membuat wanita dengan satu anak itu mematung di tempat.Tak berselang lama suara pintu terbuka Aina terkesiap. Fathan berjalan ke arahnya dengan tatapan memicing. Selama ini dia tidak pernah mengira kalau sang istri berani membuka ponselnya karena benda itu adalah benda pribadi yang sudah ia kunci dan tidak boleh dibuka oleh sembarang orang sekalipun itu istrinya sendiri."Apa yang kamu lakukan dengan HP-ku, Aina?" tanya Fatan dingin.Dengan tangan gemetar wanita itu menyodorkan HP milik suaminya. Semula Fathan mengira sang istri bisa membuka ponselnya yang sudah terkunci namun nyatanya iya salah sangka. Hp-nya masih dalam posisi terkunci seperti semula."Ta-tadi ada pesan masuk," lirih Aina dengan suara bergetar. Dadanya masih bergemuruh mengingat setiap k
"Marvel kau cari sekretaris baru untuk membantumu! Karena kita harus menangani proyek besar maka butuh sekretaris baru agar kerja kita tidak terlalu berat!" ucap Fatan."Baik, Tuan akan saya buka lowongan untuk itu!" jawab Marvel. Asisten yang sudah bekerja sebagai asisten Fatan selama bertahun-tahun itu langsung membuka lowongan sekretaris untuk bosnya. Selama ini sang atasan tidak pernah mau diberikan sekretaris dengan alasan sudah memiliki Marvel sebagai asistennya.Namun karena banyaknya pekerjaan dan proyek-proyek baru yang harus ditangani dengan cepat akhirnya lelaki yang memiliki jabatan tertinggi di perusahaan itu meminta untuk dicarikan sekretaris baru. Selama tiga hari Marvel membuka lowongan sekretaris. Selama itu pula sudah puluhan yang mendaftar. Namun yang lolos secara administratif tinggal tersisa sekitar 25 orang saja. Hari ini Marvel melakukan tes tulis yang langsung dilanjut tes wawancara.Fathan sendiri tidak mau terlibat untuk pemilihan sekretaris itu Karena Dia
Nina menatap layar ponselnya. Waktu sudah menunjukkan jam 12.00 kurang artinya sebentar lagi waktunya istirahat. Ia segera membereskan pekerjaannya dan menoleh ke arah pintu. Sepertinya tidak ada tanda-tanda Marvel akan kembali ke ruangannya dalam waktu dekat mengingat sebentar lagi sudah akan istirahat.Seolah senyum tersungging di bibir Nina. Wanita itu berdiri lalu berjalan menuju pintu kaca sembari mengintip keluar. Dengan langkah mengendap-endap wanita itu membuka pintu seperti seorang maling. Siapapun pasti akan curiga dengan sikapnya yang seperti itu."Nina, apa yang kamu lakukan?" Suara bariton yang selalu terdengar dingin di telinganya selama beberapa jam ini membuat gerakan Nina terhenti.Mendadak bulu kuduknya berdiri membayangkan apa yang akan dikatakan oleh pria tersebut. Perlahan dia menolehkan kepalanya ke belakang. Mencoba memasang senyum terbaiknya agar tidak membuat lelaki itu curiga."Pak Marvel? Sa-saya mau ke toilet, Pak! Iya, ke toilet," jawab Nina gagap. Sebuah
Marvel baru saja hendak berbalik saat tiba-tiba pintu terbuka menampilkan bosnya dengan sang istri. Terlihat penampilan bosnya yang berbeda dengan sebelumnya. Wajah terlihat lebih segar dan berseri-seri dan kemeja yang sudah berganti. Pikiran Marvel langsung traveling ke mana-mana. Ia tahu kalau semenjak menikah dengan Aina bosnya menjadi lebih manusiawi. Pengaruh angin dalam kehidupan bosnya memang sangat besar. Dia tahu selama beberapa jam barusan telah terjadi sesuatu yang membuat atasannya itu menjadi murah senyum."Kamu yakin nggak mau diantar sopir?" tanya Fathan sekali lagi. Lelaki itu sudah mirip seperti emak-emak sekarang. Berulang kali bertanya pada masalah yang sama. Berulang kali pula ia memberi wejangan pada sang istri untuk langsung pulang dan tidak mampir ke mana-mana. "Nggak, Maaas. Aku bawa mobil sendiri. Lagian nggak nyaman aku kalau berdua sama sopir aja," jawab Aina sembari memutar bola matanya yang bulat. Marvel sampai tak tahu harus berbuat apa menyaksikan pe
Fathan bersiap untuk pulang setelah berjibaku dengan tumpukan berkas yang melelahkan. Pria itu sudah tak sabar ingin bertemu dengan istri dan buah hatinya. Sebenarnya ia ingin pulang tepat waktu tapi karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini juga terpaksa dia mengambil lembur hingga jam 8 malam.Setelah mematikan komputer pria itu memakai kembali jasnya yang sudah tersampir di sandaran kursi. Lalu menenteng tas kerjanya dan mematikan lampu kemudian keluar ruangan. Persamaan dengan itu Marvel dan sekretaris baru keluar juga dari ruangan. Tentu saja Marvel tahu kalau bosnya pulang saat ini karena sebelumnya sang Bos sudah memberitahu.Nina tersenyum lalu mengangguk sopan pada Fathan yang tidak meliriknya sama sekali. Mereka berjalan bertiga menuju ke arah lift yang sama dengan Fathan berada di depan. Nina terus memandangi punggung kokoh Fatan tanpa berkedip hingga ketika Fathan berhenti di depan kepalanya membentur punggung kokoh tersebut."Maafkan saya, Tuan!" ucap Ni