"Huukkkhhh...!" suara pria ini tercekat ketika Gail langsung saja menubruk lalu memeluknya dengan sangat erat.
"Oh Tuhan...! Aku tidak menyangka akan bertemu seorang pria tua di sini," ujar Gail sangat senang.
Pria ini memberontak sangat kuat, namun tenaganya kalah jauh dengan Gail yang masih berusia muda ini. Tidak ada pilihan lain, dia harus melakukan sesuatu walaupun hal yang dilakukannya akan sangat menyakitkan.
Dak!
"Akh...!" Gail beringsut, tubuhnya perlahan jatuh lemas ke bawah, kedua tangannya degan sigap memegang bagan aset terpenting dari tubuhnya.
"Ngghh...!" tidak ada ucapan apapun selain erangan. Gail benar-benar merasakan sakit, dan hanya bisa memandang pria tua di hadapannya dengan tatapan mata berkaca-kaca.
"Huh... Kenapa kau ada di sini?" tanya pria ini tanpa rasa bersalah setelah melihat wajah Gail dengan jelas.
Tapi Gail masih berkutat dengan dirinya sendiri, berusaha menekan dan men
Dari sudut matanya, Kevin dapat melihat si pendeta berlari lalu menyelinap keluar. Dia langsung menoleh ke arah Pine yang sedang meringkuk kesakitan, berusaha mengontrol dirinya sendiri.Kevin mengedarkan pandangannya, melihat bahwa suntikan berisi darah itu sudah terpental ke ujung ruangan. Terlalu jauh, ia tidak bisa mengambilnya, terlebih dengan vampir yang terus berusaha menyerangnya ini."Siapa kau sebenarnya!?" tanya Julio yang tidak pernah sekalipun melihat atau mengetahui keberadaan vampir ini."Kau tidak tahu? Apa kau pura-pura tidak tahu?"Bam!Julio menjawab dengan melayangkan sebuah pukulan. "Aku adalah anggota Harawaltz. Aku tahu siapa saja vampir yang ada di setiap klan. Tapi aku tidak pernah melihatmu ada di dalam daftar, ataupun kau berada di salah satu klan. Kau makhluk asing!" jelasnya."Heee... tentu saja," balas vampir ini dengan senyum lebar.Vero maju menyerang, namun dengan mudah vampir
Serangan Fos membuat mereka tidak berdaya. Mereka terpental ke belakang, menabrak tembok dan bahkan meretakkannya. Fos berbalik, menerjang Julio yang sedang bergerak menuju Pine dengan suntikan di genggamannya."Hehehe... Jangan terus berlari, kau akan lelah,” dan tendangan yang sangat kuat membuat Julio terlempar ke arah pintu. Pintu tersebut hancur, Julio dengan sukses terlempar ke luar gua."Sial!" kutuk Vero.Pine terengah-engah. Ia sudah tidak bisa lagi menahan rasa sakitnya namun ia tidak mau menyerah. Otot-otot tubuhnya mulai mencuat keluar, guratan-guratan berwarna hijau tercetak jelas pada kulitnya, yang perlahan berubah menjadi warna hitam.“AAAAKKKKHHHHHHH!!!” Pine mengerang dengan teriakan yang sangat menyakitkan telinga."PINE!" teriak Kevin mendekat namun sekali lagi, ia berhasil dihalau oleh Fos."Kita belum selesai.”“Kau!" geram Kevin. Ia benar-benar murka. Ia menyerang F
ARRGGGHHHH...!!!Suara teriakan yang melengking dan menyakitkan telinga terdengar, membuat semua orang langsung menghentikan apapun yang sedang mereka lakukan. Suara teriakan ini berasal dari dalam gua, dan ini adalah suara wanita. Sudah pasti pemilik suara ini adalah Pine.Diana langsung menoleh, tatapan matanya menajam. Ia langsung mengarahkan pandangannya dan menatap gua yang tidak jauh dari hadapannya dalam kemarahan yang teramat sangat. Emosinya yang terpendam meledak keluar."Tidak! Tidak! Tidak! Jangan lagi...! Tidak!" batin Diana.Rai menatap Dominic, "Kau yang melakukan ini semua?"“Pertanyaanmu agak sulit untuk dijawab.”“Ya, atau tidak!?” geram Rai."Hmm... Tidak spesifik. Aku tidak tahu siapa yang berada di sana," jawab Dominic tenang.Rai mengepalkan tangannya erat-erat, "Jika terjadi sesuatu pada wanita itu maka Diana akan kehilangan kontrol atas dirin
Wsshhh!Tiba-tiba saja Dominic sudah berada di samping manusia ini dan menepuk bahunya. Rai berusaha bangkit, dan menyadari Dominic yang sudah tidak berada di posisinya lagi."SIAL!!!" maki Rai.Rai langsung bergerak cepat, melaju ke arah Dominic. Tapi Dominic langsung menjadikan Diana sebagai tamengnya, menghadapkannya pada Rai. Sehingga Rai bisa melihat dengan jelas hal yang sudah terjadi pada wanita ini.Sebuah luka terbuka yang parah dengan darah yang tidak henti-hentinya mengalir keluar melewati dahan yang sudah menancap setengahnya ke dalam tubuh Diana. Rai mengepalkan tangannya dengan marah, membuat darah merah menetes dari kepala tangannya karena ia menggenggam terlalu erat.Iris mata Rai terlihat semakin gelap, warna merah darah ini semakin menakutkan. Aura membunuh bahkan bisa dirasakan oleh Julio yang tidak berada jauh di sana, ia terbatuk karena kesulitan bernapas. Aura ini benar-benar menekan dadanya. Atmosfer
Fos menyeringai. Ia terus melawan dan menyerang kedua vampir ini tanpa henti. Sementara itu, dengan tubuh gemetar. Pine terbaring menghadap langit-langit. Deru napasnya semakin memburu, bahkan tubuhnya sudah dipenuhi oleh keringat.Pine menggenggam suntikan dengan erat dan mengarahkannya ke tangan sebelah kanan, sementara darah merah bercampur hitam terus mengalir keluar dari lengan kirinya.Dengan yakin Pine menancapkan suntikan ke tangannya, membuat jarum suntik menembus kulitnya. Tidak ada waktu, ia langsung saja mendorong semua isi suntikan ini dengan sekali dorongan. Seiring dengan darah yang terus masuk, ia berteriak dengan sangat kencang.AARRRGGHHHH!!!Kevin mengatupkan giginya rapat-rapat. Ia meminta maaf berkali-kali dalam hatinya. Seharusnya ini tidak pernah terjadi. Seharusnya Pine tidak merasakan sakit yang teramat sangat seperti ini. Ini adalah kesalahannya.***Dominic bang
Upacara perubahan kembali berjalan setelah Pine berhasil menyuntikkan seluruh isi suntikan darah ke tubuhnya. Namun, rasa sakit yang Pine rasakan semakin menjadi-jadi, demikian dengan teriakan kesakitannya.Rasa sakit yang Pine rasakan menghancurkan tubuh dan psikologinya. Rasanya seperti ia dikuliti hidup-hidup. Pine hanya bisa menggeliat dan mencengkeram lantai es sampai hancur.Seharusnya Pine dipegangi, karena dampak rasa sakit ini adalah ia bisa melukai dirinya sendiri, dan inilah yang terjadi. Melalui tangan yang mencengkeram tidak beraturan, darah tidak henti-hentinya mengalir.Darah Pine mengeluarkan bau bunga Lily yang langsung memenuhi ruangan. Baik Vero, Fos, maupun Kevin; mereka sama sekali tidak bisa mengontrol hasratnya. Bau ini terlalu candu, siapa pun yang menghirupnya akan tenggelam dalam hasrat tiada akhir.***"Arrrggghhh... Ngghh... Hahaha...!" jerit Pine tidak terkendali.
"Pertemuan yang sangat tidak terduga. Bukankah begitu, Dion?" sapa Fos dengan suara yang mengerikan.Tapi sejenak Fos meragu, "Dion... hmm... itu namamu bukan? Aku tidak terlalu ingat, karena aku hanya mengingat seorang bocah yang hidupnya selalu didedikasikan untuk orang lain."Diana mengatupkan mulutnya rapat-rapat, giginya saling bergesek. Ia sangat marah kali ini. Diana tahu kenapa semua ini bisa terjadi, karena sosok yang berdiri di sana adalah Fos.Fos bukanlah manusia, tapi ia adalah vampir. Diana mengetahui benar kekuatannya karena dulu, tanpa sengaja ia pernah melihat Fos membantai lima puluh kawanan yang ia yakini adalah vampir dalam hitungan menit."Kau monster!" ucap Diana.Fos mengangkat sebelas alisnya, "Haa... monster? Bukankan sekarang adikmu ini juga menjadi monster?""Jangan menyamakan Diana denganmu!""Lihat, dia sudah menyuntikkan semua isi suntikan darah. Proses perubahan sudah terjadi, dan dia ak
"Kau tahu ini apa?" tanya Julio sambil menghujankan benda tajam ini ke tubuh Rena yang langsung menjerit kesakitan."Ini adalah tulang tangan si pendeta!” seru Julio.TAB!"AKHH!!!" teriakan kembali Rena keluarkan.Julio menyeringai, "Aku seharusnya tidak mematahkan tangannya, menguliti, lalu menggunakan tulangnya seperti ini. Tapi—"TAB!"NGRRHHH!!!"Aku rasa pendeta itu tidak akan keberatan jika aku mempergunakannya untuk membunuhmu,” dan Julio kembali menusukkan tulang runcing ini tanpa ampun.Haahhh... haahhh...Rena memandangnya dengan tajam, “Beraninya kau!”"Saat ini aku sangat kesal, dan matamu membuat kekesalanku semakin bertambah!”"AAAAAKKKHHHH!!!"Julio menggunakan jari-jari berkuku tajamnya untuk mencungkil salah satu mata yang memandang tajam dirinya. Dia menusuk lalu memutar bola mata Rena di rongganya sebe