Home / Fiksi Sejarah / Purba Mahkota / Chapter 4 - Semoga Saja

Share

Chapter 4 - Semoga Saja

Author: Aerina No 7
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Hei, … Indra."

"Uh, y-ya?"

"Aku tahu kamu ini tak banyak berbicara. Tetapi, terkadang, … sekalinya kamu berbicara, kamu malah mengatakan sesuatu yang sangat aneh."

Menceletuk. Purbararang, menyorotkan pandangannya yang didominasi oleh sorot mata heran, lagi menyiratkan segala kebingungan.

“Eh? Apa maksud Anda?”

Mula-mula menempatkan telapak tangannya tuk menutupi mulut dari mengendalikan diri untuk sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara tawa yang sekiranya dapat membuat tunangannya sakit hati nanti, Purbararang cepat-cepat berbicara kembali.

“Apa aku harus membuatmu botak terlebih dahulu, untuk kemudian bisa mengambil rambutmu dan menjadikannya milikku?” tanyanya, dengan mata yang mengerling nakal.

“….”

Senyap sejenak karena otaknya masih memproses informasi yang di dapat dari sang tunangan, Indra Jaya yang membayangkan di dalam angan-angan tentang penampilannya jika ia menjadi orang berkepala plontos, … mendadak langsung merasa merinding.

Dia menggeleng-gelengkan kepalanya secara cepat, untuk menghilangkan pikirannya yang kebanyakan absurd di dalam benak.

“Baguslah. Maksudku, aku tidak perlu membuatmu menjadi orang botak hanya karena menginginkan rambutmu ini. Bukankah ada pilihan lain?”

Menarik Indra Jaya ke depan cermin untuk segera menunjukkan hasil karyanya kepada orang yang ia dandani sambil bersebelahan dengannya ini, yang di mana tingginya sendiri hanya sebatas pangkal hidung si anak laki-laki itu, … Purbararang berceloteh ringan.

“Kamu tinggal tumbuh dengan baik dan selalu berada di sampingku saja."

Tak berlangsung lama, Purbararang juga menggerakkan tangannya untuk menangkup wajah Indra Jaya.

Dia memaksakan tunangannya ini untuk melihat pantulan diri mereka di cermin, karena si empu pemilik mata merah itu sendiri malah lebih tertarik untuk melirik anak gadis di sampingnya terus-menerus.

“Dengan begitu, secara tidak langsung, … aku akan menjadi pemilik rambut indahmu.”

Pada akhirnya tetap menyerah untuk melihatkan arah pandangnya ke pantulan cermin di depan, … Indra Jaya menggulirkan netra yang menyala oleh kilauan kebahagiaannya itu tuk terfokus ke pantulan Purbararang, yang sama sekali tak memiliki niatan untuk berhenti tersenyum ke arahnya dengan menyorotkan pandangan cinta.

Meneguk ludahnya gugup, diam-diam, Indra Jaya bergumam di dalam hati.

“Bukan hanya rambutku. Aku akan memberikan seluruh tubuh, harta, dan cintaku hanya untukmu.”

Menolehkan kepalanya lurus menuju Purbararang yang memandanginya dengan wajah menengadah, Indra Jaya … menarik sudut bibirnya dalam memberikan sang tunangan sebuah senyuman yang betul-betul samar.

“Aku milikmu, dan kamu pemilikku, … Putri Purbararang.”

~•••~

“Wah, lihat! Siapa yang dari hari ke hari semakin tumbuh dengan cantik?”

Seperti biasa, di balik wajah yang memiliki ekspresi dingin nan kaku, Indra Jaya yang semakin lama semakin ingin menghabiskan setiap detik di sepanjang hari-harinya tuk bersama-sama Purbararang, … ikut merasa bahagia tatkala melihat tunangannya dengan ceria memeluk juga menciumi adik bungsunya, yang baru saja merayakan ulang tahun ke tiga di beberapa bulan kemarin.

“Ugyaaa~ Teteh! Wepas! Wepas~”

Adik Purbararang, yakni Purbasari, yang sudah dapat berbicara dengan lancar meskipun ucapannya ada yang masih tidak dapat dimengerti, … mengeluarkan tawa cekikikan khas balita, dan malah menjadikan Purbararang semakin merasa gemas.

Menggulirkan sepasang bongkahan manik kelam obsidian miliknya dari sudut ekor mata, menuju ke arah diamnya sang tunangan yang berdiri di pojok ruang kamarnya Purbasari seperti patung, … Purbararang cepat-cepat memanggil.

“Kenapa hanya diam di sana? Ayo duduk sini,” ajaknya, menepuk-nepuk tempat kosong di dekatnya supaya ditempati oleh Indra Jaya dengan segera.

Delapan bulan bertunangan, Purbararang dan Indra Jaya sudah sepakat untuk berbicara dengan bahasa non-formal saat mereka berdua sedang tidak berada di depan keramaian.

Kikuk dan juga canggung dengan Purbasari yang memfokuskan mata bulatnya ke setiap langkah yang ia ambil, … Indra Jaya langsung mengucapkan kata syukur di dalam hati, begitu dirinya telah berhasil menempatkan posisi di samping Purbararang.

“Pfft, sepertinya Purbasari masih merasa waspada terhadapmu.”

Berkata demikian ketika melihat Purbasari di dekapannya masih menolehkan kepala ke arah Indra Jaya dengan wajah polosnya yang memandangi si Duke kecil itu seolah-olah mencari letak kesalahan, … Purbararang semakin sengaja ingin melakukan sesuatu yang sekiranya dapat membuat hubungan di antara adik dan tunangannya ini menjadi jauh lebih akrab.

“Indra, coba pegang tangannya. Kamu juga harus dekat dengan adikku.”

“Uhh, tapi ….”

“Bukankah nantinya kamu akan menjadi suamiku?”

BLUSH!

Memalingkan muka tersipunya tatkala mendengar kata “Suami”, Indra Jaya yang tetap saja akan mendapatkan cuping telinga yang memerah begitu merasa malu itu pun, … lekas memandang secara hati-hati tangan mungil Purbasari, yang sengaja diasongkan Purbararang ke arahnya.

"Dengan begitu, adikku bakal menjadi adikmu juga."

Purbararang tidak dapat menyadarinya, tetapi, … selaku orang yang tengah merasakannya langsung, Indra Jaya dapat melihat kalau tangannya yang saat ini mulai berani terulur tuk menggenggam tangan putri bungsu kerajaan Pasir Batang, tampak sangat-sangat gemetaran!

Keringat dingin mulai terasa bercucuran di punggungnya, dan Indra Jaya merasa bahwa ekspresi kaku miliknya telah di gantikan oleh raut muka yang begitu tegang.

Apakah Purbasari akan menolaknya dan menangis karena takut kepadanya?

Bagaimana jika itu terjadi, ia benar-benar akan membuat tunangannya yang sangat ia suka … menjadi kecewa terhadapnya?

“Wyahaha.”

“Ah …?”

Semua pemikirannya yang didominasi oleh rasa kecemasan berlebih, mendadak saja lenyap tanpa meninggalkan jejak, … begitu mata merah Indra Jaya menangkap reaksi Purbasari yang menggenggam jari telunjuknya dan menggoyang-goyangkannya sambil tertawa kecil.

“Wah, lihat. Tawanya lucu sekali ya?”

Bukan itu yang Indra Jaya pedulikan.

Melirik diam-diam tunangannya dengan hati yang menggebu-gebu, merasa tidak kuat untuk terus-menerus menampung semua gelora dari rasa bahagia, … Indra Jaya mengguratkan senyuman tipis.

Purbasari yang di hari sebelum-sebelum ini biasanya akan langsung menangis walau belum di dekati, telah benar-benar menerimanya sekarang!

Ini adalah kemajuan yang begitu pesat dalam mengambil langkah dekat untuk menjadi bagian dari keluarga Purbararang.

Untuk menjadi, … akhem! … Menjadi suaminya.

“Hari ini cuacanya sangat bagus. Bagaimana jika kita jalan-jalan ke taman?”

Beranjak dari duduknya sembari menuntun Purbasari di tangan kanan, Purbararang mengulurkan tangan kirinya untuk mengajak Indra Jaya berdiri.

Mengikuti apa yang Purbararang lakukan, Indra Jaya yang telah usai membangkitkan dirinya dan datang menghampiri Purbasari dari samping, lekas menuntun tangan si bocah mungil itu sama seperti apa yang tengah tunangannya perbuat.

Mereka bertiga bersama-sama berjalan dengan tangan yang saling menggenggam, menuju ke taman istana yang dipenuhi oleh banyak bunga hias.

Di tengah perjalanan, Purbararang dan Purbasari begitu sibuk mengoceh dan melarikan pandangan mereka … tuk tertuju kepada kupu-kupu bersayap indah yang terbang di sekitar.

Sedangkan, untuk Indra Jaya sendiri, … dia malah sibuk mengkhayal tanpa lupa menambahkan rona merah pada cuping telinganya dengan semburat yang lumayan parah.

Di dalam benaknya, ia berimajinasi.

Ingin sekali, waktu datang dengan cepat supaya tahun-tahun baru lekas berganti.

Anak laki-laki itu, ingin sekali menjadi orang yang sudah tumbuh dewasa dalam waktu yang segera.

Dia ingin tumbuh tinggi, tumbuh kuat, tumbuh kaya, juga tumbuh tampan, … untuk kemudian bisa segera meminang Purbararang tuk menjadi istrinya dengan hati yang lugas.

Setelah mereka menikah nanti, Indra Jaya berpikir, akan lebih membahagiakan jika ia dan Purbararang memiliki sepasang anak kembar!

Anak laki-laki berambut hitam dan bermata merah, bersama anak perempuan berambut pirang dan bermata merah juga!

Di saat anak-anak mereka sudah sebesar anak balita, Indra Jaya menginginkan mengajak mereka untuk berjalan-jalan bersama dengan Purbararang, sama persis seperti ini.

Berjalan saling bertautan tangan, menikmati suasana tenangnya pagi ditemani oleh sinar mentari yang menerpa kulit dengan halusnya akan aura kehangatan, … tuk kemudian berteduh di bawah pohon bunga musim semi, melakukan piknik keluarga yang penuh rasa cinta!

“Indra, ayo kita istirahat di bawah pohon sana!”

Semoga, hari yang Indra Jaya nanti-nantikan itu, … akan datang tanpa terasa.

Related chapters

  • Purba Mahkota   Chapter 5 - Merona Malu

    “Kerja bagus, semuanya. Terutama, untuk Putri Purbamanik. Dialah yang paling bagus dalam mengerjakan semua pelajaran tata krama hari ini dengan sangat sempurna.”Mendapatkan pujian yang berasal dari guru tata krama para putri yang tak lain adalah Ibu Ratu sendiri, Purbamanik, si putri berambut merah kejinggaan itu menengadahkan kepalanya dengan bangga, … di hadapan para putri yang duduk melingkar bersama ratu dalam latihan acara minum teh.“Ini tidak seberapa, Gusti Ratu." Tersenyum ramah dan merendahkan nada suara dalam ucapan manisnya yang penuh kesopanan, Purbamanik telah berhasil membuat Purbararang menatapnya dengan kesal akibat dari tindakannya yang sok rendah hati tersebut.“Saat ini, Saya masih harus belajar dan mempelajari berbagai macam hal yang jauh lebih banyak lagi.”“Luar biasa! Itu adalah suatu kemauan yang sangat bagus!”Ibu Ratu kerajaan Pasir Batang, Sari Dewi Bunga Pamasti, yang penampilannya semacam bayangan akan perawakan Purbasari–jika bocah berumur 4 tahun seka

  • Purba Mahkota   Chapter 6 - Mendadak Rindu

    “Teteh Lalang! Teteh Lalang!”Anak bungsunya Raja Tapa Agung, Putri Purbasari. Sang balita yang sebentar lagi akan segera memasuki masa usia lima tahun, berlari dengan kaki-kaki kecilnya yang lucu tuk menghampiri sang kakak kandung, Purbararang, ….yang baru saja keluar dari ruang kelas berdansa.“Purbasari!”Membentangkan tangannya dengan lebar-lebar, refleks saja Purbararang langsung menangkap Purbasari yang melompat pada arah jangkauannya tuk masuk ke dalam dekapan. Mereka berdua berpelukan dengan tawa bahagia yang masing-masing keluar dari mulut secara sendiri.Seolah-olah, mereka berdua, … hanya dapat mengenal kata untuk tersenyum dan memancarkan keceriaan bersama-sama, di sepanjang hari.“Tceh.”Berdecih di balik rentangan kipas tangan yang menutupi setengah bagian muka, Purbamanik berujar tidak suka.“Dasar kekanak-kanakan,” ejeknya, yang sayangnya tak dipedulikan oleh para putri yang lain.“Ututu! Purbasari, pipimu ingin aku gigit!”“Kyaak, hentikan!”Mengelik merasa gemas ak

  • Purba Mahkota   Chapter 7 - Yuk, Menari Bersamaku?

    “Para Putri Purba … memasuki ruangan!”KRIETT!Gerbang aula utama kastel dibuka.Memaparkan sinar terang yang berasal dari banyaknya lampu gantung berhiaskan bingkai emas dan bohlam permata, … tuk menerapkan cahaya secara merata mengenai penampilan indah nan memesona dari ketujuh anak perempuan Raja Prabu Tapa Agung.Mereka semua masuk secara bersama-sama dengan Purbararang di barisan pertama.Secara serentak memberikan salam kehormatan kepada para putri yang datang terlebih dahulu dibandingkan raja, ratu, juga para selir ke pesta debutan tahunan ini, … semuanya, tidak ada yang tidak membungkukkan badan mereka secara rendah, atau juga mengangkat sedikit gaun atau menyilangkan satu tangan di depan dada.Menanti kedatangan sang pembuka dan penyelenggara sekaligus tuan rumah dari acara ini, yakni sang raja beserta orang-orang yang menjadi pendampingnya itu hadir, … ketujuh putri dengan alaminya langsung menyebarkan posisi ke tempat-tempat yang ditempati oleh kumpulan bangsawan tuk bersos

  • Purba Mahkota   Chapter 8 - Ada Kupu-kupu Di Perutku!

    Ah.Padahal, dahulu sekali, … yang sering kali membuat pasangannya menjadi salah tingkah hanya karena saling berkontak fisik ringan itu adalah Purbararang. Tetapi, lihatlah saat ini.Waktu telah cepat sekali berlalu, … untuk memaksa tugas membuat tersipu salah satu orang dari sepasang tunangan tersebut, beralih menjadi kepada Indra Jaya.Seakan-akan terbuai oleh efek rindu yang mendalam, … kedua sejoli muda-mudi ini menari di bawah lampu gantung yang dapat menyinari sorot yang berarti dari mata mereka, dengan masing-masing maniknya menampakkan pandangan yang penuh akan rasa nostalgia.Seolah-olah peri cinta datang dan memberkati mereka berdua dengan melontarkan masing-masing satu anak panah untuk menembus hati mereka, keduanya … tak bisa untuk tidak berhenti menyimpulkan sebuah senyuman yang malu-malu, … walau otot-otot di pipi saja sudah menjadi pegal sekali pun.“Apakah aku dapat mempercayai apa yang dilihat oleh mataku ini?”Melihat tarian yang ditarikan pasangan tunangan muda itu

  • Purba Mahkota   Chapter 9 - Calon Anjing Ratu

    “Namanya adalah Tumang.”Semenjak Purbararang menceritakan pengalamannya bahwa ia telah kedapatan ditodong pisau oleh seorang pelayan kepada Indra Jaya, hari ini, demi mengawasi keamanan untuk tunangannya yang tersayang, … si putra Duke itu memilihkan ksatria muda yang sangat ia percaya talentanya, … karena dia adalah pengawalnya sendiri yang kerap kali menjadi lawan pelatihan semua aktivitas seni bela diri.Menenteng pedang dan menempatkannya untuk menjadi tongkat tumpuan tumpukkan tangan, Indra Jaya yang dengan setianya memerhatikan hal detail kecil terkait gerak-gerik Purbararang dalam mengabaikan ksatria bersangkutan yang menekuk satu lutut bersama wajah menunduk di samping meja tempat minum teh, … tersenyum dengan lepas.“Mulai hari ini, … dia akan menjadi pengawalmu, Rarang.”Lama mendiamkan seorang laki-laki muda yang kelihatannya memiliki usia yang hampir sebaya dengan tunangannya, pada akhirnya … Purbararang tetap menggulirkan netranya ke orang yang memiliki nama “Tumang”.Ma

  • Purba Mahkota   Chapter 10 - Rumor Dan Gosip

    “Hei, apa kau mendengarnya?”“Mendengar apa?”“Pelayan baru yang baru bekerja di sini selama satu minggu! Dia sudah keluar dan berhenti bekerja setelah mendapatkan hukuman dari Nyai Putri Purbararang!”“Ohh, be-benarkah? Memangnya apa kesalahannya?”“Aku dengar langsung darinya, dia tak melakukan kesalahan apa pun tapi tetap dihukum dengan tidak adil begitu saja!”“Sungguh?! Jika betul begitu, itu keterlaluan sekali!”“Ehhh?! Benarkah? Itu sulit dipercaya!”“Gasp!”Sekitar tiga pelayan yang baru saja asyik menggunjing, mendadak langsung tersentak begitu tahu-tahu sudah menyadari ada salah satu putri yang mereka layani, Purbasari, … tengah berdiri dengan raut muka yang syok, setelah memikirkan lamat-lamat terkait informasi apa yang tak sengaja ia dengar barusan.“Teteh Rarang-ku tidak mungkin seperti itu!”Ciut dan langsung bertekuk lutut di hadapan putri muda berusia 11 tahunan itu, ketiga pelayan yang takut akan memiliki nasib yang serupa dengan apa yang telah mereka omongkan, … leka

  • Purba Mahkota   Chapter 11 - Bertikai Lagi

    STRAKK!Anak panah menancap.Melesak dari busur milik Putri Purbararang, dan meluncur secara cepat dalam mengenai papan target panahan dengan tepat.“Luar biasa.”Seseorang memuji.Tak berapa lama, ia pun menggerakkan jari jemari yang bertaut dengan busur panahan pula, untuk ikut menyusul pencapaian serupa dalam mengenai target secara tepat jua, … seolah-olah tak ingin kalah dari menyaingi Purbararang.Dia adalah si putri tertua kedua Kerajaan Pasir Batang, Purbamanik.“Untuk seorang putri yang sudah terkenal ke mana-mana akan citranya yang bikin geleng-geleng kepala.”STRAKK!Sekali lagi, papan target panahan ditembak.Memberikan hasil dari lontaran anak panah milik Purbamanik yang mengenai titik tengah target, menancap selepas membelah anak panah milik Purbararang terlebih dahulu.“Apa kau tidak pernah bosan?”Membalikkan ucapan bernada sinis itu dengan pertanyaan, Purbararang yang juga sama keras kepalanya tidak ingin mengalah atau bahkan dikalahkan oleh saudara tirinya ini, … kemb

  • Purba Mahkota   Chapter 12 - Putri Mahkota

    Merebut dan menjadikan mahkota kandidat ratu apanya?Melihat saingannya, Purbararang, yang dengan anggunnya menundukkan kepala di hadapan Paduka Raja juga Paduka Ratu untuk menerima pemberkatan, dan dimahkotai di hadapan seluruh tamu-tamu kalangan bangsawan kehormatan, … Purbamanik menggemeretukkan giginya dengan kesal dari balik rentangan kipas.Mata bermanik kuning kejinggaan itu tampak serius dalam mengilatkan pancaran kemarahan.Terutama, setelah ia kedapatan berkontak mata dengan bongkahan manik berwarna serupa milik ibunya sendiri, … Purbamanik semakin merutuk di dalam hati.“Diberkatilah, Putri Mahkota, Nyai Putri Purbararang.”Begitu sang raja mengucapkan kata-kata harapan itu, secara refleks, orang-orang banyak yang menjadi saksi atas pengangkatan Purbararang menjadi Putri Mahkota tepat di hari ulang tahunnya yang ke-18 ini, … ikut mengucapkan kata-kata yang serupa pula.Apalagi untuk si putra Duke Jaya, Indra, … yang mengujarkan ucapan doa sekaligus harapan itu dengan sangat

Latest chapter

  • Purba Mahkota   Author note

    Halo, ini dengan Aerina No 7! Terima kasih banyak telah mengikuti cerita ini sampai akhir. Wah, sulit dipercaya tapi kisah mereka hanya berakhir di sini, hehe. Saya tidak tahu harus mengatakan apa lagi, yang jelas, Saya sangat-sangat berterima kasih ^^ Ah, ngomong-ngomong, jika berkenan kalian bisa mengunjungi cerita karya Author yang temanya memang tidak jauh-jauh seputar dunia novel, romansa fantasi, dan ada unsur historikal fiksi. Akan tetapi, karena tidak sesuai dengan kriteria di sini, Author mempublikasikannya di tempat lain. Oh, dan …! Nama novelnya itu "Fall For Villains". Untuk lebih jelasnya lagi kalian bisa mengetahuinya di karya*arsa punya Author, dengan nama pena aerinano7. Sekali lagi, terima kasih atas perhatiannya ya! Author sayang kalian banyak-banyak 😘

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Akhir Bahagia

    “Lihatlah, Mama.”Memandang dengan haru sepasang bayi kembar laki-laki dan perempuan yang dibaringkan di samping Rarasati, Mahendra yang di beberapa masa lalu terus mengucapkan terima kasih selama berkali-kali, … tak bisa untuk berhenti menggoda istrinya ini.“Pangeran dan Tuan Putri kita benar-benar sekuat dan setangguh dirimu.”Rasa cemas berlebihan terkait dirinya, seorang Mahendra yang mengkhawatirkan keselamatan Rarasati dalam proses melahirkan tadi, … kini telah tergantikan oleh rasa lega dikala kembali mendapati senyuman yang senantiasa memperindah wajah lelah istrinya sebelum-sebelum itu, sama seperti yang dilakukan sekarang. “Mereka sangat aktif sekali dalam perutmu dulu. Akan tetapi, sekarang, mereka berdua justru jauh lebih kalem dari pada yang kukira ya?"Mungkin, karena merasa nyaman dengan dekapan hawa hangat dari sosok ibu, atau juga karena kelelahan sehabis menangis dengan kencang segera setelah terlahir ke dunia, … anak kembarnya Rarasati dan Mahendra malah asyik ter

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Waktunya Mendongeng

    Cemas. Khawatir. Gelisah.Semuanya bercampur aduk di dalam hati Mahendra Jaya selayaknya badai tornado, di tengah-tengah penantiannya menunggu masa istrinya, Rarasati Jaya, … melahirkan.Ini sudah sore, akan tetapi tanda-tanda dari berakhirnya kontraksi yang terjadi sedari pagi tadi masih belum menunjukkan hilal.Tungkai kaki yang tak bisa berhenti bergerak di tempat. Tangan berkeringatnya yang tak bisa lepas mengepal. Serta wajah seriusnya yang tak bisa sedikitnya dibawa bertenang, … segera dihempaskan semua tuk lepas secara paksa, begitu melihat kedua orang tua serta mertuanya datang memenuhi panggilan darurat yang ia buat tadi.“Bagaimana keadaan Raras?”Yah, itu benar.Bahkan untuk orang tersibuk di negara, Ayahnya Rarasati yang masih menjabat sebagai presiden negara mereka saja … sampai rela mengedepankan situasi putrinya ini dibandingkan dengan urusan lain.Well, paling tidak, Mahendra yang tahu bahwa meskipun Rarasati malu-malu mengakuinya, … lama-kelamaan, istrinya tersebut m

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Hari Yang Dinantikan

    Gelisah, membolak-balikkan posisi tidur menyampingnya ini dari sisi satu ke sisi lain, calon ibu muda, istri dari seorang Mahendra Jaya, yakni Rarasati, … membuat tidur lelap suaminya yang kelelahan itu menjadi terkacaukan akibat terusik.“Urngh, … ada apa … cintaku?”Meski nyawanya terlihat belum sepenuhnya terkumpul, kendati demikian, … memaksakan tubuh lesunya itu untuk segera duduk dengan baik di samping sang istri yang masih tetap menunjukkan gelagat orang gelisah, … Mahendra menarik selimut untuk ia tarik menutupi tubuh Rarasati.“Apa kamu sakit?”Bukan hanya kali ini saja Rarasati bersikap seperti ini.Juga bukan sebab mengandung pulalah dia bertingkah laku semacam itu.Habisnya, dari sejak masih gadis pun, suasana hati milik wanitanya Mahendra Jaya ini gampang sekali berubah-ubah secara tidak karuan.“Kamu betulan sakit? Mana yang sakit? Biar kuperiksa.”Sekali lagi memutar arah tidurannya supaya kali ini dirinya dapat dengan jelas menghadapi duduknya Mahendra, memusatkan mata

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Mi Amor

    “Jadi, jelaskan pada Bapak, Pepita.”Mempersembahkan senyuman yang paling-paling menawan di antara biasanya, wakil kepala sekolah yang duduk di balik meja berpapan nama Mahendra Jaya itu, berhasil membuat anggota OSIS yang hanya beranggotakan inti berupa satu ketua, satu sekretaris, serta satu bendahara sekaligus seksi keamanan, … menjadi merinding mendadak.“Kenapa anak Pak Jang, sekretarisnya 'Ayah Mertua' dari Bapak ini mendadak ingin menjadi anggota OSIS gara-gara kamu?”“Apa?”Bertanya balik sembari melihat murid yang di waktu jam istirahat pertama tadi ia tolong dari para tukang rundung itu, yang saat ini dengan malu-malu bersembunyi di balik bahu wakil kepala sekolah sambil mengintipnya sedikit-sedikit menembus lensa kacamata, … Pepita menautkan alisnya penasaran.“Anak itu …?” lanjutnya dengan nada heran, merasa tidak habis pikir dengan apa yang terjadi. “Dia yang anak sekretaris Presiden ingin menjadi anggota OSIS gara-gara aku? Kenapa? Bagaimana bisa?”Tidak bisa berhenti m

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Rivalku, Sainganku! (2)

    “Pepita Jaya.”Menyahuti panggilan bernada suara lembut lagi menenangkan seolah-olah badai amukan tidak akan pernah menerjang muka cerah berseri-seri milik wakil kepala sekolah, Pepita menengadahkan wajahnya secara percaya diri.“Mendekatlah, Bapak ingin membisikkan sesuatu.”Ahh~!Apakah kakaknya ini sedang benar-benar dalam mode seorang guru di sekolahan sekarang?“Ada apa, Pa—uakhh?!”Awal mula menyangka bahwa kakak laki-lakinya itu akan merasa bangga terhadapnya dan berakhir menghadiahkan tepukan pelan di pucuk kepala, … ujung-ujungnya, Pepita malah menjerit kaget dengan serangan tiba-tiba dari cuping telinga target dari jeweran.“Haha~ anak nakal ini. Kamu salah makan apa sih pas sarapan tadi? Kamu mau jadi wakil kepala OSIS? Murid yang sudah seharusnya menjadi teladan yang baik bagi murid-murid lain? Kamu? Yang suka berantem, merokok, bolos, bajunya berantakan, ngomong kasar, dan malas belajar itu?”Berbicara secara panjang lebar begitu tanpa sekali-kali pun menghapus senyuman p

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Rivalku, Sainganku!

    “Arghh! Sialan!”Menendang batu kerikil di tanah dengan kesal akibat dirinya diadukan oleh Ketua OSIS SMA elite tempatnya bersekolah, sampai dimarahi oleh kakak laki-lakinya yang berprofesi sebagai wakil kepala sekolah, anak gadis bernama Pepita Jaya, … kedapatan mengamuk tidak karuan.“Dia benar-benar …!”Selain dari gara-gara dilaporkan dan menerima sangsi langsung yang kakaknya jatuhkan untuknya supaya dihukum membersihkan rumput bergoyang di halaman belakang gudang penyimpanan alat-alat olahraga, juga disuruh untuk berpakaian dengan benar, … hukuman tambahan yang ditimpakan kepadanya adalah berupa rokok kesayangan harus disita.“… Aku membencinya! Sangat membencinya dari sejak Kakak memberikan beasiswa untuknya!”Pertama kali Pepita melihat sang ketua OSIS, pengadunya, pemuda bernama Lukman yang berasal dari lingkungan kumuh semacam panti asuhan itu, adalah saat kakaknya dan kakak iparnya yang masih berstatus calon, … bersama-sama anak menyebalkan tersebut berkunjung ke rumah tempa

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Ikatan Pernikahan

    “Hufft!”Menarik nafas panjang-panjang akibat merasa tegang pada hari ini, hari di mana seluruh pekerja atau pula para pelajar diliburkan aktivitasnya agar mereka dapat menyaksikan baik secara langsung maupun lewat televisi, berita terkait detik-detik upacara pernikahannya dengan Mahendra yang melamarnya di 27 hari yang lalu, … Rarasati meneguk ludahnya gugup.“Eyy, jangan khawatir. Hari ini dan seterusnya, kamu itu adalah Tuan Putri paling cantik sedunia! Apalagi untuk Mahendra!”“Benar. Tegakkan wajahmu dengan tegas dan percaya dirilah. Aku tahu kamu orang yang seperti itu, Rarasati.”Melirik kedua sahabatnya yang tengah menemaninya lengkap dalam balutan dandanan dua orang pagar ayu, Indah dan Monika, yang menghiburnya dengan tulus begitu, … Rarasati tersenyum simpul.“Baiklah.”Seperti apa yang dikatakan oleh teman-temannya, Rarasati yang melihat bayangannya sendiri ini merasa kalau dirinya memang lebih cantik dari hari-hari biasa.Apakah mungkin ini semua disebabkan karena berdand

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Mana Tahan

    Kenapa ya … hubungan ini terasa hampa?“Sini, aku pakaikan helmnya.”Seraya mata memandang laki-laki berstatus tunangan untuk dua setengah tahun ke belakang di hadapannya dengan ceria melakukan hal-hal remeh jika itu menyangkut dirinya, Rarasati membatin sendiri.“Awas, hati-hati naiknya.”Padahal, dengar-dengar dari orang-orang yang berkencan dan berpacaran dengan pasangannya itu … katanya sudah sering kali melakukan hubungan intim, apalagi ciuman panas yang sudah pasti tidak akan bisa dihitung lagi.“Pastikan rokmu tidak turun dan menggapai rantai motornya ya~ itu bahaya.”Akan tetapi, kenapa hubungannya dengan Mahendra yang sudah bisa dikatakan terjamin dengan ikatan cincin pertunangan ini, bahkan sudah satu atap dalam rumah yang dihadiahkan oleh kakaknya atas pertunangan ini, … tidak pernah melakukan hal aneh-aneh selain dari pegangan tangan, kecupan dahi dan pucuk kepala, atau cipika-cipiki saja?“Kita berangkat~!”Apa Mahendra tidak tertarik dengannya?“Ehh?! Seriusan itu!?”“Ka

DMCA.com Protection Status