"Alexa kapan pulang, Ma?" tanya Pak Hanif pada istrinya. Hari ini pria itu ada jadwal bertemu dengan bebebrepa kolegan di sebuah hotel. Lalu, dirinya berniat mengajak Joan dengan Alexa menghadiri makan malam dan juga berkenalan dengan kolegan mereka. "Pa, buat apa sih mengajak mereka," ujar Clarissa sang kakak. "Papa enggak malu kalau semua orang tahu aibnya Alexa dan tahu suaminya supir?"Pak Hanif menoleh ke arah Clarissa, lalu sejenak berpikir tentang hal itu. Namun, semua sudah berlalu. Lagi pula Alexa sudah tidak hamil dan masalah Joan tidak penting baginya jika pemuda itu adalah sopir. "Tidak ada yang buruk dengan Joan. Dia pria yang bertanggung jawab." Jawaban menohok membuat Clarissa kesal. Sejak dulu sang ayah memang seperti itu. Clarisa kesal, untuk apa bangga dengan seorang sopir. "Pa, suamiku lebih baik dari Joan. Kenapa sih seolah-olah hanya Joan yang kalian banggakan?" Clarissa mulai merasa tersaingi setelah kehadiran Joan. Bahkan, saat Joan menikah dengan Alexa, Cl
"Kamu di jodohkan dengan siapa?" tanya Alexa tiba-tiba. "Dari kapan kamu ada di belakang aku?" "Dari tadi, aku enggak jadi ke kamar. Jo, jujur, kamu di jodohkan dengan siapa?" tanya Alexa lagi. Joan bingung harus menjawab apa. Desakan Alexa membuatnya bingung harus memilah kata demi kata seperti apa agar istrinya tidak salah paham. Wajah Alexa sudah memerah, menjelaskan seperti apa pun tidak akan bisa dan mudah. Apalagi mana ada yang akan percaya orang miskin di jodohkan dengan wanita seperti Felisia."Tetangga dekat rumah. Ibuku takut aku tidak menikah sampai tua, jadi dia bilang akan menjodohkan aku dengan wanita lain." Joan memasang senyum, walau dia tahu Alexa tidak mudah begitu saja percaya dengan apa yang di katakan olehnya. "Kamu enggak bilang kalau kamu sudah menikah sama aku?" tanya Alexa ragu.Joan mengerjapkan mata, lagi pertanyaan Alexa membuatnya bingung untuk menjawab. Apa yang akan dia katakan lagi, tapi pasti Alexa akan terus mendesak dirinya. "Bukan belum bilang
Pak Hanif merasa lega karena Joan dan Alexa sudah datang. Lalu pria tua itu menghampiri menantu kesayangannya. Seperti biasa Joan mencium punggung tangan ayah mertuanya dan dibalas pelukan hangat Pak Hanif. Melihat hal itu Clarissa kakaknya Alexa merasa kesal. Hanya sopir saja malah terlalu dibanggakan sang ayah. Namun, kecemburuan Clariisa terkadang selalu ditepis sang suami. "Jangan begitu Ma, wajar Papa seperti itu sama Joan. Lagian, Joan kan sudah membantu agar nama keluarga kamu tidak buruk." Adam mencoba mengingatkan pada sang istri. "Tapi, Mas. Kalau begitu nanti bisa-bisa jabatan kamu direbut dia. Jadi orang jangan terlalu baik sih. Heran," gerutunya lagi."Mana mungkinlah Joan kan--" Adam secepat mungkin menutup mulutnya. "Joan apa?" Clarisa seperti penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh sang suami. "Joan kan sudah lama sama Papa bekerja, kalau mau dari dulu kan dia mendekati Alexa." Adam tersenyum lalu mengusap rambut sang istri. Clarissa mengerucutkan bibir, ap
"Shit! Kenapa juga malah menjadi berbelit. Apalah yang harus aku lakukan Dam?" "Mengakui kalau kamu adalah orang kaya. Bukan miskin seperti yang kamu tunjukkan. Belum lagi nanti apa kata orang tuamu?" Adam kembali mentertawakan Joan. Pasalnya penyakit dibuatnya sendiri, lalu bagaimana bisa hidup tenang jika berada dalam sebuah kebohongan."Kalau kamu masih menjadi sopir biasa sih enggak masalah mau bohong jadi miskin pun. Tapi, sekarang kamu sudah menjadi bagian keluarga ini. Mau sampai Papa dan Alexa tahu dengan sendirinya atau dari mulut yang lain? Apa enggak kamu pikirkan dampaknya?" Joan bangkit dan mengusap wajah kasar, apa yang dikatakan Adam ada benarnya. Tapi, bagaimana bisa dia berkata jujur pada mertuanya juga istrinya. "Jo, aku balik ke dalam. Takutnya Clarisa curiga. Dan katakan jika saat ini kita membicarakan bisnis. Kamu meminta aku untuk mengajarkan tentang bisnis walau sebenarnya yang sering di ajarkan adalah aku." Adam terkekeh lalu meninggalkan Joan yang masih b
"Joan malam ini temani saya bertemu klien," ujar Pak Hanif.Lelaki itu langsung saja mengatakan tentang maksud dan tujuannya kepada Joan. Bukan tanpa Alasan dirinya ingin ditemani oleh Joan."Oh, iya boleh. Saya antar Alexa dulu mungkin. Katanya mau ada ulang tahun temannya. Memang jam berapa?" tanya Joan lagi.Memang dirinya tadi ada janji terlebih dahulu dengan Alexa. Maka dari itu ia langsung saja mengatakannya terlebih dahulu daripada Pak Hanif terlalu lama menunggunya. Lagi pula jika ia tidak mengantarkan Alexa bisa-bisa wanita itu akan terus-terusan mengomel dan membuat telinganya penging sepanjang hari."Mungkin jam habis isya. Tapi, kalau kalian mau ada acara ulang tahun teman Alexa ya tidak masalah. Tapi, kalau bisa usahakan datang ya." Pak Hanif kembali meminum teh hangatnya. Joan sedikit agak terselamatkan dengan acara Alexa. Setidaknya dia akan terhindar dari sang ayah juga mungkin Felisha wanita yang dijodohkannya. dirinya berharap jika nanti Alexa memintanya untuk teta
Sebenarnya Alexa malas melangkah masuk dalam acara, tapi dia tak enak jika tak datang ke acara Arumi. Arumi salah satu teman baiknya, walau tak begitu dekat tapi mereka suka berbincang di perpustakaan. Alexa memejamkan mata, dia sangat takut apalagi saat ini mungkin Seren sudah menyebarkan gosip tidak enak di kampus. Joan menggenggam tangan Alexa, lalu mengajaknya masuk. Joan terlihat sangat tampan, menggunakan kemeja dan jas hitam. Beberapa wanita memandang pesona suami Alexa. Alex merasa risih apalagi Joan malah melempar senyum. "Bisa enggak jangan tebar pesona. ""Dih, biasa saja kok. Cemburu? " Joan menggoda Alexa. "Geer aja. "Saat keduanya datang, salah satu sosok pria yang berdiri di dekat pintu mengepal tangan dengan keras. "Frans, ternyata dia bisa bahagia setelah kamu buang," ujar Seren yang sengaja memanasi Frans. Seren kembali membuat Frans panas, dengan mengatakan jika dirinya malah kalah dengan sopir rumahnya. Padahal, jika mereka menikah pasti akan bahagia. "Sepe
Alexa menampar wajah Seren, di depan semua orang karena dirinya sudah gak kuat menahan kesal. Mereka boleh menghinanya, tapi tidak menghina Joan. Joan orang baik pikirnya dan tidak mungkin melakukan hal yang buruk. Seren hampir saja menampar balik Seren jika Frans tak menahan tangan Alexa. "CK! Ternyata kalian sudah akur. Sepertinya kamu lebih cocok dengan Frans dari pada Bowo. Kalian itu sepertinya sefrekuensi, sama-sama berhati iblis!" Kamu kan yang membuat aku pingsan malam itu dan sengaja mengatur semua hingga aku --- shit!" Alexa muak dengan apa yang dia kembali bayangkan. Tidak mau membuat pesta Arum hancur, Alexa memilih untuk mundur dan pamit pulang. Namun, sebelum itu dia kembali menyembur dua manusia laknat itu. "Asal kalian tahu, karma berlaku. Sistem tabur tuai, aku enggak menyumpahi. Hanya saja berhati-hati saja apa yang aku alami kemungkinan kalian alami," ujar Alexa. "Lex!" "Apa hah? Jahat kamu Frans!" Alexa menarik Joan dan menemui Arum untuk pamit. Tidak etis
"Tapi bagusnya jika Joan ga ikutkan?" Clarisa masih sangat sengit, baginya suami Alexa tidak sebanding dengan keluarga mereka. Selain takut harta di ambil Joan, Clarisa sangat benci dan berpikir Joan orang jahat. Terlebih lagi dirinya takut jika sampai Alexa disakiti oleh lelaki itu karena mereka tidak mengetahui asal usul orang yang menikahi Alexa tersebut. Sebagai seorang kakak dirinya hanya menginginkan yang terbaik untuk adiknya. Ia juga ingin jika keluarganya aman-aman saja, melihat Joan yang tanpa asal usul yang jelas membuatnya selalu saja curiga ia tidak seperti yang lainnya mudah tertarik dengan lelaki itu, dirinya hanya ingin berjaga-jaga dan takut jika sampai keluarganya disakiti maka dari itu ia akan selalu terus waspada. "Kak, sudahlah sekarang Joan adalah suamiku jangan berpikir yang buruk terus loh sampai kapankah seperti ini?" Alexa sangat kesal sekali mengapa kakaknya selalu saja mempermasalahkan perihal sang suami. Walaupun Joan memang tidak jelas tetapi di mata