Joan menghampiri Alexa yang sudah memendam bara api sejak tadi. Cemburu? Tentunya iya, tapi apa pun yang dirasanya. Dia mencoba menghilangkannya."Kamu sejak kapan di sana?" tanya Joan yang takut jika sang istri mengetahui apa yang dibicarakan olehnya. "Kenapa? Takut ketahuan kalau lagi berduaan sama perempuan lain? Lupa kalau sudah punya istri?" Marahnya Alex membuat Joan terkekeh, bukan marah tapi lebih tepat cemburu dengan keadaan. Namun, bagiamana pun bukan Alexa namanya jika mengakui hal itu. "Aku enggak takut ketahuan, malah seneng melihat kamu cemburu. Tandanya kamu sudah mulai cinta kan sama aku?" Joan menggoda Alexa, lalu menariknya pergi dari tempat itu dan masuk ke kamar lagi. Joan sebisa mungkin menjauhkan dirinya dari ibu kandungnya. Alexa merasa sakit saat Joan menariknya kencang. "Joan sakit tahu!" "Maaf, kita harus pergi dari hotel ini. Aku tidak mau bertemu dengan Frans, kamu mau aku kembali baku hantam dengannya?" tanya Joan."Bukan karena wanita itu?" "Wanita
"Joan? Kamu di sini lagi ngapain?" tanya Felicia. Joan gugup, bukan karena bertemu dengan Felicia, tapi karena dia bingung bagaimana menjelaskan jika wanita itu bertemu dengan Alexa. Otaknya sudah berpikir keras, tetapi sayangnya karena keadaan yang benar-benar tidak pernah ia bayangkan membuatnya tidak bisa berpikir. Johan sudah memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi.Felicia menunggu jawaban dari Joan, wanita itu menatap dengan senyum berharap pria itu mengajaknya ngobrol atau sekedar untuk jalan saling mengenal. Dirinya sangat menaruh harapan sekali kepada Joan. Felicia terus saja menatap Joan dengan sebuah senyuman berharap jika senyuman itu mampu meluluhkan hati sang lelaki.Joan masih saja terdiam otaknya benar-benar ngeblank, ia tidak tahu harus melakukan apa dan juga harus bagaimana. Dirinya tidak pernah memikirkan ini sebelumnya. Ia sangat takut jika sampai kedua wanita itu bertemu Lantas apa yang akan dipikirkan oleh Felicia dan juga apa yang akan dipi
Felisia kembali menyimpan ponselnya ke saku setelah mengetik balasan untuk Frans. Dirinya dengan sengaja ingin tahu maksud dan tujuan Frans. Dirinya memang penasaran mengapa Frans justru mengajaknya bertemu. Memangnya sedekat Apa hubungan mereka sampai-sampai lelaki itu dengan berani-beraninya mengajak bertemu.Pria itu, setelah pertemuan kala itu Frans pun sering menghubungi Felisia. Frans lebih aktif dari pada Joan. Wanita itu berpikir kenapa Joan tak bersikap seperti Frans yang supel. "Seandainya saja yang seperti ini adalah Joan mungkin aku sudah dengan senang hati membalasnya, tetapi aku hanya berandai-andai saja ah menyebalkan sekali."Padahal dirinya tidak jelek, ia cantik. Banyak pria yang tertarik dengan-nya. Berawal dari pertemuan itu, dirinya diabaikan. Tadi pun sama di abaikan juga. Felisia benar-benar tidak mengerti sebenarnya Joan yang ada kelainan atau dirinya yang tidak tertarik di mata lelaki itu ia benar-benar sangat emosi. Memang sih Joan itu bisa dikatakan sebag
Untung saja panggilan masuk itu berhenti, Joan pun lega. Dirinya kira ibunya akan terus-terusan menelepon karena tidak diangkat, tetapi setelah beberapa detik panggilan telepon tidak tersambung lagi membuat lelaki itu benar-benar merasa begitu sangat lega padahal tadi dirinya sudah sangat deg-degan sekali dan dokumen ia kira riwayatnya akan habis sekarang, tetapi berbeda sekarang dirinya masih bisa selamat.'untunglah kalau tidak tamat aku hari ini.'Jangan benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih lagi, entahlah baru dihadapan dengan permasalahan seperti ini saja sudah membuatnya merasa begitu sangat pusing. Apalagi Alexa wanita itu benar-benar begitu sangat teliti, Alexa juga wanita yang sangat penasaran jika dirinya belum yakin tentu saja Alexa akan terus menyelidikinya termasuk mengenai siapa yang meneleponnya itu. Tapi, tidak begitu saja membuat Alexa tidak penasaran. Tatapan dari Alexa pernah benar-benar penuh dengan selidik ia tidak mau jika sampai dirinya harus dibodohi o
"Kamu ternyata lagi di bogor juga?" tanya Frans.Lelaki itu bertanya kepada Felisha, tak menyangka jika ternyata dia juga ada di Bogor. Sebuah kesempatan yang tidak mungkin dirinya lewatkan begitu saja mengajaknya untuk bertemu."Iya begitu deh. Kebetulan aku lagi enggak mood, kamu ajak ketemu ya aku senang saja sih." Felisha tersenyum tipis. Walaupun sebenarnya dirinya tidak mengharapkan kehadiran dari Frans, ia berharap jika sikap lelaki itu adalah sikap Joan yang selama ini dirinya harapkan. Namun, sayangnya semua itu hanyalah sebuah harapan dan tidak akan pernah menjadi kenyataan.Frans merasa wanita di depannya sangat cantik. Dirinya benar-benar begitu sangat terpana melihat kecantikan wanita yang berada di hadapannya itu, namanya sama persis seperti orangnya cantik dengan proporsi badan yang benar-benar bak model saja. Dia pun merasa kenapa tidak Felisha saja yang dijodohkan dengannya. Malah Sesil yang harus dijodohkan dengan dirinya. Jika dirinya dijodohkan dengan Felisha mu
Pak Hardi memijit pelipismya melihat ulah Joan yang sama sekali tidak memperdulikan beberapa panggilan masuknya. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat kesal sekali bagaimana sang anak justru ia tidak mempedulikannya dan bahkan anaknya itu seperti tidak pernah peduli dengan apa yang ia katakan bahkan sebagai seorang ayah dirinya benar-benar merasa begitu sangat lelah sekali. Kepalanya sangat sakit ia tidak bisa berkata apa-apa lagi sekarang. Pak Hardi benar-benar sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya dirinya menghadapi sang anak. Putranya itu benar-benar tidak pernah mau mendengarkan apa yang ia katakan Mbah kan sepertinya apa yang ia katakan pun tidak pernah dianggap oleh sang anak. Dirinya bingung harus bagaimana lagi cara menghadapi sang putra apa yang harus ia katakan sekarang. Dirinya tidak tahu harus seperti apa dan harus melakukan apa sekarang. Lalu, dia menghampiri sang istri untuk bicara pada anak kesayangan istrinya. Walaupun seburuk apa tingkah dari anaknya itu tetap
"Alexa kapan pulang, Ma?" tanya Pak Hanif pada istrinya. Hari ini pria itu ada jadwal bertemu dengan bebebrepa kolegan di sebuah hotel. Lalu, dirinya berniat mengajak Joan dengan Alexa menghadiri makan malam dan juga berkenalan dengan kolegan mereka. "Pa, buat apa sih mengajak mereka," ujar Clarissa sang kakak. "Papa enggak malu kalau semua orang tahu aibnya Alexa dan tahu suaminya supir?"Pak Hanif menoleh ke arah Clarissa, lalu sejenak berpikir tentang hal itu. Namun, semua sudah berlalu. Lagi pula Alexa sudah tidak hamil dan masalah Joan tidak penting baginya jika pemuda itu adalah sopir. "Tidak ada yang buruk dengan Joan. Dia pria yang bertanggung jawab." Jawaban menohok membuat Clarissa kesal. Sejak dulu sang ayah memang seperti itu. Clarisa kesal, untuk apa bangga dengan seorang sopir. "Pa, suamiku lebih baik dari Joan. Kenapa sih seolah-olah hanya Joan yang kalian banggakan?" Clarissa mulai merasa tersaingi setelah kehadiran Joan. Bahkan, saat Joan menikah dengan Alexa, Cl
"Kamu di jodohkan dengan siapa?" tanya Alexa tiba-tiba. "Dari kapan kamu ada di belakang aku?" "Dari tadi, aku enggak jadi ke kamar. Jo, jujur, kamu di jodohkan dengan siapa?" tanya Alexa lagi. Joan bingung harus menjawab apa. Desakan Alexa membuatnya bingung harus memilah kata demi kata seperti apa agar istrinya tidak salah paham. Wajah Alexa sudah memerah, menjelaskan seperti apa pun tidak akan bisa dan mudah. Apalagi mana ada yang akan percaya orang miskin di jodohkan dengan wanita seperti Felisia."Tetangga dekat rumah. Ibuku takut aku tidak menikah sampai tua, jadi dia bilang akan menjodohkan aku dengan wanita lain." Joan memasang senyum, walau dia tahu Alexa tidak mudah begitu saja percaya dengan apa yang di katakan olehnya. "Kamu enggak bilang kalau kamu sudah menikah sama aku?" tanya Alexa ragu.Joan mengerjapkan mata, lagi pertanyaan Alexa membuatnya bingung untuk menjawab. Apa yang akan dia katakan lagi, tapi pasti Alexa akan terus mendesak dirinya. "Bukan belum bilang
Tidak bisa di biarkan, Joan pun tidak mungkin menyembunyikan identitasnya. Selain itu, di mulai cemas dengan beberapa kali Jerico kakaknya menghubungi Alexa. Tidak akan Joan diam begitu saja seperti dulu sang kakak merebut semuanya. "Hari ini aku mau ke kantor papa. Kamu di rumah sama mama atau ada kegiatan lain?" tanya Alexa. "Aku mau ketemu Sesil." Sontak kopi yang sedang di minum Joan pun tersembur begitu saja. Alexa sudah menduga jika sang suami akan kaget mendengar apa yang di katakan. Memang dengan sengaja Alexa mendekati Sesil untuk mengetahui hubungan mereka berdua. Joan kembali merapikan bajunya yang sedikit terkena kopi. "Di ganti Joan. Kamu mau ke kantor Papa dengan baju dengan noda?" Alexa sedikit menggerutu lalu mengambil baju kemeja berwana navy dan menyerahkannya pada Joan."Pakai ini." "Kamu enggak mau bantu aku ganti baju?" tanya Joan."Mimpi aja terus. Halu! Pakai sendiri." Alexa keluar dari kamar, sedangkan Jona terkekeh di kamarnya. Agak sedikit senang karen
"Aku tidak suka kamu dekat atau didekati pria lain. Walau status pernikahan kita hanya dari sebuah kesalahan kamu. Hargai aku walau hanya menjadi suami pengganti." Joan Mempertegas apa yang dia rasakan. Tidak tahu harus menjawab apa, bagaiamana bisa Joan tahu dirinya tadi bersama dengan Jeri. "Apa Sesil yang mengadu? Dia sengaja bukan?" tanya Alexa. Joan mengerutkan kening, bagaimana bisa Alexa berpikir yang mengadu adalah Sesil. Tidak tahu saja jika yang mengadu adalah kaka iparnya. Namun, tidak mungkin dia mengatakan hal itu karena Alexa tidak tahu jika dirinya sering bertukar pesan pada Adam. "Bukan Sesil, bahkan dia tidak ada mengirim pesan hari ini." "Tapi biasanya dia mengirim pesan?" tanya Alexa sinis. Kali ini malah Alexa yang merasa kesal dengan Joan. Keduanya sebenarnya sudah saling peduli. Apalagi Alexa yang sudah mulai merasa kesal atau cemburu jika Joan bersama dengan wanita lain. "Kenapa jadi aku yang di sudutkan? Kita lagi bahas Jerico."Alexa kini merasa heran,
Clarisa begitu emosi bagaimana bisa sekarang semua orang justru memihak kepada Joan sepertinya laki-laki itu sudah bisa mencuci otak semua orang sampai-sampai dirinya yang anak kandung justru diperlakukan seperti itu. Sebenarnya apa yang ia katakan tidak ada salahnya bukan memangnya Joan menikah dengan Alexa itu karena Alexa hamil dan sekarang Alexa sudah keguguran lantas tidak diperlukan lagi bukan, dia pun langsung meninggalkan ruang tamu dan masuk ke kamarnya. Mereka berencana akan menginap karena sudah terlalu malam. Adam meminta maaf pada ayah mertuanya. "Maaf pak mungkin karena Clarissa terlalu kelelahan dia tidak bermaksud seperti itu, dia hanya terlalu Sayang saja kepada Alexa." Sebagai seorang suami Ia hanya ingin melindungi martabat istrinya itu. Dirinya juga tidak menyangka jika ternyata Clarissa bisa mengatakan hal seperti itu, hal yang benar-benar sangat diluar dugaan ia kira Clarissa hanya membenci Joan saja tak menyangka jika ternyata istrinya itu berani mengatakan h
Sementara, di rumah Joan kesal melihat sebuah pesan dari Adam. Sang kakak benar-benar membuat dia jengkel, bagaimana Jeriko bisa mendekati Alexa. Katanya itu benar-benar begitu sangat gatal bagaimana bisa adik iparnya sendiri saja didekati andai saja sang kakak mengetahui yang sebenarnya jika Alexa itu adalah istrinya meminta kakak tidak akan berani seperti itu. Ia di rumah hanya bisa menahan rasa kesal yang benar-benar begitu sangat membara saja, Johan benar-benar tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh kakaknya itu karena mendekati sang istri. Dia benar-benar merasa begitu sangat kecewa sekali. Ia tentu saja akan memberikan sebuah pelajaran.Harusnya dia di sana dan dengan bangga memperkenalkan sang istri pada keluarganya. Namun, karena hal itu benar-benar membuatnya merasa ia tidak bisa memperkenalkan istrinya di hadapan orang tua. Padahal Alexa benar-benar wanita yang pantas dirinya banggakan dan waktu saja yang belum tepat. Ya benar-benar merasa begitu sangat menyesal, seharu
"Iya, anak saya Alexa sudah menikah. Dia menikah muda dan suaminya hari ini sedang mengurus bisnis saya di luar kota." Kali ini Pak Hanif yang berbohong. Hanya karena satu orang kedua orang tua itu terpaksa berdusta.Mereka berdua harus berbohong untuk menutupi semuanya, tidak mungkin jika mereka semua harus mengatakan secara langsung. Rasanya benar-benar martabat menantunya.Harusnya mereka tahu jika yang mereka lindungi adalah orang yang sama. Joan, benar-benar membuat mereka pusing. Pak Hardi berbohong untuk melindungi harkat dan martabatnya, Pak Hanif ia berbohong untuk melindungi menantunya itu. Mereka semua begitu sangat tampak melindungi Joan.Sayang sekali pikir bu Delima jika Alexa sudah menikah karena dirinya ingin sekali wanita itu jadi menantunya. Sayangnya dia baru saja bertemu dengan Alexa dan tidak mengenal Alexa lebih dulu, mungkin akan lain cerita. Padahal tadi darinya cinta berangan-angan mengenai Alexa, tetapi sayangnya justru langsung dipatahkan oleh kenyataan jik
Jerico seperti menyukai Alexa, dia gencar mengajak bicara wanita itu. Namun, Alexa enggan untuk banyak bicara. Alexa benar-benar merasa begitu sangat kesal karena melihat Jericho yang meminta nomor ponselnya sangat jelas sekali jika lelaki itu pasti menyukainya.Lalu tak sengaja bertemu dengan Felisha. "Hai, Ka. Hmm ... adikmu enggak datang?" tanya Felisha. Melihat ketidakhadiran Joan membuat Felisha merasa benar-benar sangat kesal padahal ia datang ke sini hanya ingin bertemu dengan Juan saja, tetapi sayangnya lelaki itu justru tidak ada benar-benar sangat menyebalkan kurang beruntung sekali hari ini dia. Sesil melihat kondisi itu takut Felisha keceplosan bicara tentang Joan. Dirinya yang tadi sedang memperhatikan Alexa dan juga Jericho memilih untuk langsung menghampiri mereka saja. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat takut jika sampai Felisa keceplosan mengenai Joan bisa hancur semuanya. Akhirnya Sesil mengajak Alexa menjauh dari Jerico. Melihat Alexa yang tidak nyaman akh
"Tapi bagusnya jika Joan ga ikutkan?" Clarisa masih sangat sengit, baginya suami Alexa tidak sebanding dengan keluarga mereka. Selain takut harta di ambil Joan, Clarisa sangat benci dan berpikir Joan orang jahat. Terlebih lagi dirinya takut jika sampai Alexa disakiti oleh lelaki itu karena mereka tidak mengetahui asal usul orang yang menikahi Alexa tersebut. Sebagai seorang kakak dirinya hanya menginginkan yang terbaik untuk adiknya. Ia juga ingin jika keluarganya aman-aman saja, melihat Joan yang tanpa asal usul yang jelas membuatnya selalu saja curiga ia tidak seperti yang lainnya mudah tertarik dengan lelaki itu, dirinya hanya ingin berjaga-jaga dan takut jika sampai keluarganya disakiti maka dari itu ia akan selalu terus waspada. "Kak, sudahlah sekarang Joan adalah suamiku jangan berpikir yang buruk terus loh sampai kapankah seperti ini?" Alexa sangat kesal sekali mengapa kakaknya selalu saja mempermasalahkan perihal sang suami. Walaupun Joan memang tidak jelas tetapi di mata
Alexa menampar wajah Seren, di depan semua orang karena dirinya sudah gak kuat menahan kesal. Mereka boleh menghinanya, tapi tidak menghina Joan. Joan orang baik pikirnya dan tidak mungkin melakukan hal yang buruk. Seren hampir saja menampar balik Seren jika Frans tak menahan tangan Alexa. "CK! Ternyata kalian sudah akur. Sepertinya kamu lebih cocok dengan Frans dari pada Bowo. Kalian itu sepertinya sefrekuensi, sama-sama berhati iblis!" Kamu kan yang membuat aku pingsan malam itu dan sengaja mengatur semua hingga aku --- shit!" Alexa muak dengan apa yang dia kembali bayangkan. Tidak mau membuat pesta Arum hancur, Alexa memilih untuk mundur dan pamit pulang. Namun, sebelum itu dia kembali menyembur dua manusia laknat itu. "Asal kalian tahu, karma berlaku. Sistem tabur tuai, aku enggak menyumpahi. Hanya saja berhati-hati saja apa yang aku alami kemungkinan kalian alami," ujar Alexa. "Lex!" "Apa hah? Jahat kamu Frans!" Alexa menarik Joan dan menemui Arum untuk pamit. Tidak etis
Sebenarnya Alexa malas melangkah masuk dalam acara, tapi dia tak enak jika tak datang ke acara Arumi. Arumi salah satu teman baiknya, walau tak begitu dekat tapi mereka suka berbincang di perpustakaan. Alexa memejamkan mata, dia sangat takut apalagi saat ini mungkin Seren sudah menyebarkan gosip tidak enak di kampus. Joan menggenggam tangan Alexa, lalu mengajaknya masuk. Joan terlihat sangat tampan, menggunakan kemeja dan jas hitam. Beberapa wanita memandang pesona suami Alexa. Alex merasa risih apalagi Joan malah melempar senyum. "Bisa enggak jangan tebar pesona. ""Dih, biasa saja kok. Cemburu? " Joan menggoda Alexa. "Geer aja. "Saat keduanya datang, salah satu sosok pria yang berdiri di dekat pintu mengepal tangan dengan keras. "Frans, ternyata dia bisa bahagia setelah kamu buang," ujar Seren yang sengaja memanasi Frans. Seren kembali membuat Frans panas, dengan mengatakan jika dirinya malah kalah dengan sopir rumahnya. Padahal, jika mereka menikah pasti akan bahagia. "Sepe