Gifran masih memandangi istrinya yang tertidur nyenyak. Merasakan Serena bergerak membuka matanya perlahan, laki-laki itu justru pura-pura menutup mata. Dia ingin tahu, bagaimana reaksi istrinya saat bangun.
Benar saja, kedua mata Serena perlahan terbuka menyesuaikan cahaya matahari pagi. Gadis itu mendapati dirinya terbangun dari pelukan suami yang masih terlelap tidur. Perlahan Serena bergerak tanpa ingin membangunkan suaminya. “Ya, Tuhan kenapa bisa, aku tidur nyaman di dada bidang suamiku.” gerutu Serena sesaat memperhatikan suaminya yang berbaring di atas ranjang sangat lelap.
Gadis itu menginjakkan kakinya ke atas lantai kamar langsung menuju kamar mandi membersihkan diri sebelum Gifran bangun. selama di dalam kamar mandi Serena mengutuk dirinya yang mudah terpesona pada paras rupawan Gifran yang tertidur damai. Bahkan ia berkali-kali menepuk kepalanya.
Sementara itu Gifran bangun saat merasakan ranjang di sampingnya kosong. “Pasti dia su
Tak butuh waktu bagi mereka untuk mendapatkan pujian dari warga net. Usai menyelesaikan sarapan dan keluar dari area restoran, Serena dan Gifran menjadi trending topik seketika di situs pencarian. Kemsraan yang mereka lakukan saat sarapan tadi membuat warga net iri dengan. Bahkan, mereka memuji kecantikan Serena yang terlihat natural hanya dengan riasan make up yang natural.Pagi ini, Gifran mengajak Serena bertemu dengan rekan bisnisnya yang kebetulan liburan juga di hotel ini. mereka duduk di salah satu kafe yang terletak di tepi pantai.“Kamu, nggak keberatan, ‘kan kalau kita ke kafe dulu ngopi. Kebetulan, di sini ada rekan bisnisku yang tengah berlibur.” Terang Gifran.“Baiklah.” Sahut Serena singkat.Mereka berdua tiba di kafe yang berjarak 50 meter dari hotel tempat mereka menyantap makanan. Keduanya memilih berjalan kaki sembari menikmati pemandangan laut yang begitu tenang di saat pagi ini. burung-burung beterba
Gifran lekas mengambil ponselnya dari Smith. “Gue, nelfon istri dulu,” kembali mendaratkan tubuh di kursi tempat mereka nongkrong Gifran menekan kembali nomor istrinya.“Sayang, kamu di mana sekarang?” tanya Gifran sengaja berkata ‘sayang’ di depan Smith pasalnya, ingin menekan kata tersebut, agar Smith tahu kalau dirinya romantis.[“Aku kembali ke hotel”] jawab Serena kesal di seberang. Rencananya ia akan mengambil foto di sana dengan suaminya.Sementara gifran sudah tahu dari nada suara istrinya, perempuan tersebut sedang ngambek.“Ya, sudah aku menyusulmu sekarang!” Gifran mematikan ponselnya. Menatap Smith yang ada di hadapannya.“Smith, maaf aku harus kembali menyusul istriku,” Gifran berkata seraya beranjak dari kursi.Smith mengangguk. “Tidak, apa-apa. Istrimu sekarang lebih penting. Cepat susul dia. Mungkin, saat ini dia membutuhkanmu!”
Sejak pengakuan perasaan mereka satu sama lain, Gifran mengajak Serena berdansa menikmati alunan musik dari band usai menyelesaikan sesi makan malamnya.“Mas, aku nggak bisa dansa,” ujar Serena saat suaminya sudah menariknya turun ke area dansa.Gifran tersenyum. “Ada, aku yang akan mengajarimu, sayang. Kamu, cukup mengikuti gerakanku saja. mengikuti irama langkah kakiku.” Gifran meraih tangan istrinya dinaikkan ke pundaknya. Sementara, ia memegang pinggang ramping istrinya.Serena pun terpaksa mengikuti kemauan suaminya. Sekalian, ia juga belajar berdansa di acara elit kaum kalangan atas. Tujuannya, agar dia tidak mempermalukan suaminya, jika mereka diundang ke pesta tersebut.Keduanya bergerak ke kanan dan ke kiri sesuai irama. Alunan musik klasik menambah romantisme malam itu. Kedua insan yang sedang berbunga-bunga usai pengakuan isi hati masing-masing, saat ini tengah berbahagia.Saat ini, keduanya tengah berada di
Menjelang sore hari, Gifran dan Serena bersiap kembali ke rumah. Pasangan yang baru saja saling mengungkapkan isi hati itu merasa sangat senang melakukan perjalanan ini. Sebab, Gifran sudah merencanakan perjalanan ini jauh-jauh hari sebelumnya. Dan ia tidak ingin merasa ada yang gagal.“Sebaiknya kamu, tidur saja, sayang!” Sejenak, Gifran menoleh ke samping istrinya seraya menggenggam tangan Serena.Serena mennggeleng. “Aku, ingin menemani kamu, menyetir sampai rumah,” sahutnya dengan menatap jalanan yang menyajikan panorama indah khas pantai.Gifran tersenyum mendengar ucapan istrinya. “Ya, sudah kalau itu mau kamu, aku nggak larang. Cuman, sedikit khawatir aja nanti kamu kelelahan.”Menempuh perjalanan kurang lebih dari dua jam setengah, akhirnya mobil mewah sedan hitam tiba di carport. Lantas keduanya turun mengambil barang bawaan dibantu oleh asisten rumah tangga.Gifran dan Serena bergandengan tangan m
“Mama, Papa.” Serena langsung menghambur ke pelukan kedua orang tuanya. Dia tidak menyangka jika pagi ini akan mendapatkan kejutan dari kedua orang tuanya.Melepaskan pelukan, Serena menatap mama dan papanya bergantian. “Ngapain, Mama sama Papa ke mari? tumben banget,” seloroh Serena mendudukkan diri di kursi yang ada di ruangan tersebut. Diikuti mama dan papanya.Raja dan Ratu saling melempar pandangan seraya memberi kode satu lewat mata satu sama lain. “Kamu aja yang jelaskan.” Begitu kira-kira maksud kode tersebut. Mama Ratu tersenyum. “Nggak, kami ke mari hanya ingin melihat suasana toko saja. Sudah lama, ‘kan Mama dan Papa terakhir berkunjung ke mari semenjak kamu nikah. Lagian, Mama dan Papa kangen sama karyawan dan suasana toko. Iya, ‘kan, Pah!” tanya mama Ratu pada suaminya.Papa Raja yang merasa terintimidasi oleh istrinya saat ini mengangguk saja. “I-iya, benar
Sementara itu Raja dan Ratu berpamitan kepada anak mereka. Keduanya masuk ke dalam ruangan Serena berniat pamitan. “Mama sama Papa mau pergi dulu. ada sesuatu yang harus kami beli sebelum kembali ke rumah.” Alasan Mama Ratu kepada anaknya.Serena yang sibuk memeriksa laporan penjualan mengangkat kepalanya menatap kedua orang tuanya yang tengah duduk di sofa di ruangannya.“Bukannya, Mama dan Papa mau tinggal-tinggal dulu. Kok, mau langsung pulang?” tanya Serena menatap mama dan papanya bergantian.“Iya. Benar sekali, yang kamu katakan. Awalnya kami ingin tinggal dulu. Tetapi, Mamamu langsung teringat sesuatu. Ia belum membeli beberapa bunga dan makanan buah si belen. Makanya kami harus cepat-cepat kembali. Kamu, nggak mau ‘kan kalau sampai si belen nggak makan.” dusta papa Raja.Baru kali ini, mama dan papa Serena benar-benar seperti seorang aktor dan aktris. Keduanya pandai berakting di depan anak mereka. Padahal
Semua orang panik melihat Serena yang tiba-tiba pingsan. Tidak terkecuali dengan Gifran. Laki-laki itu cepat menggendong istrinya masuk ke dalam lift dan segera membawanya ke rumah sakit. Ia sangat khawatir dengan keadaan Serena. Pasalnya selama tadi pagi dan sore hari istrinya itu masih kelihatan bugar dan sehat diajak berkeliling mal. Serena sama sekalitidak menunjukkan raut wajah yang tidak sehat.“Kita, susul mereka sekrang, Pa!” Ratu mengajak suaminya mengikuti Serena dan Gifran. Sebagai orang tua, ia sangat khawatir jika terjadi sesuatu kepada anaknya. Solanya selama ini Serena tidak pernah menunjukkan gejala yang mencurigakan. Entahlah, kalau ada sesuatu yang ia sembunyikan dari mama dan papanya.Raja mengangguk. “Ayo, Ma!” Keduanya langsung mengikuti Gifran yang masih menunggu di depan lift. Disusul dengan semua keluarga dan sahabat. Mereka semua turut mengantarkan Serena ke rumah sakit.“Kita berdoa saja, semoga kondisi Ser
Sepeninggal semua orang, kini sisa Gifran yang tinggal menemani sang istri yang masih memejamkan mata, terbaring di atas ranjang pasien. Ia masih menatap Serena seraya menggenggam tangan istrinya. “Aku, berjanji sayang akan menjagamu dan juga anak kita,” gumam Gifran mengelus tangan istrinya.Hal yang tidak ia duga akhirnya terjadi. Serena menggerakkan jari tangannya. Membuat Gifran merasa senang. “Sayang, kamu sudah bangun?” tanya Gifran menatap istrinya yang sudah membuka mata.“Ha-haus.” Ucap Serena pertama kali saat sadar.“Tunggu, sayang. Aku akan mengambilkannya untukmu.” Dengan gesit, Gifran meraih botol air mineral yang ada di atas nakas. Memberi sedotan agar memudahkan sang istri meminumnya.Gifran kembali meletekkan botol minuman tersebut ke tempat semula.“Ke-kenapa, aku bisa di sini?” tanya Serena heran. Ia melihat ruangan yang dominan berwarna putih yang ia yakini sebuah kamar