Sementara itu Raja dan Ratu berpamitan kepada anak mereka. Keduanya masuk ke dalam ruangan Serena berniat pamitan. “Mama sama Papa mau pergi dulu. ada sesuatu yang harus kami beli sebelum kembali ke rumah.” Alasan Mama Ratu kepada anaknya.
Serena yang sibuk memeriksa laporan penjualan mengangkat kepalanya menatap kedua orang tuanya yang tengah duduk di sofa di ruangannya.
“Bukannya, Mama dan Papa mau tinggal-tinggal dulu. Kok, mau langsung pulang?” tanya Serena menatap mama dan papanya bergantian.
“Iya. Benar sekali, yang kamu katakan. Awalnya kami ingin tinggal dulu. Tetapi, Mamamu langsung teringat sesuatu. Ia belum membeli beberapa bunga dan makanan buah si belen. Makanya kami harus cepat-cepat kembali. Kamu, nggak mau ‘kan kalau sampai si belen nggak makan.” dusta papa Raja.
Baru kali ini, mama dan papa Serena benar-benar seperti seorang aktor dan aktris. Keduanya pandai berakting di depan anak mereka. Padahal
Semua orang panik melihat Serena yang tiba-tiba pingsan. Tidak terkecuali dengan Gifran. Laki-laki itu cepat menggendong istrinya masuk ke dalam lift dan segera membawanya ke rumah sakit. Ia sangat khawatir dengan keadaan Serena. Pasalnya selama tadi pagi dan sore hari istrinya itu masih kelihatan bugar dan sehat diajak berkeliling mal. Serena sama sekalitidak menunjukkan raut wajah yang tidak sehat.“Kita, susul mereka sekrang, Pa!” Ratu mengajak suaminya mengikuti Serena dan Gifran. Sebagai orang tua, ia sangat khawatir jika terjadi sesuatu kepada anaknya. Solanya selama ini Serena tidak pernah menunjukkan gejala yang mencurigakan. Entahlah, kalau ada sesuatu yang ia sembunyikan dari mama dan papanya.Raja mengangguk. “Ayo, Ma!” Keduanya langsung mengikuti Gifran yang masih menunggu di depan lift. Disusul dengan semua keluarga dan sahabat. Mereka semua turut mengantarkan Serena ke rumah sakit.“Kita berdoa saja, semoga kondisi Ser
Sepeninggal semua orang, kini sisa Gifran yang tinggal menemani sang istri yang masih memejamkan mata, terbaring di atas ranjang pasien. Ia masih menatap Serena seraya menggenggam tangan istrinya. “Aku, berjanji sayang akan menjagamu dan juga anak kita,” gumam Gifran mengelus tangan istrinya.Hal yang tidak ia duga akhirnya terjadi. Serena menggerakkan jari tangannya. Membuat Gifran merasa senang. “Sayang, kamu sudah bangun?” tanya Gifran menatap istrinya yang sudah membuka mata.“Ha-haus.” Ucap Serena pertama kali saat sadar.“Tunggu, sayang. Aku akan mengambilkannya untukmu.” Dengan gesit, Gifran meraih botol air mineral yang ada di atas nakas. Memberi sedotan agar memudahkan sang istri meminumnya.Gifran kembali meletekkan botol minuman tersebut ke tempat semula.“Ke-kenapa, aku bisa di sini?” tanya Serena heran. Ia melihat ruangan yang dominan berwarna putih yang ia yakini sebuah kamar
Pagi ini usai melakukan pemeriksaan, Serena sudah diperbolehkan pulang. “Ingat, Tuan, jangan sampai istri anda mengalami kecapekan. Konsumsi makanan bergizi serta banyak konsumsi buah dan sayur,” ujar Dokter wanita paruh baya sebelum Serena dan Gifran keluar. “Baik, Dok. Terima kasih.” Setelah kepergian dokter, Gifran mengambil kursi roda berniat untuk mendorong istrinya keluar menuju mobil. Namun, hal itu membuat Serena keberatan. “Aku, tidak sakit. untuk apa aku naik kursi roda. Aku, bisa jalan sendiri!” tolak Serena. “Sayang, ini demi kebaikan kamu. Kamu nggak dengar apa kata dokter, tadi. kamu itu nggak boleh kelelahan! Jadi, jangan membantah, yah. ikuti saja ucapanku!” Serena menggeleng kepala. Dia merasa aneh saja jika orang-orang melihatnya di dorong kursi roda. “Pokoknya, nggak! Aku nggak mau jadi perhatian orang-orang. Aku malu. Kamu bilang aku nggak sakit parah. Bukan berarti aku harus naik kursi roda, ‘kan!” tolak Serena. Ia tetap b
Usia kandungan Serena memasuki minggu ke dua belas. Itu artinya, kandungan Serena sudah berjalan tiga bulan. Selama awal trimester Serena selalu menginginkan makanan yang tidak masuk ke dalam daftar makanan sehat ala Gifran. Suaminya dibuat kalang kabut memenuhi semua permintaan Serena yang sangat tidak masuk akal bagi Gifran.“Sayang, kamu ‘kan tahu kalau semua makanan yang kau sebuatkan tadi tidak memiliki kandungan gizi yang baik untuk tumbuh kembang buah hati kita,” protes Gifran duduk di samping istrinya di atas ranjang.Sejak semalam, Serena terus merengek minta dibelikan asinan manga. Tetapi, Gifran langsung menolak mentah-mentah permintaan tersebut.“Ya, sudah kalau kamu, nggak mau cari. Lebih baik kalau aku sendiri cari!” Serena beranjak dari ranjang. “Kamu, mau ke mana sayang?” tanya Gifran balik. Pasalanya, ia melihat pakaian sang istri yang masih membalut tubuhnya dengan pakaian dinas malam
Serena menghampir suaminya yang sudah menunggunya di sofa. “Kita berangkat sekarang! Aku sudah siap,” ujarnya berdiri di depan Gifran.Laki-laki yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya mendongakkan kepala. Sejenak ia melihat penampilan sang istri. “Apa kamu yakin memakai pakaian seperti ini?” tanya Gifran mengerutkan keningnya.Menganggukkan kepala Serena berkata yakin “Iya. Memang apa ada yang salah dengan penampilanku?” tanya Serena dengan nada kesal.“Ng-nggak,” jawab Gifran. Lekas ia meraih kunci mobil yang terletak di atas meja. “Yuk! Keburu asinan mangganya habis,” ucapnya menarik tangan sang istri ke luar kamar. Gifran tidak ingin memperpanjang perdebatan masalah pakaian istrinya.Mama Lusi yang duduk di ruang keluarga membolak-balikkan majalah, tidak sengaja melihat anak dan menantunya turun. “Kalian, mau ke mana?” tanyanya seraya memperhatikan penampilan Serena dan Gifra
“Sudah. Sayang. Aku sudah nggak sanggup lagi,” tolak Gifran merasa perutnya sudah sesak, penuh terisi dengan segala jenis asinan.“Ini, Mas sisa satu lagi mangganya.” Serena masih membujuk sang suami untuk membuka mulut.Gifran menggeleng pertanda sudah tidak ingin lagi. Ia berlari ke wastfle memuntahkan seluruh makanan yang ada di dalam mulutnya. Melihat sang suami mendadak muntah, Serena panik. “Mas, Kamu nggak apa-apa?” tanya Serena cemas sembari mengurut tengkuk sang suami.“Ah… ah…!” Menyeka mulut dengan tisu Gifran berkata, “Entahlah, tiba-tiba perut aku rasanya mual dan pengen muntah. Mungkin pengaruh asinan kali karena terlalu makan banyak,” sahut Gifran.Serena merasa bersalah kepada suaminya. Matanya berkaca-kaca mendengar perkataan sang suami.“Maafin aku, Mas,” ucap Serena begitu sampai di kamar. Lalu, membaluri punggung dan perut suaminya dengan
Pertanyaan Serena membuat mama Lusi dan Gifran saling menatap.“Itu ramuan untuk meningkatkan kesehatan saja. Mama pikir, akhir-akhir ini Gifran makin sibuk jadi mama menyuruh bi Ina untuk membuatkan ramuan ini agar dia sehat bugar,” sahut mama Lusi. Ia tahu dari tatapan Gifran tadi seolah menyiratkan jangan memberitahu kondisinya kepada istrinya.Serena mengangguk paham. Ia pun melanjutkan sarapannya. Sementara Gina, ia melihat ada sesuatu yang disembunyikan mama dan kakaknya. Sebab, ia memperhatikan tadi sejenak keduanya saling berpandangan menyiratkan ada yang disembunyikan.“Ya, sudah. Sayang aku berangkat kerja dulu, yah!” Gifran mencium kening sang istri sebelum masuk ke dalam mobil. Tayo sudah menunggu sejak tadi.“Kita berangkat sekarang, Tuan!” ujar Tayo seraya membukakan pintu mobil untuk atasannya.Gifran mengangguk. Lekas ia masuk ke dalam mobil usia berpamitan pada sang istri.Melihat mobil su
Saat ini Serena sudah berada di rumah sakit. Setelah dirinya sadar, ia meminta ke rumah sakit untuk mengetahui keadaan suaminya. Ia sangat khawatir perihal keadaan Gifran.Walau mama Lusi bersikeras menghentikan agar Serena lebih baik beristirahat saja, perempuan itu tetap menolak. Ia bersikeras ingin menemui dan mengetahui keadaan suaminya. Mama Lusi juga tidak bisa menghentikan kemauan Serena. Sampai saat ini kedua perempuan beda generasi tersebut duduk di kursi berbahan stainless di depan IGD rumah sakit menunggu hasil pemeriksaan dokter.“Sebaiknya kita berdoa semoga hasilnya baik-baik saja, dan Gifran tidak kenapa-kenapa,” ujar mama Lusi memegang pundak menantunya. Sebagai sesama perempuan ia tahu betul perasaan Serena. Oleh karena itu, ia memberikan kekuatan bagi menantunya.“Kamu nggak boleh capek dan banyak pikiran. Nanti akan berdampak pada janin yang ada di kandunganmu. Sebaiknya kamu, minum dulu.” Mama Lusi menyodorkan