Sejak pengakuan perasaan mereka satu sama lain, Gifran mengajak Serena berdansa menikmati alunan musik dari band usai menyelesaikan sesi makan malamnya.
“Mas, aku nggak bisa dansa,” ujar Serena saat suaminya sudah menariknya turun ke area dansa.
Gifran tersenyum. “Ada, aku yang akan mengajarimu, sayang. Kamu, cukup mengikuti gerakanku saja. mengikuti irama langkah kakiku.” Gifran meraih tangan istrinya dinaikkan ke pundaknya. Sementara, ia memegang pinggang ramping istrinya.
Serena pun terpaksa mengikuti kemauan suaminya. Sekalian, ia juga belajar berdansa di acara elit kaum kalangan atas. Tujuannya, agar dia tidak mempermalukan suaminya, jika mereka diundang ke pesta tersebut.
Keduanya bergerak ke kanan dan ke kiri sesuai irama. Alunan musik klasik menambah romantisme malam itu. Kedua insan yang sedang berbunga-bunga usai pengakuan isi hati masing-masing, saat ini tengah berbahagia.
Saat ini, keduanya tengah berada di
Menjelang sore hari, Gifran dan Serena bersiap kembali ke rumah. Pasangan yang baru saja saling mengungkapkan isi hati itu merasa sangat senang melakukan perjalanan ini. Sebab, Gifran sudah merencanakan perjalanan ini jauh-jauh hari sebelumnya. Dan ia tidak ingin merasa ada yang gagal.“Sebaiknya kamu, tidur saja, sayang!” Sejenak, Gifran menoleh ke samping istrinya seraya menggenggam tangan Serena.Serena mennggeleng. “Aku, ingin menemani kamu, menyetir sampai rumah,” sahutnya dengan menatap jalanan yang menyajikan panorama indah khas pantai.Gifran tersenyum mendengar ucapan istrinya. “Ya, sudah kalau itu mau kamu, aku nggak larang. Cuman, sedikit khawatir aja nanti kamu kelelahan.”Menempuh perjalanan kurang lebih dari dua jam setengah, akhirnya mobil mewah sedan hitam tiba di carport. Lantas keduanya turun mengambil barang bawaan dibantu oleh asisten rumah tangga.Gifran dan Serena bergandengan tangan m
“Mama, Papa.” Serena langsung menghambur ke pelukan kedua orang tuanya. Dia tidak menyangka jika pagi ini akan mendapatkan kejutan dari kedua orang tuanya.Melepaskan pelukan, Serena menatap mama dan papanya bergantian. “Ngapain, Mama sama Papa ke mari? tumben banget,” seloroh Serena mendudukkan diri di kursi yang ada di ruangan tersebut. Diikuti mama dan papanya.Raja dan Ratu saling melempar pandangan seraya memberi kode satu lewat mata satu sama lain. “Kamu aja yang jelaskan.” Begitu kira-kira maksud kode tersebut. Mama Ratu tersenyum. “Nggak, kami ke mari hanya ingin melihat suasana toko saja. Sudah lama, ‘kan Mama dan Papa terakhir berkunjung ke mari semenjak kamu nikah. Lagian, Mama dan Papa kangen sama karyawan dan suasana toko. Iya, ‘kan, Pah!” tanya mama Ratu pada suaminya.Papa Raja yang merasa terintimidasi oleh istrinya saat ini mengangguk saja. “I-iya, benar
Sementara itu Raja dan Ratu berpamitan kepada anak mereka. Keduanya masuk ke dalam ruangan Serena berniat pamitan. “Mama sama Papa mau pergi dulu. ada sesuatu yang harus kami beli sebelum kembali ke rumah.” Alasan Mama Ratu kepada anaknya.Serena yang sibuk memeriksa laporan penjualan mengangkat kepalanya menatap kedua orang tuanya yang tengah duduk di sofa di ruangannya.“Bukannya, Mama dan Papa mau tinggal-tinggal dulu. Kok, mau langsung pulang?” tanya Serena menatap mama dan papanya bergantian.“Iya. Benar sekali, yang kamu katakan. Awalnya kami ingin tinggal dulu. Tetapi, Mamamu langsung teringat sesuatu. Ia belum membeli beberapa bunga dan makanan buah si belen. Makanya kami harus cepat-cepat kembali. Kamu, nggak mau ‘kan kalau sampai si belen nggak makan.” dusta papa Raja.Baru kali ini, mama dan papa Serena benar-benar seperti seorang aktor dan aktris. Keduanya pandai berakting di depan anak mereka. Padahal
Semua orang panik melihat Serena yang tiba-tiba pingsan. Tidak terkecuali dengan Gifran. Laki-laki itu cepat menggendong istrinya masuk ke dalam lift dan segera membawanya ke rumah sakit. Ia sangat khawatir dengan keadaan Serena. Pasalnya selama tadi pagi dan sore hari istrinya itu masih kelihatan bugar dan sehat diajak berkeliling mal. Serena sama sekalitidak menunjukkan raut wajah yang tidak sehat.“Kita, susul mereka sekrang, Pa!” Ratu mengajak suaminya mengikuti Serena dan Gifran. Sebagai orang tua, ia sangat khawatir jika terjadi sesuatu kepada anaknya. Solanya selama ini Serena tidak pernah menunjukkan gejala yang mencurigakan. Entahlah, kalau ada sesuatu yang ia sembunyikan dari mama dan papanya.Raja mengangguk. “Ayo, Ma!” Keduanya langsung mengikuti Gifran yang masih menunggu di depan lift. Disusul dengan semua keluarga dan sahabat. Mereka semua turut mengantarkan Serena ke rumah sakit.“Kita berdoa saja, semoga kondisi Ser
Sepeninggal semua orang, kini sisa Gifran yang tinggal menemani sang istri yang masih memejamkan mata, terbaring di atas ranjang pasien. Ia masih menatap Serena seraya menggenggam tangan istrinya. “Aku, berjanji sayang akan menjagamu dan juga anak kita,” gumam Gifran mengelus tangan istrinya.Hal yang tidak ia duga akhirnya terjadi. Serena menggerakkan jari tangannya. Membuat Gifran merasa senang. “Sayang, kamu sudah bangun?” tanya Gifran menatap istrinya yang sudah membuka mata.“Ha-haus.” Ucap Serena pertama kali saat sadar.“Tunggu, sayang. Aku akan mengambilkannya untukmu.” Dengan gesit, Gifran meraih botol air mineral yang ada di atas nakas. Memberi sedotan agar memudahkan sang istri meminumnya.Gifran kembali meletekkan botol minuman tersebut ke tempat semula.“Ke-kenapa, aku bisa di sini?” tanya Serena heran. Ia melihat ruangan yang dominan berwarna putih yang ia yakini sebuah kamar
Pagi ini usai melakukan pemeriksaan, Serena sudah diperbolehkan pulang. “Ingat, Tuan, jangan sampai istri anda mengalami kecapekan. Konsumsi makanan bergizi serta banyak konsumsi buah dan sayur,” ujar Dokter wanita paruh baya sebelum Serena dan Gifran keluar. “Baik, Dok. Terima kasih.” Setelah kepergian dokter, Gifran mengambil kursi roda berniat untuk mendorong istrinya keluar menuju mobil. Namun, hal itu membuat Serena keberatan. “Aku, tidak sakit. untuk apa aku naik kursi roda. Aku, bisa jalan sendiri!” tolak Serena. “Sayang, ini demi kebaikan kamu. Kamu nggak dengar apa kata dokter, tadi. kamu itu nggak boleh kelelahan! Jadi, jangan membantah, yah. ikuti saja ucapanku!” Serena menggeleng kepala. Dia merasa aneh saja jika orang-orang melihatnya di dorong kursi roda. “Pokoknya, nggak! Aku nggak mau jadi perhatian orang-orang. Aku malu. Kamu bilang aku nggak sakit parah. Bukan berarti aku harus naik kursi roda, ‘kan!” tolak Serena. Ia tetap b
Usia kandungan Serena memasuki minggu ke dua belas. Itu artinya, kandungan Serena sudah berjalan tiga bulan. Selama awal trimester Serena selalu menginginkan makanan yang tidak masuk ke dalam daftar makanan sehat ala Gifran. Suaminya dibuat kalang kabut memenuhi semua permintaan Serena yang sangat tidak masuk akal bagi Gifran.“Sayang, kamu ‘kan tahu kalau semua makanan yang kau sebuatkan tadi tidak memiliki kandungan gizi yang baik untuk tumbuh kembang buah hati kita,” protes Gifran duduk di samping istrinya di atas ranjang.Sejak semalam, Serena terus merengek minta dibelikan asinan manga. Tetapi, Gifran langsung menolak mentah-mentah permintaan tersebut.“Ya, sudah kalau kamu, nggak mau cari. Lebih baik kalau aku sendiri cari!” Serena beranjak dari ranjang. “Kamu, mau ke mana sayang?” tanya Gifran balik. Pasalanya, ia melihat pakaian sang istri yang masih membalut tubuhnya dengan pakaian dinas malam
Serena menghampir suaminya yang sudah menunggunya di sofa. “Kita berangkat sekarang! Aku sudah siap,” ujarnya berdiri di depan Gifran.Laki-laki yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya mendongakkan kepala. Sejenak ia melihat penampilan sang istri. “Apa kamu yakin memakai pakaian seperti ini?” tanya Gifran mengerutkan keningnya.Menganggukkan kepala Serena berkata yakin “Iya. Memang apa ada yang salah dengan penampilanku?” tanya Serena dengan nada kesal.“Ng-nggak,” jawab Gifran. Lekas ia meraih kunci mobil yang terletak di atas meja. “Yuk! Keburu asinan mangganya habis,” ucapnya menarik tangan sang istri ke luar kamar. Gifran tidak ingin memperpanjang perdebatan masalah pakaian istrinya.Mama Lusi yang duduk di ruang keluarga membolak-balikkan majalah, tidak sengaja melihat anak dan menantunya turun. “Kalian, mau ke mana?” tanyanya seraya memperhatikan penampilan Serena dan Gifra