Share

Bab 14.b

"Bang, memang tak berat Abang harus tinggal di rumah sederhana ini?" Aku tak enak hati.

"Tak Abang pikul, Dik. Kenapa berat?"

"Abang kan tidak pernah tinggal di rumah sederhana. Abang biasa di rumah mewah. Fasilitas lengkap. Dilayani pekerja."

"Santai je. Abang sering camping. Tidur di tenda dan alas tikar."

"Itu kan liburan, beda."

"Sudah tak apa. Bila abang da urusan bisnis. Pergi ke pelosok-pelosok, biasa begini pun."

Bang Rasya menyuap lagi. "Emm lezat, Dik. Hanya da tiga rang yang bisa buat roti canai seenak ini."

"Tiga? Siapa saja?"

Bang Rasya yang sedang mengunyah cepat jadi melambat. Dia menelan segera. "Umma, Adik, dan ... koki." Bang Rasya tersenyum. Sengaja kalimatnya diputus-putus agar aku penasaran, mungkin.

"Saya pikir bekas istri Abang."

"Dia pebisnis bukan istri yang pandai masak."

"Hmmmm." Aku tersenyum. Pintar sekali Bang Rasya memuji makanan. Membuat lelahku tak sia-sia.

Sedang mengobrol begini datanglah beberapa pria. Mereka bos pemborong dan dua pekerjanya. Kami
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status