Sudah bertahun-tahun Marcus hidup dalam kondisi seperti ini, kesepian, penuh luka, dan trauma karena bully. Marcus sudah coba mencari pertolongan, tetapi sangat sulit untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Pada dasarnya psikiater sangat diperlukan oleh Marcus, tapi dukungan dari orang terdekatnya adalah yang terpenting. Sementara Marcus sendiri seperti menutup diri dan bersikap dingin pada siapa pun. Tidak ada seseorang yang benar-benar bisa memberikan dukungan padanya untuk sembuh.
Trauma karena bully bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh, atau bisa disembuhkan semudah membalikkan telapak tangan. Butuh dukungan besar dan pengobatan yang tepat agar seseorang bisa lepas dari trauma. Marcus memiliki banyak uang, ia bisa membayar psikiater mana pun untuk mengobati dirinya, tapi tidak memiliki dorongan dukungan dari keluarganya.
“Aku sudah sangat menderita, kenapa Ayah harus membuat wasiat seperti itu? Kenapa aku harus punya anak agar bisa mengendalikan semua perusahaan? Kenapa aku harus dibuat berhubungan dengan wanita?!” Marcus berteriak dan melempar apapun yang ada di hadapannya bahkan sampai memukul cermin dengan tangannya sendiri.
“Mereka menertawakanku, mengatakan penampilanku sangat buruk bahkan aku selalu dibandingkan dengan si berengsek itu. Mereka memberikan hadiah terburuk di ulang tahunku dan ada yang membuat malam tahun baruku terasa seperti neraka. Bagaimana bisa aku melupakan semua itu?” Marcus berucap tanpa mempedulikan tangannya yang terus meneteskan darah. Luka di tangannya tidak ada apa-apanya dibanding rasa sakit karena bully dan penghinaan yang ia dapat ketika dirinya remaja.
Tidak hanya bully dan dibandingkan dengan adiknya, tapi masa remaja Marcus dipenuhi oleh luka karena keluarganya tidak utuh. Ibunya, satu-satunya wanita yang saat itu ia anggap sebagai penyemangatnya malah meninggalkan rumah dan memilih pria lain. Lalu, ketika berusia 19 tahun, Marcus mendapatkan pacar, tapi pada malam tahun baru, ia malah melihat pacarnya tidur dengan adiknya sendiri. Marcus pikir hidupnya sudah mulai membaik saat ada wanita mendekatinya dan tidak membandingkannya dengan adiknya yang saat itu di mata wanita jauh lebih tampan darinya. Tapi pada kenyataannya ia hanya dipermainkan. Marcus hanya menjadi pelampiasan karena wanita itu ingin membuat adiknya cemburu.
Semua wanita yang Marcus kenal pada masa remajanya memberikan kenangan buruk padanya, mengganggap ia tidak menarik dengan kaca mata besarnya dan kulit tidak seputih adik kembarannya dan saat itu ia cukup berjerawat. Masa remaja Marcus penuh dengan luka yang membawa dampak sampai sekarang.
Kini, Marcus telah berubah menjadi seorang pengusaha sukses, tampan, dan panas. Semua mata wanita tertuju pada Marcus, tapi karena trauma masa lalunya membuat ia tidak bisa tertarik pada wanita manapun. Marcus belum bisa merelakan ketika satu sekolah SMA khusus wanita menertawakannya, ditambah melihat adegan panas pacarnya dengan adiknya sendiri. Inilah yang membuat Marcus sangat membenci wanita.
Marcus penuh luka, tapi tidak mau berbagi cerita pada siapapun. Belum ada yang berhasil mengetuk hati Marcus dan masuk untuk mengobati lukanya.
••••
Pada waktu makan malam, seorang pria masuk untuk memberikan Rachel makan malam. Entah siapa pria itu, Rachel tidak tahu. Tetapi pria yang mengantarkan makanan sorot matanya tidak menakutkan seperti Marcus Cho.
“Saatnya makan malam,” ucapnya setelah meletakkan makanan di hadapan Rachel.
“Kau siapa? Dan kenapa harus aku yang mengalami ini? Kenapa bukan wanita lain? Kenapa harus aku?!” Rachel mengajukan pertanyaan bertubi-tubi bahkan sampai membentak.
“Aku William Jang, sekretaris Tuan Marcus Cho. Kau harus makan dengan baik, karena mulai besok akan dimulai proses bayi tabung.” William tidak menjawab semua pertanyaan Rachel dan mengatakan sesuatu yang mengejutkan.
“Bayi tabung? Aku tidak mau! Aku tidak mau mengandung anak pria itu!”
“Bisakah kau berhenti berteriak?!” Marcus yang baru saja masuk ke kamar Rachel memberikan bentakkan dan juga tamparan pada pipi wanita malang itu.
“Tuan, jangan lakukan ini. Jika calon ibunya stres, maka program ini tidak akan berhasil. Dokter Park sudah pernah mengatakan ini, bukan?” William memperingatkan Marcus dan setelahnya terkejut melihat tangan pria itu penuh dengan darah.
“Tangan Anda ....”
“Urus dia. Aku akan menemui Jack.” Marcus menyela ucapan William, lalu pergi. Tapi langkah Marcus kembali terhenti dan menoleh pada Rachel.
“Lakukan saja apa yang harus kau lakukan, kecuali kau ingin mendengar kematian adikmu yang berada di Busan. Jangan kembali memancing amarahku, atau kau benar-benar harus menghadiri pemakaman adikmu.” Marcus memberikan ancamannya, kemudian pergi dalam keadaan tangan yang penuh darah.
“Ada alasan kenapa Marcus Cho, seorang pemimpin perusahaan besar memilihmu. Kau tidak diberi hak untuk bertanya banyak hal, jadi lakukan saja yang diperintahkah, karena ini memang sudah seharusnya. Hanya sampai seorang bayi laki-laki lahir, setelahnya kau bisa kembali ke kehidupan lamamu. Atasanku tidak pernah main-main dengan ucapannya. Berhati-hatilah.” William bicara walau tahu ini pasti sangat berat untuk Rachel lakukan. Tapi, akan lebih baik menurut dari pada melawan Marcus.
Ada alasannya. Itulah yang ingin Rachel tahu. Alasan kenapa ia harus menanggung semua ini. Apa ia punya kesalahan pada Marcus? Tapi, bukankah seharusnya Marcus tidak mau memiliki hubungan apapun dengannya jika terlibat masalah?
••••
Di lain tempat, seorang pria nampak menuruni satu persatu anak tangga sembari membawa kotak P3K di tangannya. Pria tinggi itu terlihat menghela napas karena disaat dirinya seharusnya menikmati makan malam seseorang malah datang ke rumahnya dalam keadaan tangan terluka. Sebagai dokter, tentu ia tidak bisa mengabaikan seseorang yang terluka.
Jack Lim, pria yang seumuran dengan Marcus itu mengambil tempat duduk di hadapan Marcus, lalu mulai mengobati lukanya. Tidak ada yang menyangka jika Jack akan menjadi dokter hebat seperti sekarang ini, sebab dulu ia adalah murid nakal, sebelum akhirnya berubah setelah bertemu dengan seorang wanita.
“Dimana istrimu?” tanya Marcus.
“Sedang ke rumah ibunya. Tenang saja, kau tidak akan melihat makhluk yang kau benci. Tapi, wanita sangat menarik dengan sisi ajaibnya yang bisa mengubah seorang pria sepertiku. Kau tidak harus membenci wanita," ucap Jack sambil terus melakukan tugasnya sebagai dokter.
“Tutup mulutmu. Kau tidak tahu apa yang aku rasakan dulu,” ujar Marcus ketus.
“Baiklah. Dulu, aku lebih galak darimu sampai tidak ada satu pun murid lain berani mengganggumu, tapi sekarang, kau lebih galak dariku. Ngomong-ngomong, kenapa kau bisa seperti ini? Dan aku dengar kau tidak menemui psikiater selama hampir 4 bulan. Ada apa?” sebagai sahabat, Jack adalah orang yang sangat peduli pada Marcus. Namun, Jack tidak bisa terus menerus mendukung Marcus dengan selalu berada di sisinya untuk membantu penyembuhan Marcus. Jack memiliki tanggungjawab yang harus dilakukan sebagai seorang dokter dan suami.
“Aku kesal karena wasiat Ayahku. Tidak perlu membahas psikiater, mereka tidak berhasil menyembuhkanku. Aku hanya butuh obat agar bisa tidur nyenyak.” Pada dasarnya Marcus mulai bosan bolak-balik mengunjungi psikiater, berkonsultasi hingga melakukan pengobatan. Akhirnya tidak ada hasil apapun. Mimpi buruk, trauma, dan kebencian padanya wanita tidak kunjung mereda.
“Trauma bukan sesuatu yang bisa disembuhkan dalam waktu singkat, terutama trauma yang membuatmu sampai benci pada wanita. Bukankah psikiater menyarankan agar kau mulai banyak bersosialisasi? Kau bisa melakukan kegiatan atau mengunjungi tempat yang ada beberapa wanita. Dengan begitu, kau bisa melihat bahwa tidak semua wanita merendahkan, menertawakan atau membandingkanmu dengan Alex. Lagipula, kau sudah berubah sekarang. Sekarang, wanita tergila-gila padamu.”
Jack bicara panjang lebar, tetapi tidak dipedulikan oleh Marcus yang lebih memilih bermain ponsel. Ini membuat Jack menghela napas berat karena percuma saja bicara dengan pria itu. Sebenarnya, Marcus yang sekarang berbeda jauh dengan Marcus di masa lalu. Penampilan Marcus berubah menjadi sangat mempesona, tetapi mentalnya tidak menjadi lebih baik. Andai saja dulu Marcus tidak pergi ke SMA khusus wanita, pasti sekarang Marcus tidak akan menjadi seperti ini.
“Kau sebaiknya tidak terlalu sering meminum obat agar bisa tidur nyenyak, lebih baik banyak melakukan hal positif yang bisa memperbaiki kualitas tidurmu.” Jack memberi saran, tapi Marcus tidak merespon. Sudahlah. Ini percuma saja.
“Tentang wasiat ayahmu. Kau akan melakukan apa?” Jack kembali berucap.
“Tentu saja aku akan punya anak. Tidak akan kubiarkan Alex menguasai perusahaan. Dulu, dia sudah mendapatkan segala yang tidak kudapatkan, sekarang giliranku.”
“Itu berarti kau akan menikah?” Jack bertanya dengan sangat antusias.
“Kenapa harus menikah, jika bisa membuat wanita berhutang padaku, lalu membayar hutang dengan cara mengandung anakku? Aku melakukan program bayi tabung. Aku pergi.” Tidak berlama-lama, Marcus langsung pergi setelah memberi jawaban atas pertanyaan Jack.
“Bayi tabung? Kau bertindak sejauh itu meski sudah punya perusahaan sendiri? Kenapa juga harus ada wasiat seperti itu? Apa yang mendiang ayah Marcus rencanakan?” Jack bicara seorang diri.
••••
Kantor, rumah sahabat, dan rumahnya sendiri. Hanya itu tempat yang sering Marcus datangi. Marcus tidak pernah nyaman berada di tempat umum yang cenderung ada banyak wanita. Selain benci, Marcus bisa mengalami kecemasan hebat jika ada terlalu banyak wanita. Marcus takut ditertawakan dan takut mempermalukan dirinya sendiri. Dengan penampilan seperti sekarang, maka siapa pun akan berkata bahwa Marcus tidak mungkin akan ditertawakan, tetapi faktanya ia tidak bisa berpikir begitu.
Setelah dari tempat Jack, Marcus langsung kembali ke rumahnya. William sudah pulang setelah tadi menelepon dan mengatakan bahwa Rachel sudah makan, lalu istirahat. Ya, ancaman Marcus berhasil dan tentu ia tidak main-main dengan ancamannya.
“Jangan lakukan ini. Aku mohon. Hentikan!”
Marcus mendengar suara ketika melewati kamar Rachel. Dengan cepat Marcus membuka pintu kamar ith dan ia mendapati Rachel masih tidur dengan tubuh penuh keringat. Rachel sepertinya bermimpi dan terus mengatakan hentikan dalam mimpinya.
“Hentikan! Jangan sakiti aku. Hentikan! Tolong hentikan semua ini!” Rachel lagi-lagi mengatakan hal seperti ini.
“Kau kenapa? Hei, bangun!” ucap Marcus, tapi tidak mengubah apapun hingga akhirnya Marcus semakin mendekat ke arah Rachel dan menggoyangkan tubuhnya.
“Hei, bangun!”
Kedua mata Rachel terbuka, lalu secara tiba-tiba langsung memeluk Marcus sembari menangis. “Aku takut. Tolong jangan tinggalkan aku. Aku membutuhkanmu,” ujar Rachel dengan tangisan yang semakin keras karena rasa takut begitu dahsyat tengah menyelimutinya. Tidak ada yang tahu apa yang Rachel mimpikan, tapi itu terlihat seperti Rachel berada dalam situasi mengancam nyawa.
******
Bersambung ....
Sudah belasan tahun, Marcus tidak pernah merasakan pelukan wanita, bahkan ia tidak pernah memeluk siapapun setelah kejadian buruk terus menimpanya. Marcus layaknya orang yang hidup sendiri di dunia ini. Karena hal itu, kini, Marcus menjadi sangat tegang ketika Rachel tiba-tiba memeluknya dan terus saja menangis. Ia benci pada wanita. Kalimat itu kembali ditekankan dalam benaknya, membuat Marcus berusaha untuk menjauhi Rachel. Tapi, pelukan Rachel sangatlah erat. Marcus tidak tahu kenapa dirinya tidak bisa melakukan pemaksaan untuk yang satu ini. Keadaan terus berjalan seperti ini, Rachel terus menangis ketakutan di pelukan Marcus. Sementara Marcus tidak mempertanyakan kenapa Rachel seperti ini dan tidak juga berusaha menghilangkan ketakutan wanita itu. Marcus hanya diam dengan wajah dinginnya, membiarkan air mata Rachel terus membasahi kemejanya. Waktu terus berlalu, tangisan Rachel perlahan mereda hingga akhirnya
Begitu selesai melakukan tes dan Dokter Park mengatakan semuanya baik, Marcus dan Rachel pergi meninggalkan rumah sakit. Mereka akan kembali ke rumah sakit beberapa hari lagi untuk proses selanjutnya. Setelah sampai di rumah, Rachel kembali diminta masuk ke dalam kamar. Namun, kali ini Rachel menahan pintu ketika akan ditutup oleh William. “Bolehkah aku meminta ponselku? Aku ingin menelepon adikku,” ucap Rachel yang sejak berada di tempat ini tidak memiliki akses berkomukasi dengan dunia luar. “Maaf, hanya Tuan Cho yang bisa memberikan hal itu. Istirahatlah.” “Tapi, sekarang hari ulang tahun adikku. Aku sudah berjanji sebelumnya akan ke Busan, tapi aku tidak bisa menepati janji, jadi biarkan aku menelepon adikku. Aku tidak akan mengatakan apa-apa tentang hal ini, atau tentang Marcus. Aku mohon.” Rachel kembali berusaha mendapat salah satu haknya sebagai manusia.&
Air mata Rachel menetes begitu saja ketika mendengar lagu milik Younha yang berjudul Wasted diputar pada salah satu program TV yang ia tonton. Seseorang pernah berjanji padanya, seperti dalam lirik lagu itu, dia berkata tidak akan pernah meninggalkannya walau semua orang di dunia ini meninggalkannya. Tapi pada akhirnya, orang itu tidak menepati janjinya, dia menghilang begitu saja tanpa ada kabar sampai sekarang. Rachel meremas tangannya, terutama jari manisnya tempat cincin indah melingkar di sana sejak 4 tahun yang lalu. Cincin itu tidak pernah sekalipun Rachel lepaskan karena masih berharap orang yang memasangkan cincin itu akan kembali dan memeluknya dengan erat. Marcus yang baru saja selesai mandi dan turun dengan rambut yang masih setengah basah tampak terdiam saat melihat Rachel duduk di depan TV dengan bahu yang bergetar seperti orang menangis. Tidak, bukan sepertinya, tapi dia memang menangis, ia bisa mendengar isak tangis
Masyarakat Korea kembali digemparkan oleh penemuan jasad wanita yang kondisinya sama seperti korban kasus pembunuhan dan pemerkosaan yang sampai sekarang belum terpecahkan. Pipi korban dilukai, kemudian diperkosa dan setelahnya dibunuh bahkan lidahnya dipotong. Polanya sama, hingga pihak kepolisian membuat kesimpulan bahwa ini adalah pembunuhan berantai. Rachel melihat berita ini di TV. Ketakutan seketika terlihat di wajahnya. Pembunuh itu telah kembali setelah hampir 3 tahun tidak pernah membunuh. Ia yakin ini adalah orang yang sama jika melihat caranya menghabisi si korban. “Dia kembali," Rachel bicara dengan sangat pelan. Sementara di kantor, Marcus juga sudah mengetahui berita itu melalui ponselnya. Cara pembunuhan yang sama, maka pastilah dilakukan oleh orang yang sama. Entah apa yang ada di dalam pikiran pembunuh itu sampai membunuh wanita. Ia memang benci pada wanita, tapi tidak sampai pada tahap membunuh
Kedua mata Rachel membulat, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Pria psycho itu mengajaknya berkencan dan itu pasti hanya untuk tidur bersama. Sungguh, Marcus benar-benar tidak waras. “Aku yang punya masalah denganmu.” “Kalau begitu, lebih baik kau diam saja! Kau pikir, kepalaku tidak sakit mendengar celotehanmu? Cepat tidur!” walau pernah berjanji akan bersikap lebih baik pada Rachel, pada kenyataannya kadang sikap Marcus masih sama saja. “Aku belum mengantuk,” ucap Rachel ketus. Ia ingin keluar dari kamar, sebab sangat muak satu kamar dengan Marcus. “Kau berani ....” “Kau ingin membuatku stres, lalu keguguran? Baiklah, teruslah berteriak padaku.” Rachel menyela ucapan Marcus, hingga membuat pria itu tertegun. “Keluarlah. Aku tunggu di sini.” Marcus memperhalus nada bicaranya. Sedang
Langit musim semi terlihat cerah hari ini, udara di Nami Island juga sangat segar hingga membuat Rachel menghirup oksigen sebanyak mungkin, lalu menghembuskannya sembari tersenyum. Ia tahu Marcus melakukan semua ini demi calon anak yang ada di kandungannya, bukan karena pandangan pria itu telah berubah terhadap wanita. Tidak apa-apa, ia memiliki keyakinan kalau perlahan Marcus pasti bisa berhenti melihat wanita sebagai makhluk yang menjijikan dan harus dijauhi. “Nami Island sangat indah,” ucap Rachel dan terdengar sampai ke telinga Marcus, karena pria itu berdiri di sebelahnya. “Biasa saja. Bagiku, tidak ada tempat indah di dunia ini.” Dan Marcus menyahuti ucapan Rachel dengan kalimat seperti itu. Ia baru saja berbagi pandangannya tentang dunia. Wanita cantik ini berdecak pelan mengetahui begitu cara Marcus memandang dunia. Pantas saja dia tidak pernah terlihat bahagia walau hanya sekali
Bukan perkara mudah bagi Marcus untuk membuat Rachel tetap merasa aman setelah kejadian di Nami Island. Dari Nami Island hingga sampai di rumah dan sekarang sudah pukul 8 malam, wanita itu tidak pernah sekalipun melepaskan genggaman tangannya. Rachel selalu menempel padanya seakan rasa aman itu hanya ada padanya. Sedangkan Marcus tidak bisa berbuat apa-apa, selain tetap membiarkan Rachel terus menempel padanya. Ia sudah tahu apa yang terjadi, jadi bisa memahami bagaimana perasaan Rachel. Maka dari itu, ia akan melupakan sejenak rasa bencinya, sebab ini juga menyangkut anaknya. “Lebih baik kau mandi dulu, lalu tidur," ucap Marcus, tapi Rachel menggeleng. “Bagaimana jika dia tiba-tiba muncul di kamar mandi? Lalu ....” “Dia tidak akan bisa masuk ke rumahku. Aku juga sudah memerintahkan beberapa orang yang sangat ahli untuk mencari keberadaannya. Aku akan menunggumu
Ini masih terlalu siang untuk minum alkohol, tapi Marcus baru saja meneguk habis minuman beralkohol yang ada di dalam gelas itu. Setelah pembicaraan dengan Rachel tadi dan diakhiri oleh dirinya yang terdiam, pikirannya menjadi agak tidak fokus sekarang. Ia tidak mengerti kenapa harus wanita yang membuatnya merasa nyaman. Kenapa bukan sesuatu yang bisa dibeli dengan uang dan tidak memiliki kemungkinan menyakitinya? “Lihatlah dirimu. Kau pikir, pria sepertimu pantas untuk Jira?” “Wajahmu terlihat menakutkan.” “Dia sungguh saudaranya Alex? Kenapa Alex bisa memiliki saudara seperti itu?” Semua kalimat menyakitkan yang Marcus terima di hari ulang tahunnya terus terngiang bersama dengan tawa murid wanita yang mengejeknya. Bahkan bayangan saat pacarnya tidur dengan Alex lagi-lagi muncul di benaknya. Ini memuakkan dan menyakitkan hingga Marcus membanting gelas di
Setelah banyak waktu berlalu, kini Marcus tidak dapat menahan senyuman bahagianya saat bersama wanita yang berhasil mengubur dalam-dalam kebenciannya. Saat ini, Marcus menidurkan Rachel di atas ranjang, lalu naik ke atas tubuh wanita cantik itu. Marcus membelai pipi Rachel, sedangkan bibirnya mulai mencium hangat bibir wanita itu. Ini adalah ciuman menuntut, Rachel bisa merasakannya. Tidak masalah, karena Rachel akan memberikan apapun yang Marcus inginkan. Tangan Marcus yang tadi membelai pipi Rachel, kini perlahan turun untuk membuka kancing baju sang istri dan bibirnya pindah ke dada Rachel yang mulai terlihat karena kancing bagian atas bajunya sudah terbuka. Marcus menatap Rachel saat satu tanganya membuka satu persatu kancing baju istrinya, lalu pria ini memberikan senyum nakalnya setelah berhasil membuka semua kancing baju Rachel. Marcus membisikan sesuatu di telinga Rachel yang membuat mata wanita cantik itu membulat. “Jangan main-main! Jukyung
Pada akhirnya, Hong Seung Jo dan Jang Min Ji dijatuhi hukuman mati atas kejahatan mereka. Tidak hanya Seung Jo dan Min Ji, tapi pria yang memperkosa korban juga telah ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara. Itu setimpal untuk segala perbuatan mereka. Min Ji hanya bisa menangis ketika dirinya dijatuhi hukuman mati. Kalau saja waktu bisa diulang, maka Min Ji tidak akan pernah terlibat dalam kejahatan Seung Jo. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Mengulang waktu adalah hal yang tidak mungkin bisa dilakukan. Sedangkan Seung Jo hanya memperlihatkan ekspresi datar saat dibawa keluar dari ruang sidang. Walau terlihat datar, bukan berarti Seung Jo tidak merasakan apa-apa. Mata Seung Jo terlihat sembab karena menangis semalaman setelah membaca buku diary milik ibunya yang dikirim oleh Aaron. Seung Jo tidak pernah mengira jika ibunya ternyata merasa sangat bersalah padanya. Kalimat di lembar terakhir yang membuat air mata Seung Jo tumpah dan akhirnya menangis semalaman pa
Seung Jo sadar jika dirinya diikuti oleh Tae Woo. Ini membuatnya mengumpat, lalu menambah kecepatan mobilnya. Namun, Seung Jo harus mengakui bahwa Tae Woo sangat handal dalam mengemudi hingga sangat sulit untuk melarikan diri darinya. Saat ini, Tae Woo masih terhubung dengan Marcus untuk memberitahu pria itu harus ke arah mana. Dan Marcus yang satu mobil dengan Seo Woo memacu mobilnya dengan kecepatan sangat gila. Sejujurnya, Seo Woo takut dengan kecepatan mobil Marcus, tapi kondisi saat ini sangat darurat. Memacu mobil dalam kecepatan pelan bukanlah pilihan terbaik. Marcus tidak mengerti kenapa selalu ada saja yang berhasil membawa Rachel menjauh darinya saat segala usaha sudah ia lakukan agar Rachel baik-baik saja. Sudah ada empat pengawal, mana mungkin Rachel bisa dibawa pergi oleh seorang pria tua? Lagipula, apa masalah pria itu dengan Rachel? Marcus sudah mengetahui ke arah mana mobil yang membawa Rachel pergi, jadi ia tahu bagaimana cara agar bisa cepat
3 bulan kemudian .... Hari pernikahan itu akhirnya tiba. Hari di mana Marcus akan menjadikan Rachel sebagai satu-satunya wanita yang akan ia cintai seumur hidupnya. Ini adalah keajaiban bagi Marcus, karena tidak pernah sekalipun ia ingin menikah setelah mendapatkan trauma itu, tapi Rachel telah mengubah segalanya. Tidak ada banyak orang yang hadir, hanya teman Marcus, psikiater yang menangani pria itu, Seo Woo serta anggota timnya, keluarga Rachel dan tentunya keluarga Marcus. Dibanding mengundang banyak orang, Marcus lebih memilih memperbanyak pengamanan yang dibantu oleh pihak kepolisian. Marcus tidak ingin Seung Jo mendapat kesempatan untuk melakukan kejahatan karena yakin pria itu pasti selalu mengawasi semua yang ia lakukan. Benar, Seung Jo memang selalu mengawasi semua yang dilakukan oleh Marcus dan selalu mencari celah agar pernikahan ini tidak terjadi. Seperti ucapan Seung Jo sebelumnya bahwa Rachel akan tewas sebelum pernikahan terjadi. Wanita itu ti
Waktu terus berlalu dan tidak ada yang berubah, yaitu pencarian William tidak menemukan titik terang. Min Ji mulai kehilangan harapan bahwa William akan datang menyelamatkannya, sedangkan di sisi lain hukuman telah berada di depan matanya. Tidak ada pilihan lain bagi Min Ji, selain mengatakan yang sebenarnya. Setelah keluar dari rumah sakit, Min Ji langsung dibawa ke kantor polisi bahkan langsung masuk ruang interogasi. Sudah tidak ada lagi jalan keluar, karena William telah membuangnya, Min Ji sadar akan hal itu. Tapi, kenapa William seperti tidak memiliki rasa takut jika semuanya akan terbongkar? Baiklah, jika William memang ingin semua ini terbongkar, maka Min Ji akan membongkar semuanya. Min Ji mulai dari siapa William sebenarnya. “William bukanlah identitas aslinya. Dia adalah Hong Seung Jo, anak haram Hong Min Jeong, ibu dari Rachel dan Yuna.” Min Ji menceritakan bahwa kedua orang tuanya mengangkat Seung Jo sebagai anak saat dia berusia 12 tahun, lalu 6
Saat ini, Rachel sedang menatap Byeol yang masih mendapat perawatan intensif dan Marcus berdiri di belakang kursi roda wanita cantik karena ikut menatap putri kecilnya. Sebenarnya, keadaan Rachel belum begitu baik, tapi dia sangat ingin melihat Byeol, dan Marcus tidak bisa menolaknya. “Dia sangat cantik, kan?” ucap Marcus yang kini berjongkok di sebelah kursi roda Rachel. “Ya, dia sangat cantik. Kita harus memikirkan nama yang bagus untuknya. Dia lahir lebih cepat dari yang diperkirakan. Byeol sungguh akan baik-baik saja, kan?” Rachel menoleh pada Marcus dengan wajah khawatirnya. Ibu mana yang tidak khawatir jika anaknya terlahir prematur. Semua ibu pasti akan sangat khawatir. “Byeol akan baik-baik saja. Dia masih butuh perawatan intensif karena lahir sebelum waktunya dan setelah beberapa waktu kita bisa membawanya pulang. Jangan khawatir.” Marcus percaya bahwa anaknya adalah anak yang kuat, walau lahir prematur. Byeol memiliki harapan hidup sangat tinggi.
Sudah 48 jam berlalu dan tidak ada tanda kalau Rachel akan sadarkan diri. Sedangkan Byeol keadaannya membaik walau lahir dalam kondisi prematur. Saat ini, Rachel dan Byeol sedang berjuang untuk bertahan hidup, sedangkan Marcus bolak balik ke tempat perawatan Byeol juga Rachel. Itu adalah rutinitas Marcus selama dua hari ini. Tidak pernah sekalipun pria ini pergi dari rumah sakit karena sang ibu selalu membawakan semua keperluannya. Sementara William, pria itu terakhir terlihat di sebuah apotek setelah terlibat kecelakaan. Itu diketahui dari rekaman kamera pengawas yang ada di sana. Sampai detik ini, belum diketahui lagi keberadaannya. Lalu, Min Ji, wanita itu masih belum mengatakan apa-apa, jadi belum ada kepastian apa yang sebenarnya terjadi dua hari yang lalu, juga tentang kenapa video pemerkosaan dari beberapa wanita yang menjadi menjadi korban pembunuhan ada dalam laptop Min Ji. “Aku ingin bertemu dengan Min Ji.” Marcus bicara pada Seo Woo yang datang menemuinya.
Mobil yang dikendarai oleh Min Ji melaju dengan kecepatan tinggi, sedangkan di kursi belakang, William sedang berusaha mengikat kedua tangan Rachel, lalu menutup mulutnya dengan lakban. Dari tempat pertama ke tempat kedua setidaknya butuh waktu 25 menit. Sebentar lagi, kira-kira 10 menit lagi mereka akan sampai, tapi vertigo Min Ji kambuh di saat yang tidak tepat. “Kau kenapa? Vertigo?” tanya William khawatir. “Aku rasa ...” Min Ji belum selesai menjawab pertanyaan William dan mobil sudah tidak bisa lagi ia kendalikan, hingga akhirnya terguling di jalan raya. Rachel adalah orang yang mengalami luka paling parah, sebab sebelumnya sudah terluka. Dengan kedua tangan yang terikat Rachel menyentuh perutnya. “Byeol ...” Rachel berucap dalam hati dan akhirnya tidak sadarkan diri. William melirik ke arah Min Ji yang masih sadarkan diri, tapi tidak bisa bergerak karena sepertinya meng
Mobil Marcus berhenti di depan sebuah rumah dan pria ini tidak langsung turun dari mobilnya, ia tampak diam selama beberapa saat karena belum punya cukup keyakinan untuk melakukan ini. Namun, ia tidak ingin menyesal karena tidak memperhatikan ibunya. Setelah hampir 10 menit Marcus hanya diam di dalam mobil, kini ia keluar dari dan berjalan menuju ke rumah ibunya. Rasa marah itu belum hilang dari hatinya, tapi Marcus tidak ingin terus terjebak dalam rasa marah. Ia juga perlu meminta restu atau Rachel tidak akan mau menikah dengannya. Baru saja Marcus akan menekan bel, pintu sudah lebih dulu terbuka. Memperlihatkan Seo Yi yang terkejut melihat kehadiran Marcus. Seo Yi baru saja akan mememui putranya itu untuk menanyakan hasil autopsi Alex, tapi dia sudah muncul di sini. “Ibu baru akan menemuimu dan kau ....” “Tinggallah denganku.” Marcus menyela ucapan ibunya, hingga membuatnya sangat terkejut. “Apa?” tanya Seo Yi yang takut salah dengar.