Masyarakat Korea kembali digemparkan oleh penemuan jasad wanita yang kondisinya sama seperti korban kasus pembunuhan dan pemerkosaan yang sampai sekarang belum terpecahkan. Pipi korban dilukai, kemudian diperkosa dan setelahnya dibunuh bahkan lidahnya dipotong. Polanya sama, hingga pihak kepolisian membuat kesimpulan bahwa ini adalah pembunuhan berantai.
Rachel melihat berita ini di TV. Ketakutan seketika terlihat di wajahnya. Pembunuh itu telah kembali setelah hampir 3 tahun tidak pernah membunuh. Ia yakin ini adalah orang yang sama jika melihat caranya menghabisi si korban.
“Dia kembali," Rachel bicara dengan sangat pelan.
Sementara di kantor, Marcus juga sudah mengetahui berita itu melalui ponselnya. Cara pembunuhan yang sama, maka pastilah dilakukan oleh orang yang sama. Entah apa yang ada di dalam pikiran pembunuh itu sampai membunuh wanita. Ia memang benci pada wanita, tapi tidak sampai pada tahap membunuh karena rasa benci.
“Rachel pernah mengatakan melihat pembunuhan seperti ini. Apa itu berarti psikopat yang hampir 3 tahun tidak melakukan pembunuhan kembali beraksi? Apa dia mengincar Rachel?” yang saat ini Marcus pikirkan adalah mungkin Rachel sedang ketakutan sekarang.
Dan tersangka utama, Louis, sedang tersenyum melihat berita yang membuat semua orang ketakutan. Ada kebanggaan dalam dirinya saat apa yang ia lakukan berhasil mendapat perhatian banyak orang, tapi tidak ada satu pun yang berhasil menangkapnya. Louis menganggap dirinya sangat luar biasa.
“Maaf membuat Anda menunggu. Silahkan nikmati makanannya.”
Louis langsung mematikan ponselnya dan tersenyum ramah pada wanita muda yang membawakan pesanannya. “Terima kasih. Kau bekerja sendiri?” tanyanya pada wanita bernama Yuna itu.
“Aku tidak bekerja, tapi hanya membantu Ayah. Ada dua pelayan dan mereka sedang di belakang. Aku permisi,” ucap Yuna ramah dan setelahnya pergi.
“Apa Rachel tidak di sini? Lalu, di mana dia?” gumam Louis. Tidak mungkin ia datang jauh ke Busan hanya untuk makan semangkuk ramen. Ia datang karena mengira Rachel ada di sini. Tapi, sepertinya wanita itu tidak ada di sini.
Louis sudah mengawasi rumah Aaron dan tidak ada tanda keberadaan orang yang ia cari di sana. Lalu, ia datang ke restoran dan tetap tidak ada juga. Di mana Rachel-nya? Siapa yang berani mengambil wanitanya?
“Ibu Rachel meningggal saat aku di penjara, jadi tidak mungkin dia pergi dengan ibunya. Lalu, ada di mana dia? Mustahil dia bisa bersembunyi dariku. Pasti terjadi sesuatu sampai dia bisa menghilang tanpa jejak seperti ini.”
Setelah bicara seorang diri, Louis meletakkan uang di atas meja, dan pergi tanpa menyentuh makanannya. Tidak ada Rachel di tempat ini, jadi hanya akan membuang-buang waktu jika terus di sini. Ia akan menemukan Rachel tidak peduli di mana pun wanita itu berada. Ia pastikan itu.
••••
Beberapa minggu kemudian ...
“Selamat, Nona Rachel hamil. Program ini berhasil.”
Telinga Rachel rasanya seperti mendadak tuli, hingga tidak bisa lagi mendengar kelanjutan ucapan Dokter Park setelah menyatakannya hamil. Ini benar-benar terjadi, ia mengandung anak dari pria bernama Marcus Cho yang bahkan tidak jelas hubungannya dengan dirinya. Bagaimama jika Tian kembali? Apa yang akan ia katakan padanya?
Berbeda dengan Rachel yang hanya terdiam, Marcus terlihat tersenyum senang mendengar ucapan Dokter Park. Calon anaknya telah hadir dan ia siap menguasai kekayaan ayahnya tanpa harus berbagi dengan Alex. Tidak akan ia biarkan Alex mendapat sepeser pun dari kekayaan ayahnya, meski pria itu adalah saudara kandungnya.
Bahkan saat di perjalanan pulang ke rumah Marcus, Rachel belum juga mengatakan sesuatu. Wanita itu hanya diam dan menangis. Ia tidak benci pada janin di rahimnya, tapi benci karena harus hamil dengan cara seperti ini. Rachel bermimpi tentang kehidupan pernikahan yang harmonis dan kehadiran anak yang akan menambah kebahagiaannya, bukan seperti ini.
“Hanya 9 bulan. Setelahnya, kau boleh pergi dan tidak perlu muncul di hadapanku lagi.” Marcus yang duduk di sebelah Rachel baru saja bicara.
“Kau pikir, semua bisa selesai begitu saja? Benar, kau tidak berperasaan, mana mungkin memahami ucapanku? Aku tidak mengerti kenapa program ini bisa berhasil, padahal aku selalu berdoa agar tidak mengandung anakmu. Kau sudah merusak mimpi indahku tentang kehidupan.”
Marcus nampak tersenyum sinis mendengar ucapan Rachel. “Jangan terlalu banyak bermimpi tentang hidup yang indah. Dunia ini kejam, memimpikan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan hanya akan membuatmu kecewa. Jalani saja yang ada, jangan terlalu banyak bermimpi. Dunia tidak akan begitu baik sampai mau mewujudkan semua mimpimu. Terima saja semua sampah yang dunia lempar padamu, lalu kau hanya harus membersihkan sampah itu, bukan terlalu banyak mengeluh.”
Siapa pun akan setuju bahwa ucapan Marcus sangat kejam, menyakitkan dan seenak hati. Memang seperti inilah Marcus yang sekarang. Sudah terlalu banyak sampah yang dunia lemparkan padanya dan ia tidak bisa lagi membersihkan sampah itu. Sampah dari masa lalu masih menyesakkan hatinya dan bertahan hingga detik ini.
Tepat saat itu, terjadi lampu merah. Mobil yang Marcus kendarai berhenti dan di sebelahnya terlihat seorang pria pengantar paket juga tengah berhenti. Louis, itulah nama dari kurir yang berhenti tepat di sebelah mobil Marcus.
“Rachel? Kenapa dia bersama pria? Apa hubungannya dengan pria itu? Apa dia berani merebut Rachel-ku? Berengsek! Kau akan bernasib lebih buruk dari Tian jika berani memiliki Rachel.” Louis bergumam saat melihat Rachel satu mobil dengan seorang pria. Sudah berminggu-minggu ia mencari keberadaan wanitanya dan malah muncul pemandangan ini. Ia tidak bisa menerima hal ini.
••••
Cermin menunjukkan pantulan Rachel yang saat ini terlihat sedih, tapi tidak mengeluarkan air mata. Rasanya ia mulai lelah untuk menangis. Sudah banyak air mata yang ia keluarkan karena ada banyak masalah dalam hidupnya dan baru menyadari bahwa air mata tidak pernah menyelesaikan masalah. Pada akhirnya, ia harus berusaha keras untuk mengubah keadaan atau menerima takdir yang tidak bisa diubah.
Sekarang, ia seperti berada di titik di mana harus menerima semuanya. Harus berhenti berharap seseorang akan membebaskannya dari semua ini. Tidak akan ada yang datang. Orang lain sibuk dengan hidup mereka, tidak akan ada waktu untuknya. Setiap orang harus hidup dengan cara mereka sendiri.
Ceklek.
Seseorang membuka pintu kamar, membuat Rachel menoleh kearah pintu dan untuk kesekian kalinya melihat Marcus masuk kemari dan pasti ingin tidur dengannya. Pria itu berulang kali mengatakan benci pada wanita, lalu kenapa selalu tidur dengannya?
“Tidur bersama lagi? Kau ingin memastikan apa? Sudah berminggu-minggu berlalu, kau belum juga mendapat kepastian?” ujar Rachel.
Marcus belum menemukan kepastian tentang kenapa ia bisa tidur nyenyak dengan Rachel. Awalnya, ia tidak yakin kualitas tidurnya membaik karena bersama Rachel, tapi saat tidak bersama wanita itu, ia sungguh tidak bisa tidur dan saat bersama dengannya, ia bisa tidur dengan nyenyak.
“Diamlah! Aku tidak pernah menemukan kepastiannya. Kenapa aku bisa tidur nyenyak dan merasa nyaman bersama wanita, makhluk yang paling kubenci?” Marcus benci mengakui ini. Namun, memang begitulah adanya.
Rachel terkejut baru memgetahui bahwa Marcus nyaman bersamanya. Tidak, mungkin juga dengan wanita lain. Ini seharusnya tidak mengherankan, sebab Marcus pastilah pria kesepian jadi gampang merasa nyaman, hanya sayang selama ini dia menutup diri dari wanita.
“Kalau begitu, mulailah berkencan, lalu menikah. Kau bisa tidur nyenyak setiap hari bersama istrimu.” Rachel memberi saran, walau tidak yakin Marcus akan menuruti sarannya.
Marcus masih terdiam setelah Rachel memberi saran padanya. Berkencan dan menikah. Itu tidak masuk daftar hal paling ingin ia lakukan, bahkan terpikirkan saja tidak pernah. Tapi, jika mengingat bagaimana nyenyaknya ia tidur bersama wanita rasanya berkencan dan menikah mulai ia pikirkan.
“Kenapa kau tidak mulai berkencan denganku? Aku sedikit terbiasa dengan kehadiranmu. Aku tidak terbiasa dengan wanita lain, jadi dari pada aku harus repot berapdatasi akan lebih mudah jika denganmu. Aku tidak masalah berkencan denganmu,” ujar Marcus santai.
******
Bersambung ....
Kedua mata Rachel membulat, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Pria psycho itu mengajaknya berkencan dan itu pasti hanya untuk tidur bersama. Sungguh, Marcus benar-benar tidak waras. “Aku yang punya masalah denganmu.” “Kalau begitu, lebih baik kau diam saja! Kau pikir, kepalaku tidak sakit mendengar celotehanmu? Cepat tidur!” walau pernah berjanji akan bersikap lebih baik pada Rachel, pada kenyataannya kadang sikap Marcus masih sama saja. “Aku belum mengantuk,” ucap Rachel ketus. Ia ingin keluar dari kamar, sebab sangat muak satu kamar dengan Marcus. “Kau berani ....” “Kau ingin membuatku stres, lalu keguguran? Baiklah, teruslah berteriak padaku.” Rachel menyela ucapan Marcus, hingga membuat pria itu tertegun. “Keluarlah. Aku tunggu di sini.” Marcus memperhalus nada bicaranya. Sedang
Langit musim semi terlihat cerah hari ini, udara di Nami Island juga sangat segar hingga membuat Rachel menghirup oksigen sebanyak mungkin, lalu menghembuskannya sembari tersenyum. Ia tahu Marcus melakukan semua ini demi calon anak yang ada di kandungannya, bukan karena pandangan pria itu telah berubah terhadap wanita. Tidak apa-apa, ia memiliki keyakinan kalau perlahan Marcus pasti bisa berhenti melihat wanita sebagai makhluk yang menjijikan dan harus dijauhi. “Nami Island sangat indah,” ucap Rachel dan terdengar sampai ke telinga Marcus, karena pria itu berdiri di sebelahnya. “Biasa saja. Bagiku, tidak ada tempat indah di dunia ini.” Dan Marcus menyahuti ucapan Rachel dengan kalimat seperti itu. Ia baru saja berbagi pandangannya tentang dunia. Wanita cantik ini berdecak pelan mengetahui begitu cara Marcus memandang dunia. Pantas saja dia tidak pernah terlihat bahagia walau hanya sekali
Bukan perkara mudah bagi Marcus untuk membuat Rachel tetap merasa aman setelah kejadian di Nami Island. Dari Nami Island hingga sampai di rumah dan sekarang sudah pukul 8 malam, wanita itu tidak pernah sekalipun melepaskan genggaman tangannya. Rachel selalu menempel padanya seakan rasa aman itu hanya ada padanya. Sedangkan Marcus tidak bisa berbuat apa-apa, selain tetap membiarkan Rachel terus menempel padanya. Ia sudah tahu apa yang terjadi, jadi bisa memahami bagaimana perasaan Rachel. Maka dari itu, ia akan melupakan sejenak rasa bencinya, sebab ini juga menyangkut anaknya. “Lebih baik kau mandi dulu, lalu tidur," ucap Marcus, tapi Rachel menggeleng. “Bagaimana jika dia tiba-tiba muncul di kamar mandi? Lalu ....” “Dia tidak akan bisa masuk ke rumahku. Aku juga sudah memerintahkan beberapa orang yang sangat ahli untuk mencari keberadaannya. Aku akan menunggumu
Ini masih terlalu siang untuk minum alkohol, tapi Marcus baru saja meneguk habis minuman beralkohol yang ada di dalam gelas itu. Setelah pembicaraan dengan Rachel tadi dan diakhiri oleh dirinya yang terdiam, pikirannya menjadi agak tidak fokus sekarang. Ia tidak mengerti kenapa harus wanita yang membuatnya merasa nyaman. Kenapa bukan sesuatu yang bisa dibeli dengan uang dan tidak memiliki kemungkinan menyakitinya? “Lihatlah dirimu. Kau pikir, pria sepertimu pantas untuk Jira?” “Wajahmu terlihat menakutkan.” “Dia sungguh saudaranya Alex? Kenapa Alex bisa memiliki saudara seperti itu?” Semua kalimat menyakitkan yang Marcus terima di hari ulang tahunnya terus terngiang bersama dengan tawa murid wanita yang mengejeknya. Bahkan bayangan saat pacarnya tidur dengan Alex lagi-lagi muncul di benaknya. Ini memuakkan dan menyakitkan hingga Marcus membanting gelas di
Louis baru saja menyalakan satu batang rokok, sembari berjalan keluar dari tempatnya berbelanja tadi. Beberapa bahan makanan sudah ada di dalam kantong plastik yang ada di tangannya. Tidak ada yang mencurigakan darinya, pria ini terlihat seperti orang ramah bahkan tidak ragu membantu seorang nenek yang kesulitan menyeberang jalan. Ada senyuman di bibir Louis, ditambah tatapan hangat yang akan membuat siapa pun yakin bahwa ia adalah pria baik-baik. Jika sekarang kalian mengatakan bahwa pria ini adalah seorang psikopat, maka mungkin tidak akan ada satu pun orang akan percaya. Pada kenyataannya, psikopat adalah seseorang yang tahu betul tentang keramahan. Namun, kemarahan psikopat sangatlah menyeramkan. Dalam perjalanan pulang, Louis melihat nenek yang tadi ia bantu menyeberang di bentak oleh seorang laki-laki muda karena tidak sengaja ditabrak. Laki-laki muda itu mengatakan sedang buru-buru. Dia terus membentak tanpa peduli tentang sang nene
Jira tidak pernah menyangka akan melihat Marcus sangat berbeda setelah sekian lama berpisah. Yang ia tahu, pria itu adalah sosok pria yang hangat, bukan dingin seperti sekarang ini. Marcus seharusnya adalah orang yang enak diajak bicara, tapi saat ini menatap mata Marcus saja ia merasa takut. Seperti ada kilatan petir di matanya yang bisa menyambar siapa pun jika berani menatap mata itu. “Apa maksud ucapanmu? Aku punya anak?” Marcus bertanya pada Jira. Lagi-lagi, Jira merasa kalau Marcus sangatlah berbeda. Ini seperti bukan Marcus yang ia kenal. Tidak begini cara bicara Marcus yang ia kenal. “Ada apa denganmu? Kau tidak seperti Marcus yang dulu.” “Jawab saja pertanyaanku!” Marcus meninggikan suaranya. Ia tidak akan pernah lupa pada Jira, tidak akan sampai kapan pun, begitu juga dengan masa lalu menyakitkan yang membuatnya tidak bisa lagi menjadi Marcus yang dulu.
Hari sudah begitu malam, sudah saatnya bagi siapa pun untuk mengistirahatkan tubuh mereka. Tidur nyenyak di atas ranjang dengan selimut tebal, itu terdengar sangat nyaman. Kedua hal itu ada di kamar Rachel, tapi tetap saja ia belum bisa istirahat dengan nyaman. Rachel tidak bisa melepaskan pikirannya dari bayangan kejadian tadi. Marcus Cho, ia benar-benar ingin memaki pria itu sekarang. Rachel duduk di lantai dan bersandar di ranjang. Ia memeluk kedua lututnya dan menatap pantulan dirinya di cermin. Sebenarnya, Rachel benci melihat bayangan dirinya, sebab mengingatkannya tentang betapa menyedihkan hidupnya ini. Terlalu banyak sampah yang dunia lempar padanya, hingga tidak bisa lagi dibersihkan. Sudah terlalu banyak menumpuk dan menguburnya dengan sangat dalam. “Aku terlihat menyedihkan. Benar, bukan dunia yang kejam, tapi aku yang terlalu banyak berharap dan akhirnya dihancurkan oleh harapanku sendiri. Aku takut. Aku akan lep
"Aku tidak mau menggugurkan anak ini!” Rachel bicara dengan begitu tegas, ketika Marcus ingin mengajaknya pergi ke suatu tempat untuk melakukan aborsi. Demi Tuhan, ia yakin kalau pria itu benar-benar tidak waras. “Kau harus segera pergi, jadi ....” “Aku akan pergi dengan sukarela, karena sudah cukup bagiku untuk mengemis rasa aman padamu. Tapi, aku akan tetap mempertahankan anakku. Aku tidak mau menjadi sama gilanya denganmu!” Rachel menyela ucapan Marcus. Tidak peduli apapun yang terjadi, ia akan mempertahankan anaknya, itu adalah hal yang pasti. “Kau tidak bisa melakukannya tanpa persetujuanku.” “Memang aku setuju saat kau memaksaku untuk mengandung? Tidak, kan? Aku bahkan tidak tahu kenapa harus diriku yang kau pilih. Hari ini, apapun keputusanku, aku tidak membutuhkan persetujuanmu! Aku bukan bagian dari hidupmu dan kau juga bukan bagian dari hidu
Setelah banyak waktu berlalu, kini Marcus tidak dapat menahan senyuman bahagianya saat bersama wanita yang berhasil mengubur dalam-dalam kebenciannya. Saat ini, Marcus menidurkan Rachel di atas ranjang, lalu naik ke atas tubuh wanita cantik itu. Marcus membelai pipi Rachel, sedangkan bibirnya mulai mencium hangat bibir wanita itu. Ini adalah ciuman menuntut, Rachel bisa merasakannya. Tidak masalah, karena Rachel akan memberikan apapun yang Marcus inginkan. Tangan Marcus yang tadi membelai pipi Rachel, kini perlahan turun untuk membuka kancing baju sang istri dan bibirnya pindah ke dada Rachel yang mulai terlihat karena kancing bagian atas bajunya sudah terbuka. Marcus menatap Rachel saat satu tanganya membuka satu persatu kancing baju istrinya, lalu pria ini memberikan senyum nakalnya setelah berhasil membuka semua kancing baju Rachel. Marcus membisikan sesuatu di telinga Rachel yang membuat mata wanita cantik itu membulat. “Jangan main-main! Jukyung
Pada akhirnya, Hong Seung Jo dan Jang Min Ji dijatuhi hukuman mati atas kejahatan mereka. Tidak hanya Seung Jo dan Min Ji, tapi pria yang memperkosa korban juga telah ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara. Itu setimpal untuk segala perbuatan mereka. Min Ji hanya bisa menangis ketika dirinya dijatuhi hukuman mati. Kalau saja waktu bisa diulang, maka Min Ji tidak akan pernah terlibat dalam kejahatan Seung Jo. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Mengulang waktu adalah hal yang tidak mungkin bisa dilakukan. Sedangkan Seung Jo hanya memperlihatkan ekspresi datar saat dibawa keluar dari ruang sidang. Walau terlihat datar, bukan berarti Seung Jo tidak merasakan apa-apa. Mata Seung Jo terlihat sembab karena menangis semalaman setelah membaca buku diary milik ibunya yang dikirim oleh Aaron. Seung Jo tidak pernah mengira jika ibunya ternyata merasa sangat bersalah padanya. Kalimat di lembar terakhir yang membuat air mata Seung Jo tumpah dan akhirnya menangis semalaman pa
Seung Jo sadar jika dirinya diikuti oleh Tae Woo. Ini membuatnya mengumpat, lalu menambah kecepatan mobilnya. Namun, Seung Jo harus mengakui bahwa Tae Woo sangat handal dalam mengemudi hingga sangat sulit untuk melarikan diri darinya. Saat ini, Tae Woo masih terhubung dengan Marcus untuk memberitahu pria itu harus ke arah mana. Dan Marcus yang satu mobil dengan Seo Woo memacu mobilnya dengan kecepatan sangat gila. Sejujurnya, Seo Woo takut dengan kecepatan mobil Marcus, tapi kondisi saat ini sangat darurat. Memacu mobil dalam kecepatan pelan bukanlah pilihan terbaik. Marcus tidak mengerti kenapa selalu ada saja yang berhasil membawa Rachel menjauh darinya saat segala usaha sudah ia lakukan agar Rachel baik-baik saja. Sudah ada empat pengawal, mana mungkin Rachel bisa dibawa pergi oleh seorang pria tua? Lagipula, apa masalah pria itu dengan Rachel? Marcus sudah mengetahui ke arah mana mobil yang membawa Rachel pergi, jadi ia tahu bagaimana cara agar bisa cepat
3 bulan kemudian .... Hari pernikahan itu akhirnya tiba. Hari di mana Marcus akan menjadikan Rachel sebagai satu-satunya wanita yang akan ia cintai seumur hidupnya. Ini adalah keajaiban bagi Marcus, karena tidak pernah sekalipun ia ingin menikah setelah mendapatkan trauma itu, tapi Rachel telah mengubah segalanya. Tidak ada banyak orang yang hadir, hanya teman Marcus, psikiater yang menangani pria itu, Seo Woo serta anggota timnya, keluarga Rachel dan tentunya keluarga Marcus. Dibanding mengundang banyak orang, Marcus lebih memilih memperbanyak pengamanan yang dibantu oleh pihak kepolisian. Marcus tidak ingin Seung Jo mendapat kesempatan untuk melakukan kejahatan karena yakin pria itu pasti selalu mengawasi semua yang ia lakukan. Benar, Seung Jo memang selalu mengawasi semua yang dilakukan oleh Marcus dan selalu mencari celah agar pernikahan ini tidak terjadi. Seperti ucapan Seung Jo sebelumnya bahwa Rachel akan tewas sebelum pernikahan terjadi. Wanita itu ti
Waktu terus berlalu dan tidak ada yang berubah, yaitu pencarian William tidak menemukan titik terang. Min Ji mulai kehilangan harapan bahwa William akan datang menyelamatkannya, sedangkan di sisi lain hukuman telah berada di depan matanya. Tidak ada pilihan lain bagi Min Ji, selain mengatakan yang sebenarnya. Setelah keluar dari rumah sakit, Min Ji langsung dibawa ke kantor polisi bahkan langsung masuk ruang interogasi. Sudah tidak ada lagi jalan keluar, karena William telah membuangnya, Min Ji sadar akan hal itu. Tapi, kenapa William seperti tidak memiliki rasa takut jika semuanya akan terbongkar? Baiklah, jika William memang ingin semua ini terbongkar, maka Min Ji akan membongkar semuanya. Min Ji mulai dari siapa William sebenarnya. “William bukanlah identitas aslinya. Dia adalah Hong Seung Jo, anak haram Hong Min Jeong, ibu dari Rachel dan Yuna.” Min Ji menceritakan bahwa kedua orang tuanya mengangkat Seung Jo sebagai anak saat dia berusia 12 tahun, lalu 6
Saat ini, Rachel sedang menatap Byeol yang masih mendapat perawatan intensif dan Marcus berdiri di belakang kursi roda wanita cantik karena ikut menatap putri kecilnya. Sebenarnya, keadaan Rachel belum begitu baik, tapi dia sangat ingin melihat Byeol, dan Marcus tidak bisa menolaknya. “Dia sangat cantik, kan?” ucap Marcus yang kini berjongkok di sebelah kursi roda Rachel. “Ya, dia sangat cantik. Kita harus memikirkan nama yang bagus untuknya. Dia lahir lebih cepat dari yang diperkirakan. Byeol sungguh akan baik-baik saja, kan?” Rachel menoleh pada Marcus dengan wajah khawatirnya. Ibu mana yang tidak khawatir jika anaknya terlahir prematur. Semua ibu pasti akan sangat khawatir. “Byeol akan baik-baik saja. Dia masih butuh perawatan intensif karena lahir sebelum waktunya dan setelah beberapa waktu kita bisa membawanya pulang. Jangan khawatir.” Marcus percaya bahwa anaknya adalah anak yang kuat, walau lahir prematur. Byeol memiliki harapan hidup sangat tinggi.
Sudah 48 jam berlalu dan tidak ada tanda kalau Rachel akan sadarkan diri. Sedangkan Byeol keadaannya membaik walau lahir dalam kondisi prematur. Saat ini, Rachel dan Byeol sedang berjuang untuk bertahan hidup, sedangkan Marcus bolak balik ke tempat perawatan Byeol juga Rachel. Itu adalah rutinitas Marcus selama dua hari ini. Tidak pernah sekalipun pria ini pergi dari rumah sakit karena sang ibu selalu membawakan semua keperluannya. Sementara William, pria itu terakhir terlihat di sebuah apotek setelah terlibat kecelakaan. Itu diketahui dari rekaman kamera pengawas yang ada di sana. Sampai detik ini, belum diketahui lagi keberadaannya. Lalu, Min Ji, wanita itu masih belum mengatakan apa-apa, jadi belum ada kepastian apa yang sebenarnya terjadi dua hari yang lalu, juga tentang kenapa video pemerkosaan dari beberapa wanita yang menjadi menjadi korban pembunuhan ada dalam laptop Min Ji. “Aku ingin bertemu dengan Min Ji.” Marcus bicara pada Seo Woo yang datang menemuinya.
Mobil yang dikendarai oleh Min Ji melaju dengan kecepatan tinggi, sedangkan di kursi belakang, William sedang berusaha mengikat kedua tangan Rachel, lalu menutup mulutnya dengan lakban. Dari tempat pertama ke tempat kedua setidaknya butuh waktu 25 menit. Sebentar lagi, kira-kira 10 menit lagi mereka akan sampai, tapi vertigo Min Ji kambuh di saat yang tidak tepat. “Kau kenapa? Vertigo?” tanya William khawatir. “Aku rasa ...” Min Ji belum selesai menjawab pertanyaan William dan mobil sudah tidak bisa lagi ia kendalikan, hingga akhirnya terguling di jalan raya. Rachel adalah orang yang mengalami luka paling parah, sebab sebelumnya sudah terluka. Dengan kedua tangan yang terikat Rachel menyentuh perutnya. “Byeol ...” Rachel berucap dalam hati dan akhirnya tidak sadarkan diri. William melirik ke arah Min Ji yang masih sadarkan diri, tapi tidak bisa bergerak karena sepertinya meng
Mobil Marcus berhenti di depan sebuah rumah dan pria ini tidak langsung turun dari mobilnya, ia tampak diam selama beberapa saat karena belum punya cukup keyakinan untuk melakukan ini. Namun, ia tidak ingin menyesal karena tidak memperhatikan ibunya. Setelah hampir 10 menit Marcus hanya diam di dalam mobil, kini ia keluar dari dan berjalan menuju ke rumah ibunya. Rasa marah itu belum hilang dari hatinya, tapi Marcus tidak ingin terus terjebak dalam rasa marah. Ia juga perlu meminta restu atau Rachel tidak akan mau menikah dengannya. Baru saja Marcus akan menekan bel, pintu sudah lebih dulu terbuka. Memperlihatkan Seo Yi yang terkejut melihat kehadiran Marcus. Seo Yi baru saja akan mememui putranya itu untuk menanyakan hasil autopsi Alex, tapi dia sudah muncul di sini. “Ibu baru akan menemuimu dan kau ....” “Tinggallah denganku.” Marcus menyela ucapan ibunya, hingga membuatnya sangat terkejut. “Apa?” tanya Seo Yi yang takut salah dengar.