Home / Romansa / Proposal Cinta Sang Miliarder / Bab 6: Komitmen untuk Mendekati dengan Cara Islami

Share

Bab 6: Komitmen untuk Mendekati dengan Cara Islami

Author: Resya
last update Last Updated: 2024-12-08 13:30:59

Keesokan harinya, di kantor, Farhan kembali fokus pada pekerjaannya. Namun di sela-sela kesibukan itu, pikirannya terus terbayang pada Aisyah. Ia tahu bahwa perasaannya mulai tumbuh semakin dalam, dan ia semakin ingin mendekati wanita itu. Namun di sisi lain, ia juga tahu bahwa jika ia terlalu terbuka, ia bisa saja kehilangan kesempatannya untuk mengenal Aisyah lebih jauh.

Siang itu, saat jam makan siang, Adrian dan Rizki kembali mendekati Farhan di kantin kantor.

“Farhan, kita udah lama nggak makan siang bareng. Gimana kalau lo ikut kita kali ini?” ajak Adrian sambil tersenyum lebar.

Farhan, meski sedikit ragu, akhirnya mengangguk. “Oke deh, gue ikut.”

---

Langit pagi tampak cerah ketika Farhan memutuskan untuk mendatangi masjid yang tak jauh dari kantornya. Hari itu, ia merasa hatinya perlu bimbingan lebih untuk menghadapi perasaan yang kian dalam terhadap Aisyah. Dalam diamnya, ia berdoa agar Allah membimbingnya mencari cara terbaik untuk mendekati Aisyah tanpa melanggar syariat. Bukan hanya sekadar mendekat, tapi ia ingin melakukannya dengan cara yang Islami, yang akan diridhai oleh Allah.

Setelah shalat dhuha, ia mendekati ustaz Ahmad, seorang pemuka agama yang sudah lama ia kenal. Ustaz Ahmad adalah sosok yang tenang dan bijak, selalu memberikan nasihat dengan kata-kata lembut yang menyentuh hati. Hari itu, Farhan berharap dapat meminta sedikit arahan dari sang ustaz.

“Assalamualaikum, Ustaz,” sapa Farhan dengan suara tenang, meskipun dalam hatinya ia merasa gugup.

“Waalaikumsalam, Farhan. Alhamdulillah, senang melihatmu semakin aktif di masjid akhir-akhir ini,” jawab Ustaz Ahmad dengan senyum lembut. “Ada yang bisa saya bantu?”

Farhan terdiam sejenak, mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan apa yang selama ini hanya ia simpan dalam hati. “Ustaz, sebenarnya saya datang ke sini untuk meminta nasihat. Saya sedang ... tertarik pada seseorang, seorang wanita yang menurut saya memiliki nilai agama yang kuat. Tapi saya ingin mendekatinya dengan cara yang benar, yang sesuai dengan syariat.”

Ustaz Ahmad mengangguk sambil tersenyum. Ia tampak tidak terkejut, mungkin karena ia telah melihat banyak pemuda yang datang dengan pertanyaan serupa. “Subhanallah, niat yang baik, Farhan. Boleh tahu siapa wanita itu?”

Farhan menunduk, sedikit malu. “Namanya Aisyah, Ustaz. Dia juga sering datang ke kajian di masjid ini. Saya semakin kagum padanya setiap kali melihatnya.”

Ustaz Ahmad tersenyum lebih lebar, seolah mengerti perasaan Farhan. “Aisyah, ya? Dia wanita yang baik dan memiliki prinsip yang kuat. Niat kamu untuk mendekatinya secara Islami adalah langkah awal yang baik, Farhan. Namun, ada hal-hal yang perlu kamu perhatikan agar niat baik ini tetap terjaga.”

Farhan mengangguk, mendengarkan dengan sungguh-sungguh. “Apa yang harus saya lakukan, Ustaz?”

“Pertama-tama, jaga niat kamu. Dalam Islam, niat sangat penting. Pastikan niat kamu benar-benar untuk membangun hubungan yang diridhai Allah, bukan karena dorongan nafsu atau sekadar kekaguman yang sesaat. Niat yang ikhlas akan membawa kamu pada jalan yang benar, meskipun tantangannya tidak sedikit,” jelas Ustaz Ahmad dengan suara lembut yang penuh kebijaksanaan.

Farhan terdiam, mencerna setiap kata yang diucapkan Ustaz Ahmad. Ia merasa bahwa langkah ini adalah awal dari perjalanan panjang yang memerlukan keteguhan hati.

“Selain itu ...,” lanjut Ustaz Ahmad, “kamu harus rendah hati dan tidak terlalu memaksakan diri. Jika memang jodoh, insyaAllah Allah akan membukakan jalan. Tapi ingat, jika kamu memaksakan atau terlalu menggebu-gebu, bisa jadi hal itu malah membawa pada keburukan.”

“Lalu, bagaimana cara saya mendekatinya, Ustaz?” Farhan bertanya dengan nada penuh harap.

“Perbanyak doa, Farhan. Mintalah petunjuk Allah. Selain itu, kamu bisa memulai dengan niat baik dalam setiap tindakan. Jangan terlalu sering mendekati atau berbicara secara berlebihan. Jika Allah ridha, biarkan proses itu berjalan dengan sendirinya. Mungkin kamu bisa sesekali berbicara tentang hal-hal yang bermanfaat atau menyapa dengan sopan. Tapi jangan sampai melewati batas, ya,” ujar Ustaz Ahmad, mengakhiri penjelasannya dengan senyuman yang menenangkan.

Farhan mengangguk dengan penuh syukur. “Terima kasih banyak, Ustaz. Nasihat Anda sangat berarti bagi saya. InsyaAllah saya akan coba menjalankannya.”

Setelah berbincang cukup lama, Farhan merasa hatinya menjadi lebih tenang. Ia pulang dengan hati yang penuh harapan, namun juga dengan kesadaran bahwa perjalanan ini memerlukan kesabaran dan ketulusan yang luar biasa. Ia tak ingin terburu-buru ... ia ingin benar-benar mengikuti cara yang diridhai Allah.

Hari-hari berikutnya, Farhan menjalani hidupnya dengan lebih tenang. Ia tidak memaksakan diri untuk selalu berada di dekat Aisyah, namun ia mencoba untuk lebih fokus pada perbaikan diri. Setiap malam, ia memperbanyak doa, berharap Allah memberikan petunjuk yang terbaik baginya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 7: Aisyah Mulai Menyadari Kehadiran Farhan

    Suatu sore selepas kajian, Farhan kembali bertemu dengan Aisyah di pelataran masjid. Matahari mulai tenggelam di ufuk barat, meninggalkan jejak warna oranye di langit yang indah. Aisyah tampak sibuk memasukkan buku-buku ke dalam tasnya ketika Farhan menyapanya. “Assalamualaikum, Aisyah,” sapa Farhan dengan senyuman ramah. Aisyah menoleh dan membalas salamnya dengan senyuman lembut. “Waalaikumsalam, Farhan. Apa kabar?” “Alhamdulillah, baik. Kamu sendiri bagaimana?” “Alhamdulillah, baik juga,” jawab Aisyah singkat. Mereka berdua terdiam sejenak, terhanyut dalam suasana sore yang tenang. Farhan merasa hatinya berdebar, namun ia berusaha menahan diri agar tetap tenang. “Aisyah, bolehkah saya bertanya sesuatu?” Farhan bertanya hati-hati. Aisyah menatapnya dengan pandangan penuh rasa ingin tahu. “Tentu saja, apa yang ingin kamu tanyakan?” Farhan tersenyum kecil,

    Last Updated : 2024-12-09
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Next

    Di sisi lain, Farhan tengah duduk di ruang tamunya. Ponselnya tergeletak di meja, dengan pesan dari Adrian yang belum sempat ia balas. Masalah bisnis yang sedang ia hadapi memang berat, namun pikirannya tetap tertuju pada Aisyah. Ia tahu, untuk mendekati wanita seistimewa itu, ia harus melakukannya dengan kesabaran dan ketulusan yang luar biasa. “Farhan, fokus,” gumamnya pada diri sendiri. Ia membuka laptop, mencoba membaca laporan keuangan yang dikirimkan timnya. Namun, pikirannya terus berkelana. Ia akhirnya memutuskan untuk menghubungi Adrian. “Bro, kita ketemu besok pagi aja di kantor. Aku perlu waktu malam ini untuk berpikir jernih.” Adrian setuju tanpa banyak bertanya. Farhan menutup panggilan itu dan kembali merenung. Baginya, keberhasilan di bisnis tidak akan berarti jika ia tidak bisa menjalani hidup sesuai dengan prinsip-prinsip yang ia yakini. --- Keesokan harinya, Ais

    Last Updated : 2024-12-10
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 8: Farhan Menghadapi Tekanan Keluarga Aisyah

    Malam itu, rumah Aisyah terasa lebih sunyi dari biasanya. Aisyah duduk di ruang tamu, ditemani secangkir teh hangat yang perlahan mendingin. Di hadapannya, Pak Ahmad duduk dengan raut wajah serius. Sejak sore tadi, Aisyah sudah merasa ada sesuatu yang ingin dibicarakan ayahnya. Dan benar saja, setelah beberapa basa-basi, Pak Ahmad mulai membuka topik yang membuat hati Aisyah berdebar. “Aisyah,” suara Pak Ahmad terdengar dalam, “Ayah sudah lama memikirkan ini. Kamu sudah cukup dewasa, dan Ayah ingin kamu mempertimbangkan masa depanmu.” Aisyah menunduk, memutar-mutar cangkir di tangannya. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini. “Maksud Ayah, tentang pernikahan?” tanyanya pelan. Pak Ahmad mengangguk. “Iya. Ayah tahu kamu ingin menikah dengan cara yang sesuai syariat, dan Ayah sangat menghargai itu. Tapi, Ayah juga ingin kamu mempertimbangkan calon yang benar-benar bisa menjamin masa depanmu. Bukan hanya soal agama, tapi juga soal kestabilan hi

    Last Updated : 2024-12-10
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 9: Farhan Mulai Merencanakan Langkah Serius

    Malam semakin larut, tetapi pikiran Farhan masih enggan diajak istirahat. Ia duduk di balkon rumahnya, ditemani secangkir teh yang sejak tadi tak disentuh. Angin malam berembus pelan, membawa dingin yang menusuk hingga ke hati. Pesan yang diterimanya beberapa jam lalu dari nomor tak dikenal itu kembali terngiang. Isi pesan itu begitu sederhana, namun penuh tekanan: “Jangan coba-coba mendekati Aisyah jika kamu tidak serius.” Farhan menghela napas panjang. Pesan itu terasa seperti peringatan, entah dari siapa. Ia tahu bahwa keputusan untuk mendekati Aisyah tidaklah mudah. Tapi, di balik kerumitan itu, ada keyakinan yang terus mendorongnya: Aisyah adalah orang yang ia cari selama ini. Seseorang yang akan melengkapi hidupnya, bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Farhan mengambil ponselnya dan menatap layar, ada nama Adrian di daftar panggilan terakhir. Temannya itu selalu menjadi tempatnya berbagi cerita, terutama ketika ia berada di persimpangan seperti sekarang. Dengan satu

    Last Updated : 2025-03-03
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 10: Percakapan yang Menentukan

    Senja mulai turun, memberikan semburat jingga di ufuk barat. Farhan berdiri di depan sebuah rumah sederhana dengan halaman yang rapi. Rumah itu milik keluarga Aisyah. Ia menggenggam kotak kecil berisi beberapa buah tangan, menenangkan detak jantungnya yang tak karuan."Bismillah," gumamnya pelan sambil mengetuk pintu.Beberapa saat kemudian, pintu terbuka, memperlihatkan wajah Ibu Aisyah yang penuh kehangatan. "Oh, Farhan. Silakan masuk.""Terima kasih, Bu," ucap Farhan, berusaha terdengar tenang meski hatinya sedikit gugup.Ia dipersilakan duduk di ruang tamu. Ruangan itu terasa hangat, dengan hiasan sederhana namun mencerminkan kepribadian pemiliknya. Tak lama kemudian, Pak Ahmad datang. Pria itu tampak serius seperti biasanya, tetapi tetap menunjukkan sikap hormat."Farhan, saya tidak menyangka kamu akan datang lagi secepat ini," ucap Pak Ahmad, mengambil tempat duduk di sofa seberang Farhan."Saya ingin berbicara langsung dengan Bapak dan Ibu," jawab Farhan, mencoba memulai percak

    Last Updated : 2025-03-04
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 11: Identitas Farhan Terancam Terbongkar

    Farhan berjalan menyusuri jalan setapak yang terbuat dari batu kecil di pekarangan rumah Aisyah, berusaha menenangkan pikiran yang penuh pertanyaan. Setiap langkahnya seolah membawa beban baru, beban yang semakin berat seiring waktu. Meskipun pertemuan terakhir dengan Pak Ahmad telah berjalan cukup lancar, hati Farhan tak bisa benar-benar tenang. Ia tahu, semakin lama ia menyembunyikan identitasnya, semakin besar risiko yang harus ia hadapi.Hari itu, seperti biasa, Farhan datang lebih awal untuk menunggu Aisyah selesai dengan kegiatan dakwahnya. Ia duduk di salah satu bangku taman yang ada di depan rumah keluarga Aisyah, menatap langit senja yang perlahan berubah warna menjadi jingga kemerahan. Sejak pertama kali melihat Aisyah, ia merasa ada sesuatu yang menenangkan setiap kali melihat langit seperti itu. Seperti ada ketenangan yang luar biasa setiap kali Aisyah berada di dekatnya.Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Pikiran Farhan kembali berputar pada percakapan dengan Pak

    Last Updated : 2025-03-05
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 12: Kecurigaan yang Memuncak

    Langit malam masih memancarkan semburat jingga ketika Farhan tiba di rumahnya. Cahaya rembulan yang temaram menyapa wajahnya yang penuh kegundahan. Ia memandangi layar ponsel yang masih menampilkan pesan singkat tadi, pesan dari seseorang yang tak ia kenal. "Pak Ahmad mulai curiga. Kamu harus segera menjelaskan semuanya sebelum terlambat."Farhan menarik napas panjang, kemudian meletakkan ponselnya di atas meja. Ada pertarungan di dalam dirinya. Ia tahu menyembunyikan identitas sebagai miliarder bukanlah perkara yang mudah, namun itu adalah pilihannya. Pilihan untuk mencintai Aisyah dengan cara yang benar-tanpa bayang-bayang kekayaannya. Tetapi, semakin hari, ia sadar perjuangannya semakin berat. Kecurigaan Pak Ahmad adalah sinyal bahwa ia tidak punya banyak waktu lagi. Farhan berdiri, menatap jendela dengan pandangan kosong. Malam terasa begitu panjang. "Ya Allah," gumamnya perlahan, "Jika ini jalan yang Kau ridhai, maka berikanlah aku kekuata

    Last Updated : 2025-03-06
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 13: Ketegangan dalam Hati Aisyah

    Langit senja merona jingga, seolah memahami kegundahan yang mengisi hati Aisyah. Di kamarnya, ia duduk di tepi ranjang, memandangi mushaf yang terbuka di pangkuannya. Namun, pikirannya melayang, tak lagi tertambat pada ayat-ayat yang biasanya menenangkan. Hatinya terasa berat, penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab. Tatapan tajam ayahnya kepada Farhan siang tadi terus membayang di benaknya."Farhan menyembunyikan sesuatu ...," gumam Aisyah pelan, hampir seperti berbisik kepada dirinya sendiri.Ia mencoba menepis pikiran itu. Farhan adalah pria yang tulus, pikirnya. Namun, bayangan percakapan mereka terus berputar. Sikap ayahnya, pertanyaan yang menggantung di udara, dan kegelisahan yang terpancar dari wajah Farhan semuanya menyisakan rasa tidak nyaman.Aisyah menghela napas panjang, merasakan hawa malam yang perlahan menelisik ke dalam kamarnya. Ia bangkit, berjalan ke jendela, dan menatap bulan yang menggantung redup di langit. Ia ingin mempercayai Far

    Last Updated : 2025-03-07

Latest chapter

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 62: Perubahan yang Menyembuhkan

    Pagi itu terasa berbeda. Udara di luar jendela sejuk, dengan cahaya matahari yang lembut menyusup ke dalam rumah melalui celah-celah tirai yang terbuka. Farhan duduk di meja makan, memandangi secangkir kopi yang sudah mulai dingin. Pikirannya masih berkelana, namun kali ini ada rasa tenang yang menyelimuti hatinya. Setelah berbulan-bulan melalui ketegangan, ada secercah harapan yang mulai muncul di antara mereka.Aisyah datang dari arah dapur, membawa sepiring roti bakar dengan selai stroberi kesukaan Farhan. Dia tersenyum pelan, meski senyum itu belum sepenuhnya menghapus kelelahan di wajahnya. Sudah lama sekali mereka tak merasakan ketenangan seperti ini-waktu yang benar-benar hanya untuk mereka berdua."Aku buat roti bakar. Pasti kamu lapar, kan?" Aisyah duduk di sebelah Farhan, menatapnya dengan mata yang penuh harapan. Matanya yang dulu penuh keraguan kini mulai terbuka, meskipun tak semua pertanyaan sudah terjawab.Farhan memandang Aisyah, lalu menat

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 61: Menghadapi Masa Depan

    Suasana malam itu masih tetap tegang. Di ruang tamu yang terasa semakin sempit, Farhan dan Aisyah duduk berdampingan, berhadapan dengan kenyataan yang semakin mendekat. Keputusan yang mereka buat tadi seolah memberi angin segar, namun dalam hati keduanya, kegelisahan masih mengular. Masa depan mereka sudah di depan mata, namun jalan menuju ke sana terasa sangat kabur."Aisyah ...." Farhan memecah keheningan yang telah lama membungkamnya, suaranya rendah namun penuh dengan ketegasan. "Aku nggak bisa janji kalau semua ini bakal mudah. Tapi aku janji, aku bakal berusaha lebih terbuka. Aku nggak mau ada rahasia lagi di antara kita. Kamu harus tahu semuanya, supaya kamu bisa buat keputusan sendiri."Aisyah menatapnya, matanya mencari kejujuran dalam setiap kata yang keluar dari bibir Farhan. Ia ingin percaya, tetapi kadang-kadang kepercayaan itu sulit didapatkan setelah banyak rahasia yang disembunyikan. "Farhan, aku sudah terlalu lama hidup dalam ketidakpastian. Aku ng

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 60: Pertentangan dan Keputusan Akhir

    Aisyah duduk terdiam di sudut ruang tamu, matanya menatap kosong ke luar jendela, meski pandangannya lebih pada pikiran yang berputar-putar dalam kepalanya daripada pemandangan di luar. Udara malam terasa begitu berat, seolah menyelimuti setiap inci ruang yang ada di sekitar mereka. Di sampingnya, Farhan berdiri dengan punggung tegak, matanya menatap jauh ke depan, seperti mencari jawaban di ruang kosong yang sama. Mereka berada di persimpangan jalan yang tak terlihat, dan tak ada petunjuk mana yang harus diambil. Keputusan ini bukan sekadar memilih jalan, tetapi memilih hidup."Aisyah," suara Farhan terdengar perlahan, penuh keraguan, "kamu harus tahu, aku nggak bisa tinggal diam. Aku nggak bisa hidup dengan rahasia ini lebih lama lagi. Safira... dia adalah bagian dari masa lalu yang harus aku tanggung. Aku nggak bisa melepaskannya begitu saja."Aisyah memutar tubuhnya, menatap Farhan. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang berbeda, sesuatu yang membuat hatinya sema

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 59: Dilema Keluarga

    Malam itu, suasana di rumah Farhan terasa semakin mencekam. Ketegangan yang sebelumnya ada di antara Farhan dan Aisyah kini semakin memuncak. Keduanya terdiam sejenak, masing-masing terperangkap dalam pikirannya sendiri, berusaha menyaring apa yang baru saja terjadi."Aisyah ...." Farhan memulai kalimat dengan suara berat, penuh kecemasan, tapi juga ketegasan. "Kita nggak bisa mundur. Apa pun yang terjadi, kita harus siap menghadapi semua ini."Aisyah hanya menatap Farhan dengan tatapan kosong. Meskipun bibirnya tak mengucapkan kata-kata, matanya berbicara banyak. Ada rasa takut, bingung, dan cemas yang tercermin jelas di wajahnya. Ketakutan akan apa yang akan datang dan ketegangan antara mereka yang semakin terasa begitu sulit untuk dipahami."Apa yang kita hadapi sekarang lebih besar dari apa yang kita bayangkan, Farhan," Aisyah akhirnya berkata, suara itu lebih rendah dari biasanya, seperti menyembunyikan rasa sakit yang dalam. "Tapi aku nggak bisa menu

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 58: Kebenaran yang Menyakitkan

    Farhan terdiam sejenak, matanya yang penuh tekad bertemu dengan tatapan Aisyah yang cemas. Dalam keheningan itu, Aisyah bisa merasakan ada sesuatu yang tak beres. Ada beban yang lebih berat yang sedang dipikul oleh Farhan, sesuatu yang akan mengubah segalanya. Ketegangan di udara malam itu semakin mengeras, seperti mendung yang menggantung di langit, siap turun menjadi hujan deras."Aisyah ...." Farhan akhirnya membuka suara, suara itu berat, seperti mengandung beban yang berat. "Aku tahu ini sulit untuk diterima, tapi aku harus memberitahumu. Safira ... dia bukan hanya anak dari Arman. Dia ... dia lebih dari itu."Aisyah memandang Farhan dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Apa maksudmu? Apa yang kamu coba katakan, Farhan?"Farhan menarik napas panjang, merasa setiap kata yang akan diucapkannya seperti tusukan yang mengiris hatinya. "Safira ... dia adalah hasil dari perjanjian yang dibuat oleh ibunya, Ratna, dan orang-orang yang berkuasa di belakangnya.

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 57: Ancaman Baru

    Malam itu, udara di ruang tamu rumah Farhan terasa semakin berat. Sebuah ketegangan yang tak terucapkan menyelimuti setiap sudut ruangan. Farhan duduk di sofa, tangan memegang ponselnya yang tergeletak di meja, matanya terfokus pada layar yang menampilkan pesan yang baru saja diterimanya. Hati Farhan berdebar kencang. Sebuah pesan singkat yang datang dengan cepat dan tiba-tiba: "Jangan cari tahu lebih banyak tentang Safira. Jika kamu terus melangkah, kamu akan menyesal."Farhan menghembuskan napas panjang. Tubuhnya terasa lemas, tetapi tekad dalam dirinya tetap kuat. Ia merasa semakin dekat dengan kebenaran, namun ada seseorang yang tampaknya tidak ingin ia mengetahui lebih banyak. Sebuah ancaman yang jelas, namun juga misterius. Siapa yang mengirimkan pesan ini?"Farhan, kamu baik-baik saja?" suara Aisyah tiba-tiba menyentaknya dari lamunannya. Ia menatap wajah Aisyah yang duduk di dekatnya, wajah itu tampak khawatir, cemas, dan sedikit bingung. Farhan hanya menga

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 56: Pertemuan dengan Masa Lalu

    Farhan duduk terdiam di ruang kerjanya, menatap layar ponsel yang bergetar sekali lagi. Pesan dari Pak Ahmad masih terngiang di telinganya: "Aisyah sudah mulai merasakan ketidakjelasan ini. Kamu harus segera bertindak."Sebuah rasa cemas menggelayuti hatinya. Dia tahu, semakin dia menghindari, semakin dalam jurang yang ia gali. Tapi apa yang bisa dia katakan pada Aisyah? Bagaimana ia bisa membuka seluruh kebenaran yang selama ini dia sembunyikan? Tentang saudara kembarnya yang hilang, tentang istri kembarnya yang meninggal, tentang anak perempuan yang tak pernah ia ketahui sebelumnya-Safira.Saat itu, suara ketukan pintu menyadarkannya dari lamunannya."Farhan, kita perlu bicara," suara Pak Ahmad terdengar berat di balik pintu.Farhan menghela napas dan mengangkat tangan, memberi isyarat untuk masuk. Pak Ahmad membuka pintu dan melangkah masuk, wajahnya lebih serius dari sebelumnya. Dia duduk di kursi depan meja kerja Farhan, menarik napas dalam-dalam.

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 55: Jejak Istri Kembar Farhan

    Safira tetap terbaring di ranjang rumah sakit, tubuh kecilnya dikelilingi peralatan medis yang terus bekerja tanpa henti. Perawat pribadi yang disewa Farhan dengan cermat menjaga setiap detail kondisi Safira. Mereka melakukan tugasnya dengan baik, namun di balik semua itu, ada ketegangan yang tak terlihat. Farhan tidak bisa berhenti memikirkan anak ini-anak yang membawa jejak saudara kembarnya yang telah lama hilang, dan kini menjadi pusat dari segala pencarian yang ia lakukan. Farhan berdiri di sudut ruangan, menatap Safira dengan mata penuh rasa bersalah. Ia tahu, meski dirinya telah berusaha keras untuk menjamin perawatan Safira, kenyataan bahwa ia tidak tahu siapa ibu kandungnya membuat hatinya semakin resah. Setiap detik yang berlalu di rumah sakit ini terasa seperti penantian yang tak kunjung selesai. Namun, ia tahu, ada hal yang lebih penting yang harus ia lakukan sekarang-menemukan orang tua kandung Safira. ****

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 54: Pencarian Tanpa Henti

    Farhan duduk di ruang kerjanya, matanya tertuju pada layar ponselnya yang menyala. Panggilan dari rumah sakit tentang kondisi Safira mengganggu pikirannya lebih dari apapun. Semua yang terjadi dalam hidupnya begitu cepat, berputar tak terduga. Ia merasa seolah tidak bisa mengendalikan apapun lagi. Safira-anak saudara kembarnya-terbaring di rumah sakit, dalam kondisi kritis. Tidak ada waktu untuk berpikir panjang. Ponselnya bergetar lagi, kali ini sebuah notifikasi muncul: sebuah dokumen yang mencurigakan. Itu adalah dokumen yang baru saja ia temukan di ruang arsip.Farhan menarik napas panjang. Hatinya berdebar kencang. Ia membuka dokumen tersebut dengan tangan gemetar. Sekilas ia bisa melihat nama yang sangat familiar di sana. Nama saudara kembarnya yang sudah lama hilang. Namun, ada sesuatu yang lebih menarik perhatian Farhan-sebuah nama anak perempuan yang tertera di situ: Safira. Tidak ada informasi lebih lanjut, hanya nama dan usia anak tersebut, yang ternyata berusia 4 tahun. Ti

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status