Aku tercekat.Mata ini terbelalak maksimal, sedang mulut ini ikut ternganga.Aku ingin menghindar dari serangan bola cahaya merah itu tapi tubuh ini seolah beku, kaku nggak bisa digerakkan.Oh my God!Aku hanya bisa berteriak dalam hati.Eh!!!Sejangkauan tangan lagi bola itu akan mengenai kepala ini, tapi mendadak, bola itu berhenti. Kemudian, bulatan cahaya merah itu membal-membal pelan, berhenti di udara, lalu luruh ke lantai.Kepala ini bergerak mengikuti gerakan meluruh bola cahaya merah itu. Dan ketika bola itu menyentuh permukaan lantai, cahayanya pecah menjadi serupa percik-percik air yang menyebar. Percik-percik air itu kemudian pudar dan menghilang seperti terserap ke dalam lantai gedung ini.“Aku datang untuk mengingatkanmu, Kamu harus hadir di pertemuan itu!”Walaupun kepala ini tertunduk, tapi telinga ini mendengar suara laki-laki yang entah datang dari mana itu.Beberapa saat kemudian sunyi hadir.Suara denting pedang beradu dan suara teriakan serta suara desing lemparan
Kedua bahu ini tegak, sedangkan tatapan ini menyalurkan rasa penasaran.“Bisa dijelaskan lebih lanjut acara apa itu, Daffar? Apa itu berkaitan dengan pekerjaan lab?” tanyaku mengiringkan satu penolakan halus.Laki-laki ini tersenyum lebar.“Itu acara yang akan menjawab pertanyaanmu kenapa aku memilihmu. Bukankah Kamu ingin tahu itu?” jelasnya dengan cerdik.Pfuh ... akhirnya aku hanya kembali bisa menganggukan kepala.“Oke, kurasa cukup untuk saat ini, Kamu bisa kembali ke Lab Omega dan bersiap untuk acara petang nanti. Oh ya, Kamu bisa mengenakan busana casual, jangan pakai jas lab ya,” selorohnya dengan menyertakan senyum.“Ya,” jawabku singkat.Kemudian, aku meninggalkan ruangan itu setelah mengucapkan salam perpisahan.Sejak menggantikan Sinna di acara yang diselenggarakan di penthouse Daffar itu, sepertinya aku harus mempersiapkan diri untuk melihat semua hal yang aneh.Tapi, walaupun sedemikian rupa menguatkan mental dan bersiap melihat serta mengalami hal aneh, tak urung apa ya
Perhatianku masih terpaku pada wanita cantik yang duduk dengan anggun beberapa langkah jauhnya dari tempatku duduk. Kini wanita itu mendekatkan gelas kaca bening ramping ke bibirnya, lalu menyesap isi gelas yang berwarna merah tua keunguan itu. Agh! Mendadak satu angin yang cukup keras mendorong punggung ini. Punggung ini terhuyung ke depan. “Tunggu apa lagi? Cepat pergi!!!” Suara dengan nada tinggi itu kembali terdengar. Jika menilik para tamu yang berada disekitarku yang tak bereaksi apapun, pasti hanya aku saja yang mendengar suara ini. Tiba-tiba pikiran-pikiran melintas dalam benak. Kenapa aku harus berada di sini? Apa untungnya aku berada dalam acara ini? Toh mereka semua tak ada hubungannya denganku. Mereka bukan anak Sinna, Sinna, Allen, Aaron atau teman-teman dekatku yang lain. Ya, jadi kenapa aku nggak segera enyah dari tempat ini? Bergegas aku bangkit dari duduk, berjalan dengan cepat ke arah pintu utama bangunan berkubah ini. “Maaf permisi,” ucapku santun ketika m
Entah apa sebabnya, walaupun aku nggak tahu maksud dan tujuan wanita cantik yang seolah sedang tidak bercakap-cakap denganku ini, dalam hati ini timbul keinginan untuk patuh pada peringatannya. Aku menoleh ke arah Daffar dengan pelan. “Em, Daffar,” panggilku lirih. Laki-laki itu segera menoleh, lalu mendekatkan telinganya ke arahku. “Setelah makan malam ini, bisakah aku pulang?” tanyaku dengan mengirimkan nada suara permohonan. Daffar mengangkat kepalanya, menatapku lekat. “Bukankah aku berjanji akan memberikan jawaban dari pertanyaanmu, pertanyaan kenapa Kamu ditugaskan menjadi pegawai khusus dan asisten pribadiku? Pertanyaan itu akan terjawab dengan acara yang akan diselenggarakan di lantai dua sebentar lagi,” jawabnya dengan lirih, kepalanya juga condong ke depan, ke arahku. Oh! Aku melengos, kecewa. “Berusahalah lebih keras! Kalau perlu larilah dari Daffar!” Suara Barkiya kembali terdengar. Aduh! Bagaimana caranya? Oh! Kok aku baru sadar, sepertinya, Daffar benar-benar
Aku tercekat.Tangan ini terkepal dan berusaha menyembunyikan reaksi terkejutku.Jadi, ini asal muasal rasa mabuk kepayang yang dirasakan Sinna, Allen dan semua wanita yang dikabarkan Sinna mengalami hal yang sama.Pandangan mata ini terpaku pada kaki gadis yang masih melayang itu, kemudian kaki-kaki gadis itu turun perlahan hingga akhirnya kembali menapak di atas tanah.Mendadak, telinga ini menangkap bunyi seperti tusukan yang sangat pelan. Dan ....Hah?!Dari lengan wanita ini, beberapa butir darah muncrat dengan dramatis. Dengan dramatis juga aku menyaksikan bagaimana luka tusukan di lengan gadis itu pulih seperti sedia kala.Sekilas, aku melirik ke arah Daffar dan laki-laki ini sedang mengangkat satu telapak tangannya.Pandangan mata ini mengikuti arah lurus telapak tangan itu dan melihat beberapa butir darah yang keluar dari lengan wanita itu mengambang.Butiran-butiran darah itu pelan-pelan naik ke atas.Hah?!!Ini mirip dengan apa yang kulihat melalui jendela penghubung antara
Daffar terkejut melihat reaksiku. Laki-laki itu membuka kotak itu dan mendekatkannya ke arahku. “Ini gelang yang sangat indah, lihat permata-permata birunya yang berkilau, para tamu wanita yang lain akan berteriak kegirangan jika mendapatkan ini,” bujuk Daffar lembut. “Ini logam mulia dan batu permata kualitas tinggi, asli,” imbuh Daffar mencoba menggoyah jawabanku. Aku tetap menggeleng. Normalnya aku akan bahagia menerima hadiah seperti ini. Tapi, aku baru saja menyaksikan peristiwa yang dilakukan oleh Millian, Daffar dan beberapa orang yang memiliki penampakan kedua itu. Gimana jika tiba-tiba saja gelang cantik itu berubah wujud? Atau mengeluarkan asap warna ungu, warna putih atau mengeluarkan apa saja yang tak wajar? Gimana?!! Hihh! Aku bergidik. “Tidak, terima kasih, saya tidak biasa menerima hadiah seperti itu. Em, saya rasa, hadiah semahal itu malah bahaya jika saya yang pakai. Em ... bukannya di luar sana banyak penjahat yang mengincar barang-barang mewah seperti ini,”
Oh! Jadi, karena musik itu, semua tamu terlihat seperti dalam keadaan tak sadar. Em, emang ada jenis musik yang membuat orang masuk ke dalam keadaan seperti itu? Kening ini mengernyit, berusaha mencari satu referensi pengetahuan yang mungkin pernah kudengar atau kubaca, tapi sepertinya aku harus berakhir dengan menggelengkan kepala karena tak menemukan itu. “Iya, ‘kan, Kamu tetap sadar?” kejar Daffar masih sambil menatapku lekat. Aku mengangguk, kaku, pelan dan jujur. “Emang ada jenis musik yang bisa membuat orang dalam keadaan seperti tak sadar?” tanyaku pelan, akhirnya pertanyaan ini terlempar. Daffar terkekeh, wajahnya seperti sedang menahan tawa. “Anneth ... Anneth,” gumamnya lirih. “Sangat mudah memasukkan 'sesuatu' dibalik musik itu. Bahkan, musik yang pure musik saja bisa mempengaruhi mood orang ‘kan?" Ia tersenyum. "Misalnya, musik dengan beat cepat mengundang orang untuk berjoget, sedang musik lembut mengajak pendengarnya untuk masuk ke dalam zona melankolis,” jelasn
Aku mengembuskan napas panjang.“Menghadiri acara Millian,” jelasku singkat.“Hah?!"Sinna melotot."Kamu?!""Tunggu!""Cepat ceritakan dengan singkat, gimana Kamu bisa menghadiri acara orang-orang kaya itu!""Kayaknya, dari segi manapun, mereka gak bakalan ngundang orang kayak Kamu deh. Bukan apa-apa ya, Neth, tapi aku sering mengurusi acara-acara orang-orang itu dan mereka itu sepertinya hanya mengundang orang-orang tertentu,” cerocos Sinna dalam mode emak-emak ngomel.Temanku ini juga memberikan tanda dua tanda kutip dengan gerakan keempat jarinya pada frasa orang-orang tertentu.“Itulah, aku juga tahu, tapi ini karena Mister Daffar yang menurutmu memabukkan itu,” sanggahku lemah.“Hah?!""Mister Daffar ... Mister Daffar yang itu?” seru Sinna terperanjat, matanya membelalak.Aku mengangguk pelan.“Heh?! Tak Bisa! Tak Bisa! Cepat ceritakan! Jangan sampai aku nggak tahu tentang ini!” cerocosnya dengan panik.Sesaat aku terkekeh melihat reaksi Sinna yang khawatir ketinggalan cerita it