..."Haha ... Jack, hentikan. Itu geli!" Anne tertawa dengan wajah meronanya. "Jack!" Pekik Anne setengah merengek. Tawa itu masih terdengar dari bibir Anne. Sejak tadi Julian tidak berhenti mencium dan mengendus leher miliknya. Dan itu membuat Anne tidak bisa berhenti untuk tertawa karena merasa geli akibat tindakan dari Julian. Namun seolah tuli, Julian tidak menggubris. Pria itu terus mencium Anne dengan lembut. Bagi Julian, Anne seperti candu untuknya. Julian tidak bisa sedikitpun berpaling dari gadis itu. "Aku merindukanmu, Anne." Julian berbisik dengan nada pelan. Wajah cantik Anne semakin merona mendengar pengakuan itu. Anne menahan senyum di bibirnya. "Sangat rindu," imbuh Julian lalu mendaratkan kecupan singkat di pipi merah milik Anne. Hal itu membuat Anne semakin menahan senyum di bibirnya. Jantungnya bahkan sudah berdegup dengan kencang. Julian tidak bohong saat mengatakan itu. Berjauhan dengan Anne memang membuat Julian selalu merindukan gadisnya. Julian tidak pern
...Julian kembali ke Thedas dengan perasaan yang bahagia. Bahkan sejak perjalanan senyum dibibirnya tidak pernah memudar sedikitpun. Tampaknya pria itu memang sangat bahagia saat ini. Sesaat tiba di depan pintu gerbang istana, para prajurit menyambut Julian dengan hormat. Julian tidak peduli dan terus melangkah semakin masuk ke dalam istana. Seperti biasa, Julian akan di sambut oleh Duck yang kini berdiri tidak jauh dari jaraknya. Namun, Julian sedikit heran saat melihat raut wajah Duck yang berbeda dari biasanya. Pria itu terlihat cemas dan gusar. "Ada apa?" Tanya Julian spontan. Duck menoleh dan menatap Julian dengan tidak biasa. "Pangeran." Kening Julian semakin berkerut heran saat Duck berjalan menghampiri dengan guratan cemas yang semakin kentara. "Raja memanggil mu," ujar Duck memberitahu. "Lalu?" Julian mengangkat satu alisnya. Aneh sekali, ayahnya hanya memanggil lantas kenapa Duck bisa secemas ini? "Dia tampak marah," ungkap Duck semakin menatap lekat wajah Julian.
...Walaupun sudah mendapatkan peringatan dari ayahnya, tetapi Julian tetap pergi menemui Anne. Ya, Julian kini berniat pergi ke Neverland untuk bertemu dengan Anne. Karena Julian sudah amat sangat merindukan gadis nya itu. Tidak peduli dengan ancaman dari raja Charles, Julian tetap pergi. "Jack!" Anne berseru seraya berhambur memeluk Julian saat melihatnya. Bibir Julian membentuk sebuah kurva tipis. Julian balas memeluk Anne dengan erat. Rasanya benar-benar rindu sekali yang Julian rasakan. Dan ketika bersama dengan Anne, rasa rindunya terobati begitu saja. "Aku menunggumu, Jack. Kenapa kau pergi sangat lama," ujar Anne dalam pelukan. Meletakkan sisi wajahnya di dada bidang Julian. "Maafkan aku," balas Julian pelan. Beberapa hari ini Julian memang jarang menemui Anne lagi. Alasannya karena Julian memilih waktu yang tepat agar kepergiannya tidak mendapati kecurigaan dari sang ayah. Anne melepas pelukannya dan menatap wajah Julian dari dekat. "Tidak masalah. Yang penting sekarang
...Julian beserta rombongan dari Thedas sudah bersiap untuk pergi. Walaupun sebenarnya berat hati bagi Julian melakukan rencana ini, tapi Julian tidak punya pilihan lain selain mengikuti apa yang raja Charles perintahkan. Duck yang turut ikut dan berdiri di samping pangeran Julian hanya bisa menatap dengan teduh. Duck tahu jika keputusan ini adalah hal yang terberat untuk pangeran Julian lakukan. "Berikan aku kabar bahagia," ujar raja Charles menepuk bahu Julian dengan menyungging senyum. Sungguh ucapan dari ayahnya membuat Julian semakin menaruh amarah. Julian menolehkan kepalanya dengan tatapan tajam yang menghunus. Tangannya sudah mengepal kuat menahan agar tidak hilang kendali. Julian benci situasi ini. Julian benci dengan dirinya yang tidak berdaya seperti ini. "Ayah yakin kau akan menyelesaikan tugas ini. Jangan kecewakan aku. Kau tahu bukan apa yang akan terjadi jika kau lakukan itu?" Imbuh raja Charles menyeringai samar. Julian semakin menahan amarah dalam dirinya. Tatapa
...Tanpa arah tujuan, Anne terus berlari menelusuri jalan yang ia tempuh. Air matanya bahkan tidak pernah berhenti menetes sejak kepergiannya dari Neverland. Sekarang entah ada di mana Anne saat ini. Anne terus terisak dengan hati yang hancur ia rasakan. Rumahnya, keluarganya bahkan semua orang yang ia cintai di Neverland sudah hilang dalam hidupnya. Kini Anne hanya sebatang kara. Tidak ada seseorang yang berada di sisinya. Semua warga Neverland hilang entah kemana. Mereka memutuskan pergi dan meninggalkan Neverland begitu saja. Anne meninggalkan istana nya. Kini Anne tidak tau harus melangkah kemana. Setelah jauh langkah yang Anne tempuh, wanita dengan gaun yang sudah sedikit lusuh itu lantas duduk di bawah pohon besar. Anne memperhatikan keadaan sekitarnya, dan semuanya tampak sepi dan sunyi. Anne menundukkan kepalanya dan kembali terisak. Dia menautkan kedua tangannya erat guna menahan segala rasa sesak dan sakit dalam hatinya. "Hiks ... Ayah, ibu, Jessie." Anne bergumam dengan
...Julian pulang dengan hati yang kecewa. Sepanjang hari Julian mencari Anne, tapi dia tidak bisa menemukan gadis itu. Julian mencemaskan Anne, terlebih hari sudah mulai gelap dan Julian tidak tahu dimana Anne sekarang. Sungguh Julian ingin sekali menghajar dirinya sendiri karena sudah membuat Anne seperti ini. Julian marah dan terus memaki dirinya. "Pangeran!" Mendengar panggilan dari Duck membuat Julian menghela nafas kasar. "Jangan bicara padaku, Duck. Aku sedang tidak ingin di ganggu," seru Julian dingin. Lalu Julian melompat dari kudanya dan hendak untuk pergi meninggalkan Duck. Sedangkan Duck segera menyusul langkah Julian dengan cepat. "Tunggu sebentar, pangeran. Ada hal yang ingin aku katakan padamu," ujar Duck berusaha menahan kepergian pangeran Julian. Ucapan dari Duck hanya di anggap angin lalu oleh Julian. Pria itu terus melangkah dan mengabaikan seruan Duck. Julian tidak peduli dengan apa yang ingin Duck katakan. Sekarang yang Julian butuhkan hanyalah ketenangan d
...Anne menatap waspada saat mendengar suara pintu penjara terbuka diiringi dengan suara langkah kaki yang terdengar mendekat. Karena cahaya yang gelap, Anne jadi tidak bisa melihat siapa seseorang itu. Anne berpikir jika itu adalah raja Charles hingga membuat Anne beringsut mundur untuk menghindar. "Anne." Panggilan itu membuat Anne menoleh cepat. Terlebih Anne merasa tidak asing dengan suaranya. Seketika tubuh Anne terlonjak saat merasakan seseorang itu memeluknya dengan erat. Jack, Ah tidak. Julian? "Maafkan aku," ujar Julian penuh sesal. Pria itu memeluk Anne semakin erat seolah takut pelukan itu terlepas. Setelah cukup lama terdiam, akhirnya Anne tersadar. Pun Anne mulai berontak dan mendorong Julian untuk menjauh darinya. "Lepaskan aku!" Teriak Anne menolak pelukan Julian. Julian terpaksa melepaskan pelukannya dan menatap Anne teduh. Julian memperhatikan keadaan gadis nya dan itu semakin membuat Julian merasa bersalah. Terlebih ketika melihat satu kaki Anne di rantai sep
...Berapa kali pun Julian mendapat penolakan dan bentakan dari Anne, Julian tetap tidak menyerah. Pria dengan ekspresi dingin itu berjalan ke arah ruang penjara bawah tanah. Julian sudah tidak peduli lagi dengan ayahnya yang mungkin akan marah karena ia diam-diam menemuk Anne. "Pangeran, Yang Mulia raja melarang mu—""Aku tahu." Julian menyela cepat ucapan prajurit itu. Melewati ekor matanya Julian melirik datar pada prajurit penjaga itu. "Tapi aku tidak peduli. Aku berhak pergi kemanapun yang aku inginkan. Jadi jangan ikut campur," lanjut Julian dingin. Nada yang Julian keluarkan terkesan sarkas. Setelah itu Julian pun melanjutkan langkahnya dan mengabaikan prajurit penjaga yang barusan mencegatnya. "Anne," panggil Julian sesaat setelah masuk ke dalam ruangan itu. Langkah kaki Julian semakin masuk ke dalam dan mendekati Anne. Walaupun dalam gelap sekalipun, tapi Julian tetap bisa melihat keberadaan Anne di depannya. Sedikit bibir tipis Julian membentuk senyuman samar. Lalu Jul