Memenuhi ajakan Rega, Vio dan cowok tunangannya itu menikmati malam minggu ini dengan jalan-jalan berkeliling kota Surabaya. Sudah genap seminggu Rega berada di Surabaya dan sepertinya cowok itu belum nampak berniat untuk pulang ke Jakarta.
Di sebuah rumah makan seafood akhirnya mereka berhenti untuk menikmati makan malam. Sambil mengobrol ringan sesekali Rega nampak membalas pesan di ponselnya.
“Kak, bolehkah Vio bertanya sesuatu?” tanya Vio meminta sedikit perhatian dari Rega yang masih nampak sibuk dengan ponselnya.
“Ah iya sayang, tanya aja,” jawab Rega berusaha tersenyum kemudian meletakkan ponselnya bersiap menyimak apa yang akan di tanyakan oleh Vio.
Vio menunduk, entah perasaannya saja ataukah memang ada sesuatu yang berubah dari Rega, hampir seminggu dekat dengan cowok ini namun antara dirinya dan Rega serasa ada sesuatu yang menghalangi kedekatan keduanya. Awalnya Vio mengira mungkin karena dirinya penyebabnya, dia yang lebih banyak memikirk
“Vi, kamu kenapa, sih dari tadi diem mulu,” senggol Merlin pada Vio yang tercenung sambil menggigit ujung sedotannya tapi tak nampak pergerakan minuman menuju mulutnya.Vio mendesah, kemudian menyeruput cepat minumannya. Dirinya tengah menimbang-nimbang perlukah kegalauannya saat ini dia utarakan pada ketiga sahabat ceweknya mumpung mereka kini sedang berkumpul setelah tadi sempat nonton bioskop bareng.“Iya, Vio nggak asyik lo, bahagia dong kayak gue gini, nih liat nih, macam gini nih,” lagak Flo menirukan logat Jakarta Vio seperti biasanya di ikuti tingkah tengilnya yang berhasil mengundang senyum tawa sahabat-sahabatnya.“Ada apa, Vi, mumpung kita lagi ngumpul nih nggak pengin bagi-bagi masalah sama kita?” Cia ikutan bersuara sambil mengusap lembut bahu Vio yang kebetulan duduk tepat di sampingnya.“Apaan sih, elo masih galau antara milih babang Rega atau babang Jordi?” cerocos Flo yang di sepak kakinya o
Di antara pertemuan keluarganya dan keluarga Rega, tak urung air mata Vio kembali mengalir deras. Apalagi ketika Mama Rega memeluknya erat sambil meminta maaf ketika Vio mengembalikan cincin yang dia lepas dari jari manisnya. Dan yang lebih membuatnya sedih adalah ketika Papa Rega menampar cowok itu tepat di depan matanya karena mungkin kemarahan dan rasa malu yang terpendam sejak semalam, hingga Vio harus terloncat dan segera menuju Rega kemudian memeluk erat cowok itu melindunginya dari kemarahan papanya meski sesungguhnya Rega patut mendapatkan itu semua karena telah mempermalukan keluarga.Tak mampu lagi menahan sedihnya melihat kedua orang tua dua keluarga itu yang masih berbincang serius, Vio berpamitan untuk meninggalkan mereka dan menuju ke kamarnya. Meninggalkan Rega yang tertunduk diam sambil meremas kedua tangannya sendiri yang tertaut cemas. Memar di pipi dan luka di ujung bibirnya masih nampak begitu jelas, tapi Vio berusaha mengabaikannya meski hatinya teriris t
“Jordi nggak ikut latihan hari ini?” tanya Cia yang duduk bersama Aka di ruang latihan taekwondo. Di sodorkannya air mineral yang di pegangnya pada cowok kesayangannya ini yang masih mengenakan seragam putihnya, tampak begitu bersih dan tampan.“Entahlah, dia jarang sekali ikut latihan akhir-akhir ini, berkebalikan dengan Vio yang menjadi lebih aktif dari sebelumnya,” jelas Aka.Cia mengalihkan pandangannya pada sesosok gadis cantik yang tengah serius melatih para juniornya. Semenjak permasalahannya dengan Kak Rega berakhir dramatis saat itu, Vio sepertinya tengah menenggelamkan diri pada kesibukannya. Hingga tanpa terasa semua sudah berlalu selama hampir tiga tahun dari kejadian pada waktu itu.Hubungan pertemanan antara Cia, Aka, Jordi dan Vio masih tetap terjalin seperti dulu kala. Keduanya pun masih nampak cukup baik meski tak pernah terlihat kemesraan di antara keduanya lagi semenjak hari itu. Hidup mereka terpisah dengan sendirinya,
Jordi mendekati Cia yang tengah duduk santai di kantin rumah sakit tempat mereka melaksanakan program koas. Sungguh beruntung memang karena keduanya mendapatkan rumah sakit yang sama untuk program kuliah mereka yang harus di jalani selama kurang lebih satu setengah tahun ini. Mereka sendiri sudah hampir melewatinya selama enam bulan, berpisah tempat dengan Vio yang mendapatkan rumah sakit berbeda meskipun masih di kota yang sama.“Hei, aku sudah kamu pesankan sekalian?” tanya Jordi yang melihat dua piring berisi nasi rames di meja Cia.Memamerkan lesung pipinya Cia tersenyum sambil mengangguk.“Mumpung kan, jarang banget kita makan bareng, apalagi kalo salah satu dari kita pas nugas perbantuan di IGD,” jawab Cia yang di sambut tawa Jordi sambil mengacak lembut rambut panjang Cia yang tetap bertahan sampai kini.Banyak orang melihat mungkin mengira kalau mereka pacaran, satu tampan dan satu cantik berikut jas putih seorang dokter ya
Mematuhi permintaan Alvendra yang di sampaikan kepada Sari, Cia memasuki ruang dokter muda dan tampan mantan senior di kampusnya itu dengan gaya santai namun tetap sopan.“Pagi, dok,” sapa Cia ramah yang mendapat balasan senyum lebar dari Alvendra yang tak berkedip menatap sesosok cantik yang diam-diam di rindukannya. Sejak beberapa hari lalu ketika dirinya menerima daftar nama tim tempatnya bergabung di rumah sakit ini rasa tak sabar itu begitu kuat menderanya. Alvendra tak menyangka takdir akan mempertemukan lagi dirinya dengan gadis yang beberapa tahun terakhir ini berusaha keras di lupakannya karena menghargai hubungan gadis itu dengan kekasihnya.“Duduk Cia,” ujar Vendra yang segera di turuti Cia dengan duduk di depannya.“Bagaimana kabar kamu?” tanya Vendra masih dengan tatapan lembutnya ke pahatan wajah cantik di depannya. Senyum tak lepas dari bibirnya.“Kabar aku baik, Kak. Kak Vendra udah sukses aja, ya,
“Hai sayang, kabar kamu gimana?” tanya Cia dengan ceria menatap wajah tampan Aka yang tengah berada di kantornya sedangkan dia sendiri sedang bergelung malas di kamarnya. Perbedaan waktu 7 jam seringkali mereka manfaatkan untuk sekedar video call melepas rindu.“Aku baik sayang, kamu sudah makan malam?” tanya Aka dengan senyum lembutnya, menahan berjuta rasa rindu pada pemilik wajah tersenyum yang sekarang cuma bisa dia nikmati dari layar ponselnya.“Udah kok, nggak boleh makan malam lebih dari jam enam sore, ntar mudah gendut,” jawab Cia dengan gaya menggemaskannya.“Ah, meskipun kamu gendut se- biri-biri Australia aku juga bakal tetep sayang kok.”“Ihh … kok gitu sih, bukannya nyemangatin aku supaya tetap langsing malah bilang gitu,” raut cemberut pura-pura Cia tunjukkan yang membuat Aka semakin gemas.“Perumpamaan aja, Sayang, mau gendut mau kurus kamu tetap cantik kok di m
Aka menatap jauh ke puncak tertinggi satu gedung di luar sana yang dia lihat dari jendela ruang kerjanya. Terngiang cerita Cia bahwa Alvendra berada di satu tempat dinas dengan gadisnya itu. Dirinya tak pernah lupa bagaimana sikap perhatian seorang Vendra kepada adik tingkatnya kala itu. Yang seringkali menatapnya penuh kelembutan meski Aka sadar dan tahu bahwa cowok itu cukup baik dan menghargai hubungannya dengan Cia. Tapi itu dulu, ketika dirinya berada di dekat gadisnya. Untuk sekarang, bagaimana dia bisa mencegah sebuah hati yang mendamba dan telah menyimpan rasa begitu lama jika tiba-tiba saja mereka berada di satu tempat yang sama dalam banyak hitungan jam dan kegiatan bersama. Tak mungkinkah pada akhirnya hati mereka merasakan getaran yang sama karena kebiasaan berdekatan?Meski seringkali Aka selalu menitip pesan pada Cia untuk pandai menjaga hati tetap saja hati Aka di liputi kekhawatiran dan rasa cemburu yang entah kenapa semakin membesar saja. Tanpa sadar bolpoint
Weekend dan Cia menikmati waktunya seorang diri di rumah. Mama mengikuti Papa yang sedang ada urusan kerja ke luar negeri sekalian liburan buat mereka sejak beberapa hari lalu. Beberapa waktu lalu dia baru saja selesai melakukan panggilan video bersama ketiga sahabatnya, Merlin yang masih berada di Jogja mendampingi Kak Arya yang mendapatkan pekerjaan di sana, Flo yang memilih tetap stay di Australia dan Vio yang masih berjas putih di tempat dinasnya dan cuma bisa gabung sebentar saja sekedar say hello setor muka melegakan sahabat-sahabatnya.Cia menatap nanar langit malam penuh bintang dan sepertinya bertepatan juga dengan tanggal saat bulan purnama. Langit nampak cerah namun hati Cia sedikit mendung. Sejak beberapa saat lalu dirinya tak berhasil menghubungi Aka, entah karena jalur komunikasi untuk panggilan international yang sedang trouble ataukah karena memang nomor Aka yang tak bisa di hubungi. Karena nyatanya Flo yang juga tengah di luar negeri lancar-lancar aja melakuk