“Jordi nggak ikut latihan hari ini?” tanya Cia yang duduk bersama Aka di ruang latihan taekwondo. Di sodorkannya air mineral yang di pegangnya pada cowok kesayangannya ini yang masih mengenakan seragam putihnya, tampak begitu bersih dan tampan.
“Entahlah, dia jarang sekali ikut latihan akhir-akhir ini, berkebalikan dengan Vio yang menjadi lebih aktif dari sebelumnya,” jelas Aka.
Cia mengalihkan pandangannya pada sesosok gadis cantik yang tengah serius melatih para juniornya. Semenjak permasalahannya dengan Kak Rega berakhir dramatis saat itu, Vio sepertinya tengah menenggelamkan diri pada kesibukannya. Hingga tanpa terasa semua sudah berlalu selama hampir tiga tahun dari kejadian pada waktu itu.
Hubungan pertemanan antara Cia, Aka, Jordi dan Vio masih tetap terjalin seperti dulu kala. Keduanya pun masih nampak cukup baik meski tak pernah terlihat kemesraan di antara keduanya lagi semenjak hari itu. Hidup mereka terpisah dengan sendirinya,
Jordi mendekati Cia yang tengah duduk santai di kantin rumah sakit tempat mereka melaksanakan program koas. Sungguh beruntung memang karena keduanya mendapatkan rumah sakit yang sama untuk program kuliah mereka yang harus di jalani selama kurang lebih satu setengah tahun ini. Mereka sendiri sudah hampir melewatinya selama enam bulan, berpisah tempat dengan Vio yang mendapatkan rumah sakit berbeda meskipun masih di kota yang sama.“Hei, aku sudah kamu pesankan sekalian?” tanya Jordi yang melihat dua piring berisi nasi rames di meja Cia.Memamerkan lesung pipinya Cia tersenyum sambil mengangguk.“Mumpung kan, jarang banget kita makan bareng, apalagi kalo salah satu dari kita pas nugas perbantuan di IGD,” jawab Cia yang di sambut tawa Jordi sambil mengacak lembut rambut panjang Cia yang tetap bertahan sampai kini.Banyak orang melihat mungkin mengira kalau mereka pacaran, satu tampan dan satu cantik berikut jas putih seorang dokter ya
Mematuhi permintaan Alvendra yang di sampaikan kepada Sari, Cia memasuki ruang dokter muda dan tampan mantan senior di kampusnya itu dengan gaya santai namun tetap sopan.“Pagi, dok,” sapa Cia ramah yang mendapat balasan senyum lebar dari Alvendra yang tak berkedip menatap sesosok cantik yang diam-diam di rindukannya. Sejak beberapa hari lalu ketika dirinya menerima daftar nama tim tempatnya bergabung di rumah sakit ini rasa tak sabar itu begitu kuat menderanya. Alvendra tak menyangka takdir akan mempertemukan lagi dirinya dengan gadis yang beberapa tahun terakhir ini berusaha keras di lupakannya karena menghargai hubungan gadis itu dengan kekasihnya.“Duduk Cia,” ujar Vendra yang segera di turuti Cia dengan duduk di depannya.“Bagaimana kabar kamu?” tanya Vendra masih dengan tatapan lembutnya ke pahatan wajah cantik di depannya. Senyum tak lepas dari bibirnya.“Kabar aku baik, Kak. Kak Vendra udah sukses aja, ya,
“Hai sayang, kabar kamu gimana?” tanya Cia dengan ceria menatap wajah tampan Aka yang tengah berada di kantornya sedangkan dia sendiri sedang bergelung malas di kamarnya. Perbedaan waktu 7 jam seringkali mereka manfaatkan untuk sekedar video call melepas rindu.“Aku baik sayang, kamu sudah makan malam?” tanya Aka dengan senyum lembutnya, menahan berjuta rasa rindu pada pemilik wajah tersenyum yang sekarang cuma bisa dia nikmati dari layar ponselnya.“Udah kok, nggak boleh makan malam lebih dari jam enam sore, ntar mudah gendut,” jawab Cia dengan gaya menggemaskannya.“Ah, meskipun kamu gendut se- biri-biri Australia aku juga bakal tetep sayang kok.”“Ihh … kok gitu sih, bukannya nyemangatin aku supaya tetap langsing malah bilang gitu,” raut cemberut pura-pura Cia tunjukkan yang membuat Aka semakin gemas.“Perumpamaan aja, Sayang, mau gendut mau kurus kamu tetap cantik kok di m
Aka menatap jauh ke puncak tertinggi satu gedung di luar sana yang dia lihat dari jendela ruang kerjanya. Terngiang cerita Cia bahwa Alvendra berada di satu tempat dinas dengan gadisnya itu. Dirinya tak pernah lupa bagaimana sikap perhatian seorang Vendra kepada adik tingkatnya kala itu. Yang seringkali menatapnya penuh kelembutan meski Aka sadar dan tahu bahwa cowok itu cukup baik dan menghargai hubungannya dengan Cia. Tapi itu dulu, ketika dirinya berada di dekat gadisnya. Untuk sekarang, bagaimana dia bisa mencegah sebuah hati yang mendamba dan telah menyimpan rasa begitu lama jika tiba-tiba saja mereka berada di satu tempat yang sama dalam banyak hitungan jam dan kegiatan bersama. Tak mungkinkah pada akhirnya hati mereka merasakan getaran yang sama karena kebiasaan berdekatan?Meski seringkali Aka selalu menitip pesan pada Cia untuk pandai menjaga hati tetap saja hati Aka di liputi kekhawatiran dan rasa cemburu yang entah kenapa semakin membesar saja. Tanpa sadar bolpoint
Weekend dan Cia menikmati waktunya seorang diri di rumah. Mama mengikuti Papa yang sedang ada urusan kerja ke luar negeri sekalian liburan buat mereka sejak beberapa hari lalu. Beberapa waktu lalu dia baru saja selesai melakukan panggilan video bersama ketiga sahabatnya, Merlin yang masih berada di Jogja mendampingi Kak Arya yang mendapatkan pekerjaan di sana, Flo yang memilih tetap stay di Australia dan Vio yang masih berjas putih di tempat dinasnya dan cuma bisa gabung sebentar saja sekedar say hello setor muka melegakan sahabat-sahabatnya.Cia menatap nanar langit malam penuh bintang dan sepertinya bertepatan juga dengan tanggal saat bulan purnama. Langit nampak cerah namun hati Cia sedikit mendung. Sejak beberapa saat lalu dirinya tak berhasil menghubungi Aka, entah karena jalur komunikasi untuk panggilan international yang sedang trouble ataukah karena memang nomor Aka yang tak bisa di hubungi. Karena nyatanya Flo yang juga tengah di luar negeri lancar-lancar aja melakuk
Minggu yang cerah ceria.Aka menatap malas Selena yang bermain di pantai sendirian sedangkan dirinya hanya duduk diam di pasir dengan pandangan dan rasa tak menentu. Pagi tadi Selena tiba-tiba datang ke rumah, memaksanya mengajak ke pantai dan sialnya dia merengek seperti anak kecil yang membuat Mommy tak tega melihatnya.“Mom, Aka malas keluar sama dia, pengin istirahat aja di rumah,” tolak Aka pagi tadi ketika Mommy sampai harus menungguinya di sisi ranjang. Telaten membujuknya supaya mau menemani Selena pergi jalan-jalan. Sedangkan gadis itu sendiri sudah pergi ke ruang makan menemani Daddy sarapan karena Mommy memastikan bahwa Aka akan mau di ajaknya keluar rumah.“Sayang, nggak ada salahnya menyenangkan Selena sesekali, orang tuanya udah baik banget ikut bantuan Mommy pas sibuk-sibuknya urus Daddy ketika sakit kemarin,” bujuk Mommy untuk yang ke sekian kalinya.“Tapi kita nggak minta di baikin sama mereka, Mom.”
“Fe, kok kamu bentak aku segitunya, sih?” protes Selena yang terdiam di samping Aka.Aka menghela nafas panjang, meletakkan ponselnya dengan malas di meja kemudian menyandarkan punggungnya di kursi sambil mulai mengatur nafas dan mengendalikan emosinya. Bukan sifatnya memarahi seorang cewek karena dirinya benci melihat air mata yang biasanya menjadi senjata mereka di akhir cerita. Jadi lebih baik dia diam saja, meredakan amarahnya sendiri.Tanpa Aka ketahui, senyum tipis tersungging di bibir Selena. Gadis itu bukan tak tahu jika tadi Aka sedang melakukan panggilan video dengan kekasihnya di Indonesia. Pun begitu dengan kemarin, Selena tahu jika ponsel Aka ketinggalan di rumah karena Mommy menelepon dan memberitahunya. Tapi dengan sengaja Selena bilang bahwa ponsel supaya tetap di matikan saja dan dirinya sengaja mengajak cowok itu menemaninya seharian. Kondisi inilah yang dia harapkan, merusak hubungan Aka dengan Valencia kekasihnya. Cewek yang di agung-agu
Seminggu berlalu, Aka dan Cia masih terlibat perang dingin. Aka masih rajin mengirim pesan kepada Cia, namun Cia sama sekali tak pernah membalasnya. Bukan tanpa alasan, setelah insiden panggilan video saat itu setelah Vendra mengantarnya pulang Cia menenggelamkan diri di kamarnya. Sibuk merenung dan berusaha menenangkan dirinya sendiri. Rindu pada Aka begitu besar, tapi mengingat kedekatan cowoknya itu dengan gadis bernama Selena tak urung rasa cemburu menguasai jiwanya juga. Akhirnya di antara rasa rindu dan gabut dengan iseng Cia membuka akun sosmed facebook. Stalk akunnya sendiri yang sudah cukup lama tak pernah di bukanya sekaligus stalk akun Aka.Dari akun facebook itulah degub jantungnya kembali berpacu hebat penuh emosi, air mata yang sebelummya dia kira sudah mengering kini mengalir lagi ketika mendapati satu postingan tagging di akun Aka dari akun bernama Selena Agatha Rodriguez.“Happy sunday with my darl. Thank you so much, honey for today
“Jadi sekarang kamu sudah tahu kan bagaimana aku bisa berada di sini dan maaf harus menahan diri tanpa menemui kamu, Sayang,” beritahu Aka mengakhiri ceritanya. Mereka berbaring di ranjang mewah salah satu kamar di resort Aka, lebih tepatnya Valencia Resort. Sesekali Aka mencium pundak telanjang Cia, memeluknya dengan erat di dalam selimut yang melindungi tubuh mereka dari dingin AC setelah percintaan panas mereka beberapa saat lalu. “Sudah, Sayang, terima kasih banyak karena kamu masih kembali kepadaku,” balas Cia yang menikmati setiap sentuhan dan dekapan hangat Aka yang sudah begitu lama di rindukannya. “Terima kasih juga buat kamu yang selalu yakin dan percaya padaku, Sayang. Semua itu kekuatan tak ternilai yang aku punya di hidup aku.” “Jadi sekarang kondisi sudah aman?” “Sudah, kita bisa menikah segera.” “Bukan itu maksudnya, Sayang,” balas Cia sambil tertawa, sadar jika Aka hanya menggodanya meski wajah Pangeran Saljunya ini nampak tak
“Tuan, berikan ponsel tuan kepada saya,” tanpa menunggu jawaban dari Aka Mike langsung merebut ponsel di tangan Aka yang sejak tadi berada di tangan Aka karena cowok itu baru saja mengirimkan pesan kepada Cia mengabarkan bahwa dirinya bersiap untuk penerbangan ke Indonesia. Sepuluh menit lagi Aka harus segera masuk ke dalam pesawat supaya tak ketinggalan penerbangan, namun yang ada justru Mike menahannya dan membuka ponsel itu kemudian mengambil nomornya dan merusak chip kecil itu. Setelahnya memasukkan ponsel itu begitu saja ke dalam kotak sampah tak jauh dari pintu terakhir sebelum menuju masuk pesawat. Aka ingin marah namun lama-lama dia mencerna dan mulai memahami situasi yang ada setelah Mike menariknya cepat untuk pergi meninggalkan bandara melewati pintu yang tak seharusnya. Sebuah mobil sudah menunggunya, dan baru saja masuk ke dalam mobil suara dentuman memekakkan telinga terdengar di seantero bandara itu. Mike duduk diam di sampingnya dan hanya menginstruksikan sop
Cia menatap pria tampan berumur yang duduk di sampingnya. Wajah bulenya sama sekali tak dia lupakan. “Selamat siang, Nona Cia.” “Jimmy? Sungguh ini kamu, Jim?” “Betul Nona, terima kasih masih mengenali saya.” “Ada apa, Jim, kenapa tiba-tiba menemui aku, jangan membuat aku takut, Mommy, Daddy, Kak Zona, Kak Helen dan Zecca semua baik-baik saja, kan?” tiba-tiba ingatan Cia melayang pada kejadian sebulan lalu yang melibatkan interpol harus datang dan muncul di Indonesia memburu para orang jahat yang menurut berita karena urusan persaingan bisnis. Jimmy menyodorkan air mineral dan sekotak makanan kepada Cia. “Semua baik-baik saja, Nona. Lebih baik Nona makan dulu karena perjalanan kita akan memakan waktu kurang lebih empat jam dari sekarang. Cia sedikit tenang meski banyak pertanyaan di kepalanya. Dia mengenali karakter para pengawal keluarga Aka ini. Mereka akan berkata aman jika memang semua aman, dan mereka tak akan banyak bicar
Cia tersenyum gemas melihat baby mungil di dalam ruang bayi meski hanya dari kaca. Kemudian menoleh sekilas ke arah Vendra yang berdiri di sebelahnya dan menerima usapan lembut di kepala dari papa si bayi itu. “Dia lucu, Kak,” ujar Cia tak bisa mengalihkan pandangan dari Baby Azeera, nama yang di berikan untuk putri Alvendra dan Meischa. “Iya, sangat menggemaskan,” jawab Alvendra. Setelah puas melihat bayi akhirnya Cia mengikuti langkah Alvendra menuju kamar rawat Meischa. Dan bertepatan nampak perempuan cantik itu baru kembali dari kamar mandi. “Selamat ya, Kak, Baby nya cantik dan lucu.” “Oh, jadi kamu bahkan melihat dia dulu di bandingkan harus datang menemuiku?” ujar Meischa pura-pura sewot membuat Cia tertawa. “Ketemu Kak Meischa udah sering kali, tapi kalau ketemu Azeera pagi ini baru yang pertama kalinya, jadi penasaran banget.” Meischa ikutan tertawa, kemudian dengan masih di rangkul Cia berjalan menuju ranjangnya.
Hari ini hari pernikahan Flo dan Vandra. Cia mematut lama dirinya yang sudah rapi dan cantik. Gaun peach pada waktu itu melekat pas dan indah di tubuhnya. Peach. Bagaimana bisa seseorang itu mengetahui warna yang sangat pas dengan dirinya. Angan Cia melayang, membayangkan bahwa yang menyarankannya mengambil gaun itu adalah Aka. “Sayang, hari ini aku merasa cantik, lihatlah,” bisik Cia sambil berusaha menyunggingkan senyumannya. Masih tetap berada di depan cermin, tiba-tiba terdengar suara mamanya. “Sayang, ayo, acaranya sudah hampir di mulai,” ajak Ratna yang baru menyusul masuk ke kamar dengan hati-hati, dengan lembut di pegangnya bahu putri cantiknya. “Iya, Ma,” jawab Cia singkat. Ratna menggiring Cia keluar kamar hotel yang sama dengan tempat resepsi Flo di adakan. Sejak siang tadi mereka check in, rencananya setelah acara resepsi selesai malam nanti mereka bisa segera beristirahat di sini, tidak perlu langsung pulang ke rum
Cia sedang menikmati makan siangnya sendiria di sebuah rumah makan tak jauh dari rumah sakit tempat berprakteknya saat ini. Yaitu hanya sebuah rumah sakit kecil yang baru berdiri di Kota Surabaya. Sesungguhnya banyak tawaran yang meminang Cia untuk bergabung di rumah sakit-rumah sakit besar dan terkenal di Surabaya ini, salah satunya RS Surabaya Husada, namun Cia belum mempertimbangkan untuk menerimanya. Justru dirinya lebih menikmati berpraktek di rumah sakit yang baru berdiri ini karena di sini dia merasa lebih enjoy, lebih bisa dekat dan perhatian kepada pasien mengabaikan ke-eksklusif-an yang biasanya terdapat pada pelayanan sebuah rumah sakit besar. Seperti pesan keramat Dokter Abdi, Cia masih menggenggam erat pesan itu sampai kini. Hati dan pengabdian bagi jiwa seorang dokter. Cia mendongak melihat jalan raya ketika terdengar suara sirine bersahutan memecah keramaian jalanan kota sore ini. Mobil polisi beriringan banyak sekali, begitupun ambulance terdapat beberapa di
Cia menatap takjub dua sahabatnya yang saat ini tengah sibuk menerima ucapan selamat atas pernikahan mereka dari para tamu yang datang.Cia yang di daulat menjadi bridesmaid bersama Merlin dan Flo hanya mampu menahan setiap gejolak rasa di dalam dadanya. Antara bahagia atas pernikahan kedua sahabatnya dan di satu sisi hati ada kesedihan yang dia tahan seorang diri saat ini. Di sebekah tempat yang lain nampak Evan, Arya dan Vandra tengah asyik ngobrol bersama. Melihat keberadaan Evan di antara sahabat-sahabatnya, tak urung mata indah Cia berkaca. Harusnya yang berada di sana saat ini adalah kekasihnya, sahabat dari para mereka-mereka yang sudah menjalin ikatan manis pertemanan semenjak masa abu-abu putih mereka.Merlin yang menyadari sikap diam Cia segera merangkul bahu sahabat cantiknya. Begitupun Flo yang berdiri di sebelahnya semenjak tadi. Dua orang gadis itu adalah saksi hidup bagaimana terpuruknya seorang Cia pada saat itu karena kabar akan meninggalnya Aka. Dan,
Serah terima tugas selesai sudah. Di ruang Dokter Abdi, Cia menjabat tangan dokter senior itu dan juga Dokter Adra. Dokter muda penggantinya lulusan dari Universitas Negeri Jember.“Jangan pernah lupa pesan yang seringkali saya sampaikan, Dokter Cia, sukses selalu di manapun berada,” pesan Dokter Abdi.“Terima kasih atas bimbingannya selama ini, Dok. Seperti yang saya sampaikan, saya akan selalu berusaha mengingat pesan keramat dokter yaitu tentang hati dan pengabdian. Semoga Dokter Abdi sehat selalu dan jika suatu saat ada dinas ke Surabaya maka jangan lupa menghubungi saya.”“Tentu, Cia. Itupun jika kamu masih di Indonesia. Jika tiba-tiba kamu benar berangkat ke Inggris maka jangan lupa kabari saya. Jika keyakinanmu masih sangat kuat, maka tetaplah yakin. Tapi bukan satu kesalahan jika suatu saat kamu harus menyerah dan melepaskan keyakinan itu dan mulai kembali menatap ke depan, karena bagaimanapun juga kita hanya manusia yang me
Dua bulan lebih telah berlalu. Vendra dan Tim Medis Surabaya sudah kembali. Aktifitas rutin kembali berjalan seperti biasanya. Cia masih tetap berusaha mengupdate informasi. Sesekali bersama Evan dirinya pergi ke kota sekedar mencari sinyal jaringan internet untuk bisa mengakses update berita tentang kecelakaan pesawat yang Aka tumpangi. Namun sampai dengan saat ini belum ada berita yang menyebutkan bahwa jenasah atau hasil tes DNA dari potongan-potongan anggota tubuh yang berhasil di dapatkan dari badan pesawat yang beberapa puing di temukan menyebutkan nama Feroka Hatcher. Hingga membuat doa tak pernah putus dari hati Cia supaya Tuhan memberikan keajaiban untuk Aka.Di sore hari Cia sedang membersihkan ruang prakteknya ketika nampak seseorang berdiri di ambang pintu. Nina yang biasanya membantu beberes sedang menemani Dela ke rumah warga yang informasinya melahirkan anak kembar serta menolak melahirkan di puskesmas. Jadilah saat ini di puskesmas hanya ada Cia bersama dokter