Lantas menoleh ke samping, menunggu respon Aditya. Tapi, sang Bos hanya diam tak berkutik. Selena sulit mengetahui Aditya setuju gaknya dengan persyaratan Tuan Collins tadi."Jawab!" titah Tuan Collins lekas menarik tongkat di samping kursinya, kemudian mengulurkannya ke arah Aditya namun tidak sampai menyentuh dada bidang Aditya.Selena terusik dengan sikap tidak ramah Tuan Collins itu, menurutnya tidak harus memaksa Aditya harus mengiyakan keinginannya."Pak Aditya, Anda jawab saja pertanyaan Tuan Collins. Kalau tidak mau tinggal bilang tidak mau saja," bisik Selena merapatkan bibirnya ke daun telinga Aditya."Aku jelas tidak maulah! Aku tak mau tahu dengan gadis yang mau di jodohkan," sahut Aditya juga berbisik dengan menempelkan bibirnya di telinga belakang Selena."Benar. Anda bilang saja masih akan mencari kekasih dan anak Anda itu. Mungkin dengan begitu Tuan Collins tidak memaksa." Kemudian Selena menarik tubuhnya menjaga jarak dengan Aditya."Aku tidak mau dijodohkan, Kek. Aku
"A-apa? Kenapa Ayah mau-mau saja menerimanya?" gusar Selena mendengus kesal."Ayah tidak mau, Selena. Namun, belum lagi menyentuh cek yang diletakkannya di atas meja, mereka sudah pergi. Gini saja, kamu saja lah yang mengembalikannya ke Aditya itu, Selena," ujar sang Ayah bingung juga untuk apa diberikan uang sebanyak itu."Ayah jadi takut ada niat lain Aditya padamu dengan cek itu nanti, Selena.""Iya, Yah. Tapi aku tidak bisa mengembalikannya, Yah. Aku sudah tidak pernah bertemu dengannya lagi, bahkan nomor teleponnya saja tak ada lagi aku simpan.""Nomornya nanti aku suruh adikmu kirimkan, ya. Tolong kamu kembalikan saja cek itu padanya. Besok setelah adikmu mencairkannya langsung ditransfernya padamu.""Tapi aku---""Udah dulu ya, Selena. Kebetulan Kang Sujono mengajak Ayah ke desa sebelah tadi. Dia sudah menunggu di depan."Seiring sambungan ponsel langsung terputus. Selena menggeram kesal, entah marah kepada siapa sekarang.Beberapa menit hanya mematung sebelum menjatuhkan tubu
Setengah memaksa, paman Grove mendorong bahu Selena masuk, kemudian cepat-cepat menutup pintu kamar.Sial! Harus terkurung di ruangan neraka ini lagi. Maunya mereka ini apa sebenarnya? Selena menggerutu dalam hati."Pak Aditya," panggil Selena dengan menekan nada suaranya, melihat Aditya rebahan di ranjang, sekujur tubuhnya hampir tertutup selimut.Karena tidak mendengar sahutan, Selena pun mendekatinya. Tampak Aditya seperti tertidur pulas saja. Dalam hati langsung menggerutu kesal, sampai mengutuki dirinya yang mau-mau saja di manfaatkan."Pak Aditya, untuk keperluan apa Anda menyuruh saya tengah malam kemari?" Selena bertanya ketus, membuang muka."Ahhh, Selena. Aku mohon jangan pergi!"Selena menoleh cepat. Astaga, dia bisa memahami kata-kataku tadi gak seh? Orang bertanya kenapa di suruh kemari, malah dijawab lain! Selena menarik salah satu sudut bibirnya. "Saya bertanya---""Selena, aku mohon jangan tinggalkan aku. Aku berjanji tidak akan bersikap kasar, asal kamu segera mening
Namun, Aditya tidak mendengar sahutan dari Selena."Arghh! Kamu pura-pura tidur, ya? Tolong berikan aku minum, aku haus, Selena!"Menunggu beberapa saat namun tidak juga terdengar suara Selena. Akhirnya Aditya bangkit dari ranjangnya mendekati Selena yang tertidur di sofa panjang."Kamu bilang akan mengawasi ku dari sini, tapi kamu malah pura-pura tidur," omel Aditya menarik selimut yang menutupi tubuh Selena."Hahh, baru sebentar ia sudah tertidur pulas?" gumam Aditya mendengar dengkuran halus Selena.Aditya kemudian menutupi separuh tubuh Selena dengan selimut. Niatnya mau kembali ke ranjangnya namun wajah cantik Selena saat tertidur itu, menarik atensinya duduk berjongkok.Berkali-kali meneguk liur mengagumi kecantikan sekretarisnya itu. Jari tangannya menyentuh lembut inci wajah tenang Selena.Lama hanya mengelus kulit mulus wajah cantik Selena. Kini matanya tertuju pada bibir Selena yang merekah, bagaikan magnet yang berkekuatan besar menarik bibirnya untuk menyatu rapat."Selena
Selena sedikit bingung. Tak mungkin juga ia meninggalkan Baby Lea atau membawanya keluar kota. Lagipula, Aditya pasti tidak akan mengizinkannya, atau malah mengikutinya.Ahh, Selena baru ingat ada pertemuan meeting nanti di perusahaan Adiguna Jaya. Tentu Hendra pun akan ikut ke pertemuan itu nanti."Minggu ini ada pertemuan mitra bisnis perusahaan Adiguna Jaya, Kakak juga ikutkan? Bagaimana kalau---""Selena, aku tidak ikut ke pertemuan apapun lagi dengan perusahaan Adiguna Jaya dan perusahaan Wiguna. Maafkan aku tidak memberitahukannya padamu.""K-kenapa, Kak?" tanya Selena sebenarnya sudah tahu permasalahan Hendra dengan Tuan Collins dan Aditya."Tidak perlu kita bahas itu sekarang, Selena. Tapi, mungkin besok atau lusa aku ke sana bertemu teman lama. Nanti aku kabari kamu ya, Selena.""Ohh, baik Kak. Terimakasih sebelumnya, Kak," ucap Selena memutuskan sambungan teleponnya.Hendra tidak ikut pertemuan apapun dengan perusahaan Adiguna Jaya? Apa artinya Hendra memutuskan kontrak kerj
"A-apa? Oke, aku tahu sekarang, Paman ingin balas dendam padaku, ya? Tinggal bilang berapa milyar yang Paman butuhkan! Tidak mesti mengadu diam-diam ke Kakek!" tuduh Aditya menaikkan kedua alisnya tinggi-tinggi diikuti dengusan kasar.Aditya gantian yang mengitari paman Grove sekarang. "Sampai-sampai harus memaksa orang-orang Paman itu meminta cek ini dari Ayah Selena!"Paman Grove tidak bisa menahan tawa getirnya lagi mendengar tuduhan sembarang Aditya itu. Sementara dirinya pun sudah berjuang mati-matian menutupinya dari Tuan Collins ."Aku?" Paman Grove semakin gelak tertawa. "Kalau niatku begitu sudah dari awal, Aditya!" Sang Paman mencondongkan wajahnya hingga sangat dekat dengan wajah Aditya."Tuan Collins yang melakukannya, Aditya!""Apa?" Aditya berjengit kaget. Sampai tubuhnya terhuyung ke belakang. "Benarkah itu, Paman? Dari mana Kakek bisa tahu hal itu kalau tidak ada yang memberitahunya, Paman?"Paman Grove menghela napas panjang, berjalan kembali ke kursinya. Tangannya
Penawaran? Jadi benar yang dikatakan Tuan Collins kalau Hendra sudah mengaku-ngaku sebagai kekasihnya."Iya, Kak. Aku juga mendengar sekilas saja, kok. Tapi ..." Selena menjeda ucapannya takut Hendra tersinggung. "Tapi?" tanya Hendra mencondongkan wajah, hingga berjarak beberapa centimeter saja dari wajah Selena. Dengan bebas kedua netranya mengeksplor wajah cantik Selena yang tersipu malu-malu. Bibir seksi sedikit tebal itu terus saja tersenyum seolah menggoda Selena."Tapi ... ahh, a-apa benar Kakak mengaku ke Tuan Collins kalau kita memiliki hubungan istimewa?""Yah! Apa itu salah, Selena?" Tenang Hendra menjawab dengan balas bertanya.Berbeda dengan Selena, ia kaget. Bukan hanya salah lagi, tapi Hendra sudah jelas berbohong ke semua orang. Sampai Tuan Collins pun mempercayai itu."Untuk apa Kak Hendra melakukan itu? Jelas itu kebohongan, Kak, sampai Tuan Collins juga mempercayainya.""Wah, syukurlah akhirnya pria tua itu mau percaya. Jadi, tak perlu lagi dia menguasai mu."Tid
Selena hanya membiarkannya. Namun, panggilan dari Aditya tak kunjung berhenti.Selena geram menyambar ponselnya, ketus ia bertanya, "Ada apa, Pak Aditya?""Kamu sibuk, Selena?" "Iya, masih sangat sibuk, Pak.""Selena tolong bantu aku kali ini, ya. Aku sangat membutuhkannya saat ini. Please, jangan menolak ku, Selena."Selena mencebik kesal. Ia tahu Aditya ingin mengajaknya bertemu dengan Tuan Collins. Selena tersenyum miring, untungnya ia sudah tahu semuanya dari Hendra tadi."Maafkan saya, Pak. Tapi saya tidak bisa meninggalkan orang tua saya sekarang. Mereka membutuhkan saya," tegas Selena menolak Aditya."Oh, begitu ya." Langsung memutuskan sambungan teleponnya.Selena tersenyum puas. Merebahkan santai tubuhnya di ranjangnya. Dalam hati bersorak gembira sudah berhasil membuat Aditya tak berdaya memaksanya.Ahh, cara ini sangat ampuh menghindar dari Aditya. Senyum-senyum bergumam dalam hati.Sementara di kediamannya, Aditya sangat gelisah di dalam kamarnya. Sudah setengah jam pria