Saat itu Risa tengah membuka lemari es yang kosong melompong, bahkan lemari-lemari kabinet di dapur pun belum diisi apa pun. Jika memang Danu sudah tinggal di rumah tersebut selama beberapa hari, seharusnya ada persediaan makanan atau minuman meski sebatas mie instan dan air putih kemasan.Salah Risa juga terlalu mengharapkan dan berpikir jika dirinya hanya perlu datang demi Nathan, tanpa peduli apa yang harus dipersiapkan sebelum datang ke rumah Danu. Wanita itu berbalik menatap sang anak yang duduk di meja makan sambil menopang dagu, menunggu apa yang akan ibunya masak untuk makan malam ini.“Mama harus pergi ke supermarket. Kamu mau ikut atau di sini saja?” tanya Risa, “tidak ada yang bisa Mama masak di sini. Orang itu benar-benar tidak peduli pada siapa pun.”Risa membuang muka ke arah samping dan bersamaan dengan itu Danu muncul dari kamarnya setelah membersihkan tubuh. Rambutnya masih agak basah dan dia hanya memakai kaus lengan pendek warna putih juga celana panjang berbahan ri
“Ah! Kurang ajar! Bisa-bisanya dia memberiku penawaran?!”Risa menggerutu di balik pintu toilet. Jam istirahatnya sudah berjalan selama lima belas menit yang lalu, tetapi wanita itu terus menerus mengurung diri di bilik toilet dan melampiaskan amarahnya pada lantai yang sejak tadi diinjak-injaknya dengan kasar.Semalam setelah Danu mengajaknya untuk rujuk, Risa berlalu pergi tanpa kata-kata dan berbaring di sebelah Nathan meski baru tertidur sekitar pukul tiga pagi. Setelah bangun, dia lagi-lagi teringat penawaran kembaran Kaya yang membuat emosinya lantas menggunung padahal saat itu masih pagi.Bahkan hal itu pun memengaruhi pekerjaannya hingga Ani yang duduk bersebelahan dengan Risa sering dibuat kaget karena tiba-tiba wanita itu menghentakkan kaki tanpa sebab sambil mendengkus keras-keras seperti sedang menahan sesuatu.“Dia pikir dia siapa? Dia tidak punya otak, pantas saja tidak merasa bersalah.”Risa beranjak berdiri, kemudian membuka pintu dan keluar dari ruang sepetak itu. Keb
"Mama tidak tahu harus bagaimana lagi untuk menghadapimu!"Risa terus menerus mendengkus saat membawa Nathan pergi dari kantor guru, merasa marah dan malu atas kelakuan Nathan yang seperti berandalan. Padahal selama ini dia sudah mewanti-wanti agar anak itu bisa menahan diri untuk tidak terpancing dan memulai perkelahian, tetapi sekarang wajahnya penuh telur busuk lantaran sang anak kelepasan hanya karena merasa tersinggung ketika David menuduh orangtuanya sudah berpisah.Bagi Risa mungkin menahan diri dan mengabaikan tuduhan seperti itu adalah hal yang mudah, tetapi dia tidak tahu bagaimana perasaan Nathan, anak usia enam tahun itu ketika salah satu temannya mengejek dengan cara menyinggung masalah orangtua."Lagian memangnya kalau Mama jadi Nathan, Mama terima diledek begitu?" Nathan membalas ucapan Risa dengan ekspresi merengut.Kedua alisnya masih bertautan, dengkusan napas pun sesekali terdengar saat anak itu mengingat bagaimana David menghina keluarganya, juga melihat bagaimana s
Ini memang hari minggu, tetapi biasanya Nathan bangun pagi seperti biasa dan membantunya di dapur meski hanya duduk dan mencicipi gorengan yang telah matang. Namun, kali ini anak itu masih mendengkur di kamarnya bersama Danu yang juga keenakan.Pria itu masih terlihat sangat pulas saat Risa membuka pintu sekitar pukul enam tadi dan melihat Nathan tidur dalam posisi yang sangat tidak bagus. Kaki kirinya berada di dekat wajah Danu dan posisinya miring memeluk kaki pria yang masih dianggapnya sebagai ayah.Risa bahkan sempat termenung di ambang pintu melihat mereka berdua terlihat begitu akrab seolah seorang ayah dan anak betulan. Lalu, tiba-tiba saja dia teringat pesan dari Margareth yang mengatakan bahwa Danu adalah pria yang baik untuk Nathan. Namun, dengan segera dia tepis pikiran itu dan berbalik ke dapur untuk memasak sarapan.Sekitar pukul tujuh lebih, menu sarapan sudah tertata rapi di atas meja. Ada ayam goreng kesukaan Nathan, ada juga telur mata sapi yang tidak disukai Nathan,
Laras cukup kecewa kepada Bima padahal dia sudah banyak berharap jika pria itu berani melangkah maju untuk merebut Risa dari Danu. Namun, setelah berhari-hari lamanya, tidak ada perkembangan apa pun dan bahkan keluarga palsu itu terlihat menjadi lebih sulit dihancurkan.Wanita itu berdiri di dekat jendela kamar sebuah hotel, menatap ke arah luar sambil memelintir kalung di lehernya. “Orang-orang bertingkah pengecut bahkan untuk mempertahankan apa yang mereka inginkan,” ujarnya sinis, “aku heran kenapa mereka bisa hidup di dunia yang keras ini tanpa punya keberanian.”Berpikir jika dirinya tidak bisa hanya duduk diam mengandalkan Bima, Laras memutuskan untuk melakukan sesuatu dengan caranya sendiri. Dia mulai beranjak dari tempatnya berdiri, berganti baju dengan pakaian modis yang selalu melekat dengan identitasnya sebagai model.Crop top warna putih dirangkap blazer warna mocca yang sepadan dengan celana panjangnya, juga sepatu hak tinggi warna hitam yang membuat Laras tampak lebih k
Nathan baru saja tidur setelah mendengar cerita bohongan Danu yang mengaku bekerja di tengah hutan. Pria itu meninggalkan kamar setelah menyelimuti tubuh Nathan dan mematikan lampu meja dan menyalakan lampu temaram yang berasal dari tangan robot Naruto.Pintu kamar ditutup pelan-pelan, Danu melangkah menghampiri Risa yang duduk di ruang makan sebab mereka harus membicarakan sesuatu untuk kedepannya, termasuk rencana pria itu menjadikan Risa dan Nathan sebagai keluarganya.Tarikan napas Risa ambil saat Danu datang dan duduk di depannya. Dia menatap pria itu sebentar dan kembali beralih pada ruang tamu yang gelap, hanya mendapat sedikit sinar dari lampu di luar rumah melalui celah jendela.“Jadi apa rencanamu sekarang?” tanya Risa tanpa menatap Danu.“Kau jelas tahu apa rencanaku,” jawab pria itu dengan suara pelan. Matanya tertuju pada Risa yang tampak lelah. “Sekarang aku hanya perlu jawaban darimu. Apa kau masih mementingkan dirimu sendiri, atau memikirkan Nathan yang membutuhkan kit
Ini memang bukan pertama kali bagi Risa menyiapkan sarapan pagi untuk pria bernama Danu Atmawijaya, tetapi ini adalah kali pertama dirinya menerima keberadaan pria itu untuk hidup serumah dengannya.Kini setiap pagi ada tiga piring nasi di atas meja. Di kamar mandi pun terdapat tiga sikat gigi dan tiga pasang handuk yang mereka gunakan setiap harinya. Bahkan yang tadinya hanya ada dua jenis sabun dan sampo pun, kini lemari di kamar mandi bertambah beberapa produk milik pria dewasa.Jika pemilik barang-barang itu adalah pria yang Risa cintai, pasti ini adalah yang dinamakan kebahagiaan hidup. Kenyataannya, Danu hanyalah tamu yang sedang membohongi Nathan dengan bantuannya.Suara langkah kaki yang terdengar cepat dan terburu-buru mengalihkan perhatian Risa saat wanita itu baru saja menyiapkan jus apel. Dia mengikuti Nathan yang sedang berlari mencari sesuatu di ruang tamu, melihat-lihat di antara kolong meja dan sofa yang terbilang rendah.“Apa yang kamu cari, Nathan?” tanya Risa tanpa
Laras tertawa getir sambil mencengkram erat-erat stir mobil. Matanya melotot dan terus tertuju pada Risa yang mulai berjalan ke pinggir jalan untuk menyetop taksi.Di saat itulah kecemburuan dan kemarahan Laras menjadi dorongan yang membuatnya nekat untuk menginjak pedal gas dalam-dalam, membawa mobilnya berjalan lurus dengan kecepatan tinggi dan membidik target satu-satunya. Ada rasa takut, tapi rasa bencinya lebih besar hingga pikiran dan hati Laras tertutup.Risa tidak merasa curiga sedikitpun pada mobil yang melaju dengan cepat itu. Apalagi benda tersebut dikendalikan oleh seseorang, pikirnya itu bukan masalah besar dan dia tetap berdiri di batas trotoar dan jalan aspal yang hanya diberi garis kuning.Baru setelah mobil itu seperti bergerak ke arahnya dan deru mesin semakin keras, Risa mulai takut dan berusaha menghindar. Namun, sayangnya kecepatan yang dia miliki tidak sebanding dengan laju mobil yang seperti kilat hingga belum sepenuhnya dirinya menghindar, bemper mobil itu memu