Home / Romansa / Pria Tua itu adalah Suamiku / Bab 3. Pak Dedi vs Pak Yoga

Share

Bab 3. Pak Dedi vs Pak Yoga

Author: Yoona Nusa
last update Last Updated: 2023-08-02 11:11:17

Frengky, salah satu anak buah kepercayaannya pergi dengan memegang sebuah poto gadis cantik. Dia mempunyai tugas penting saat ini. Tuannya sedang mengincar seorang gadis, pikir Frengky.

Frengky bahkan agak terkejut dengan permintaan tuannya kali ini. Biasanya, tugas yang dia terima adalah menyingkirkan para gadis-gadis sexy yang berkerumunan seperti lalat di sekitar Yoga.

Sekarang, Frengky malah mencari informasi gadis muda cantik yang bahkan belum berumur dua puluh tahun. Apakah gadis cantik ini yang akan mengubah pemikiran Yoga untuk merubah statusnya, pikir Frengky lagi.

"Apa yang istimewa dari gadis ini?". Frengky bicara sendiri sambil menunjuk-nunjuk poto Clara.

Frengky tidak ada waktu untuk memikirkannya. Dia harus bergerak cepat, dia yakin tuannya ingin mendapatkan informasi ini secepatnya. Tuannya tidak ingin punya anak buah yang mengecewakan.

Setelah Frengki pergi, Yoga kembali memikirkan rencana perjodohan itu. Yoga merasa begitu penasaran seperti apa gadis itu.

"Clara..... ". Yoga menggumakan nama Clara.

Kenapa ada sesuatu di gadis itu yang membuat aku tergelitik untuk mengetahui lebih dalam tentangnya.

Aku tidak sengaja bertemu dengannya di sebuah restoran tepi pantai pada malam itu. Aku mengenali gadis itu dari sebuah poto yang diberikan pak Dedi, bawahannya yang berusaha menjodohkan dia dengan anaknya.

Yoga sebenarnya acuh tak acuh dengan permintaan bawahannya yang menurut sangat lucu tersebut dan tidak masuk akal. Siapa pak Dedi yang dengan sangat berani ingin menjadi calon mertuanya.

Kemudian, menjadikan anaknya sebagai tumbal pengantin wanita untuk Yoga sebagai balasan agar dia bisa meminjam uang.

"Apa sebegitu bangkrutnya pak Dedi hingga tidak ada jalan lain selain menumbalkan anak gadisnya", pikir Yoga.

Yoga hanya melihat sekilas poto itu, dan tidak menyangka akan bertemu dengan Clara malam ini.

------

Di ruangan kerja Yoga

Terdapat tiga orang lelaki dewasa yang sedang membicarakan sesuatu yang penting. Pak Yoga yang duduk di singgasananya, dikawal seorang laki-laki tegap dan setegas pak Yoga. Dia Frengky pengawal pribadi pak Yoga.

Kemudian, bersimpuh seorang lelaki paruh baya dengan raut kecemasan sedang menghadap pak Yoga. Tak lain, pria tersebut adalah pak Dedi, papa Clara.

"Aku akan memberikan anak perempuan yang paling aku sayangi untuk pak Yoga nikahi".

Begitulah tawaran yang Yoga dapatkan apabila pak Dedi bisa mendapatkan pinjaman yang cukup besar darinya. Yoga tidak perlu khawatir kehabisan uang, karena nominal yang besar bagi pak Dedi, tidak bagi Yoga. Itu hanyalah seperti debu di jalanan.

Yoga hanya tidak paham dengan jalan pikiran pak Dedi. Kenapa harus menumbalkan putrinya, itu saja.

"Apa alasanmu mengorbankan putrimu dalam hal ini?".

"Saya tahu sebenarnya pak Yoga orang yang baik. Pak Yoga seorang laki-laki lajang. Dan dengan menikahi pak Yoga, saya tidak akan khawatir dengan kehidupan putri kesayanganku".

"Karena aku kaya, begitukah?".

"Tidak, pak Yoga".

"Lalu, apa?". Yoga menjadi penasaran.

"Sebenarnya, sudah banyak yang ingin membantu keuangan kami. Tetapi semuanya mengajukan syarat agar bisa menikahi putri saya, lalu saya menolak semuanya".

"Menolak semuanya?. Lalu, kenapa kamu datang kepadaku apabila sudah mendapatkan solusi dari masalahmu?".

"Saya tidak mau putri saya menjadi istri yang ke sekian dari mereka, pak Yoga. Walaupun kami bangkrut, saya tidak tega melihat putri saya ikut menderita".

Yoga yang mendengar kebenaran tentang hal itu pun sontak terkejut dan memahami bagaimana perasaan sayangnya seorang ayah kepada anak gadisnya. Tidak seperti dirinya yang tumbuh tanpa seorang Ayah. Hanya ada ibu yang selalu menemaninya. Sedikit Yoga melunak dan mempertimbangkan tawaran dari pak Dedi.

"Baiklah saya akan pertimbangkan".

Mendengar perkataan pak Yoga seperti merasakan angin segar menerpa pak Dedi. Pak Dedi pun dengan percaya diri menyodorkan sebuah poto seorang gadis cantik yang tak lain adalah putrinya tersebut.

"Pak Yoga bisa melihat dulu poto cantik putri saya".

Pengawal pribadi Pak Yoga dengan sigap berjalan ke arah pak Dedi kemudian mengambil selembar poto tersebut dan menyerahkannya kepada tuannya.

"Ini, Tuan".

Pak Yoga dengan malas meraih poto tersebut. Bagi pak Yoga sudah terlalu banyak dia melihat poto ataupun secara langsung wanita cantik. Tapi, sama sekali dia tidak menyukainya walaupun sedikit.

Ketika mata pak Yoga melihat poto tersebut, ada keterkejutan di netra pak Yoga.

"Apa-apaan ini, pak Dedi?".

Pak dedi yang melihat respon pak Yoga berusaha memahami apa yang salah dengan poto cantik Clara. Dia merasa tidak salah memberikan poto putrinya, bahkan pak Dedi memberikan salah satu poto terbaik putrinya itu. Pak Dedi bahkan dengan sengaja mengambil poto terbaru Clara seminggu yang lalu sebelum hari ulang tahunnya.

Dengan begitu, pak Dedi mempunyai alasan untuk memotret putrinya itu. Clara bahkan memakai gaun terbaiknya dan memberikan pose manis bak model catwalk. Pak Dedi saja baru tahu kalau putri kesayangannya itu memang pantas bila disebut seperti model papan atas atau seorang artis kenamaan yang terkenal.

Lalu apa yang salah, apakah atasan yang ada didepannya ini tidak menyukai putrinya. Lantas, apalagi usaha yang harus aku lakukan untuk putriku, pikir pak Dedi.

Dengan penuh keberanian, pak Dedi pun bertanya untuk bisa memastikan sesuatu.

"Namanya Clara, pak Dedi. Itu benar adalah putri saya".

"Saya tidak perduli itu putri anda atau bukan. Yang saya tidak mengerti apa putri anda ini masih belia".

"Iya, pak Yoga, minggu depan adalah hari ulang tahunnya. Dia akan berumur dua puluh satu tahun".

"Apa?". Pak Yoga pun berkata setengah berteriak.

"Maaf, pak Yoga saya tidak bermaksud begitu. Tapi, anak saya sudah cukup umur untuk menikah dan tidak ada salahnya menikah dengan pak Yoga".

"Kamu sadar atas apa yang anda bicarakan, pak Dedi?".

"Saya sadar sekali".

"Lalu apakah pak Dedi tahu berapa pastinya umur saya?".

"Saya tahu pak Yoga, tahun depan pak Yoga akan menginjak kepala empat".

Pak Dedi mengatakan itu dengan pasti. Baginya tak masalah umur pak Yoga yang penting masih lajang dan putrinya akan menjadi istri pertama, itu saja. Yang paling utama Clara tidak akan kekurangan sesuatupun.

"Pak Dedi, anak pak Dedi ini lebih pantas menjadi putri saya daripada istri saya".

"Tidak, pak Yoga. Saya jamin anda tidak akan menyesal menikahi Clara. Putri saya adalah gadis cantik dan ceria. Clara pasti bisa membahagiakan hati dan kehidupan pak Yoga".

"Apakah putri anda setuju untuk menikahi saya?".

Yoga sebenarnya tidak perduli setuju atau tidak pendapat orang lain. Yoga hanya ingin mengetahui reaksi Clara apabila tahu akan menikahi lelaki berumur seperti dirinya ini. Yoga tahu, Clara tidak akan menyetujuinya.

Mana ada zaman sekarang seorang gadis yang akan menikah muda. Clara pastilah seorang gadis bebas yang tidak akan terkukung di dalam sebuah pernikahan di masa mudanya. Dia saja sebagai laki-laki sampai sekarang masih menyendiri.

"Saya pastikan, Clara menyetujuinya, pak Yoga".

Yoga terkekeh pelan.

"Lalu bagaimana bila aku yang tidak setuju?".

"Saya jamin anda akan menyesal, pak Yoga".

Pak Dedi pun dengan percaya diri mengatakan hal tersebut. Kalau saja dia tidak bangkrut, mana mau melakukan hal ini. Dia saja sedih, di umur yang masih muda, putri kesayangannya akan menikah dengan lelaki yang jauh lebih tua.

Bukan tidak bisa pak Dedi mencarikan jodoh laki-laki tampan untuk putrinya. Tetapi di umur yang masih muda, tidak ada lelaki yang cukup kaya untuk membantu keuangannya dengan terpaksa menumbalkan putrinya. Hanya satu kandidat yang mau tak mau pak Dedi pilih.

Dia adalah pak Yoga. Yoga adalah atasannya sendiri di kantor cabang ini. Dan begitulah saat ini, pak Dedi sedang memohon kepada pak Yoga untuk menikahi putrinya sekaligus membantu keuangannya.

"Kamu cukup berani dan percaya diri, pak Dedi. Saya cukup suka dengan sikapmu".

"Saya jamin pak Yoga. Putri saya akan bersikap baik dengan pak Yoga. Saya tahu seperti apa putri yang kami besarkan itu. Dia pasti akan membahagiakan pak Yoga".

"Lalu, apa Clara putri kesayangan bapak akan bahagia bila menikahi saya?".

Lagi-lagi sifat bersaing dan dominan yang dimiliki oleh Yoga mulai tampak. Yoga merasa tidak ingin dikalahkan dengan semua argumen yang diucapkan oleh laki-laki yang sedang bersimpuh di depannya ini.

Lagi pula, bagi Yoga dia tidak merasa bakal diuntungkan di dalam perjodohan dengan Clara. Bahkan, Yoga merasa dia bakal mengurusi seorang anak remaja yang labil.

Benar-benar tidak masuk akal baginya.

"Clara akan bahagia. Mungkin dia akan menolak pada awalnya, tetapi berjalannya waktu, dia akan memahami bahwa dia juga akan bahagia dengan kehidupan pernikahannya dengan pak Yoga".

Pak Dedi sekali lagi menyakinkan laki-laki yang tengah duduk di depannya itu.

-------

Yoga tidak terlalu memikirkan permintaan pak Dedi yang menawarkan putrinya. Karena melihat keteguhan yang diperlihatkan pak Dedi, Yoga pun tergerak hatinya untuk meminjamkan secuil hartanya kepada pria yang masih bersimpuh di hadapannya itu.

"Baiklah, aku akan meminjamkan uangku kepadamu. Soal putri kesayanganmu, bisa kita bahas nanti".

"Pak Yoga, benarkah itu?".

Pak Dedi seperti tidak percaya bahwa pak Yoga, atasannya itu bersedia meminjamkan uangnya. Usahaku tidak sia-sia, selanjutnya pak Dedi tinggal membujuk Clara untuk menerima pernikahan ini. Begitulah pikir pak Dedi.

Yoga pun segera menuliskan beberapa nominal uang yang diperlukan pak Dedi dalam selembar cek. Tangan itu pun mengukir rangkaian sebuah bentuk menyerupai kata "Yoga". Tanda tangan "Yoga" seperti ukiran yang khas dan akan begitu sulit jika seseorang ingin memalsukannya.

"Berikan kepada Pak Dedi".

Yoga memerintahkan Frengky, pengawal pribadinya. Frengky pun berjalan ke arah pak Dedi yang masih tetap saja bersimpuh itu.

Pak Dedi pun meraih selembar cek yang diulurkan Frengky. Mata pak Dedi melotot, dia seperti tidak percaya angka yang tertulis di cek tersebut. Nominalnya bahkan mencapai dua kali lipat dari permintaannya.

"Terima kasih, pak Yoga". Pak Dedi berbicara dengan mata yang berbinar.

"Keluarlah dan selesaikan hutangmu itu. Aku tidak mau mendengar, pak Dedi menyalah gunakan uang tersebut. Anda tahu kan apa konsekuensinya?".

Begitulah cara Yoga berusaha menunjukkan kuasanya kepada pak Dedi. Yoga berharap dapat mengintimidasi pak Dedi. Entah apa yang menyebabkan yoga menyetujui kesepakatan ini.

"Awasi, pak Dedi".

Yoga pun memerintahkan Frengky.

Related chapters

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 4. Perdebatan

    -----Seminggu kemudian"Tuan, nanti malam ada meeting di Restoran Flora". Frengky memberitahu Yoga mengenai jadwal hari ini. Yoga mendelik tak suka dengan cara bicara Frengky yang masih tetap saja memanggilnya dengan sebutan, Tuan. Yoga bersikap seperti demikian bukan karena tak ada sebab.Frengky dan Yoga adalah teman sedari masa sekolah menengah atas. Karena ketidakmampuan Frengky untuk berkuliah disebabkan keterbatasan biaya, membuat Yoga menawarkan kepadanya jabatan pengawal pribadi kepadanya. Frengky yang bingung akan masa depan dia dan keluarganya, akhirnya setuju mengikuti kemauan sahabatnya tersebut. Yoga yang sedang sibuk kuliah dan Frengky yang sibuk dengan pelatihan militer khusus. Semua itu diberikan oleh Yoga untuk membuat Frengky mempunyai keahlian membela diri. Tujuannya hanya satu, melindungi Yoga."Apakah kita akan berangkat, Tuan". Frengky kembali bertanya kepada sahabatnya itu."Nanti aku pertimbangkan".Frengky dan Yoga. Ada satu hal yang mencolok dari mereka be

    Last Updated : 2023-08-03
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 5. Pertemuan dengan Keluarga Yoga

    Oma Ayu adalah ibu dari ayahnya yang telah meninggal. Setelah ayahnya meninggal, oma Ayu dan Ibu Yoga saja yang merawat Yoga dari umur sepuluh tahun. Yoga tidak ingin menentang oma ataupun mengikuti perintahnya.Begitupun mama, Yoga tahu mama juga selalu sependapat dengan oma. Mama tidak punya kuasa di rumah itu, karena mama hanyalah seorang menantu oma. Yoga pun tak bisa juga menyalahkan mamanya yang tidak mendukungnya."Yoga, tentukan pilihanmu. Oma tidak mau mendengar apapun alasanmu lagi"."Tapi, Oma?"."Yoga, kamu itu sudah tua. Tahun depan sudah berumur empat puluh tahun. Kapan kamu memberikan oma cicit"."Apa salahnya dengan umur Yoga, Oma?"."Kamu ini. Kalau dibilangin masih saja banyak alasannya. Oma mau segera ada penerus di keluarga ini"."Eh..". Yoga salah tingkah kalau membahas penerus keluarga. Yoga tahu dialah satu-satunya generasi terakhir keluarga ini. Tidak salah, Oma selalu mendesakny untuk segera menikah."Sekarang oma mau mendengar pilihanmu sekarang juga"."Yoga

    Last Updated : 2023-08-04
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   bab 6. Fitting Baju Pengantin

    Frengky yang melihat adegan di depannya pun nampak terkejut. Dia hampir saja lalai karena merasa Clara patuh untuk ikut dengannya. Frengky pun dengan cepat membukakan pintu mobil untuk Yoga dan Clara.Clara yang tertangkap basah hanya diam dan begitu malu karena perbuatannya yang ingin melarikan diri diketahui oleh Yoga. Tidak ada yang bisa Clara lakukan lagi. Clara pun kali ini patuh untuk masuk ke mobil."Kamu memang remaja yang labil".Yoga pun membuka pembicaraan dengan Clara, calon istrinya itu."Apa maksud anda, Tuan?"."Oh, kamu ingin bersikap formal ya, seakan-akan saya memang orang tua".Clara tersenyum tipis, ternyata lawannya pandai juga menafsirkan arti dari perkataannya."Jangan bicara padaku, jika kamu menganggapku sebagai orang tua". "Siapa juga yang mau bicara padamu". Jawab Clara.Yoga menggelengkan kepala. Tidak seharusnya dia menyetujui pernikahan ini. Disampingnya, bukan seorang wanita yang siap menikah tetapi hanya anak remaja yang bisanya membuat onar. Yoga tid

    Last Updated : 2023-08-15
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 7. Gaun dan Jas pengantin

    Clara memandangi satu per satu gaun berwarna putih yang ada di depannya. Clara takjub akan keindahannya, berlian swarovski bertabur mengelilingi setiap helaian gaun tersebut. Ada beberapa model Clara perhatikan, ada yang sexy, tertutup tapi belahan kakinya sampai ke atas dan ada yang menerawang.Benar-benar gaun pengantin yang indah untuk dipandang mata. Clara berdecak kagum. Seandainya dia bisa menggunakan gaun pengantin ini dan menikah dengan kekasih hatinya pasti akan lebih berbeda suasana hatiku saat ini.Tapi takdir berkata lain. Apapun yang terjadi Clara tetap akan menikah dengan Yoga. Seorang laki-laki tua baginya.Akhirnya Clara memilih satu. "Baiklah, aku akan coba yang ini saja"."Baik, nona, akan kami bantu memakaikannya".Pegawai butik pun dengan sigap mengambil gaun pengantin yang telah dipilih oleh Clara dan membawanya ke ruang ganti. Model gaun pengantin tersebut sangat glamour dengan belahan dada yang gak terlalu rendah serta bertabur berlian yang berkilauan. Pilihan y

    Last Updated : 2023-08-17
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 8. pertengkaran

    "Ternyata kamu wanita yang mata duitan juga ya, Clara?"."Apa???".Aku yang baru saja duduk dan memposisikan tempat nyaman di kursi belakang mobil, terlonjak kaget. "Wanita mata duitan" dan seperkian detik kemudian memahami apa yang dimaksud yoga. Ternyata, taktikku kena juga. Aku tersenyum lebar."Kamu baru tahu kalau aku mata duitan". Aku berkata seraya mengibaskan rambut panjangku seolah itu bukan masalah."Benar dugaanku kamu sama seperti wanita yang ada di luar sana"."Terus, apa itu masalah?"."Clara..."."Kalau kamu gak suka gampang, Yoga. Kenapa harus repot-repot memberitahukan aku"."Apa maksudmu?"."Iya, kalau kamu gak suka wanita mata duitan tinggalin aja, gampang kan?"."Jaga bicaramu!"."Aku hanya mengatakan sebenarnya". Balas Clara.Yoga menggelengkan kepala. Dia merasa wanita yang didepannya ini agak berbeda. Bukannya berkelit saat dituduh malah mengakui dengan terang-terangan kalau dia adalah wanita yang matre."Apa jangan-jangan, dia ingin menipuku lagi agar tidak meni

    Last Updated : 2023-08-19
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 9. Pembicaraan Malam

    "Ada Yoga datang tuh". Mama menunjuk ke arah ruang tamu."Apa, ma. Yoga datang?". Aku kaget dengan mulut yang melongo."Udah jangan melongo begitu, cepat temuin sana". Mama pun menyuruhku ke ruang tamu."Eh, iya ma". Aku jadi malu di depan mama seperti itu tadi.Tya yang ada di dalam kamar segera berlari ke arahku. Sepertinya ia mendengar apa yang dibicarakan oleh Mama. "Boleh aku lihat Yoga, Clara?"."Lihatlah sepuasmu, Tya". Aku kemudian berjalan ke arah ruang tamu untuk menemui Yoga. Tya mengekor aku dari belakang. Aku menggelengkan kepala. Benar-benar hari yang melelahkan untukku.Aku melihat Yoga berdiri dengan membelakangi kami. Ia sedang memandangi poto keluarga kami yang terpajang rapi di dinding ruang tamu. Aku yang melihat Yoga seperti itu, merasa dia merupakan manekin Tuhan yang sempurna.Aura menawan saja sudah bisa Yoga keluarkan dari sosok tubuh bagian belakangnya. Apabila melihat dari sosok depan, apa tidak mungkin membuat para wanita mengidolakannya. Hanya satu hal

    Last Updated : 2023-08-20
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 10. Penculikan

    Papa mengerem mendadak karena tiba-tiba ada mobil yang menyalip dari belakang dan berhenti tepat di depan mobil kami. Aku melihat beberapa orang keluar dari mobil. Mereka berjumlah empat orang, bertubuh kekar dan sangar memakai pakaian serba hitam. Aku merasakan detak jantungku mulai meninggi melihat apa yang terjadi di hadapan kami.Mereka pun berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri mobil kami dan berteriak-teriak menyuruh untuk kami keluar. Papa dan Mama begitu shock begitupun aku dan Indah. Kami tidak tahu harus berbuat apa."Buka, cepat buka!". Salah satu dari mereka menggedor dan berusaha membuka paksa pintu mobil kami."Buka, kalau tidak, jangan salahkan kami bila kalian terluka". Mereka bahkan mencoba untuk memecahkan kaca apabila kami tidak membukakan pintu.Buka, cepat buka!". Sekali lagi mereka memaksa kami."Baik, kami akan buka". Papa mematuhi mereka karena takut mereka akan melukai kami."Jangan, pa. Jangan dibuka!". Aku berteriak ketika papa membuka pintu samping kanann

    Last Updated : 2023-08-21
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 11. Penyelamatan Clara

    "Yoga...". Aku mengucapkan satu kata yang muncul di kepalaku saat melihat laki-laki yang sedang duduk berjongkok di hadapanku itu."Maafkan aku, Clara. Aku tidak tahu ini akan terjadi". Yoga kemudian memegang tanganku."Aku....". Itulah kata terakhir yang aku ucapkan setelahnya gelap yang kulihat lagi.------Dret... Dret.... Dret....Bunyi handphone memecahkan kesunyian di ruang pengantin di gedung pernikahan Yoga dan Frengky. Frengky lantas merogoh saku celana sebelah kanannya. Nama "Tya" tertampil di layar kaca benda pipih tersebut, dahi Frengky mengernyit."Kenapa Tya menelepon". Frengky berkata dalam hati sambil berpikir kemungkinan yang terjadi. Tidak mau berpikir yang tidak-tidak, Frengky langsung menekan tombol hijau untuk menerima panggilan dari Tya."Halo, Frengky ada masalah?". Suara Tya mengejutkan aku."Masalah apa, Tya?". Aku lantas berjalan menjauhi Yoga yang sedang bersiap memakai baju pengantin."Ketika kami sedang menuju gedung pernikahan, Clara di culik. Mobil kami

    Last Updated : 2023-08-22

Latest chapter

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 103. Kebahagiaan

    "Aww... ". Gumamku pelan. Aku terbangun dan merasa seluruh badanku pegal, aku sedikit menggeliat pelan. Deg, aku seperti menyentuh tubuh seseorang, aku pun menoleh ke samping.Aku kaget, karena yang kulihat adalah seseorang. Dan itu adalah Yoga. Kejadian seperti ini mengingatkan aku pada malam pertamaku bersama Yoga juga, dan ini malam keduaku. Aku kini menyadari apa yang telah terjadi dan apa yang sudah kami lakukan tadi malam."Apa karena aktifitas kami tadi malam yang membuat badanku pegal seperti ini". Aku berkata pelan takut mengganggu tidur Yoga. Ditambah dengan perpindahan kami ke rumah hari ini membuat tubuhku terasa begitu lelah. Sama seperti sebelumnya, aku tersenyum dan rasanya tidak mau bangun dari tempat tidur ini. Aku ingin lebih lama berada di samping suamiku ini. Dulu, pagi hari itu adalah hari yang sudah lama berlalu, dan hari ini harus aku tunggu dengan begitu lamanya. Lalu, aku melingkarkan tanganku di pinggangnya. Aku mengamati tiap guratan wajah tampan Yoga, p

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 102. Malam Kedua

    "Janji yang mana? ".''Memeluk mama. Tapi papa ingin melakukannya tidak di dapur seperti yang tadi, tapi ditempat yang mama suka". Yoga membuat aku kembali menerka dan membuat aku kembali penasaran. "Mama suka lagi? Tempat yang mana? "'Makanya cepat selesaikan makannya. Biar mama juga tahu?!".Aku melihat Yoga kini mengerling dengan nakal, ia menggodaku. Detak jantungku berbunyi dengan kuat, kenapa aku malah menjadi gugup seperti ini. Untuk memasukkan satu sendok nasi ke mulut pun rasanya urung aku lakukan. Pikiranku pun sudah traveling kemana-mana. "Aish, apalah yang aku pikirkan ini". "Aku akan setia menunggu". Sambung Yoga yang membuat aku semakin menelan ludahku sendiri. Lima menit kemudian. Aku melirik dengan ekor mataku bahwa Yoga yang masih setia menungguku dengan duduk di meja makan. Aku baru saja menyelesaikan makanku dan kini sedang mencuci piring kami berdua dan peralatan memasak tadi. Aku sengaja melambatkannya karena gugup dengan apa yang akan Yoga lakukan setelah i

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 101. Rumah Kita

    "Kalau mau dimaafkan harus ada syaratnya? ". Yoga memberiku satu syarat entah apa itu. "Apa syaratnya? ". Tanyaku dengan penasaran. Awas saja jika syaratnya aneh-aneh, aku tidak mau melakukannya. "Syaratnya sangat gampang kok, pasti mama suka"."Mama suka? A-apa, pa? "."Iya mama pasti suka dengan syarat yang akan papa ajukan". Yoga kembali mengulangi perkataanya dengan intonasi pelan agar aku mengerti apa maksud dan tujuannya. Aku kembali memutar otakku menerka apa syarat yang dimaksud oleh suami tuaku itu. Aku jadi ingin tertawa, sudah lama aku tak mengatai Yoga pria tua. Awal pernikahan dulu, aku sering memanggilnya sebagai pria tua. Hal itu aku lakukan karena membenci Yoga. Siapa juga yang tidak akan membenci seseorang yang tiba-tiba hadir didalam kehidupan kita dengan mendadak. Lagipula dulu aku merasa kehadirannya tidak menyenangkan bagiku. Aku yang masih remaja harus menikah dengan seorang pria berumur empat puluh tahun. "Kenapa kamu malah tertawa? ".Sontak pertanyaan dar

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 100. Pulang

    "Mau kemana, mama Revan? ".Aku melototkan mata terkejut karena Yoga ternyata tidak tidur. "Eh, ka-kamu tidak tidur?". Tanyaku dengan suara terbata karena terkejut."Mana bisa aku tidur jika kamu tidak ada di sampingku, Clara". Mendengarkan gombalan Yoga pipiku terasa bersemu merah. Aku menjadi salah tingkah saat ini. "Kapan Revan tidur? ". Tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan."Baru saja, tadi kami asyik bermain namun sepertinya dia mengantuk. Aku bawa saja ke kamar dan tak lama setelah minum susu, revan tertidur"."Oh, pasti kecapekan". Ucapku mengiyakan. "Kamu juga tidak capek? ". Yoga bertanya kepadaku.Aku mengangguk mengiyakan pertanyaan dari Yoga. Aku bahkan seperti merenggangkan otot tangan dan pinggangku agar lebih nyaman. "Sini aku pijitin, biar agak enakan badannya". Tawar Yoga kepadaku seraya menarik tubuhku biar berdekatan dengannya. Yoga pun bangun dari tidurnya dan duduk disampingku. Jantungku berdebar kencang saat ini karena jarak kami yang begitu dekat. Aku m

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 99. Kebahagiaan

    "Maafkan saya pak Rakha. Sepertinya saya harus berhenti bekerja". Ucapku pada akhirnya. Hufft.... Aku bisa menghembuskan nafas lega karena sudah berhasil mengeluarkan kata-kata yang tersangkut berat di tenggorokanku. "A-apa? Aku tidak salah dengar kan Clara? ". Ucap Yoga seolah tak percaya dengan apa yang aku katakan. "Namun, saya akan tetap bekerja hingga satu bulan ke depan". Sambungku lagi. "Apa?"."Iya pak Rakha saya akan berhenti bekerja. Saya akan memberikan surat pengunduran diri saya satu bulan kemudian". Ucapku menjelaskan keinginanku. "Kenapa tiba-tiba seperti ini Clara? Apakah ada yang salah? ". Jawab Rakha seolah tidak percaya. Rakha pun meletakkan sendoknya di atas piring dan memilih tidak melanjutkan suapan selanjutnya. Kabar mengenai pengunduran diri Clara masih teringat di pikirannya. Kini ia sendiri di meja makan ini, Clara sudah meninggalkan dirinya beberapa menit yang lalu. Rakha teringat kembali dengan perkataan Clara yang menjelaskan kenapa ia harus berhent

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 98. Berhenti bekerja

    "Kamu yakin Clara sudah mempertimbangkan semuanya dan mau memberikan aku jawabannya? ". Ucapku kembali bertanya untuk menyakinkan dengan lebih lagi kepada Clara. "Iya, aku yakin. Seratus persen yakin dengan keputusan yang akan aku ambil"."Baiklah, apapun itu aku harap semua untuk kebahagiaan dan kebaikan untuk aku, kamu dab baby Revan". Ucapku dengan penuh penekanan.Clara mengangguk dan mantap akan menjawabnya. Aku malah gugup dan berharap dengan cemas. Sungguh aku takut dan tak bisa memprediksi dengan jelas apa jawaban yang akan Clara katakan. "Aku akan berhenti bekerja dan mulai menjalani hidup sepenuhnya menjadi istrimu dan ibu dari anak kita". Aku menatap Clara dengan binar penuh kebahagiaan karena mendengar jawaban yang memang sesuai dengan harapanku. "Tapi aku punya satu syarat? ". Lanjut Clara memyambung lagi. "Apapun syaratnya jika tidak bertentangan dengan kebaikan kita akan aku penuhi". Ucapku dengan serius dan penuh keyakinan."Syaratnya cuma ada satu, Yoga. Aku hara

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 97. Surprise

    "Aku akan menunggu".Aku pun mengetikkan pesan itu dan mengirimkannya kepada Clara. Aku sudah bertekad untuk menunggu dan menanti disini. Rindu yang aku rasakan terlalu berat untuk aku pikul dan aku bawa kembali kerumah. Aku harus menuntaskan rindu ini malam ini juga. Cukup lama aku menunggu dan akhirnya aku berhasil bertemu dengan Clara. Rasa senang dan bahagia sungguh sangat indah saat ini. Namun, ada satu hal yang mengganjal di dalam hatiku saat ini. Akankah bakal ada lagi hari-hari yang akan Clara lewatkan sampai larut malam seperti ini. Meninggalkan baby Revan seharian dirumah bersama seorang pengasuh. "Apakah kamu bisa berhenti bekerja? ". Tanyaku kepada Clara. Sontak sejak saat aku mengajukan pertanyaan tersebut suasana menjadi kaku dan hening. Aku tak bisa menahan untuk tidak mengatakan hal tersebut kepada Clara. Aku ingin dia menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Sepertinya Clara tidak menyukai sikapku. Mungkin sekarang ia berpikir aku mulai mengekang dunianya. Baru saja ka

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 95. POV Yoga

    Aku tak menyangka bahwa wanita yang sedang memegang lenganku adalah Clara. Aku terjatuh saat berusaha melatih otot kakiku untuk bisa berjalan. Sudah dua puluh menit berlalu mungkin itu yang menyebabkan kekuatanku semakin melemah. "Kau disini? ". Itulah kalimat yang aku ucapkan saat aku terkejut melihat ia memegangi tubuhku d n kini berada di depanku. Aku lihat netra mata Clara yang berembun dengan tatapan yang tak bisa aku artikan. Clara juga tak menjawab pertanyaanku. Alih-alih menjawab, Clara malah langsung memeluk tubuh lemahku yang sedang terjatuh. Saat memelukku itulah, aku merasakan ada buliran air hangat jatuh ke lenganku. Aku pun melihat sudah begitu banyak air mata yang mengalir di kedua pipi Clara."Kenapa semuanya kamu tanggung sendiri, Yoga? "."Kenapa selama ini kamu menghilang dan menyembunyikan ini semua dariku? "."Kenapa? Kenapa Yoga? ".Pertanyaan demi pertanyaan Clara lontarkan kepadaku dengan tanpa melepaskan pelukanku lagi. Clara bahkan menangis semakin menjadi

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 95. Permintaan

    Penasaran mengenai tentang apa itu, aku memutuskan untuk mengikuti arahan tangannya yang menyuruh aku untuk duduk di dekatnya. "Apakah ini mengenai masalah pekerjaan, kamu masih ingin menyuruhku untuk berhenti bekerja?". Tanyaku langsung kepada Yoga saat aku telah duduk di kursi. "Bukan. Bukan hal itu yang ingin aku bicarakan kepadamu, Clara? "."Lalu? ""Kembalilah kerumah kita, mari kita tinggal bersama seperti dahulu".Aku mengarahkan tatapan mataku ke wajah Yoga. Dari ekspresi yang ia berikan, aku tahu dia mengatakannya dengan sangat serius. Aku cukup terkejut akan pembahasan pembicaraan mengenai ini dan tidak menyangka."Bagaimana, kamu setuju kan Clara? "."A-apa? ". Ucapku terbata, aku belum mengetahui jawaban apa yang harus aku katakan. "Kamu bisa mempertimbangkan nanti. Sekarang baby Revan sudah tidur, sebaiknya aku juga pulang".Aku juga tampak bingung dan tak tahu harus mengatakan apa. Diam kembali menyelimuti beberapa saat di antara kami. "Kamu tidak mau makan dulu, bi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status