Beranda / Romansa / Pria Tua itu adalah Suamiku / Bab 2. Kenyataan Pahit

Share

Bab 2. Kenyataan Pahit

Penulis: Yoona Nusa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-01 15:52:38

Clara menatap papa dan mamanya bergantian.

"Ada apa, pa? Setiap tahun kan Clara mengadakan pesta seperti ini".

Papa lalu menyodorkan selembar kertas kecil. Aku meraihnya dan melihat bahwa itu adalah bukti tagihan kartu kreditku.

"Ini apa, pa?".

"Kenapa kamu begitu boros, Clara?".

"Boros gimana, pa. Ini saja belum sampai limit seratus juta, pa".

Papa yang mendengarkan itu langsung menghembuskan nafas kasar. Aku bingung apa yang telah terjadi. Sebaiknya, aku menanyakan pada mama.

"Papa kenapa sih, ma?".

Aku yang sejak tadi berdiri, akhirnya duduk di depan mama papa yang gelisah. Aku sungguh penasaran, apa yang telah terjadi.

"Kita harus segera berhemat, Clara. Maaf, seharusnya kami bilang kepadamu sejak awal pertengahan tahun ini".

"Iya, memang apa yang terjadi, Ma, Pa?".

"Aku hanya memakai total tujuh puluh juta untuk bulan ini. Mama dan papa kan hanya membatasi pengeluaran aku di angka seratus juta".

Aku seolah membela diri.

"Papa kalah dalam investasi saham, sehingga aset kita pun terancam untuk dijual satu persatu".

"Apa?".

"Beruntung papa kamu bisa meminjam sedikit uang perusahaan yang dipimpin oleh pak Yoga sehingga selama ini kita tidak terlalu bingung dengan keadaan keuangan kita".

"Iya, Clara. Kita berhutang budi dengan pak Yoga".

Oh. Aku mengerti sekarang.

"Jadi, karena pak Yoga membantu keuangan kita, Clara yang menjadi korban kalian".

"Clara... ".

Papa berteriak lalu melayangkan tangan kekarnya ke arahku. Aku terdiam lama. Aku tidak menyangka papa tega melakukan itu kepadaku. Rasa panas mulai menjalar di pipi kananku. Aku baru sadar papa telah menamparku.

"Clara... Papa ngga sengaja. Maafkan papa, Nak".

Aku tidak menghiraukan perkataan papa. Aku langsung berlari ke kamar. Di dalam kamar aku menangis. Ini pertama kali papa begitu marah kepadaku dan ini juga pertama kali papa menamparku.

Hiks... Hiks...

Semakin deras tangisanku ketika tahu bahwa kami akan segera bangkrut dan aku akan menikah dengan pria tua itu. Kenapa semua ini terjadi kepadaku?.

"Clara, Clara....".

Aku mendengar mama berulang kali memanggilku. Aku menutup telingaku. Aku ngga mau bicara dengan mama. Aku hanya ingin sendiri.

------

Keesokan pagi harinya.

"Clara...".

Aku mendengar suara mama memanggilku lagi. Aku tersadar ini sudah pagi hari. Sepertinya aku tertidur di kasur karena lelah menangis.

"Clara, buka pintunya, Nak".

Aku mendengar suara mama lagi. Aku semakin menutup kepalaku dengan bantal. Kemudian, aku tidak mendengar suara mama lagi. Aku mencoba bangun. Kepalaku rasanya pusing.

Aku segera melangkahkan kaki ke meja riasku. Aku melihat mataku sudah sembab dan bengkak. Hufftt... Aku menarik nafas dan menghembuskan pelan.

Tidak mungkin aku pergi kuliah dengan wajah ini. Aku bolos saja.

"Clara, kamu sudah bangun, nak?. Kamu gak kuliah? Ayo kita sarapan".

Aku yang mendengar mama terus memanggilku merasa tak tega. Aku pun keluar kamar. Mama yang melihatku keluar kamar pun langsung menghampiriku.

"Kenapa mata kamu sembab gini, Clara. Maafkan papa kamu ya, papa hanya terbawa emosi".

"Iya, ma".

Aku hanya menjawab singkat.

"Kalau gini, kamu gak usah kuliah. Istirahat aja dirumah ya".

"Papa mana ma?".

"Papa baru aja berangkat kerja. Ada meeting penting dengan pak Yoga".

Aku menjadi kesal ketika lagi-lagi mendengar nama pria tua itu.

"Ini masih pagi, ma. Kenapa harus menyebutkan nama atasan papa itu".

"Eh... ".

"Suka atau tidak suka, kamu tetap harus menerima pernikahan ini, Clara"

"Mama... ".

"Sebentar lagi rumah kita ini disita oleh bank".

"Apa, ma?".

Aku seolah tak percaya bahwa rumah yang sudah belasan tahun aku tempati ini akan dijual. Lalu kami akan tinggal dimana.

"Maka dari itu, papa menjodohkan kamu dengan atasannya, supaya kamu bisa tinggal lagi di rumah mewah pak Yoga".

"Aku bisa tinggal di rumah sederhana bareng kalian, ma".

"Tidak, Clara".

"Kenapa, Ma?".

"Kamu gak bisa ikut kami. Kami akan pergi meninggalkan kota ini".

"Apa, ma?".

Lagi-lagi aku dihadapi dengan kenyataan pahit dihidupku. Bagaimana bisa aku hidup tanpa mama dan papa disisiku. Apa aku harus hidup dengan pria tua itu?.

"Kamu harus tetap tinggal di kota ini. Kamu juga masih harus kuliah".

"Tapi, ma. Aku tidak mau menikah, ma".

"Clara...."

"Ma, Clara mohon, ma. Bujuk papa, ma".

"Nanti malam pak Yoga akan kemari melamarmu, bersikap baiklah, Clara".

Mama pun pergi meninggalkan aku dengan semua kebingunganku.

Apa nanti malam aku harus bertemu dengan pak Yoga?

-------

"Maafkan papa, Clara. Tadi malam papa tidak sengaja. Pak Yoga sebentar lagi akan datang. Bersikaplah yang baik padanya, Clara".

Papa memulai pembicaraan ini sambil menunggu kehadiran pak Yoga yang ingin melamarku.

"Iya, pa".

"Papa yakin ini adalah yang terbaik untukmu, Clara".

"Kami harap kamu menerima dengan baik rencana pernikahan ini".

"Terserah pa. Clara sudah tidak perduli".

Aku yang kecewa dengan perjodohan ini hanya dapat menerimanya. Apalagi yang bisa aku lakukan. Mama dan papa saja tidak goyah tetap mempertahankan pilihannya.

"Kenapa harus pak Yoga, pa?".

"Dia masih lajang, Clara. Papa sudah memilihkan yang terbaik. Atau mau papa ganti yang duda aja?".

"Apa kata papa tadi, pak Yoga itu masih lajang, Clara kira dia duda".

"Iya, Clara. Dia hanya kalah di umur. Dia belum pernah menikah. Papa yakin dia bisa menjadi suami yang baik untukmu".

"Oke, pa. Aku sedikit menerimanya ketika mengetahui dia masih lajang. Tapi, aku tidak menjamin, Clara bisa bersikap baik dengannya".

"Pak Yoga orangnya baik, kamu akan berubah jika sudah menikah dengannya, Clara. Kamu tidak akan menyesal".

"Apa kelakuan Clara kurang baik di mata mama dan papa?".

Aku seolah tidak terima bila aku dibilang akan berubah jauh lebih baik setelah menikah dengan pak Yoga. Kurang baik apa aku selama ini, aku tidak pernah melakukan pergaulan bebas, memalukan keluarga dan berbuat negatif.

Aku semakin kesal mendengar papa yang terus menerus memuji calon menantunya itu. Aku tidak sabar ingin melihat seperti apa sebenarnya pak Yoga itu?.

"Kamu tetap yang terbaik, Clara. Maksud papa tadi, setelah kamu menikah dengan pak Yoga kamu akan berubah bersikap baik dengannya. Pak Yoga pasti dapat membimbingmu".

"Clara tidak perduli, pa. Clara juga tidak mau berubah untuk bersikap baik dengannya".

Aku masih saja berdebat dengan papa jika membahas pak Yoga. Sungguh aku tidak menyukai pak Yoga yang tiba-tiba hadir mengacaukan kehidupanku.

"Clara, papa mohon, nak. Turuti saja kemauan papa kali ini".

"Iya, pa. Clara setuju menikah dengan pak Yoga".

Aku tidak tahan lagi melihat papa yang terus memohon kepadaku. Aku iyakan saja permintaan papa, toh setelah aku menikah, terserah aku dong mau berbuat apa dengan pak Yoga.

Jangan harap pak Yoga akan bahagia karena telah memaksaku untuk menikah dengannya. Aku berharap pak Yoga akan menyesal dengan keputusannya kali ini. Aku tersenyum dengan penuh rencana licikku.

Sepuluh menit kemudian pak Yoga datang kerumahku.

Seorang laki-laki yang ternyata beda jauh dari poto yang kulihat kemarin. Ketika aku bertemu langsung ada hal yang berbeda. Dia nampak seperti pria dewasa yang keren. Tidak nampak usia tua untuknya. Bahkan, pak Yoga masih pantas dibilang berumur kepala dua.

"Apa dia awet muda?". Aku bertanya sendiri.

Aish.. Apa yang sedang aku pikirkan. Jangan lupakan, Clara. Dia adalah pria berumur. Aku hampir lupa hal itu.

Pak Yoga hanya membawa pengawal pribadinya. Dimana keluarganya? Apa jangan-jangan keluarganya tidak menyetujui perjodohan ini juga. Kabar gembira bagiku kalau benar.

Tidak ada basa basi yang disampaikan pak Yoga. Dia tidak menerima penolakan dan acara lamaran pada malam hari ini hanya sebagai formalitas. Pak Yoga hanya ingin bertemu denganku.

"Kamu yang bernama, Clara?".

Suara tegas pak Yoga terdengar di telingaku. Suaranya khas layaknya seorang atasan yang dominan dan penuh penekanan seperti harus segera diberikan jawaban.

Aku hanya diam. Mama menyentuh lenganku untuk menjawab pertanyaan pak Yoga.

"Sudah tahu, masih aja nanya. Gak liat apa cuma ada satu orang gadis disini".

"Clara...".

Papa tiba-tiba meneriakkan namaku. Aku tidak perduli.

"Santai pak Dedi. Saya hanya ingin mengatakan kepada anak Bapak bahwa acara pernikahan akan dilaksanakan minggu depan".

"Apa?".

Seperti itulah reaksiku. Aku melihat mama dan papa juga begitu syok sama sepertiku. Tapi, aku tahu mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

"Clara, aku tidak perduli kamu suka atau tidak. Pernikahan ini akan tetap terjadi".

"Sepertinya saya suka dengan sikap anak Bapak. Pembahasan masalah pernikahan, sekretarisku yang akan menjelaskannya nanti".

Setelah itu, pak Yoga meninggalkan kami semua. Aku tahu, aku sudah menggali kuburku sendiri dengan bersikap arogan kepadanya.

-----

POV Yoga

"Selidiki gadis itu!".

Sosok pria yang duduk di kursi kebesarannya sedang memerintahkan anak buahnya. Bahkan dengan intonasi suaranya saja sudah membuat orang di sekitarnya merinding.

Dia adalah Yoga Aditama Putra.

Cucu tunggal orang terkaya yang ada di kota ini. Betapa tidak, dia mewarisi kekayaan seluruh kekayaan generasi sebelumnya bahkan sebelum dia berumur tiga puluh tahun.

Dengan kekayaan itulah, tidak ada satu orang pun di kota ini yang mau menentangnya. Terlebih mencari gara-gara. Bahkan para gadis pun harus berpikir dua kali untuk mencoba mendekatinya.

Hal itulah yang membuat semua pria akan iri kepadanya. Betapa tidak, selain kaya, Yoga merupakan laki-laki yang tidak dapat dipungkiri kewibawaannya dan ketampanan khas laki-laki dewasa.

Ditambah dia pun sepertinya tidak tertarik dengan wanita manapun. Menurutnya, wanita hanya merepotkan. Tidak heran, di umurnya yang sudah mau menginjak kepala empat, masih berstatus lajang.

"Berikan semua informasi semuanya kepadaku, jangan sampai ada yang terlewati!".

"Baik, tuan saya mengerti".

Bab terkait

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 3. Pak Dedi vs Pak Yoga

    Frengky, salah satu anak buah kepercayaannya pergi dengan memegang sebuah poto gadis cantik. Dia mempunyai tugas penting saat ini. Tuannya sedang mengincar seorang gadis, pikir Frengky.Frengky bahkan agak terkejut dengan permintaan tuannya kali ini. Biasanya, tugas yang dia terima adalah menyingkirkan para gadis-gadis sexy yang berkerumunan seperti lalat di sekitar Yoga. Sekarang, Frengky malah mencari informasi gadis muda cantik yang bahkan belum berumur dua puluh tahun. Apakah gadis cantik ini yang akan mengubah pemikiran Yoga untuk merubah statusnya, pikir Frengky lagi."Apa yang istimewa dari gadis ini?". Frengky bicara sendiri sambil menunjuk-nunjuk poto Clara.Frengky tidak ada waktu untuk memikirkannya. Dia harus bergerak cepat, dia yakin tuannya ingin mendapatkan informasi ini secepatnya. Tuannya tidak ingin punya anak buah yang mengecewakan.Setelah Frengki pergi, Yoga kembali memikirkan rencana perjodohan itu. Yoga merasa begitu penasaran seperti apa gadis itu. "Clara....

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 4. Perdebatan

    -----Seminggu kemudian"Tuan, nanti malam ada meeting di Restoran Flora". Frengky memberitahu Yoga mengenai jadwal hari ini. Yoga mendelik tak suka dengan cara bicara Frengky yang masih tetap saja memanggilnya dengan sebutan, Tuan. Yoga bersikap seperti demikian bukan karena tak ada sebab.Frengky dan Yoga adalah teman sedari masa sekolah menengah atas. Karena ketidakmampuan Frengky untuk berkuliah disebabkan keterbatasan biaya, membuat Yoga menawarkan kepadanya jabatan pengawal pribadi kepadanya. Frengky yang bingung akan masa depan dia dan keluarganya, akhirnya setuju mengikuti kemauan sahabatnya tersebut. Yoga yang sedang sibuk kuliah dan Frengky yang sibuk dengan pelatihan militer khusus. Semua itu diberikan oleh Yoga untuk membuat Frengky mempunyai keahlian membela diri. Tujuannya hanya satu, melindungi Yoga."Apakah kita akan berangkat, Tuan". Frengky kembali bertanya kepada sahabatnya itu."Nanti aku pertimbangkan".Frengky dan Yoga. Ada satu hal yang mencolok dari mereka be

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 5. Pertemuan dengan Keluarga Yoga

    Oma Ayu adalah ibu dari ayahnya yang telah meninggal. Setelah ayahnya meninggal, oma Ayu dan Ibu Yoga saja yang merawat Yoga dari umur sepuluh tahun. Yoga tidak ingin menentang oma ataupun mengikuti perintahnya.Begitupun mama, Yoga tahu mama juga selalu sependapat dengan oma. Mama tidak punya kuasa di rumah itu, karena mama hanyalah seorang menantu oma. Yoga pun tak bisa juga menyalahkan mamanya yang tidak mendukungnya."Yoga, tentukan pilihanmu. Oma tidak mau mendengar apapun alasanmu lagi"."Tapi, Oma?"."Yoga, kamu itu sudah tua. Tahun depan sudah berumur empat puluh tahun. Kapan kamu memberikan oma cicit"."Apa salahnya dengan umur Yoga, Oma?"."Kamu ini. Kalau dibilangin masih saja banyak alasannya. Oma mau segera ada penerus di keluarga ini"."Eh..". Yoga salah tingkah kalau membahas penerus keluarga. Yoga tahu dialah satu-satunya generasi terakhir keluarga ini. Tidak salah, Oma selalu mendesakny untuk segera menikah."Sekarang oma mau mendengar pilihanmu sekarang juga"."Yoga

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-04
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   bab 6. Fitting Baju Pengantin

    Frengky yang melihat adegan di depannya pun nampak terkejut. Dia hampir saja lalai karena merasa Clara patuh untuk ikut dengannya. Frengky pun dengan cepat membukakan pintu mobil untuk Yoga dan Clara.Clara yang tertangkap basah hanya diam dan begitu malu karena perbuatannya yang ingin melarikan diri diketahui oleh Yoga. Tidak ada yang bisa Clara lakukan lagi. Clara pun kali ini patuh untuk masuk ke mobil."Kamu memang remaja yang labil".Yoga pun membuka pembicaraan dengan Clara, calon istrinya itu."Apa maksud anda, Tuan?"."Oh, kamu ingin bersikap formal ya, seakan-akan saya memang orang tua".Clara tersenyum tipis, ternyata lawannya pandai juga menafsirkan arti dari perkataannya."Jangan bicara padaku, jika kamu menganggapku sebagai orang tua". "Siapa juga yang mau bicara padamu". Jawab Clara.Yoga menggelengkan kepala. Tidak seharusnya dia menyetujui pernikahan ini. Disampingnya, bukan seorang wanita yang siap menikah tetapi hanya anak remaja yang bisanya membuat onar. Yoga tid

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 7. Gaun dan Jas pengantin

    Clara memandangi satu per satu gaun berwarna putih yang ada di depannya. Clara takjub akan keindahannya, berlian swarovski bertabur mengelilingi setiap helaian gaun tersebut. Ada beberapa model Clara perhatikan, ada yang sexy, tertutup tapi belahan kakinya sampai ke atas dan ada yang menerawang.Benar-benar gaun pengantin yang indah untuk dipandang mata. Clara berdecak kagum. Seandainya dia bisa menggunakan gaun pengantin ini dan menikah dengan kekasih hatinya pasti akan lebih berbeda suasana hatiku saat ini.Tapi takdir berkata lain. Apapun yang terjadi Clara tetap akan menikah dengan Yoga. Seorang laki-laki tua baginya.Akhirnya Clara memilih satu. "Baiklah, aku akan coba yang ini saja"."Baik, nona, akan kami bantu memakaikannya".Pegawai butik pun dengan sigap mengambil gaun pengantin yang telah dipilih oleh Clara dan membawanya ke ruang ganti. Model gaun pengantin tersebut sangat glamour dengan belahan dada yang gak terlalu rendah serta bertabur berlian yang berkilauan. Pilihan y

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-17
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 8. pertengkaran

    "Ternyata kamu wanita yang mata duitan juga ya, Clara?"."Apa???".Aku yang baru saja duduk dan memposisikan tempat nyaman di kursi belakang mobil, terlonjak kaget. "Wanita mata duitan" dan seperkian detik kemudian memahami apa yang dimaksud yoga. Ternyata, taktikku kena juga. Aku tersenyum lebar."Kamu baru tahu kalau aku mata duitan". Aku berkata seraya mengibaskan rambut panjangku seolah itu bukan masalah."Benar dugaanku kamu sama seperti wanita yang ada di luar sana"."Terus, apa itu masalah?"."Clara..."."Kalau kamu gak suka gampang, Yoga. Kenapa harus repot-repot memberitahukan aku"."Apa maksudmu?"."Iya, kalau kamu gak suka wanita mata duitan tinggalin aja, gampang kan?"."Jaga bicaramu!"."Aku hanya mengatakan sebenarnya". Balas Clara.Yoga menggelengkan kepala. Dia merasa wanita yang didepannya ini agak berbeda. Bukannya berkelit saat dituduh malah mengakui dengan terang-terangan kalau dia adalah wanita yang matre."Apa jangan-jangan, dia ingin menipuku lagi agar tidak meni

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 9. Pembicaraan Malam

    "Ada Yoga datang tuh". Mama menunjuk ke arah ruang tamu."Apa, ma. Yoga datang?". Aku kaget dengan mulut yang melongo."Udah jangan melongo begitu, cepat temuin sana". Mama pun menyuruhku ke ruang tamu."Eh, iya ma". Aku jadi malu di depan mama seperti itu tadi.Tya yang ada di dalam kamar segera berlari ke arahku. Sepertinya ia mendengar apa yang dibicarakan oleh Mama. "Boleh aku lihat Yoga, Clara?"."Lihatlah sepuasmu, Tya". Aku kemudian berjalan ke arah ruang tamu untuk menemui Yoga. Tya mengekor aku dari belakang. Aku menggelengkan kepala. Benar-benar hari yang melelahkan untukku.Aku melihat Yoga berdiri dengan membelakangi kami. Ia sedang memandangi poto keluarga kami yang terpajang rapi di dinding ruang tamu. Aku yang melihat Yoga seperti itu, merasa dia merupakan manekin Tuhan yang sempurna.Aura menawan saja sudah bisa Yoga keluarkan dari sosok tubuh bagian belakangnya. Apabila melihat dari sosok depan, apa tidak mungkin membuat para wanita mengidolakannya. Hanya satu hal

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-20
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 10. Penculikan

    Papa mengerem mendadak karena tiba-tiba ada mobil yang menyalip dari belakang dan berhenti tepat di depan mobil kami. Aku melihat beberapa orang keluar dari mobil. Mereka berjumlah empat orang, bertubuh kekar dan sangar memakai pakaian serba hitam. Aku merasakan detak jantungku mulai meninggi melihat apa yang terjadi di hadapan kami.Mereka pun berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri mobil kami dan berteriak-teriak menyuruh untuk kami keluar. Papa dan Mama begitu shock begitupun aku dan Indah. Kami tidak tahu harus berbuat apa."Buka, cepat buka!". Salah satu dari mereka menggedor dan berusaha membuka paksa pintu mobil kami."Buka, kalau tidak, jangan salahkan kami bila kalian terluka". Mereka bahkan mencoba untuk memecahkan kaca apabila kami tidak membukakan pintu.Buka, cepat buka!". Sekali lagi mereka memaksa kami."Baik, kami akan buka". Papa mematuhi mereka karena takut mereka akan melukai kami."Jangan, pa. Jangan dibuka!". Aku berteriak ketika papa membuka pintu samping kanann

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-21

Bab terbaru

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 103. Kebahagiaan

    "Aww... ". Gumamku pelan. Aku terbangun dan merasa seluruh badanku pegal, aku sedikit menggeliat pelan. Deg, aku seperti menyentuh tubuh seseorang, aku pun menoleh ke samping.Aku kaget, karena yang kulihat adalah seseorang. Dan itu adalah Yoga. Kejadian seperti ini mengingatkan aku pada malam pertamaku bersama Yoga juga, dan ini malam keduaku. Aku kini menyadari apa yang telah terjadi dan apa yang sudah kami lakukan tadi malam."Apa karena aktifitas kami tadi malam yang membuat badanku pegal seperti ini". Aku berkata pelan takut mengganggu tidur Yoga. Ditambah dengan perpindahan kami ke rumah hari ini membuat tubuhku terasa begitu lelah. Sama seperti sebelumnya, aku tersenyum dan rasanya tidak mau bangun dari tempat tidur ini. Aku ingin lebih lama berada di samping suamiku ini. Dulu, pagi hari itu adalah hari yang sudah lama berlalu, dan hari ini harus aku tunggu dengan begitu lamanya. Lalu, aku melingkarkan tanganku di pinggangnya. Aku mengamati tiap guratan wajah tampan Yoga, p

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 102. Malam Kedua

    "Janji yang mana? ".''Memeluk mama. Tapi papa ingin melakukannya tidak di dapur seperti yang tadi, tapi ditempat yang mama suka". Yoga membuat aku kembali menerka dan membuat aku kembali penasaran. "Mama suka lagi? Tempat yang mana? "'Makanya cepat selesaikan makannya. Biar mama juga tahu?!".Aku melihat Yoga kini mengerling dengan nakal, ia menggodaku. Detak jantungku berbunyi dengan kuat, kenapa aku malah menjadi gugup seperti ini. Untuk memasukkan satu sendok nasi ke mulut pun rasanya urung aku lakukan. Pikiranku pun sudah traveling kemana-mana. "Aish, apalah yang aku pikirkan ini". "Aku akan setia menunggu". Sambung Yoga yang membuat aku semakin menelan ludahku sendiri. Lima menit kemudian. Aku melirik dengan ekor mataku bahwa Yoga yang masih setia menungguku dengan duduk di meja makan. Aku baru saja menyelesaikan makanku dan kini sedang mencuci piring kami berdua dan peralatan memasak tadi. Aku sengaja melambatkannya karena gugup dengan apa yang akan Yoga lakukan setelah i

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 101. Rumah Kita

    "Kalau mau dimaafkan harus ada syaratnya? ". Yoga memberiku satu syarat entah apa itu. "Apa syaratnya? ". Tanyaku dengan penasaran. Awas saja jika syaratnya aneh-aneh, aku tidak mau melakukannya. "Syaratnya sangat gampang kok, pasti mama suka"."Mama suka? A-apa, pa? "."Iya mama pasti suka dengan syarat yang akan papa ajukan". Yoga kembali mengulangi perkataanya dengan intonasi pelan agar aku mengerti apa maksud dan tujuannya. Aku kembali memutar otakku menerka apa syarat yang dimaksud oleh suami tuaku itu. Aku jadi ingin tertawa, sudah lama aku tak mengatai Yoga pria tua. Awal pernikahan dulu, aku sering memanggilnya sebagai pria tua. Hal itu aku lakukan karena membenci Yoga. Siapa juga yang tidak akan membenci seseorang yang tiba-tiba hadir didalam kehidupan kita dengan mendadak. Lagipula dulu aku merasa kehadirannya tidak menyenangkan bagiku. Aku yang masih remaja harus menikah dengan seorang pria berumur empat puluh tahun. "Kenapa kamu malah tertawa? ".Sontak pertanyaan dar

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 100. Pulang

    "Mau kemana, mama Revan? ".Aku melototkan mata terkejut karena Yoga ternyata tidak tidur. "Eh, ka-kamu tidak tidur?". Tanyaku dengan suara terbata karena terkejut."Mana bisa aku tidur jika kamu tidak ada di sampingku, Clara". Mendengarkan gombalan Yoga pipiku terasa bersemu merah. Aku menjadi salah tingkah saat ini. "Kapan Revan tidur? ". Tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan."Baru saja, tadi kami asyik bermain namun sepertinya dia mengantuk. Aku bawa saja ke kamar dan tak lama setelah minum susu, revan tertidur"."Oh, pasti kecapekan". Ucapku mengiyakan. "Kamu juga tidak capek? ". Yoga bertanya kepadaku.Aku mengangguk mengiyakan pertanyaan dari Yoga. Aku bahkan seperti merenggangkan otot tangan dan pinggangku agar lebih nyaman. "Sini aku pijitin, biar agak enakan badannya". Tawar Yoga kepadaku seraya menarik tubuhku biar berdekatan dengannya. Yoga pun bangun dari tidurnya dan duduk disampingku. Jantungku berdebar kencang saat ini karena jarak kami yang begitu dekat. Aku m

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 99. Kebahagiaan

    "Maafkan saya pak Rakha. Sepertinya saya harus berhenti bekerja". Ucapku pada akhirnya. Hufft.... Aku bisa menghembuskan nafas lega karena sudah berhasil mengeluarkan kata-kata yang tersangkut berat di tenggorokanku. "A-apa? Aku tidak salah dengar kan Clara? ". Ucap Yoga seolah tak percaya dengan apa yang aku katakan. "Namun, saya akan tetap bekerja hingga satu bulan ke depan". Sambungku lagi. "Apa?"."Iya pak Rakha saya akan berhenti bekerja. Saya akan memberikan surat pengunduran diri saya satu bulan kemudian". Ucapku menjelaskan keinginanku. "Kenapa tiba-tiba seperti ini Clara? Apakah ada yang salah? ". Jawab Rakha seolah tidak percaya. Rakha pun meletakkan sendoknya di atas piring dan memilih tidak melanjutkan suapan selanjutnya. Kabar mengenai pengunduran diri Clara masih teringat di pikirannya. Kini ia sendiri di meja makan ini, Clara sudah meninggalkan dirinya beberapa menit yang lalu. Rakha teringat kembali dengan perkataan Clara yang menjelaskan kenapa ia harus berhent

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 98. Berhenti bekerja

    "Kamu yakin Clara sudah mempertimbangkan semuanya dan mau memberikan aku jawabannya? ". Ucapku kembali bertanya untuk menyakinkan dengan lebih lagi kepada Clara. "Iya, aku yakin. Seratus persen yakin dengan keputusan yang akan aku ambil"."Baiklah, apapun itu aku harap semua untuk kebahagiaan dan kebaikan untuk aku, kamu dab baby Revan". Ucapku dengan penuh penekanan.Clara mengangguk dan mantap akan menjawabnya. Aku malah gugup dan berharap dengan cemas. Sungguh aku takut dan tak bisa memprediksi dengan jelas apa jawaban yang akan Clara katakan. "Aku akan berhenti bekerja dan mulai menjalani hidup sepenuhnya menjadi istrimu dan ibu dari anak kita". Aku menatap Clara dengan binar penuh kebahagiaan karena mendengar jawaban yang memang sesuai dengan harapanku. "Tapi aku punya satu syarat? ". Lanjut Clara memyambung lagi. "Apapun syaratnya jika tidak bertentangan dengan kebaikan kita akan aku penuhi". Ucapku dengan serius dan penuh keyakinan."Syaratnya cuma ada satu, Yoga. Aku hara

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 97. Surprise

    "Aku akan menunggu".Aku pun mengetikkan pesan itu dan mengirimkannya kepada Clara. Aku sudah bertekad untuk menunggu dan menanti disini. Rindu yang aku rasakan terlalu berat untuk aku pikul dan aku bawa kembali kerumah. Aku harus menuntaskan rindu ini malam ini juga. Cukup lama aku menunggu dan akhirnya aku berhasil bertemu dengan Clara. Rasa senang dan bahagia sungguh sangat indah saat ini. Namun, ada satu hal yang mengganjal di dalam hatiku saat ini. Akankah bakal ada lagi hari-hari yang akan Clara lewatkan sampai larut malam seperti ini. Meninggalkan baby Revan seharian dirumah bersama seorang pengasuh. "Apakah kamu bisa berhenti bekerja? ". Tanyaku kepada Clara. Sontak sejak saat aku mengajukan pertanyaan tersebut suasana menjadi kaku dan hening. Aku tak bisa menahan untuk tidak mengatakan hal tersebut kepada Clara. Aku ingin dia menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Sepertinya Clara tidak menyukai sikapku. Mungkin sekarang ia berpikir aku mulai mengekang dunianya. Baru saja ka

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 95. POV Yoga

    Aku tak menyangka bahwa wanita yang sedang memegang lenganku adalah Clara. Aku terjatuh saat berusaha melatih otot kakiku untuk bisa berjalan. Sudah dua puluh menit berlalu mungkin itu yang menyebabkan kekuatanku semakin melemah. "Kau disini? ". Itulah kalimat yang aku ucapkan saat aku terkejut melihat ia memegangi tubuhku d n kini berada di depanku. Aku lihat netra mata Clara yang berembun dengan tatapan yang tak bisa aku artikan. Clara juga tak menjawab pertanyaanku. Alih-alih menjawab, Clara malah langsung memeluk tubuh lemahku yang sedang terjatuh. Saat memelukku itulah, aku merasakan ada buliran air hangat jatuh ke lenganku. Aku pun melihat sudah begitu banyak air mata yang mengalir di kedua pipi Clara."Kenapa semuanya kamu tanggung sendiri, Yoga? "."Kenapa selama ini kamu menghilang dan menyembunyikan ini semua dariku? "."Kenapa? Kenapa Yoga? ".Pertanyaan demi pertanyaan Clara lontarkan kepadaku dengan tanpa melepaskan pelukanku lagi. Clara bahkan menangis semakin menjadi

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 95. Permintaan

    Penasaran mengenai tentang apa itu, aku memutuskan untuk mengikuti arahan tangannya yang menyuruh aku untuk duduk di dekatnya. "Apakah ini mengenai masalah pekerjaan, kamu masih ingin menyuruhku untuk berhenti bekerja?". Tanyaku langsung kepada Yoga saat aku telah duduk di kursi. "Bukan. Bukan hal itu yang ingin aku bicarakan kepadamu, Clara? "."Lalu? ""Kembalilah kerumah kita, mari kita tinggal bersama seperti dahulu".Aku mengarahkan tatapan mataku ke wajah Yoga. Dari ekspresi yang ia berikan, aku tahu dia mengatakannya dengan sangat serius. Aku cukup terkejut akan pembahasan pembicaraan mengenai ini dan tidak menyangka."Bagaimana, kamu setuju kan Clara? "."A-apa? ". Ucapku terbata, aku belum mengetahui jawaban apa yang harus aku katakan. "Kamu bisa mempertimbangkan nanti. Sekarang baby Revan sudah tidur, sebaiknya aku juga pulang".Aku juga tampak bingung dan tak tahu harus mengatakan apa. Diam kembali menyelimuti beberapa saat di antara kami. "Kamu tidak mau makan dulu, bi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status