Tanpa diminta dan tanpa dipaksa Maria menawarkan sesuatu ke Shopia yang membuat Shopia semakin sungkan untuk berlama-lama di rumah.
“Bu Shopia, apa tidak sebaiknya berteduh terlebih dahulu?”
Shopia menolak halus dan bilang sedang buru-buru karena harus ke lapangan sekarang. “Bu Shopia tidak sendiri kan ke sana?” tanyaku memastikan.
“Tentulah Pak. Selain Jarak ke lokasi lumayan jauh saya butuh tim untuk mengeksekusi banyak hal ketika di sana nanti. Saya mampir kantor terlebih dahulu untuk kemudian bersama-sama ke lokasi proyek,” paparnya.
“Kalau memang harus berangkat sekarang sebentar saya ambilkan payung.” Maria bergegas ke belakang mengambil payung yang kami centelkan di dinding dekat dapur dan mudah dilihat. Beberapa saat kemudian Maria datang membawa payung dan menyerahkan ke Shopia untuk dikenakan menuju mobilnya.
Shopia berterima kasih sungkan namun menjadi tidak enak hati jika menolak. Melihat
“Mpokkkkk …!!!Mpokk Yantiiii!! Ke sini Mpokkk cepetan…!!!!”Yang dipanggil bergegas menghampiriku. Sementara aku berusaha membopong Maria dari lantai tempat ia tersungkur ke atas ranjang. Darahnya mengalir ke sekitar wajahnya yang meski terbasuh darah tapi tetap cantik. Ini kali pertama aku merasakan kepanikan terhadapnya. Ia masih belum sadarkan diri. Dari suaranya hanya mengigau kesakitan memanggil-manggil ayahnya. Sebegitu besar cintanya pada ayahnya sampai dalam keadaan tak sadar begitu ia memanggil ayahnya.Tak lama kemudian Mpok Yanti datang dan terkejut melihat kondisi Maria. Ia dengan sigap mengambil tisu dan peralatan P3K di kotak yang berisikan obat-obatan, perban, dan lain-lainnya. Dibantu Mpok Yanti aku membersihkan darah di dahinya. Setelah bersih aku melihat ada macam benjolah yang tersayat. Mungkin ia habis kejedot atau terbentur sesuatu dan karena saking kencangnya membuat ia jatuh tersungkur lalu tak sadarkan diri.Sela
Panggilan itu datang dari Bapak Komisaris ternyata. Perasaanku menjadi tidak enak setelah mendapat panggilan telepon dari orang penting di mega proyek perusahaan. Ada apa gerangan sampai meneleponku jika tidak untuk hal yang penting? Tapi jika aku mengangkatnya momentum untuk membicarakan hal yang juga sama pentingnya dengan Maria terundur lagi.Sampai sejauh ini aku belum merasa harus mengangkatnya. Aku bisa jelaskan nanti soal sikonku yang tidak memungkinkan mengangkat telepon saat aku bertelpon balik. Meski Maria terheran kenapa tidak mengangkatnya saja. Aku bilang topik yang ingin kusampaikan lebih penting. Ia menjadi semakin penasaran. Agar tak membuang-buang waktu dan mengefesienkannya aku mulai pembicaraan ini.“Jadi begini Mar. Sebelumnya aku sudah kasih tahu kan soal perasaanku ke kamu dan alasanku belum bisa menerima cintamu.” Maria mengangguk-angguk mengerti.“Nah salah satu alasan terkuat adalah aku sudah mencintai wan
Di saat kondisi yang tidak bersahabat dan bersamaan ini yang menjadi korban adalah Maria. Terpaksa aku menunda menyebutkan atau mengkonfirmasi sebuah nama di detik-detik aku hampir menyelesaikan pembahasan itu.“Nanti kita lanjutkan lagi. Kita sambut ayah dulu,” ujarku singkat lalu bergegas ke depan rumah menghampiri mobil Kakakku. Satu dua orang keluar hingga yang terakhir adalah ayah. Mendadak dalam sekejap halaman rumah diramaikan dengan kehadiran keluarga kami.Selain ayah dan ibu, kedua Kakakku membawa suami istrinya juga anak-anak mereka yang tak lain adalah keponakan-keponakanku. Ada Rafael, Kenzo, Kenzi, Madona dan Alvin. Semuanya lucu-lucu dan menggemaskan. Lalu Pak Herman dan istrinya juga ikut. Membuat Maria menghambur ke mereka dan melepas kerinduannya beberapa hari ini.Sementara aku menyalami ayah dan ibu. Lalu kedua Kakakku dan suami istrinya. Dan yang terakhir, Pak Herman dan istrinya. Lalu anak-anak segera menghambur ke arahku dan me
Kami satu persatu bersalaman untuk pamit. Pak Herman dan Ayah berangkulan sangat erat. Masing-masing bilang terima kasih dan maaf untuk banyak halnya. Telah banyak yang mereka lalui dan telah panjang kisah lika-liku persahabatan mereka.Melihat pemandangan itu semua terharu tak melainkan aku. Sampai disini aku semakin tidak tega jika perjodohan yang akan kugagalkan itu merusak keharmonisan hubungan diantara keduanya.Dan yang terakhir Mpok Yanti yang belakangan ini sudah merasa nyaman dengan Maria tak kuasa menahan tangisnya. Khususnya saat berpamitan dengan Maria. Seperti yang Ayah dan Pak Herman lakukan Mpok Yanti memeluk Maria. Ia sudah dianggap adiknya sendiri selama disini. Tentu setelah ini ia akan merasa kehilangan.Setelah itu mereka masuk mobil. Maria duduk di belakang dan sebelum mobil benar-benar meninggalkan halaman Maria fokus menatapku sendu. Melihat seperti itu dan melepas kepergiaannya membuat seisi dadaku seperti diaduk-aduk.Kami kembali
Aku mengalihkan pembicaraan ke persoalan kemarin. Sengaja mengulur jawaban agar ada waktu untuk berpikir. Untungnya Shopia tidak lagi mendesak.“Secara umum saya sudah paham kasusnya Bu. Tadi sempat diskusi dengan Pak Komisaris. Dan akan segera ditangani secepatnya hingga lokasi selalu aman terjaga.”“Syukurlah. Kemarin saya cukup shock tiba-tiba ada sirene berbunyi. Sontak saya teringat peristiwa sama bapak kemarin saat kedatangan preman itu.”“Tenang saja Bu. Semua akan baik-baik saja. Jangan khawatir selama Bu Shopia tidak melakukan kesalahan. Dan kabar baiknya, saya sudah sembuh. Jadi di lokasi ibu akan lebih aman jika bersama saya.” Mendengar penjelasanku Shopia tersipu senang. Berterima kasih atas perhatiannya padaku hingga ia lupa tengah menunggu jawaban dariku.“Oya bu. Terkait tawaran dinner malam ini. Siapa pria bodoh yang menolak ajakan wanita cantik dan baik seperti Bu Shopia untuk di
Karena kesal bercampur panik aku bergegas meraih handphone dan menelepon ayah. Begitu handphone kubuka kulihat beberapa kali ada panggilan masuk. Aku baru ingat, tadi saat di jalan hape ku silent karena menghindari telepon dari ayah.Selain panggilan telepon ada pesan juga dari ayah dan ibu yang intinya sama. Acara pertemuan dipindah setelah Pak Herman mendadak memintanya karena ia sudah menyiapkan tempat khsusus untuk pertemuan itu yang tak begitu jauh dari rumah. Karena ini acara spesial dan akan menjadi sejarah Pak Herman mengusulkan hal itu. Ayah tak jadi soal yang akhirnya menyetujui.Aku bergegas ke lokasi yang dituju dengan perasaan lega mengetahui yang sesungguhnya terjadi. Di jalan aku menonaktifkan menu silent agar jika dihubungi aku bisa segera tanggap. Semenit kemudian dering handphone berbunyi. Itu suara pesan. Kubuka dan dari Maria.“Hai kak. Akhirnya kita bertemu lagi. Baru sehari rindu ini rasanya mem
Di saat genting seperti ini, memori dan kenangan masa lalu banyak bermunculan. Seolah meneguhkan sekaligus melemahkan keputusanku yang lagi-lagi membuatku stuck di tempat dihajar kebingungan.Aku teringat Shopia. Gadis cantik, cerdas, baik, dan selalu menentramkan hati saat kupandang ataupun mengbrol sehingga hatiku semakin berpihak padanya karena merasa ialah tipe gadis yang kuharapkan selama ini. Shopia memang beberapa level di atas Renata. Tapi di depanku Maria, gadis yang tak kalah baik dan cantiknya sekaligus telah membuktikan cintanya dalam bentuk nyata serta didukung keluarga sedang mengharap jawaban baikku atas perjodohan ini.Tapi ia bukan gadis tipeku dan hingga detik ini aku belum mencintainya. Jikapun ada cinta itupun sedikit karena luluh dengan sikap dan perbuatannya, tapi itu kalah dengan cintaku pada Shopia yang bahkan dia belum berbuat banyak kepadaku.Aku juga ingat nasihat Sheily yang beberapa waktu lalu ia sampaikan soal jodoh. Bahwa
Semua menunggu dengan penasaran. Semua menunggu dengan tidak sabaran. Aku yang sudah siap dengan apapun keputusannya hanya mempertahankan posisi semula. Tak tega harus menatap Maria dan orang-orang yang berhati tulus dan penuh harap atas perjodohan ini.“Maka dari itu, dengan ini saya harus jujur untuk katakan bahwa, saya, dalam beberapa bulan ke depan memutuskan untuk fokus terhadap apa yang seharusnya saya selesaikan. Yaitu kuliah saya yang tinggal skripsi dan wisuda.”Semua yang hadir sontak terkejut dengan pernyataan Maria. Pak Herman yang merasa ini tidak sejalan dengan rencana dan skenario yang diinginkan segera protes.“Bukannya kuliah dan wisuda bisa berjalan beriringan, Sayang? Kenapa harus dipisah? Bahkan Ayah sama Ibumu dulu menikah sebelum skirpsi. Dan itu tak jadi masalah.”“Benar Yah. Itu tidak masalah. Namun apakah tetap menjadi tidak masalah seandainya saat itu posisi ayah tidak sedang saling mencintai? Bagaim