Semua menunggu dengan penasaran. Semua menunggu dengan tidak sabaran. Aku yang sudah siap dengan apapun keputusannya hanya mempertahankan posisi semula. Tak tega harus menatap Maria dan orang-orang yang berhati tulus dan penuh harap atas perjodohan ini.
“Maka dari itu, dengan ini saya harus jujur untuk katakan bahwa, saya, dalam beberapa bulan ke depan memutuskan untuk fokus terhadap apa yang seharusnya saya selesaikan. Yaitu kuliah saya yang tinggal skripsi dan wisuda.”
Semua yang hadir sontak terkejut dengan pernyataan Maria. Pak Herman yang merasa ini tidak sejalan dengan rencana dan skenario yang diinginkan segera protes.
“Bukannya kuliah dan wisuda bisa berjalan beriringan, Sayang? Kenapa harus dipisah? Bahkan Ayah sama Ibumu dulu menikah sebelum skirpsi. Dan itu tak jadi masalah.”
“Benar Yah. Itu tidak masalah. Namun apakah tetap menjadi tidak masalah seandainya saat itu posisi ayah tidak sedang saling mencintai? Bagaim
Maria bergegas berlari kecil menuju mobil. Namun belum sempat ia membukanya aku sudah mencegahnya. Kuraih tangannya dan posisikan tubuhnya ke arahku agar bisa mudah kupandangi. Lalu kami bertatapan.Ia masih tergugu sembari menumpahkan air matanya yang terus keluar. Namun kali ini lebih parah. Aku sungguh tak tega melihat keadaanya yang tak henti-hentinya menangis sehingga perasaaanku terhanyut olehnya. Tanpa meminta persetujuannya aku meraih tubuhnya untuk aku peluk. Ia menurut dan terus tergugu lalu terisak-isak dalam pelukanku.“Maafkan aku Kak.. Aku sudah tidak sanggup…,” lirihnya sambil masih terisak.“Tidak…tidak kamu tidak salah Maria. Aku yang salah. Aku yang bodoh dan aku yang kurang ajar. Kamu sepenuhnya tidak salah. Akulah orang yang sepatutnya disalahkan. Dan akulah yang seharusnya minta maaf.. maka aku mohon maaf padamu Maria…”Sambil mengelus rambutnya aku mencoba menetralkan keadaannya.&l
Sontak kami saling toleh dan sekilas kulihat wajah sedih Shopia yang dipaksakan ceria agar terlihat profesional di mata Pak Komisaris. Pak Komisaris menunggu respons kira-kira siapa nama yang akan diajukan secepatnya.“Bagaimana jika saya saja Pak? Mumpung di kantor pekerjaan tidak terlalu banyak dan bisa didelegasikan.”Diluar bayanganku dan yang kuprediksikan, Shopia menawarkan diri. Mendengar nama yang diusulkan, Pak Komisaris keberatan. Maksud ucapannya tadi mengarah ke aku. Tapi Pak Komisarsi punya alasan untuk menolak.“Kalau bisa yang laki-laki ya Bu. Karena ini butuh kegesitan di lapangan.”“Kalau misalnya kami berangkat berdua saja bagaimana Pak? Bukankah posisi kami berdua sesuai dengan yang dibutuhkan di lapangan saat ini?”Karena sudah mendapatkan poin yang diinginkan Pak komisaris tanpa panjang kata akhirnya mengiyakan dan kamipun berangkat bersama ke lokasi.Memang makan siang kami resmi gaga
Sontak benturan yang membuat kaca mobil bagian depan retak itu membuat Maria bertriak. Untung hanya retak dan tidak sampai pecah sehingga akan membahayakan kami khususnya Maria yang ada di dalam. Aku memintanya untuk berpindah ke belakang dan mencari posisi yang aman.Tanpa berpikir panjang aku tancap gas dengan kecepatan hampir penuh dan sontak siapapun di depan sana tertabrak jika tidak segera minggir. Karena mereka kalah gesit dengan kecepatan mobilku yang mengamuk, beberapa di antara mereka kesempret dan terpental. Aku tidak peduli. Mereka yang cari gara-gara maka mereka yang harus menerima konsekuensinya.Mobil kulajukan dengan cepat ke lokasi proyek. Tak beberapa lama tibalah di sana dan segera kuberi kode petugas yang segera menghampiriku dengan menyalakan sirene. Seketika semua pekerja menginggalkan pekerjaannya dan tahu apa yang mereka harus lakukan. Aku minta Maria yang baru saja keluar dari mobil untuk bersembunyi di tempat yang aman karena sebentar lagi mer
Aku mengatur siasat dan membaca situasinya dengan cepat lalu memutuskan langkah yang harus dilakukan. “Oke..oke.. Kami tidak melawan. Tapi lepaskan dia yang tidak bersalah.” “Tidak semudah itu goblokkkk!!!!! Lakukan dulu apa yang kuperintahkan!” bentaknya keras. Sementara Maria hanya menangis mengharap bantuan. Membuat hatiku teriris rasanya. “Baik. Apa perintahnya? Cepat katakan!” “Sediakan satu mobil dan bawa ke sini. Jangan bertindak melawan sampai aku keluar dari sini. Jika tidak kuhabisi gadis ini.” Shopia meronta-ronta mendapati dirinya merasa terancam. “Tapi kapan gadis itu diserahkan?” “Gampang! Mobilnya bawa sini. Cepat!!!!!! Atau aku habisi dia sekarang!!” Ia mengancam dan didekatkannya pisau belati itu ke leher Shopia dengan posisi yang mengerikan. Sekali sayatan saja di posisi itu entah Shopia akan tertolong atau tidak sebelum sampai di rumah sakit terdekat sekalipun. Aku segera memerintahkan salah satu petu
Agar tidak penasaran berat serta agar persoalan cemburu ini tidak berlarut menyiksa hati, aku akan beranikan untuk menanyakan siapa yang menelponnya.Tak membutuhkan waktu tunggu yang lama sampai mobilku selesai diperbaiki bagian kaca depannya. Kami segera melanjutkan perjalanan. Usai Shopia bertelpon petugas bengkel menginformasikan kalau mobilnya sudah selesai diperbaiki. Jadi belum sempat menanyakan ke Shopia siapa orang yang menelponnya tadi.Saat di jalan aku memberanikan diri untuk bertanya.“Bu.. Serius banget tadi ngobrolnya?”“Iya Pak David.. Kangen soalnya. Lama tidak ketemu karena semenjak proyek ini berjalan, aku sering tidak ada waktu weekend karena sering dimintai tolong Pak Antonio soal dokumen.” Sampai disini Shopia belum memberitahu siapa orangnya. Aku mencoba untuk bertanya lebih lanjut.“Teman spesial ya?”“Maksud Pak David spesial?” Aku dibikin kikuk oleh pertanyaan
Sontak hal itu membuatku shock. Shopia reflek menatapku. Sementara aku masih kaget dengan pernyataan Pak Komisaris barusan. Ada apa gerangan? Bukankah selama ini baik-baik saja dan tidak ada masalah? Bukankah ia yang banyak berkontribusi agar akulah pengendali proyek itu? Apa gara-gara aku terlalu banyak menghabiskan waktu bersama Shopia selama proyek? Tapi jika dihitung-hitung tidak juga. Atau karena fisikku sehabis sakit dirasa tidak mampu menghandle proyek itu? Aku segera butuh klarifikasi dari Pak Komisaris. Sejak pertama bekerja di perusahaan ini hingga sekarang sepertinya baru kali ini Pak Komisaris yang sudah kuanggap orang tua sendiri memberi keputusan sepihak dan mengagetkan. Kenapa aku dinonaktifkan dari proyek yang jauh-jauh hari diriku dipersiapkan untuk itu? Bisakah ia jelaskan sekarang? “Emmm Kalau boleh tahu kenapa ya Pak? Rasanya mendadak dan sepihak sekali. Maaf..” Ia tak langsung menjawab tapi malah menoleh ke Pak Antonio. Pak Anton
Shopia berjalan lemas menghampiriku dengan wajah putus asa. Sepertinya harapanku untuk bersenang ria bersamanya di Paris pupus sudah.“Bagaimana Bu. Apakah dizinkan?”Shopia hanya menggeleng sedih. Wajah jelitanya muram karena persoalan ini namun tetap saja cantik. Begitu mendapat konfirmasi darinya melalui gelengan kepala kiranya Fix! Ia tidak diizinkan terbang ke Paris bersamaku. Seketika hatiku kacau. Sedih dan gundah menyerbu tanpa ampun. Rasanya ingin membatalkan saja kepergianku ke Paris untuk urusan apapun disana jika tanpa keikutsertaan Maria.“Benar Bu, tidak ada kesempatan untuk dibolehkan?”“Benar pak. Tapi…..”“Tapi apa bu..? Apa yang membuat tapi?”“Tapi boong….” Sontak aku senang dengan kabar itu. Hampir saja ia kupeluk tapi, ia segera menyadarkanku kalau sekarang sedang di kantor. Rupanya ia hanya menge-prank-ku.Agenda keberangk
Teriakan Shopia begitu kencang sampai membuat orang-orang di sekitar menoleh. Aku sendiri perlu beberapa detik untuk menetralkan keadaan sehabis tersungkur. Setelah stabil, bergegas aku mengejar penjahat itu dengan gesit. Karena jalannya sangat cepat aku ketinggalan banyak. Membuatku khawatir jika hapenya tak terselamatkan.Namun kabar baiknya ada orang baik menolong kami. Begitu teriakan Shopia terdengar di sekitar kejadian, dua orang sigap untuk mengejar pencurinya dari berbagai arah. Dari kejauhan sempat kulihat mereka sedang rebutan hapenya dan saling adu jotos. Beruntung hapenya selamat namun pencurinya kabur.Shopia menghampiriku yang berlari menuju orang baik yang menolong tadi. Mereka memberikannya langsung padaku begitu aku tiba di depan mereka. Aku sangat berterima kasih atas bantuan mereka dan sebagai imbalannya kami berikan tips untuknya. Namun, mereka menolak lembut dan menasihati kami untuk lebih berhati-hati di tempat umum. Karena kejahatan datang bukan
“Bapak ibu dan semua tamu undangan. Sebagaimana yang saya sampaikan di depan tadi untuk memberikan keputusan saya atas perkara ini maka,dengan segala kerendahan hati saya, dengan segala pertimbangan yang saya pikirkan matang-matang, dengan segala rasa dan perjalanan yang saya ikhlaskan, memutuskan untuk memberi keputusan Mas David agar kembali mengejar cintanya kepada wanita yang pernah sangat dicintainya, dan wanita yang saking cintanya ke Mas David sampai pernah jatuh sakit berbulan-bulan hanya karena merindu.“Saya ikhlas dan saya tidak apa-apa. Toh semua ini hanya titipan. Soal jodoh urusan Tuhan. Saya merasa yang lebih pantas mendampingi Mas David dalam mengarungi hidup dan bahtera rumah tangga sampai akhir usia adalah wanita itu bukan saya. Maka dari itu mohon keikhlasannya semuanya.“Dan khususnya kepada ayah ibu. Hiks… hiks…. Ini memang sudah jalannya. Maaf selama ini saya tidak terus terang. Tapi yakinlah apa yang kita lepaskan
Entahlah apa maksud Sheily menolah-noleh tadi dengan durasi waktu yang cukup menyita perhatian para audience. Aku tak terlalu peduli. Aku hanya meperhatikan Sheily-ku. Wanita yang sebentar lagi akan menjadi istriku.Setelah Sheily kembali fokus ke apa yang ingin disampaikan, para tamu undangan kembali tertuju perhatiannya ke Sheily.“Bapak ibu sekalian. Izin untuk sedikit bercerita. Cerita ini bukanlah fiktif. Tapi cerita yang berangkat dari kejadian yang sesunggunya.“Cerita itu bermula saat ada seseorang yang diam-diam mencintai seorang lelaki. Sebut saja namanya Eli. Lelaki ini oleh Eli dianggapnya spesial. Saking spesialnya ia menyembunyikan perasaannya itu hingga bertahun-tahun lamanya. Ia gigih untuk tidak mengutarakan kepada siapapun selain kepada buku catatan yang menemaninya di tiap kali ia merindukan, teringat dan tengah merasakan cintanya terhadap lelaki itu. Sebut saja namanya Afi.“Singkat cerita, Afi dijodohkan den
Ya! Ini bukan mimpi di siang bolong atau dalam tidur. Ini sungguhan yang kupastikan beberapa kali dengan kenyataan yang ada sehingga tak perlu lagi menyimpulkan kalau ini mimpi atau sungguhan.Gadis yang dijebak untuk bertunangan denganku tak lain dan tak bukan adalah Sheily. Mengetahui kalau itu Sheily, bagaimana aku tidak bahagia dan menangis haru? Di saat aku melepaskan dan netral sentral-netralnya, tiba-tiba aku dihadirkan dirinya untuk mewujudkan apa yang menjadi harapanku kemarin.Aku memprediksikan semua ini telah dirancang dan direncanakan dengan sedemikiannya oleh satu orang yang dibantu timnya. Orang itu siapa lagi kalau bukan Pak Komisaris yang mungkin diam-diam meriset keadaan kami dan mengambil celah untuk sebuah kejutan yang memang aku harapkan.Lalu kehadiran teman-teman kantor, keluargaku, persiapan gedung ini, modus seseorang yang menjadi donatur biaya pengobatan ayah Sheily, dan semua yang terlibat untuk acara ini adalah bagian dari rencana Pak
Sekali lagi aku terkejut begitu tahu kalau benar-benar dia yang ada di depanku. Lama tak jumpa setelah kejadian itu. Dan selama tak jumpa itu tak terdengar kabar tentangnya olehku. Secepat itukah dia menjalani proses hukuman? Apa ia dan pengacaranya mengajukan banding atas keringan hukuman sehingga hanya setahun?“Hai Lucas. Apa kabar bro? Sudah bebas nih? Kok ada disini Bro?”“Kabar baik bro. Aku tak menyangka kita akan bertemu lagi. Ya aku sudah terbebas dengan segala pertimbangan yang ribet jika aku ceritakan. Yang jelas selama masa hukuman itu ada banyak hal yang kulalui disana. Soal pergulatan batin, introspeksi diri, penyesalan karena telah mengkhianati orang sebaik dirimu, dan lain-lain.“Ya! Aku sangat menyesal Bro. Karena salahku itu aku merasa tidak berhak mendapatkan apa yang dulu aku dapatkan disini. Meski begitu aku tetap berhak untuk mengunjungi tempat ini yang penuh kenangan dan kerinduanku selama di sel. Dan itulah alasan
Alhasil, setelah semua isi pesan ibu Sheily kubaca, hatiku malah dirundung rasa sedih kembali. Sedetik kemudian, kecewa. Lalu, ngilu rasanya.Kalau saja aku mengetahui isi pesannya demikian, tentu lebih baik aku tidak usah membacanya atau langsung menghapusnya saja. Tapi, karena aku sudah bertekad untuk berdamai dan memaafkan semuanya, perlahan rasa tidak mengenakkan itu luntur dan kembali netral.Dalam pesan itu, ibu Sheily mengabarkan berita tunangan Sheily. Sebelumnya beliau meminta maaf padaku yang sebesar-besarnya. Pembicaraan kemarin saat kunjungan ke rumah Sheily terkait niat baikku melamar Sheily juga sudah diceritakan ke Sheily. Sontak Sheily terkejut, bahagia yang bercampur sedih yang teramat.Sheily juga menyesali kenapa semua ini datang terlambat. Tapi bagaimanapun harus ikhlas menerima. Dan ia berharap aku mendapatkan wanita yang lebih baik darinya.Sheily sudah ikhlaskan aku, ia lepaskan dan biarlah kisah perjalanan cinta dalam diamnya selam
Menyadari suasana menuju tidak nyaman aku berpura-pura izin ke belakang. Aku berpura-pura ingin buang air kecil demi menyelamatkan suasana yang kurang nyaman itu.“Adek. Tolong diantar Mas David ya,” pinta Sheily pada adiknya. Yang diperintah menurut dan mengantarkanku ke belakang. Setidaknya upayaku berhasil membuat keadaan jauh lebih baik. Usai dari belakang aku izin untuk pamit.Saat memasuki mobil aku menatap wajah Sheily yang mengantarku sampai halaman rumah. Kutangkap sekilas pancaran wajahnya yang tidak menunjukkan kecurigaan ia sedang menyimpan sesuatu. Ia malah tersenyum dan berterimakasih atas kehadiranku. Aku balik tersenyum padanya lalu, pada ayah ibunya yang melepas kepulanganku dari depan pintu.Keluarga sederhana yang hangat. Rasanya aku seperti berada di rumah sendiri.Di dalam mobil menuju rumah mataku seketika berkaca-kaca. Tak kuasa aku menanggung beban seperti ini. Padahal tinggal sebentar lagi. Padahal kurang selangk
Sebelum Ibu Sheily menyambut Sheily dan suaminya, ia amankan buku catatan itu agar tidak ketahuan Sheily. Sementara aku tetap di dalam. Berjuang menetralkan keadaan sembari menghapus air mataku dengan tisu.Tak lama kemudian mereka masuk ke dalam. Aku bergegas bangkit dan menyalami ayah Sheily dan juga Sheily yang agak canggung karena tidak biasa saliman kalau di kantor. Sementara Sheily menemaniku, ayahnya izin masuk ke dalam bersama ibunya.“Maaf Pak menunggu lama. Tadi di jalan macet.”“Tidak apa-apa Sheil. Yang penting selamat.” Aku berusaha untuk netral. Sheily tak menaruh curiga padaku namun, ia pandai sekali menyembunyikan masalahnya sampai tak terlihat ia sedang memiliki masalah. Selain itu, ia juga pandai menyembunyikan perasaan terhadap orang yang sangat dicintai selama bertahun-tahun ini.“Oya Pak. Katanya ada yang mau dibicarakan ya?”Benar Sheil. Tapi tidak jadi karena aku sudah tahu semuanya. Tak sa
Tampak dari raut mukanya sepertinya ibu Sheily belum siap dengan kabar bahagia itu. bukannya harusnya senang dan memberi dukungan tapi yang kudapati adalah sikapnya yang seperti menyembunyikan sesuatu.“Bu.. Maaf… apa saya salah mengatakannya?”Saat kuulangi pertanyaanku eh malah menangis. Aku jadi semakin bingung.“Tidak Nak. Kau tidaklah salah untuk mengatakan yang sejujurnya sesuai hatimu.”“Lalu kenapa ibu menangis? Bukannya seharusnya ibu bahagia?”“Benar Mas David. Sudah seharusnya ibu bahagia mendengar itu tapi jika kabar gembira ini datang sebelum kejadian barusan.”“Kejadian barusan maksudnya bu?” Sejenak ibu Sheily terdiam. Sepertinya ia sedang mencari kata-kata yang tepat untuk disampaikan. Tak lama kemudian beliau mulai bersuara.“Sebenarnya kejadian ini sudah lama Mas David. Karena penyakit yang diderita ayahnya Sheily cukup serius maka disarankan do
“Iya Pak. Maaf ada apa ya pak menelepon?” Tanyaku langsung. Agak kesal karena bacaanku yang keganggu. Namun aku berusaha tetap sopan. Setelah basa-basi menanyakan keadaanku Pak Herman langsung menyampaikan inti tujuan aku ditelponnya.“Jadi begini Nak David. Beberapa hari yang lalu pemuda yang hendak melamar Maria datang ke rumah bersama keluarganya. Di sana kami terkejut dengan apa yang diutarakannya. Ternyata mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahan itu.”“Ha? Bagaimana bisa Pak?” Sontak aku terkejut.“Jadi entah bagaimana awalnya, Maria diminta jujur ke pemuda itu saat di telepon. Jujur yang dimaksud adalah apakah Maria pernah pacaran atau tidak dan selama ini berhubungan dengan siapa saja soal asmara. Karena Maria sudah terlatih dari kecil untuk tidak berbohong ia akhirnya berbicara sejujurnya dan apa adanya. Ia menceritakan kisahnya denganmu Nak David. Keesokan harinya tiba-tiba mereka datang ke rumah un