Jika aku setuju dengan keputusan Pak Herman, itu artinya aku akan menambah beban kesalahan di pundakku. Bagaimana rasanya hati pemuda itu yang sudah beritikad baik datang bersama keluarganya untuk melamar Maria? Bagaimana perasaan orang tuanya yang barangkali sedang mempersiapkannya dan menunggu hari bahagia anaknya yang mungkin sangat ditunggu sejak lama?
Bagaimana dengan undangan pernikahan yang mungkin sudah menyebar luas dan menunggu hari H nya saja? Jika benar ini dibatalkan tentu akan sangat menguntungkanku dan Maria, tapi bagaimana dengan pemuda itu dan keluarganya yang sejak awal sudah baik-baik serta tak ada masalah apapun. Sementara diriku, pernah bikin ulah dengan selalu menghindari perjodohan dengan Maria.
Ini semua salahku. Kenapa dulu menyia-nyiakan gadis sebaik Maria. Kenapa aku masih saja keras kepala padahal Sheily sudah memberi aba-aba. Kenapa aku lebih memilih Shopia yang ujungnya menyesal dan kecewa dari pada Maria yang sudah terbukti mencintaiku
Niat maksud ingin meringankan beban kesedihan dengan menghubungi Sheily eh kesedihan itu malah bertambah-tambah.Dengan semua yang telah aku alami, ditambah perginya Sheily dari perusahaan seandainya benar ia resign, rasanya aku juga ingin berhenti. Keinginan yang bisa kupertimbangkan jika diperlukan.**Malam ini aku urungkan untuk menelpon Sheily. Aku putuskan besok saja sekalian di kantor biar langsung membicarakannya dan jika memungkinkan, aku akan mencegahnya keluar. Ia sudah kuanggap lebih dari teman curhat, bawahanku, tapi seperti adik perempuanku sendiri meski sejatinya aku tidak memiliki adik perempuan.Esok paginya begitu aku tiba di kantor Sheily memberitahuku kalau aku diminta Pak Komisaris datang ke ruangannya. Ada hal penting yang ingin disampaikan. Ia senang sekali melihatku sudah membaik dan kembali masuk kantor. Berulang kali aku ucapkan terima kasih atas kontribusinya membantuku selama sakit.Sheily tak sedikitpun menying
Sudah lama aku tidak ke tempat favoritku dan ayah. Pengen sebenarnya tapi sering tidak ada kesempatan. Aku masih ingat dulu waktu masih kecil. Setidaknya seminggu sekali aku dibawa ke tempat itu sampai aku bosan. Tapi setelah lama berhenti karena bosan tiba-tiba ingin lagi dan rutin lagi hingga bosen lagi. Entah berapa kali pola itu terus berputar hingga hari ini ketika aku sudah dewasa aku tengah merindukan tempat itu lagi.“Aku masih di kantor Yah. Gak kekejar kalau pulang sekarang lalu ke tempat itu. Keburu kemalaman dan tidak dapat tempat duduk seperti yang sudah-sudah kalau berangkat terlalu malam. Kenapa tidak kasih tahunya pagi yah?”“Ayah baru pengennya sore Vid. Dan kukira kamu langsung pulang.”“Kalau misalnya ditunda bagaimana? Nanti kita pergi bareng sekalian sama ibu deh.”“Baiklah kalau gitu. Tambah satu lagi deh yang ikut.”“Siapa yah? Mpok Yanti?”“Ya istrimu l
Syukurlah ayah hanya mengigau kecil dan kembali tertidur. Artinya aku bisa dengan leluasa membaca catatan demi catatan yang ditulis ayah di buku yang dari sampulnya itu sudah lusuh. Dan tinta yang tergores seolah memberi tahu kalau tulisan-tulisan itu sudah sangat lama ditorehkan ke atas kertas yang juga sudah lusuh.Dengan rasa penasaran yang tinggi aku buka kembali catatan sakral milik ayah.Hari dan Bulan Kenangan di Tahun KeindahanBetapa membahagiakannya hari ini. Seolah tiada hari yang lebih bahagia dari hari ini. Satu perasaan yang mengusap kesedihan di relung jiwa berhasil membuatku tersenyum bahagia tanpa harus bersuara. Satu rasa yang kuperoleh dari senyum polos malaikat kecilku saat pagi tadi ia meng
Suatu Siang Bolong yang Membakar Panas HatikuTerik mentari laksana nyala api neraka yang menjilat hamparan bumi. Gerah dan panas tak tertahankan namun itu tak lebih panas dari panasnya hatiku. Bagaimana tidak? Anak yang sedari ia tak mengenal dan tak bisa apapun hingga ia sehabat saat ini membentakku. Memang aku siapanya? Apakah aku musuhnya? Orang yang selama ini menganggu ketenangannya? Hatiku memerah dan panas luar biasa. Sakitnya tak mampun digambarkan hanya dengan kata ataupun suara. Kenapa ia membentakku, dan apa salahku?Padahal keinginanku hanya sederhana. Mengabarkan rencana memancing yang sudah lama dijanjikan tapi ketika kusinggung ia selalu beralasan. Bukankah re
Hari yang kunantikan atas jawaban Tuhan.Terima kasih Tuhan. Terima kasih atas doa-doa yang selama ini tak pernah berhenti terpanjat untuk perubahan anak lelakiku. Baru-baru ini hamba sering mendapatinya berubah dengan perubahan yang hamba inginkan. Memang tidaklah banyak dan langsung melainkan perlahan. Tapi satu perubahan yang perlahan itu meskipun sedikit sudah amat sangat membuat hamba lega dan senangnya luar biasa. Terima kasih atas nikmat ini Tuhan.. Kali ini ia sudah mau duduk bersama untuk sarapan pagi atau makan malam. Kali ini ia sudah mau duduk di ruang tamu untuk berdiskusi dan mengobrol banyak denganku bahkan ia tak pernah lagi membentakku dan berkata kasar. Apa artinya ini jika bukan doa yang terkabulkan? Bukankah inilah selama ini yang kuharap dan kuperjuangkan?Terima kasih atas perubahan yang ada dalam dirinya. Atas rasa syukur itu hamba akan berusaha menjadi ayah yang lebih baik
Rupanya dalam banyak hal detail ayah selalu memantau dan peduli. Aku tidak menyangka ayah masih mau melakukan itu padaku. Dan hebatnya lagi ayah tidak memaksa melainkan memberikan pilihan atas keputusan itu. Jika seperti itu aku sama sekali tidak tertekan dan sebal. Justru malah akan mempertimbangkan tawaran ayah.Ibu menolak untuk menjawab siapa dia. Selain, ibu juga tidak tahu karena ayah sengaja tidak memberi tahu namanya, beliau menyarankan untuk menanyakannya langsung kepada ayah saja.“Biar jadi kejutan. Bukankah kamu suka sekali memberi dan diberi kejutan?”Demikian alasan ibu. Aku tak masalah. Tak beberapa lama kemudian ibu izin melanjutkan istirahatnya. Ia bermaksud membangunkan ayah tapi aku cegah dan memohon biar aku saja yang membangunkannya. “Biar aku saja bu yang membangunkannya.” Ibu tak keberatan dan segera masuk kamar. Sebelum masuk kamar aku minta tolong ibu untuk menyimpan di kulkas makanan favorit yang baru saja aku be
Duh! Bentrok lagi acaranya. Kalau jadi ke acara reuni itu tentu akan menggagalkan acaraku dengan ayah. Tapi jika tidak datang eman juga. Karena bertemu dengan teman-teman seperjuangan waktu masih sekolah dulu itu jarang-jarang. Secepat-cepatnya paling setahun sekali. Momentum yang sangat ditunggu-tunggu ini sayang banget jika dilewatkan. Namun semuanya terserah ayah. Aku tidak mau mendesak apalagi memaksanya.Kadang pengorbanan yang sudah kita siapkan bisa berjalan tidak mulus. Tapi kita harus ikhlas.“Memang acara apa Bu? Penting tidak?”“Reuni teman-teman SMA. Sudah lama nih tidak ngumpul. Tapi ayah gimana? Mau tetap pergi ke acara reuni atau ikut ajakan David. Bagas teman ayah yang dulu suka main kesini sudah nanyain lho.” Ayah yang ditanya, tanpa berpikir panjang segera memberi jawaban yang mengejutkanku.“Ikut David saja.” Sesingkat itu. Kalimat singkat yang membuatku terharu.“Makasih Yah,&rd
Siapa wanita pilihan ayah untukku itu? apakah aku mengenalnya? Apakah dia juga mengenalku? Ayah menjelaskan perihal ini dengan seolah-olah kami sudah saling kenal. Tapi siapa? Aku mencoba mengingat wanita-wanita yang kukenal dan ayah juga mengenalnya serta cocok dengan ciri-ciri yang ayah maksudkan. Namun belum sempat aku berhasil mengingatnya ayah sudah keburu bersuara.“Apakah kamu tidak memperhatikan siapa wanita yang selama ini menemanimu dari sebelum kau mengenal Renata sampai kau menyesali perbuatanmu dengan Maria? Tidakkah kamu sadar wanita baik itu sering ada di saat kau membutuhkan? Tidakkah kamu perhatikan wanita hebat ini semakin kesini mulai menunjukkan maksudnya pelan-pelan? Karena ia perempuan maka ia terlalu malu untuk mengatakan sejujurnya.“Kau bisa tahu Vid, tapi karena kau tidak peka maka tidak bisa membaca situasi ini. Beberapa kali mendekati perempuan tapi belum juga paham betul bagaimana sifat perempuan.” Ayah masih memberiku kis
“Bapak ibu dan semua tamu undangan. Sebagaimana yang saya sampaikan di depan tadi untuk memberikan keputusan saya atas perkara ini maka,dengan segala kerendahan hati saya, dengan segala pertimbangan yang saya pikirkan matang-matang, dengan segala rasa dan perjalanan yang saya ikhlaskan, memutuskan untuk memberi keputusan Mas David agar kembali mengejar cintanya kepada wanita yang pernah sangat dicintainya, dan wanita yang saking cintanya ke Mas David sampai pernah jatuh sakit berbulan-bulan hanya karena merindu.“Saya ikhlas dan saya tidak apa-apa. Toh semua ini hanya titipan. Soal jodoh urusan Tuhan. Saya merasa yang lebih pantas mendampingi Mas David dalam mengarungi hidup dan bahtera rumah tangga sampai akhir usia adalah wanita itu bukan saya. Maka dari itu mohon keikhlasannya semuanya.“Dan khususnya kepada ayah ibu. Hiks… hiks…. Ini memang sudah jalannya. Maaf selama ini saya tidak terus terang. Tapi yakinlah apa yang kita lepaskan
Entahlah apa maksud Sheily menolah-noleh tadi dengan durasi waktu yang cukup menyita perhatian para audience. Aku tak terlalu peduli. Aku hanya meperhatikan Sheily-ku. Wanita yang sebentar lagi akan menjadi istriku.Setelah Sheily kembali fokus ke apa yang ingin disampaikan, para tamu undangan kembali tertuju perhatiannya ke Sheily.“Bapak ibu sekalian. Izin untuk sedikit bercerita. Cerita ini bukanlah fiktif. Tapi cerita yang berangkat dari kejadian yang sesunggunya.“Cerita itu bermula saat ada seseorang yang diam-diam mencintai seorang lelaki. Sebut saja namanya Eli. Lelaki ini oleh Eli dianggapnya spesial. Saking spesialnya ia menyembunyikan perasaannya itu hingga bertahun-tahun lamanya. Ia gigih untuk tidak mengutarakan kepada siapapun selain kepada buku catatan yang menemaninya di tiap kali ia merindukan, teringat dan tengah merasakan cintanya terhadap lelaki itu. Sebut saja namanya Afi.“Singkat cerita, Afi dijodohkan den
Ya! Ini bukan mimpi di siang bolong atau dalam tidur. Ini sungguhan yang kupastikan beberapa kali dengan kenyataan yang ada sehingga tak perlu lagi menyimpulkan kalau ini mimpi atau sungguhan.Gadis yang dijebak untuk bertunangan denganku tak lain dan tak bukan adalah Sheily. Mengetahui kalau itu Sheily, bagaimana aku tidak bahagia dan menangis haru? Di saat aku melepaskan dan netral sentral-netralnya, tiba-tiba aku dihadirkan dirinya untuk mewujudkan apa yang menjadi harapanku kemarin.Aku memprediksikan semua ini telah dirancang dan direncanakan dengan sedemikiannya oleh satu orang yang dibantu timnya. Orang itu siapa lagi kalau bukan Pak Komisaris yang mungkin diam-diam meriset keadaan kami dan mengambil celah untuk sebuah kejutan yang memang aku harapkan.Lalu kehadiran teman-teman kantor, keluargaku, persiapan gedung ini, modus seseorang yang menjadi donatur biaya pengobatan ayah Sheily, dan semua yang terlibat untuk acara ini adalah bagian dari rencana Pak
Sekali lagi aku terkejut begitu tahu kalau benar-benar dia yang ada di depanku. Lama tak jumpa setelah kejadian itu. Dan selama tak jumpa itu tak terdengar kabar tentangnya olehku. Secepat itukah dia menjalani proses hukuman? Apa ia dan pengacaranya mengajukan banding atas keringan hukuman sehingga hanya setahun?“Hai Lucas. Apa kabar bro? Sudah bebas nih? Kok ada disini Bro?”“Kabar baik bro. Aku tak menyangka kita akan bertemu lagi. Ya aku sudah terbebas dengan segala pertimbangan yang ribet jika aku ceritakan. Yang jelas selama masa hukuman itu ada banyak hal yang kulalui disana. Soal pergulatan batin, introspeksi diri, penyesalan karena telah mengkhianati orang sebaik dirimu, dan lain-lain.“Ya! Aku sangat menyesal Bro. Karena salahku itu aku merasa tidak berhak mendapatkan apa yang dulu aku dapatkan disini. Meski begitu aku tetap berhak untuk mengunjungi tempat ini yang penuh kenangan dan kerinduanku selama di sel. Dan itulah alasan
Alhasil, setelah semua isi pesan ibu Sheily kubaca, hatiku malah dirundung rasa sedih kembali. Sedetik kemudian, kecewa. Lalu, ngilu rasanya.Kalau saja aku mengetahui isi pesannya demikian, tentu lebih baik aku tidak usah membacanya atau langsung menghapusnya saja. Tapi, karena aku sudah bertekad untuk berdamai dan memaafkan semuanya, perlahan rasa tidak mengenakkan itu luntur dan kembali netral.Dalam pesan itu, ibu Sheily mengabarkan berita tunangan Sheily. Sebelumnya beliau meminta maaf padaku yang sebesar-besarnya. Pembicaraan kemarin saat kunjungan ke rumah Sheily terkait niat baikku melamar Sheily juga sudah diceritakan ke Sheily. Sontak Sheily terkejut, bahagia yang bercampur sedih yang teramat.Sheily juga menyesali kenapa semua ini datang terlambat. Tapi bagaimanapun harus ikhlas menerima. Dan ia berharap aku mendapatkan wanita yang lebih baik darinya.Sheily sudah ikhlaskan aku, ia lepaskan dan biarlah kisah perjalanan cinta dalam diamnya selam
Menyadari suasana menuju tidak nyaman aku berpura-pura izin ke belakang. Aku berpura-pura ingin buang air kecil demi menyelamatkan suasana yang kurang nyaman itu.“Adek. Tolong diantar Mas David ya,” pinta Sheily pada adiknya. Yang diperintah menurut dan mengantarkanku ke belakang. Setidaknya upayaku berhasil membuat keadaan jauh lebih baik. Usai dari belakang aku izin untuk pamit.Saat memasuki mobil aku menatap wajah Sheily yang mengantarku sampai halaman rumah. Kutangkap sekilas pancaran wajahnya yang tidak menunjukkan kecurigaan ia sedang menyimpan sesuatu. Ia malah tersenyum dan berterimakasih atas kehadiranku. Aku balik tersenyum padanya lalu, pada ayah ibunya yang melepas kepulanganku dari depan pintu.Keluarga sederhana yang hangat. Rasanya aku seperti berada di rumah sendiri.Di dalam mobil menuju rumah mataku seketika berkaca-kaca. Tak kuasa aku menanggung beban seperti ini. Padahal tinggal sebentar lagi. Padahal kurang selangk
Sebelum Ibu Sheily menyambut Sheily dan suaminya, ia amankan buku catatan itu agar tidak ketahuan Sheily. Sementara aku tetap di dalam. Berjuang menetralkan keadaan sembari menghapus air mataku dengan tisu.Tak lama kemudian mereka masuk ke dalam. Aku bergegas bangkit dan menyalami ayah Sheily dan juga Sheily yang agak canggung karena tidak biasa saliman kalau di kantor. Sementara Sheily menemaniku, ayahnya izin masuk ke dalam bersama ibunya.“Maaf Pak menunggu lama. Tadi di jalan macet.”“Tidak apa-apa Sheil. Yang penting selamat.” Aku berusaha untuk netral. Sheily tak menaruh curiga padaku namun, ia pandai sekali menyembunyikan masalahnya sampai tak terlihat ia sedang memiliki masalah. Selain itu, ia juga pandai menyembunyikan perasaan terhadap orang yang sangat dicintai selama bertahun-tahun ini.“Oya Pak. Katanya ada yang mau dibicarakan ya?”Benar Sheil. Tapi tidak jadi karena aku sudah tahu semuanya. Tak sa
Tampak dari raut mukanya sepertinya ibu Sheily belum siap dengan kabar bahagia itu. bukannya harusnya senang dan memberi dukungan tapi yang kudapati adalah sikapnya yang seperti menyembunyikan sesuatu.“Bu.. Maaf… apa saya salah mengatakannya?”Saat kuulangi pertanyaanku eh malah menangis. Aku jadi semakin bingung.“Tidak Nak. Kau tidaklah salah untuk mengatakan yang sejujurnya sesuai hatimu.”“Lalu kenapa ibu menangis? Bukannya seharusnya ibu bahagia?”“Benar Mas David. Sudah seharusnya ibu bahagia mendengar itu tapi jika kabar gembira ini datang sebelum kejadian barusan.”“Kejadian barusan maksudnya bu?” Sejenak ibu Sheily terdiam. Sepertinya ia sedang mencari kata-kata yang tepat untuk disampaikan. Tak lama kemudian beliau mulai bersuara.“Sebenarnya kejadian ini sudah lama Mas David. Karena penyakit yang diderita ayahnya Sheily cukup serius maka disarankan do
“Iya Pak. Maaf ada apa ya pak menelepon?” Tanyaku langsung. Agak kesal karena bacaanku yang keganggu. Namun aku berusaha tetap sopan. Setelah basa-basi menanyakan keadaanku Pak Herman langsung menyampaikan inti tujuan aku ditelponnya.“Jadi begini Nak David. Beberapa hari yang lalu pemuda yang hendak melamar Maria datang ke rumah bersama keluarganya. Di sana kami terkejut dengan apa yang diutarakannya. Ternyata mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahan itu.”“Ha? Bagaimana bisa Pak?” Sontak aku terkejut.“Jadi entah bagaimana awalnya, Maria diminta jujur ke pemuda itu saat di telepon. Jujur yang dimaksud adalah apakah Maria pernah pacaran atau tidak dan selama ini berhubungan dengan siapa saja soal asmara. Karena Maria sudah terlatih dari kecil untuk tidak berbohong ia akhirnya berbicara sejujurnya dan apa adanya. Ia menceritakan kisahnya denganmu Nak David. Keesokan harinya tiba-tiba mereka datang ke rumah un