Paket dengan bungkusan merah muda diserahkan pada Karina. Kado dari Brian datang di malam hari ketika kafe akan tutup. Karina sendirilah yang menerimanya.Hatinya berbunga ketika melihat nama Brian tertulis di kartu yang terpasang di atas kotak kado yang cantik itu. Dia sudah mengira kalau Brian tetap akan memberikan hadiah untuknya.Bukan karena kadonya, tapi semua kebahagian ini muncul karena perhatian Brian pada Karina.Gadis itu yakin kalau suaminya masih begitu mencintainya dan tidak mungkin melupakannya dengan mudah.Senyuman terulas saat dia mulai membaca perlahan isi kartu itu. Di baris pertama tertulis kata-kata cinta yang berbelit-belit. Terlihat jelas kalau itu bukan buatan Brian , kecuali kata-kata yang bersangkutan dengan berubah pikiran.Senyuman yang tadinya tergambar sempurna sekarang kian memudar. Bersamaan dengan semua omong koskong yang Brian bahkan tidak ucapakan sendiri.Gadis itu megembuskan napas kasar dan menaruh bungkusan itu. Dia jadi tidak bersemangat.Kado
Nyaris tidak ada yang bersuara di saat dokter menggeleng. Mengatakan bahwa calon bayi Karina gagal diselamatkan. Dugaan utama dokter adalah,Karina terlalu kelelahan dan stress berat.Ternyata itu semua berdampak pada perkembangan janin yang. Janin Karina perlahan melemah dan berakhir keguguran.Sarah menyalahkan dirinya karena tidak peka ketika Karina sering bercerita soal kram di perut yang terjadi beberapa kali. Karena dulunya dia juga merasa seperti itu dan baik-baik saja. Sarah malah menganggap sepele soal gejala yang Karina miliki.Sementara itu,pria yang dicari-cari sedang merayakan keberhasilannya yang tak terduga-duga di sebuah bar yang tidak jauh dari apartemennya.Semua ini karena,obat yang ia buat kini sudah masuk ke tahap pelegalan. Brian tidak menyangka prosesnya akan secepat ini. Dia sangat bangga dengan dirinya yang berhasil dalam misi yang menurutnya sangat penting.Dia meninggalkan ponselnya di mobil. Karena tidak akan ada yang menghubunginya malam ini. Meningat Karin
Brian diam, tidak bisa berkata-kata. Dia mengerutkan kening, pikirannya kosong saat mendengar Karina meninggikan suara. Sebenarnya dia tidak tahu kenapa Karina bisa semarah itu dengannya.Yang dia katakan adalah sebuah kebenaran. Dan Brian berharap Karina lebih realistis dan tidak terlalu menggunakan perasaanya. Hal itu cukup merepotkan bagi Brian. Baginya, semua yang tidak masuk akal adalah hal yang tidak perlu diperdebatkan.Karina yang tadi menangis kini menyeka matanya yang memerah “Lebih baik kamu pergi,Brian. Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat untuk kita bicara.” Dia berhasil menenangkan dirinya.Brian terdiam sejenak. Memikirkan sesuatu yang tiba-tiba terlintas di benaknya.“Apa tidak bisa, kita selesaikan ini sekarang?” celetuknya.“Selama ini kamu selalu menghindar,Brian. Padahal kamu tahu aku tidak kemana-mana. Tapi kamu malah memilih mengirim kado untukku lewat kurir.” Karina menarik napas panjang “Lalu kamu bilang, ingin menyelesaikan sekarang? Kenapa tidak 4 bulan la
Acara makan malam yang Karina pikir hanya akan di hadiri oleh beberapa orang malah membuat dia tertegun di ambang pintu.Tampaknya, ada sosok yang membuat kakinya lemas tak berdaya.Brian sedang menyendiri sembari menyesap wine bening berbuih di tangan kanannya.Karina memaksa dirinya masuk kedalam ruang makan milik Jonathan yang sedang ramai.Giginya saling terkatup saat menghampiri Brian dan berdiri di hadapannya.“Sedang apa di sini?” tanya Karina, dia tidak suka dengan sikap Brian yang datang dan pergi sesuka hatinya.Pria itu mendongak, memamerkan senyum khas yang begitu Karina rindukan “Jo mengundangku, kebetulan ada sesuatu yang ingin aku beri tahu kepadamu.”Karina frustasi, dia mengepalkan tangan dan duduk di sebelah Brian. Benar, setidaknya dia harus mendengar semua penjelasan Brian lebih dahulu sebelum marah tidak jelas pada sosok yang terlihat kacau itu.“Aku ingin mengajakmu ikut denganku. Ada sebuah tawaran mengajar satu semester di Singapura. Mereka akan memberikan semu
Setelah melakukan semua itu kepada Karina. Brian hanya mematung di hadapan gadis itu. Pundaknya naik turun memburu udara agar dia bisa bernapas dengan lega.Jantung Karina serasa mencelus setelah mengatakan permintaanya untuk berpisah. Tidak pernah ia bayangkan kalimat itu akan keluar dari mulutnya. Ada perasaan lega sekaligus bersalah yang selama ini terpendam dalam hatinya.Keduanya saling tatap cukup lama, Brian mencondongkan tubuhnya hendak meraih Karina. Namun, wanita itu membuang muka.Rasanya begitu sakit, saat orang yang paling kau sayangi malah tega menyakitimu. Karina berdoa agar semua yang Brian lakukan adalah sebuah ketidak sengajaan.Dia masih yakin, kalau tidak bersamanya, Brian adalah sosok pria yang baik dan berpendirian teguh.Karina mulai mengerti, bahwa dirinyalah yang membuat Brian sampai sejahat ini. Dia yang mengubah Brian. Maka dia wajib bertanggung jawab, bahkan kalau harus merelakan rasa cintanya pada Brian.“Brian, kita memang harus berpisah.” Gumam Karina.B
3 hari setelah pernyataan cinta yang membuat Karina kehabisan kata-kata. Karina menolak pria itu, dia harus menyelesaikan urusannya dengan Brian terlebih dahulu.Untuk saat ini, Karina belum ingin memulai dengan orang lain. Termasuk Nick yang amat spesial untuk Karina.Namun, sikap Nick beda dari yang lain. Dia tidak marah, atau bahkan meninggalkan Karina. Pria itu tetap berjanji akan membantu Karina menyelesaikan masalahnya dengan Brian.Kini Karina duduk di kursi hitam yang memiliki aura menegangkan, di sebelahnya ada Nick yang duduk sambil menautkan jarinya satu sama lain.Mereka menunggu seseorang. Sebenarnya mereka akan bertemu dengan salah satu pengacara perceraian.Karina agak khawatir, semua yang ia jalani kali ini terasa begitu asing dan menakutkan. Dia merapikan kemeja putihnya,kembali menatap Nick seperti minta pertolongan.“Nick, aku benar-benar gugup. Bagaimana kalau aku melakukan kesalahan?” tanya Karina panik.Nick tersenyum dan menepuk punggung tangan Karina pelan “Ini
“Jo,bilang Nick sudah memutuskan tunangannya. Aku mendengar dari Jo dan Ian kalau Nick sempat diumpat oleh gadis itu. Aku tercengang,Karina.” Sarah menceritakan semua itu dengan penuh semangat.Selama ini, Sarah sering mengosipkan soal bagaimana kisah pertunangan Nick yang amburadul hanya dalam waktu semalam.Meski Karina sudah pernah dengar, kalau pertunangan Nick dengan gadis itu adalah sebuah ide dari kakak-kakaknya. Tapi dari sudut pandang Karina, Nick tetap harus bertanggung jawab karena dia sudah pernah memberikan harapan pada gadis malang itu.Sarah menaruh Keenan di box bayi, tangannya mengapai ponsel. Karina sengaja main ke rumah Jonathan dan Sarah karena dia tidak kunjung mendapat respon dari Brian padahal dia sudah mengajukan gugatan cerai secara resmi.Tidak biasanya,Brian akan diam disaat seperti ini.“Sepertinya aku akan pulang,Sarah.” Karina bangkit dari sofa dan mengemasi barangnya.Sarah langsung menaruh lagi ponselnya di nakas “Sebentar lagi Jo akan pulang. Bagaimana
Malam yang berakhir dengan Brian yang memaksa untuk menginap di apartemen Karina. Dia berjanji, tidak ada sentuhan fisik. Hanya ada obrolan antara dua orang dewasa dengan kepala dingin.Gadis itu terpaksa menyetujui. Dia masih ingin berlama-lama dengan Brian. Pria yang akan segera ia lepaskan. Hatinya amat berat saat Brian berbaring di ranjang tepat di sebelahnya.Anehnya, keduanya merasa canggung. Mungkin karena ini pertama kalinya mereka satu ranjang lagi setelah insiden yang terjadi beberapa bulan lalu.Karina tampak menjaga jarak. Smentara, Brian terus saja mendesak agar dia bisa mendekati Karina. Dia rindu dengan semua yang ada di Karina. Aroma tubuhnya,wajahnya,kelembutan kulit Karina yang jelas saja tidak bisa ia tolak.Andai semua bisa terulang dan mereka tidak berakhir seperti ini. Namun, itu hanya sebuah impian. Nasi sudah menjadi bubur, dan tidak akan bisa kembali lagi.Karina merinding saat tangan kokoh itu menelusuri wajahnya yang pucat. Dia sampai harus meremas jemariny