Setelah melakukan semua itu kepada Karina. Brian hanya mematung di hadapan gadis itu. Pundaknya naik turun memburu udara agar dia bisa bernapas dengan lega.Jantung Karina serasa mencelus setelah mengatakan permintaanya untuk berpisah. Tidak pernah ia bayangkan kalimat itu akan keluar dari mulutnya. Ada perasaan lega sekaligus bersalah yang selama ini terpendam dalam hatinya.Keduanya saling tatap cukup lama, Brian mencondongkan tubuhnya hendak meraih Karina. Namun, wanita itu membuang muka.Rasanya begitu sakit, saat orang yang paling kau sayangi malah tega menyakitimu. Karina berdoa agar semua yang Brian lakukan adalah sebuah ketidak sengajaan.Dia masih yakin, kalau tidak bersamanya, Brian adalah sosok pria yang baik dan berpendirian teguh.Karina mulai mengerti, bahwa dirinyalah yang membuat Brian sampai sejahat ini. Dia yang mengubah Brian. Maka dia wajib bertanggung jawab, bahkan kalau harus merelakan rasa cintanya pada Brian.“Brian, kita memang harus berpisah.” Gumam Karina.B
3 hari setelah pernyataan cinta yang membuat Karina kehabisan kata-kata. Karina menolak pria itu, dia harus menyelesaikan urusannya dengan Brian terlebih dahulu.Untuk saat ini, Karina belum ingin memulai dengan orang lain. Termasuk Nick yang amat spesial untuk Karina.Namun, sikap Nick beda dari yang lain. Dia tidak marah, atau bahkan meninggalkan Karina. Pria itu tetap berjanji akan membantu Karina menyelesaikan masalahnya dengan Brian.Kini Karina duduk di kursi hitam yang memiliki aura menegangkan, di sebelahnya ada Nick yang duduk sambil menautkan jarinya satu sama lain.Mereka menunggu seseorang. Sebenarnya mereka akan bertemu dengan salah satu pengacara perceraian.Karina agak khawatir, semua yang ia jalani kali ini terasa begitu asing dan menakutkan. Dia merapikan kemeja putihnya,kembali menatap Nick seperti minta pertolongan.“Nick, aku benar-benar gugup. Bagaimana kalau aku melakukan kesalahan?” tanya Karina panik.Nick tersenyum dan menepuk punggung tangan Karina pelan “Ini
“Jo,bilang Nick sudah memutuskan tunangannya. Aku mendengar dari Jo dan Ian kalau Nick sempat diumpat oleh gadis itu. Aku tercengang,Karina.” Sarah menceritakan semua itu dengan penuh semangat.Selama ini, Sarah sering mengosipkan soal bagaimana kisah pertunangan Nick yang amburadul hanya dalam waktu semalam.Meski Karina sudah pernah dengar, kalau pertunangan Nick dengan gadis itu adalah sebuah ide dari kakak-kakaknya. Tapi dari sudut pandang Karina, Nick tetap harus bertanggung jawab karena dia sudah pernah memberikan harapan pada gadis malang itu.Sarah menaruh Keenan di box bayi, tangannya mengapai ponsel. Karina sengaja main ke rumah Jonathan dan Sarah karena dia tidak kunjung mendapat respon dari Brian padahal dia sudah mengajukan gugatan cerai secara resmi.Tidak biasanya,Brian akan diam disaat seperti ini.“Sepertinya aku akan pulang,Sarah.” Karina bangkit dari sofa dan mengemasi barangnya.Sarah langsung menaruh lagi ponselnya di nakas “Sebentar lagi Jo akan pulang. Bagaimana
Malam yang berakhir dengan Brian yang memaksa untuk menginap di apartemen Karina. Dia berjanji, tidak ada sentuhan fisik. Hanya ada obrolan antara dua orang dewasa dengan kepala dingin.Gadis itu terpaksa menyetujui. Dia masih ingin berlama-lama dengan Brian. Pria yang akan segera ia lepaskan. Hatinya amat berat saat Brian berbaring di ranjang tepat di sebelahnya.Anehnya, keduanya merasa canggung. Mungkin karena ini pertama kalinya mereka satu ranjang lagi setelah insiden yang terjadi beberapa bulan lalu.Karina tampak menjaga jarak. Smentara, Brian terus saja mendesak agar dia bisa mendekati Karina. Dia rindu dengan semua yang ada di Karina. Aroma tubuhnya,wajahnya,kelembutan kulit Karina yang jelas saja tidak bisa ia tolak.Andai semua bisa terulang dan mereka tidak berakhir seperti ini. Namun, itu hanya sebuah impian. Nasi sudah menjadi bubur, dan tidak akan bisa kembali lagi.Karina merinding saat tangan kokoh itu menelusuri wajahnya yang pucat. Dia sampai harus meremas jemariny
Tidak ada yang bertanya soal perceraiaanya dengan Brian. Termasuk Jonatahan dan Sarah. Mereka lebih memilih untuk memghibur Karina dari pada merusak hari Karina yang sudah terlanjur berat.Tanpa ada yang sadar, Brian sedang berkunjung ke kafe, membawa sebatang bunga mawar merah yang terlihat kesepian.Karina yang menyadari kehadiran pria itu hanya bisa menutup mulutnya “Brian..”Brian nyengir “Aku sudah potong rambut, apa aku terlihat cocok?”Bukan hanya Karina yang kaget, Olivia yang ikut melihat pemandangan ini pun tak kalah terkejut. Brian yang berdiri di depan konter kasir itu kini terlihat seperti Brian yang dulu mereka kenal.Dengan jas berwarna gelap dan tas selempang yang aneh itu. Oh, Karina benar-benar merindukan sosok Brian yang ini.Gadis itu keluar mengitari konter kasir , berdiri di hadapan Brian “Ini Brian yang kukenal.”Brian menyodorkan bunga itu “Aku hanya mampir, kebetulan aku melihat bunga ini.”“Terima kasih.” Karina menerimanya dengan bahagia. Perpisahan ini memb
Ketika Karina memarikir mobilnya, gadis itu cukup dibuat terkejut dengan kehadiran Nick di waktu yang sepagi ini. Karena lupa memberikan kunci kafe pada Olivia, dia harus pulang pada pukul 7 pagi. Saat matahari masih sedikit bersembunyi dan jalanan masih sepi.Nick mendekati mobil Karina, mencondongkan tubuhnya untuk mengetuk kaca jendela mobil yang kini mesinnya bahkan sudah mati.“Hai, ada apa pagi-pagi kemari?” tanya Karina ceria, atau lebih tepatnya dia harus terlihat ceria.Nick memandang sekilas kursi penumpang Karina yang kosong “Bisa pindah kesana?” pria itu menujuk kursi itu.Karina mengigit bibir bawahnya,mengernyit curiga pada Nick “Aku harus membuka kafe. Kalau ada yang perlu dibicarakan. Bicara saja di sini.”Nick berdiri tegak dan melipat tangannya. Bagaimana dia bisa dia meyakinkan Karina kalau perasaanya belum berubah. Sementara Karina terus mendorongnya menjauh.Sekarang dia terdiam sejenak “Begini, aku akan mulai bisnisku di sini. Jadi mungkin kita akan sering bertem
Setelah semua sudah pulang, bahkan kafe sudah tutup. Karina meminta Nick untuk tinggal.Pria itu sama sekali tidak curiga, karena apa pun akan dia lakukan asal bisa berduaan dengan Karina.Meski begitu,Nick tidak ingin melihat Karina marah padanya. Bisa-bisa dia patah hati kalau sampai hal itu terjadi.Sebenarnya, sedari tadi ponsel Nick selalu berdering. Ada puluhan pesan yang Laila kirim,ada pula beberapa panggilan yang sengaja Nick abaikan.Bagi Nick, dia sudah cukup jelas bicara pada Laila. Kalau gadis itu cukup dewasa, dia seharusnya sadar kalau hubungan mereka sudah tidak ada harapannya lagi.Karena di dalam hati Nick, hanya ada Karina. Dan tak pernah berubah.Karina lebih gugup dari pada yang ia kira. Dia bingung menata kalimat agar pesannya tersampaikan tanpa harus menyakiti perasaan Nick.Karina berkali-kali mengelap meja kasir yang sudah ia bersihkan beberapa kali. Bola matanya terus berputar agar tidak bertemu dengan Nick yang sudah sadar kalau Karina ingin mengatakan sesua
Sepertinya diantara Brian dan Karina sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Buktinya, saat acara ulang tahun Keenan yang pertama Brian hanya mengirim hadiah dari pada datang sebagai tamu undangan.Hal itu tidak mengejutkan bagi Karina. Bahkan saat mereka masih berstatus suami istri saja,Brian lebih memilih mengirim hadiah dengan kurir ketimbang memberikannya langsung.Hanya saja, Karina seperti baru saja mengalami deja vu. Dia ingin setidaknya, Brian mau meluangkan sedikit waktunya untuk Jonathan.Bagaimana pun, mereka sempat akrab. Atau mungkin itu hanya alasan Karina saja yang memang ingin sekedar melihat Brian, meski dari kejauhan.Karina menyerahkan kado berwarna biru di meja yang Sarah sediakan untuk menumpuk kado-kado lain dari tamu yang datang.Beberapa teman Jonathan datang, begitu pula dengan teman Sarah yang rupanya cukup banyak. Ini bukanlah acara kecil-kecilan seperti yang Sarah rencanakan. Setidaknya ada 40 orang di halaman belakang rumah Jonathan sekarang.Semua orang tampak